Anda di halaman 1dari 40

He m o d i n a m ik

Kelompok C dan D
Kelompok C Kelompok D
Anisa Ramadhanti 1918012088
Bagus Pratama1918012088
Lathifah Yasmine 2018012014
Dian Syafitri2018012014
Jovanka Ris Natalia S 1918012102
Dina Amalia K1918012102
M. Rizky Fathurrohim 1918012074
Josepin Kevina1918012074
Neema Putri Prameswari
Vioren 1918012114
1918012114
Definisi Hemodinamik

lam
Hemodinamik adalah aliran darah da
satu
sistim pembuluh darah dengan
pompa penggerak yaitu jantung.
ran
Hemodinamik berfungsi untuk mengali
dan
darah bersih yang kaya oksigen
yang
nutrisi untuk menghasilkan energi
tuk
diperlukan organ-organ tubuh serta un
ke
mengangkut sisa-sisa metabolisme
sistim pembuluh darah vena.
Definisi Hemodinamik

lume/
Hemodinamik dikatakan baik bila vo
tilitas
komponen darah cukup, kontrak
darah
jantung baik, dan tahanan pembuluh
baik
sistemik (systemic vascular resistancy)
dapat
sehingga semua organ-organ tubuh
berfungsi dengan baik.
Kestabilan hemodinamik
Hemodinamik pasien yang menjalani operasi dalam anestesi umum dikatakan dalam batas
normal bila semua organ vital berfungsi dengan baik, misalnya: tekanan darah dalam batas
normal, nadi tidak takikardi atau bradikardi, saturasi oksigen baik, warna kulit tidak
sianosis, gambaran elektrokardiogram dalam batas normal, dan produksi urin normal.
Jenis Pemantauan Hemodinamik
• Kesadaran
• Tekanan Darah
• Tekanan Vena Jugularis
• Stetoskop prekordial &
esofagus
• Suhu tubuh
Pemantauan • Produksi Urine
• Elektrokardiogram
Hemodinamik • Oksimetri
Non-Invasif • Kapnograf
• Ekokardiografi
• Bentuk Gelombang nadi
• Doppler esofagus
• Bioimpendans elektrik
dinding dada
Jenis Pemantauan Hemodinamik
• Tekanan Darah
Pemantauan • Tekanan Vena Sentralis
Hemodinamik • Kateterisasi arteri
pulmonalis
Invasif

• Elektroelnsefalogram
Pemantauan • Evoked potentials
• Stimulasi saraf tepi
Hemodinamik • Tonometri lambung
Pasien Khusus
Pemantauan Hemodinamik Pasien Non
• Kesadaran
Invasif
Pemeriksaan kesadaran dimulai bersamaan dengan evaluasi pre-operatif
keadaan pasienm yaitu pada saat kunjungan pra-anestesi ke ruang perawatan
satu atau beberapa hari sebelum pelaksanaan operasi. Pemeriksaan terdiri dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan evaluasi data pemeriksaan penunjang
pasien. Penilaian kesadaran dapt dengan kuantitatif yaitu GCS (Glasgow
Coma Scale) dan secara kualitatif yaitu lima tingkat kesadaran, seperti
kompos mentis, apatis, somnolen, sopor/stupor, dan koma.
Pemantauan Hemodinamik Pasien Non
• Tekanan Darah
Invasif
Tekanan darah adalah tekanan pada dinding pembuluh darah arteri. Tekanan
darah sistolik merupalan tekanan darah yang dihasilkan sewaktu jantung
memompa darah ke sirkulasi sistemik (saat katup aorta terbuka), tekanan
darah diastolik adalah tekanan darah yang dihasilkan saat katup aorta
menutup.
Tekanan nadi adalah selisih tekanan darah sistolik dengan tekanan darah
diastolik, dipengaruhi curah jantung dan tekanan darah perifer, keduanya
diatur secara reflektoris oleh baroreseptor yang terletak di sinus karotikus dan
arkus aorta (Tekanan darah = curah jantung x tahanan pembuluh darah
sistemik)

