Anda di halaman 1dari 8

PELATIHAN KEPERAWATAN KARDIOVASKULAR TINGKAT DASAR

PEMANTAUAN HEMODINAMIK

LEMBARAN KERJA

Nama: Widiya Ningsih Tanggal : 29 Agustus 2023

1. Jelaskan yang dimaksud dengan pemantauan hemodinamik?


Jawaban:
Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem kardiovaskuler
apakah berfungsi baik dengan menggunakan alat-alat monitor medis dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh rangkaian proses pengumpulan data
penyakit dan kondisi klinis penderita mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
berbagai pemeriksaan penunjang lain. Pemantauan hemodinamik dapat dilakukan
baik secara invasif maupun noninvasif. Pemantauan ini dapat memberikan informasi
mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan
jantung untuk memompakan darah.
2. Jelaskan kondisi pasien yang memerlukan pemantauan hemodinamik?
Jawaban:
umumnya pemantauan hemodinamik dilakukan pada pasien dengan kondisi: syok,
infark miokard akut, edema paru, gagal jantung, paska operasi, penyakit katup
jantung/ rupture septum ventrikel, tamponade jantung, gagal napas, hipertensi
pulmonal dan sebagai sarana untuk memberikan cairan/resusitasi cairan dan
mengetahui reaksi pemberian obat.
3. Sebutkan paramerter hemodinamik?
Jawaban:
- Tekanan vena sentral
- Tekanan arteri pulmonalis
- Tekanan kapiler arteri pulmonalis
- Tekanan atrium kiri
- Tekanan ventrikel kanan
- Curah jantung
- Tekanan arteri sistemik
4. Jelaskan cara pengukuran CVP secara non invasif?
Jawaban:
Tekanan vena sentral (CVP) secara langsung merefleksikan tekanan pada
atrium kanan dan secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan
atau tekanan ventrikel kanan pada akhir diastolic. Cara pengukuran CVP secara
noninvasive dapat dilakukan dengan mengukur tekanan vena jugularis.
Vena jugularis diinspeksi untuk mengukur tekanan vena yang dipengaruhi oleh
volume darah, kapasitas atrium kanan untuk menerima darah dan mengirimkannya ke
ventrikel kanan, dan kemampuan ventrikel kanan untuk berkontraksi dan mendorong
darah ke arteri pulmoner. Teknik:
 Minta klien berbaring telentang dengan kepala di tinggikan 30 sampai 45 derajat
(posisi semi-Fowler)
 Pastikan bahwa leher dan toraks atas sudah terbuka. Gunakan bantal untuk
meluruskan kepala.
 Hindari hiperekstensi atau fleksi leher untuk memastikan bahwa vena tidak
teregang atau keriting.
 Biasanya pulsasi tidak terlihat jika klien duduk. Pada saat klien kembali ke posisi
telentang dengan perlahan, tinggi pulsasi vena mulai meningkat diatas tinggi
manubrium, yaitu 1 atau 2 cm disaat klien mencapai sudut 45 derajat. Mengukur
tekanan vena dengan mengukur jarak vertical antara sudut Louis dan tingkat
tertinggi titik pulsasi vena jugularis interna yang dapat dilihat.
 Gunakan dua penggaris. Buat garis dari tepi bawah penggaris biasa dengan ujung
area pulsasi si vena jugularis. Kemudian ambil penggaris sentimeter dan buat
tegak lurus dengan penggaris pertama setinggi sudut sternum. Ukur dalam
sentimeter jarak antara penggaris kedua dan sudut sternal.
 Ulangi pengukuran yang sama di sisi yang lain. Tekanan bilateral lebih dari 2,5
cm dianggap meningkat dan merupakan tanda gagal jantung kanan. Peningkatan
tekanan di satu sisi dapat disebabkan oleh obstruksi.