MAP = CO x SVR
MAP = Mean arterial pressure ;CO = Cardiac output ; SVR = Systemic
vascular resistance
CO = Stroke volume (SV) x heart rate (HR)
SVR = 80 (MAP – CVP).
CVP = Central venous pressure
Pemantauan Hemodinamik Pasien Non
• Capillary refill time (CRT)
Invasif
Pemeriksaan CRT dengan tangan pasien dipegang dan diangkat lebih tinggi
dari jantung untuk mencegah refluks aliran darah vena, lalu kuku jari ditekan
dengan lembut sampai warna putih lalu dilepas. Waktu yang dibutuhkan kuku
untuk kembali ke warna semula setelah tekanan dilepaskan dihitung. CRT yang
memanjang dapat ditemukan pada dehidrasi, hipoterima, penyakit pembuluh
darah perifer, dan syok.

• Suhu Tubuh
Merupakan perbedaan jumlah panas yang diproduksi rubuh dengan jumlah panas
yang hilang ke lingkungan luar. Manusia secara fisiologis dikelompokkan ke
dalam amkhluk berdarah panas, oleh karena itu manusia memiliki temperatur
tubuh yang relatif normal walaupun suhu lingkungan berubah. Suhu tubuh ada
dua jenis yaitu suhu inti yang dari rongga cranium, rongga dada, dan suhu
permukaan yaitu suhu di kulit dan subkutis.
Pemantauan Hemodinamik Pasien Non
• Produksi Urine
Invasif
Produksi urine selain menggambarkan kecukupan perfusi ginjal, namun
produksi urine sering digunakan sebagai petunjuk adekuatnya curah jantung,
Curah jantung dipengaruhi tekanan darah, volume darah, tingkat hidrasi dan
obat-obatan yang digunakan. Jika perfusi ginjal cukup, produksi urine akan
lebih dari 0,5 ml/kgBB/jam. Untuk menjaga perfusi ginjal tetap adekuat,
tekanan arteri rata-rata harus dipertahankan sekitar 70-90 mmHg.

• Elektrokardiogram
EKG adalah alat perekam aktifitas listrik jantung yang dihasilkan oleh sel-sel
miokard, dapat digunakan untuk menegakkan kelainan jantung. Intra operatif
rutin digunakan untuk mendeteksi disritmia, iskemia miokard, gangguan
konduksi, malfungsi pacemaker dan gangguan elektrolit.
Pemantauan Hemodinamik Pasien Non

Invasif
Oksimetri Nadi
Prinsip kerja oksimetri adalah menggabungkan oksimetri dan pletismograf untuk mengukur
saturasi oksigen dalam dara arteri yang menggambarkan saturasi oksigen dengan molekul
hemoglobin.
Daya serap hemoglobin jenuh dan hemoglobin induksi terhadap cahaya merah dan infrared
berbeda. Oksihemoglobin lebih banyak menyerap sinar infrared sedankan deoksihemoglobin
lebih banyak nyerap cahaya merah.

• Kapnograf
Kapnograf adalah alat yang sangat bernilai digunakan untuk memantau fungsi nafas dan
jantung selama pasien teranestesi terutama pada anestesi umum, tidak ada kontraindikasi
pemakaian. Mekanisme kerja kapnograf sama dengan oksimetri nadi, di mana sinar infra
merah akan diabsorbsi oleh CO2. Adaptor kapnograf ditempatkan pada sirkuit nafas yang
terhubung dengan monitor. Kapnograf adalah alat terpercaya untuk mendeteksi keberhasilan
intubasi trakea, tetapi tidak bisa digunakan untuk memprediksi kedalaman intubasi bronkus.
Peningkatan ruang rugi ventilasi alveolar seperti pada tromboemboli paru, emboli udara vena,
dan berkurangnya perfusi paru akan menurunkan kadar ETCO2 dibanding dengan kadar CO2
darah arteri.
Pemantauan Hemodinamik Pasien Non
Invasif
• Ekokardiografi

Alat nninvasif untuk memeriksan pembulih-pembuluh darah besar dan jantung dengan
menggunakan gelombang ultrasound. Gelombang ultrasound dihasilkan oleh elemen
piezoelektrik yang bekerja sebagai transmitter dan receiver.
Jika gelombang ultrasound mengenai permukaan jaringan yang diperiksa akan dikirimkan
gambaran sesuai dengan daya serap masing-masing jaringan. Ekokardiografi sudah menjadi
alat yang berharga untuk diagnosis penyakit jantung.
Pemeriksaan ekokardiografi transtorakal (TTE) dan ekokardiografi transesofagus (TEE) sangat
bermanfaat digunakan menilai fungsi jantung perioperatif oleh dokter anestesi,
Pemantauan Hemodinamik Pasien Non
• Manfaat Ekokardiografi :
Invasif
Menegakkan penyebab ketidakstabilan hemodinamik, termasuk
iskemia, gagal jantung sistolik dan diastolik, kelainan katup,
hipovolemia, dan tamponade perikardium
Memprediksi parameter hemodinamik seperti volume sekuncup, curah
jantung, dan tekanan intrakavitas
Untuk diagnosis penyakit struktur jantung seperti kelainan katup
jantung, shunting dan kelainan aorta
Memandu tindakan bedah seperti pada waktu repair katup mitral
Pemantauan
Pasien Invasif
Tekanan Darah
Tekanan arteri langsung dapat diukur
dengan memasukkan kanul ke dalam arteri.
Lokasi penusukan dilakukan di arteri
radialis, ulnaris, brakialis, femoralis,
dorsalis pedis, tibialis posterior, dan arteri
aksilaris, kanula melalui transudsor
dihubungkan ke manometer atau unit
pencatat gelombang arteri. Dengan teknik
kanulasi, tekanan arteri dapat diukur secara
langsung dan terus menerus. Gelombang
arteri menggambarkan pembukaan dini
katup aorta diikuti peningkatan tekanan
intraartei segera sampai puncak tekanan
sistolik tercapai ejeksi ventrikel maksimal.
Bentuk gelombang tekanan arteri dapat digunakan
untuk menghitung :
Tekanan Darah
Indikasi kanulisasi intraarteri
 Untuk memantau tekanan darah terus menerus, misalnya :
-Penderita krisis hipertensi yang mendapat titrasi obat-obatan vasoaktif
- Pembedahan dengan teknik
- Syok
- Evaluasi disaritmisa
- Sepsis dengan sekuestrasi berlebihan
- Evaluasi terapi cairan
 Pemeriksaan analisa gas darah yang dilakukan berulang-ulang. Komplikasi kanulasi intraarteri:
Hematoma, bisa terjadi perdarahan sampai 500 ml dengan kanula ukuran no.18 FG
Vasospasme
Trombosis arteri
Emboli udara
Nekrosis kulit diatas kateter
Kerusakan saraf
Iskemia bagian distal kanula
Penyuntikan obat-obatan intraarteri
Tekanan Darah
Pencegahan komplikasi kanulasi intra arteri :
Antiseptik + infiltrasi anestesi lokal ditempat insersi
Gunakan kanula ukuran kecil no 20 G atau 22 G. Perbandingan
ukuran diameter kanul dengan arteri harus kecil
Infus larutan salin diheparinisasi (0,5-1 unit heari untuk setiap
1 ml larutan salin)
Ujung buntu stopcocks ditutup
Tekanan Vena
Sentral
Tekanan Vena Sentralis
Tekanan vena sentralis dapat dipantaua dengan insersi kateter ke dalam
vena besar. Penusukan dapat dilakukan melalui vena jugular interna, vena
subklavia, vena brachialis dan vena femoralis sampai posisi ujung kateter
di atas pertemuan vena cava superior dengan atrium kanan.
Untuk memastikan posisi ujung kateter tepat atau tidak dapat dilakukan
dengan cara mengamati perubahan tekanan manometer selama inspirasi,
aspirasi darah mudah dilakukan dan foto toraks. Penilaian tekanan vena
sentral dapat dilakukan dengan manometer air atau transduser elektrik.
Pengukuran tekanan vena sentralis lebih baik dilakukan pada saat akhir
ekspirasi untuk mengurangi efek tekanan intratorakal. Jika pasien
bernapas
Tekanan Vena Sentralis
Indikasi pemasangan kateter vena sentralis :
• Menilai tekanan vena sentral dalam mengelola cairan
• Jalur masuk cairan hipertonik atau cairan yang bersifat
mengiritasi yang memerlukan pengenceran segera dalam
sistem sirkulasi
• Jalur nutrisi parenteral
• Aspirasi emnboli
• Sebagai jalur vena pada keadaan vena perifer kolaps
• Jalur memasukkan lead pacing transkutan
• Jalur pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium
Kateter Vena Sentralis
Kanula vena sentral dapat digunakan untuk memantau saturasi oksigen
vena campur secara kontinu. Penurunan kadar ScvO2 (Saturasi oksigen
vena campur) harus diwaspadai karena menggambarkan kiriman oksigen
ke jaringan tidak memadai, hal ini bisa terjadi karena : curah jantung
kurang, kadar hb rendah, saturasi oksigen darah arteri rendah dan
peningkatan konsumsi oksigen.
Peningkatan kadar Scv02 menunjukkan kemungkinan telah terjadi
shunting arteri-vena atau gangguan penggunaan oksigen seluler,
misalnya keracunan sianida
Kateter Vena Sentralis
• Keterbatasan vena sentralis :
Fungsi jantung normal memerlukan pengisian darah yang memadai dari vena.
Tekanan vena sentral dengan tekanan atrium kanan hampir sama sehingga dapat
digunakan sebagai petunjuk pengisian ventrikel kanan. Namun, penentu utama
preload ventrikel kanan adalah volume bukan tekanan, jadi tekanan vena sentralis
yang terbaca menjadi terbatas kegunaannya jika compliance vertikel kanan tidak
diketahui.
• Bila peningkatan tekanan vena sentralis < 3 mmHg dalam merespon fluid
challenge test (berikan cairan koloid 50-200 ml dengan tetesan cepat, tunggu 10
menit kemudian nilai kembali tekanan vena sentralis) berarti penderita masih
memerlukan sejumlah tertentu volume cairan.