5. Sebutkan faktor yang mempengaruhi tekanan arteri pulmonal ?


Jawaban:
Tekanan arteri pulmonalis bergantung pada aliran darah ke paru-paru dan kondisi
jaringan paru-paru.
6. Tekanan arteri pulmonal dapat diukur melalui?
Jawaban:
Tekanan arteri pulmonal dapat diukur melalui bagian distal kateter arteri pulmonalis
atau kateter SwanGans yang ditempatkan pada salah satu cabang arteri pulmonalis.
7. Jelaskan cara pemasangan arteri pulmonal?
Jawaban:
Sebelum kateter dipasang, integritas balon harus diperiksa dengan cara
memasukkan ujung kateter kedalam air yang steril kemudian balon dikembangkan.
Kateter dibasahi dengan cairan heparin dan bagian luar lumen distal kateter harus
dihubungkan dengan sistem pemantauan transduser.
Pada saat pemasangan, kateter dimasukkan melalui sebuah kateter penuntun
yang ukurannya lebih besar. Pada saat balon berada di atrium kanan maka balon
dikembangkan kemudian ke arteri pulmonalis, kateter ditempatkan pada cabang ateri
pulmonal kanan dan kiri. Hal ini dilakukan untuk mencegah nekrosis jaringan paru.
Balon hanya dikembangkan pada saat pengukuran tekanan kapiler arteri pulmonal.
Setelah pemasangan posisi kateter harus dipertahankan dengan menjahit kulit
pada daerah insisi dan panjang kateter yang masuk ke dalam jantung harus diberi
tanda harus diberi tanda kemudian pemeriksaan rontgen toraks harus segera dilakukan
untuk mengetahui posisi kateter didalam jantung.
8. Bagaimana cara mengukur tekanan kapiler arteri pulmonalis, tekanan atrium
kiri, tekanan ventrikel kiri ?
Jawaban:
- Tekanan kapiler arteri pulmonalis  dengan cara mengembangkan kateter
arteri pulmonal/ kateter SwanGans.
- Tekanan atrium kiri  dilakukan secara langsung dengan memasukkan kateter
pada atrium kiri pada saat operasi jantung; atau secara tidak langsung melalui
kateter arteri pulmonalis. Nilai normal dan gelombang tekanan atrium kiri sama
dengan tekanan kapiler arteri pulmonal.
- Tekanan ventrikel kiri  jika fungsi ventrikel kiri bagus dan frekuensi jantung
normal serta tidak terdapat kelainan katup mitral maka tekanan kapiler arteri
pulmonalis dapat merefleksikan tekanan di ventrikel kiri pada akhir diastolic
9. Jelaskan metode untuk mengukur curah jantung ?
Jawaban:
Terdapat dua metode untuk mengukur curah jantung, yaitu:
a. Metode ficks
Metode ini mengukur curah jantung dengan cara membagi jumlah oksigen
yang di absorbsi dalam paru dengan jumlah oksigen yang digunakan oleh
tubuh. Rumusnya adalah:
CO = O2 absorbed perminute by the lungs (ml/min)
Arterivenous O2 difference (ml/L of blood)
b. Metode termodilusi
Pengukuran curah jantung dengan metode termodilusi menggunakan kateter
arteri pulmonal dan mesin curah jantung. Prinsip kerjanya adalah dengan
memasukan cairan kedalam atrium kanan melalui lumen proksimal kateter
arteri pulmonal. Cairan yang disuntikkan mempunyai temperature lebih
rendah dari temperature tubuh, cairan selanjutnya memasuki ventrikel kanan
kemudian arteri pulmonalis. Temperature dasar darah telah dideteksi dan
direkam oleh komputer sebelum cairan dingin disuntikkan. Suhu darah yang
memasuki arteri pulmonalis (darah yang bercampur dengan cairan dingin)
dideteksi oleh lumen thermistor. Perbedaan antara suhu dasar dengan darah
yang tercampur cairan dingin dihitung oleh mesin, kemudian hasil perhitungan
terlihat pada monitor mesin curah jantung berupa kurva dan nilai curah
jantung.
10. Jelaskan yang dimaksud dengan tekanan darah?
Jawaban:
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah pada saat melawan dinding
pembuluh darah. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah
jantung, tekanan pembuluh darah perifer dan volume/ aliran darah.
11. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan arteri?
Jawaban:
- Curah jantung
- Tahanan pembuluh darah perifer
- Elastisitas arteri
- Volume darah
- Kekentalan darah
- Umur
- Berat badan
- Emosi
- aktivitas
12. Jelaskan cara pengukuran tekanan arteri sistemik?
Jawaban:
Pengukuran tekanan arteri sistemik dapat dilakukan dengan cara invasif dan non
invasif.
a. Secara non invasive  secara manual dan otomatis
Pengukuran Manual
Pengukuran manual dapat dilakukan dengan teknik auskultasi, palpasi dan
oscillometri. Pada semua teknik pengukuran tersebut, daerah ekstremitas yang
digunakan sebagai tempat pengukuran harus sejajar dengan letak jantung. Alat
yang digunakan yaitu spignomanometer, stetoskop dan Doppler. Prinsip
pengukuran ini adalah mendeteksi kekuatan pulsasi aliran darah pada saat
melawan dinding arteri, yang terdengar sebagai bunyi korokoff. Kualitas dari
bunyi korokoff tergantung dari jumlah arah yang terdapat didalam tubuh. Pada
keadaan yang mengakibatkan pulsasi aliran menurun maka bunyi korokoff
tidak terdengar. pengukuran secara manual memberikan perbedaan tekanan
sistolik 20 mmHg lebih rendah dari pengukuran secara langsung.
 Teknik auskultasi
Teknik ini menggunakan spigmomanometer dan stetoskop. Prinsip
dasar dari pengukuran secara auskultasi adalah stetoskop menangkap
vibrasi pembuluh darah yang dihasilkan dari adanya turbulensi aliran
darah yang melewati arteri yang tertekan oleh manset.
Prosedur pengukuran:
 Pemeriksa mencuci tangan, jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Mengatur posisi pasien, lengan atas pasien diletakkan pada posisi
sejajar jantung, posisi lengan dalam keadaan terlentang dan terbuka
 Memasang manset melingkari lengan atas dan posisi kantong
sensor tekanan harus tepat berada diatas arteri brachialis. Posisi
manset bagian bawah berada 2 – 3 cm diatas daerah antekubital.
 Manometer air raksa diletakkan pada posisi vertikal dan sejajar
dengan mata pemeriksa.
 Melakukan palpasi arteri brakhialis dan radialis
 Mengembangkan manset sampai pulsasi arteri tidak teraba,
kemudian menempelkan bagian bell stetoskop diatas arteri
brakhialis
 Mengempiskan manset secara bertahap dengan kecepatan 3 mmHg
per detik
 Memperhatikan manometer untuk menentukan nilai tekanan darah.
Bunyi yang jelas terdengar pertama kali adalah bunyi korokoff I
disebut sebagai tekanan sistolik
 Melanjutkan pengempisan manset sampai terdengar suara samar
(bunyi korokoff IV), kemudian suara menghilang (korokoff V).
Suara korokoff IV ditentukan sebagai tekanan diastolic pada anak,
korokoff V adalah tekanan diastolic pada dewasa
 Mengempiskan manset sampai benar-benar kempis kemudian
membuka manse dari lengan pasien
 Melakukan pencatatan hasil pengukuran meliputi nilai tekanan
darah (sistolik dan diastolic)
 Membantu pasien kembali pada posisi yang nyaman dan
menjelaskan bahwa prosedur telah selesai dikerjakan.
 Teknik Palpasi
Merupakan pengukuran yang sangat sederhana dan mudah. Alat yang
digunakan hanya manset tekanan darah dan manometer air raksa.
Metode ini memberikan hasil yang subjektif dan sangat terbatas.
Teknik pengukurannya: melalui palpasi arteri brakhialis, kemudian
manset dikembangkan hingga 20 – 30 mmHg, setelah pulsasi tidak
teraba manset dikempiskan secara bertahap. Tekanan sistolik didapat
pada saat pulsasi nadi teraba untuk pertama kalinya. Tekanan diastolic
tidak dapat dilakukan pengukuran.
Pengukuran secara otomatis
Alat berupa Doppler dan oscillometri digunakan untuk mengukur secara
otomatis tekanan sistolik dan diastolic serta tekanan rata-rata. Prinsip kerja
alat ini adalah mendeteksi kekuatan pulsasi aliran darah pada ekstremitas.
Selain itu, frekuensi pengukuran tekanan darah dapat diatur.
b. Secara invasive  dengan IABP
Pengukuran tekanan darah sistemik dapat dilakukan dengan pemasangan suatu
kateter pada pembuluh darah arteri dan melalui IABP (intra aortic balloon
pump). Pembuluh darah yang dapat digunakan adalah: arteri aksilaris,
femoralis dan radialis. Tekanan arteri dikonversi menjadi sinyal listrik oleh
transducer disebarkan dan diteruskan pada oskiloskop, kemudian diubah
menjadi gelombang dan dinilai tekanan yang tergambar pada monitor. Alat-
alat yang digunakan untuk pemantauan diantaranya: kateter arteri, selang
penghubung, transducer, alat flush dan monitor.
13. Pemantauan apa saja yang dapat dilakukan dengan sistem manometer?
Jawaban:
Pemantauan hanya dilakukan untuk pemantauan tekanan vena sentral.
14. Jelaskan peranan perawat dalam pemantauan hemodinamik?
Jawaban:
c. Sebelum pemasangan
 Mempersiapkan pasien: memberikan penjelasan prosedur, tujuan dan
mengatur posisi pasien
 Mempersiapkan alat-alat untuk penusukan dan pemantauan
d. Saat pemasangan
 Menjaga alat-alat yang digunakan selalu dalam steril
 Memantau tanda dan gejala komplikasi yang dapat terjadi pada saat
pemasangan seperti gangguan irama jantung dan perdarahan
 Membuat pasien merasa nyaman selama prosedur tindakan
e. Setelah pemasangan
 Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara melakukan zero balance
dan kalibrasi
 Mengkorelasikan nilai yang terlihat pada monitor dengan klinis pasien
 Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan hemodinamik
 Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian terapi obat-
obatan
 Mencegah terjadinya komplikasi dan mengetahui gejala dan tanda
komplikasi
 Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien
 Memastikan alat-alat yang terpasang pada posisi yang tepat
15. Sebutkan komplikasi yang dapat terjadi pada pemantauan hemodinamik?
Jawaban:
 Emboli
 Balon pecah
 Aritmia
 Hematoma
 Pneumotoraks
 Ruptur arteri pulmonalis
 Infark pulmonal
 Infeksi

= SELAMAT BELAJAR =

Anda mungkin juga menyukai