• Bila peningkatan tekanan vena sentralis > 7 mmHg loading cairan mungkin
sudah maksimal tetapi bila kemudian nilai tekanan vena sentralis turun menjadi
3 mmHg dalam waktu 10 menit kemungkinan terjadi edema paru sedang
pemberian cairan harus dibatasi.
Tekanan Vena Sentral
Keterangan:
a. gelombang a = kontraksi atrium diikuti dengan
penurunan
x, pada EKG = gelombang P.
b. gelombang c = penutupan katub trikuspid pada
EKG
sambungan RST dari kompleks QRST.
c. gelombang v = pengisian atrium tonjolan katub
trikuspid
kedalam atrium selama ventrikel berkontraksi,
diikuti
dengan penurunan y, pada EKG saat gelombangt
turun.
Kateter Vena Sentralis
b. Gelombang besar, x turun/
hilang, y turun:
Regurgitasi katub trikuspid →
jumlah darah di atrium
kanan berlebihan.
c. x besar, y turun
- Infark ventrikel kanan:
- Perikarditis konstriktif:
d. y turun atau hilang
Analisis kelainan bentuk gelombang tekanan vena sentralis: Tamponade jantung: tekanan
a. Gelombang a besar: atrium kanan, tekanan
- Disosiasi atrioventrikel: atrium dan ventrikel sama-sama diastolik ventrikel kanan, tekanan
berkontraksi. diastolik dan tekanan
- Takikardia/ ektopik ventrikel: atrium berkontraksi saat oklusi arteri pulmonalis meningkat,
katub AV menutup. tekanan arteri
- Pacu jantung ventrikel pulmonalis menurun saat inspirasi.
- Stenosis katub pulmonal/ trikuspid.
Komplikasi Kanulasi Vena Sentralis
Saat Penusukan
Nyeri, infeksi, emboli udara/trombus, perdarahan,
pneumotoraks, arteri tertusuk, saraf terjepit, aritmia
karena ujung kateter berada di atrium/ ventrikel kanan

Penggunaan lama
Sepsis, sambungan kateter longgar tidak menimbulkan
perdarahan dan emboli udara, berpindah tempat
menyebabkan efusi pleura atau perikardial
Kateter Vena Sentral

Kontraindikasi relatif insersi kateterisasi vena sentral


sehubungan dengan lokasi : ada tumor, gumpalan darah,
vegetasi katup trikuspid, ganggguan faktor pembekuan
darah.
Tekanan A
rteri
Pulmonali
s

e
este modelo d
CRÉDITOS: lo
foi criado pe
apresentação con,
sgo , in c lu i íc ones da Flati
Slide
e imagens da
e infográficos
Freepik
Tekanan Arteri Pulmonal
Kateter arteri pulmonalis adalah sebuah kateter multi
lumen aliran langsung yang dimasukkan melalui vena
sentralis ke jantung kanan menuju aneri pulmonalis. Lumen
proksimal untuk mengukur tekanan atrium kanan, lumen
distal untuk mengukur tekanan arleri pulmonalis, lumen ke
tiga untuk mengembangkan balon dan lumen ke empat untuk
mengukur curah jantung dengan cara termodilusi.
Tekanan Arteri Pulmonal
Indikasi Pemasangan Kateter Arteri Pulmonal

1. Menentukan tekanan arteri pulmonalis dan tekanan oklusi/


desak arteri pulmonalis.
2. Jalur pemberian cairan dan obat melalui vena sentralis.
3. Mengukur curah jantung dengan teknik termodilusi.
4. Mengukur nilai hemodinamik curah jantung dan tekanan
arteri pulmonalis.
5. Mengukur saturasi O2 vena campur.
6. Mengevaluasi respon penderita terhadap terapi yang
dibcrikan.
7. Menegakkan diagnosis defek septum ventrikel.
8. Keadaan darurat dapat digunakan untuk mengatur frekuensi
denyut jantung melalui lumen paceport kateter arteri
pulmonalis.
Tekanan Arteri Pulmonal
Parameter hemodinamik hasil pengukuran tekanan
arteri pulmonal
1. Tekanan atrium kanan 2. Tekanan ventrikel kanan
- Tekanan atrium kanan diperoleh  Tekanan sistolik ventrikel kanan
dari lumen proksimal kateter normal: 20-30 mmHg, tekanan
arteri pulmonalis, diastolik normal: 0-5 mmHg.
- Normal: 1-7 mmHg.  Tekanan ventrikel kanan meningkat
- Tekanan atrium kanan pada keadaan dimana tekanan atrium
meningkat pada keadaan infark
otot jantung, gagal jantung kanan meningkat,
kanan,
Interpretasi hasil pengukuran tekanan
oklusi arteri pulmonalis
1. Tekanan oklusi arteri pulmonalis meningkat
c. Tekanan arteri pulmonalis pada:
- Kongesti paru ringan: 18 - 20 mmHg.
-Diperoleh dari lumen distal kateter - Kongesti paru sedang: 20 - 25 mmHg
arteri pulmonalis. - Kongesti paru berat: 25 - 30 mmHg
- Normal:20-30mmHg,tekanan - Edema paru berat: > 35 mmHg
diastolik 5-10mmHg,tekanan
rata-rata <20 mmHg. 2. Tekanan diastolik arteri pulmonalis > tekanan
oklusi arteri pulmonalis pada:
d. Tekanan oklusi arteri pulmonalis - Penyakit paru dan hipertensi pulmonal
- Diukur pada akhir ekspirasi paru - Emboli paru
normal atau sewaktu kateter arteri
- Hipoksia
pulmonalis terletak di zona dua
- Takikardia > 130 x/menit
paru
- Kateter arteri pulmonalis berada di zona
satu dan dua paru (ventilasi > perfusi)
f. Curah jantung.
Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung permenit. Curah
jantung dapat diukur dengan:
1. Persamaan Fick.
Curah jantung adalah jumlah konsumsi oksigen (VO2) dibagi dengan selisih kandungan
oksigen (C) darah arteri-vena (CaO2 dan CvO2)

2. Penyuntikan zat warna (dye dilution).


Mengukur waktu sirkulasi zat warna yang disuntikkan ke dalam tubuh melalui kateter
vena sentralis
Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung:
● Preload menurun/ tidak memadai pada
1. Preload (beban awal) keadaan:
Preload adalah jumlah regangan a. Hipovolemia, syok
ventrikel sebelum berkontraksi b. Cairan berpindah tempat: efusi
Preload ventrikel kiri diukur pleura, edema umum
c. Hiperosmoler dan diuresis
secara tidak langsung dari
berlebihan.
tekanan oklusi arteri pulmonalis d. Diabetes insipidus
atau tekanan atrium kiri.
● Preload meningkat pada keadaan:
a. Beban volume berlebihan.
b. Pirau jantung kiri ke kanan.
c. S indroma hormon antidiuretik yang
tidak layak (SIADH).
2. Afterload (beban akhir)
● Afterload tinggi ditemukan
Afterload adalah resistensi aliran pada pasien-pasien yang
mendapat obat-obat
darah yang sedang meninggalkan
vasopressor, hipotermia dan
jantung ditentukan oleh resistensi disfungsi katub.
pembuluh darah. ● Afterload rendah ditemukan
Afterload ventrikel kanan (Pulmonary pada pasien vasodilatasi
Vascular Resistance = PVR) diukur hebat karena reaksi
dari sirkulasi pulmonal sebagai anafilaksis obat, sepsis dini
resistensi pembuluh darah pulmonal. dan pada pasien neurogenik
Afterload ventrikel kiri (Systemic dengan tonus simpatis hilang.
Vascular Resistance = SVR) diukur
dari sirkulasi sistemik sebagai
resistensi pembuluh darah sistemik.
Pemantauan Hemodinamik Pasien Khusus

1. Elektroensefalogram (EEG) 2. Evoked potentials (EP)

Pemantauan EEG kadang-kadang digunakan Pemantauan potensial aksi (EP) non


selama operasi serebrovaskuler untuk invasif digunakan untuk menilai
memastikan kecukupan oksigen serebri atau
fungsi saraf dengan mengukur respon
selama operasi kardiovaskuler untuk memastikan
bahwa sinyal isoelektrik sudah ada sebelum elektrofisiologi terhadap rangsang
sirkuit aliran darah dihentikan sensoris maupun motoris. EP
intraoperatif digunakan untuk
mendeteksi kemungkinan adanya
cedera neurologis yang timbul akibat
prosedur operasi yang dilakukan
Pemantauan Hemodinamik Pasien Khusus
3. Stimulasi saraf tepi 5. Saturasi oksigen jugular bulb
Stimulasi saraf tepi digunakan untuk
memantau kecukupan obat pelumpuh Pemantauan SJ02 dimaksudkan sebagai
otot atau kelumpuhan otot yang terjadi metode atau cara untuk mempersamakan
selama induksi anestesi. SJ02 dengan CMRO2 / CBF. Sesuai
dengan prinsip Fick: AVDO2 = CMRO2
4. Tonometri lambung / CBF.
Perfusi splannik sangat sensitif terhadap - AVDO2 = arterial-mixed venous
transport oksigen global dan mukosa usus oxygen diffrence
sangat mudah terpengaruh iskemia karena - CMRO2 = cerebral oxygen
mekanisme arus balik vili. Pemantauan PH metabolic rate
intramukosa lambung dapat digunakan - CBF = cerebral blood flow.
untuk mendeteksiadanya iskemia
terselubung.
Daftar Pustaka
• Sirait, R. 2020.Pemantauan Hemodinamik Pasien. Penerbit:
FK UKI. Redaksi: Jl. Mayjen Sutoyo No.2 Cawang Jakarta
• Scope of Modern Anesthesia Practice. In: Gropper MA. eds. In:
Miller’s Anesthesia. 9 ed. San Fransisco, California. Elsevier,
2019. th
• Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD eds. The Practice of
Anesthesiology. In: Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. 6 ed. New York. Mac Graw - Hill education
Lange, 2018.

Anda mungkin juga menyukai