Perceptor :
Dr. Yulisna, Sp.KK
Kelompok B
Co-Assistant:
Nadhila Nur Shafita
Jessica Sindy
Lathifah Yasmine
Zeni Okta
Jeffrey Surya
Edwina Nabila
Saat datang ke poli Kulit Kelamin RSAM, tampak koreng pada kaki dan tangan.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien terdiagnosis HIV sejak tahun 2019
• Pasien tidak pernah memiliki keluhan yang sama
sebelumnya.
• Riwayat asma dan dermatitis disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.
• Tidak ada teman yang memiliki keluhan serupa.
Riwayat Perjalanan Penyakit
2 minggu lalu
Timbul benjolan berisi
1 minggu lalu
nanah di daerah kaki,
Koreng tersebut lama
Saat masuk RS
disertai rasa gatal.
kelamaan menyebar ke
Dilakukan penggarukan Terdapat koreng pada
daerah tangan. Pasien
sehingga menyebabkan kaki dan tangan.
juga sempat mengalami
luka pecah dan menjadi
demam setelah timbul
koreng
luka.
Tidak dilakukan
pengobatan.
Status Generalis
Kesadaran Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi: Normal
Tanda Vital : Dalam Batas Normal
Status Dermatologi
Ektima Impetigo
Krustosa
Selulitis
DIAGNOSIS KERJA : EKTIMA + B20
Tatalaksana Umum
• Perlu diberikan informasi mengenai
penyakitnya, perjalanan penyakit serta
Konfirmasi berbagai faktor yang mempengaruhi
perjalanan penyakit
Nama : An. S
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : perempuan
PROGNOSIS
Quo Ad
Quo Ad Vitam
Functionam
Ad bonam
Ad bonam
Quo Ad Sanationam
Ad bonam
Tinjauan
Pustaka
Pioderma Superficial
Ektima
● Ektima adalah ulkus superficial ● Tata laksana:
dengan krusta diatasnya - Lesi sedikit krusta diangkat
● Etiologi: Streptococcus B hemolyticus lalu diolesi dengan salap antibiotic
● Krusta tebal berwarna kuning (asam fusidat 2%, mupirocin 2%)
● Krusta diangkat lekat dan tampak dioles 2-3 kali sehari selama 7-10
ulkus berbentuk punched out, tepi hari
ulkus meninggi - Lesi banyak ditambah dengan
● Predileksi: tungkai bawah antibiotic sistemik (amoksisilin
● Diagnosis banding: impetigo dan asam fusidat; dewasa 3x250-
krustosa 500 mg/hari; anak 25
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3
dosis
Impetigo Krustosa
Folikulitis Superficialis
• Tempat predileksi: scalp (anak), dagu, aksila, ekstremitas bawah, bokong
(dewasa)
• Papul atau pustule eritematosa dan ditengahnya terdapat rambut, multipel
• Terdapat rasa gatal dan panas
Folikulitis Profunda
• Predileksi: dagu, atas bibir
• Nodus eritematosa dengan perabaan hangat
● Diagnosis banding: tinea barbae, tinea
capitis
● Tata laksana:
- Bersihkan dan lakukan kompres
terbuka
- Antibiotik topical: Asam fusidat 2%,
mupirosin 2%
- Berat ditambah antibiotic sistemik:
amoxicillin dan asam klavulanat,
dewasa 3x250-500 mg/hari; anak-
anak 25 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis
Furunkel
● Furunkel merupakan radang folikel rambut dan sekitarnya
● Etiologi: Staphylococcus aureus
● Predileksi: daerah berambut yang sering mengalami gesekan, oklusif, berkeringat misalnya leher,
wajah, aksila dan bokong
● Lesi berupa nodus eritematosa
● Awalnya keras, nyeri tekan, dapat membesar 1-3 cm. Setelah beberapa hari terdapat fluktuasi, bila pecah
keluar pus
● Diagnosis banding: acne kistik, kerion, hidradenitis supurativa
● Tatalaksana:
- Lesi sedikit antibiotic topical
- Lesi banyak ditambahkan antibiotic sistemik
Karbunkel
● Merupakan kumpulan beberapa furunkel yang bersatu berbentuk bisul dan bermata banyak.
● Klinis : Suatu nodul yang bergabung dengan beberapa puncak yang mengalami nekrosis dan supurasi, lesi
dapat mencapai 10 cm, kulit disekitar eritema, pasien dapat mengalami gejala prodormal seperti demam,
nyeri
Karbunkel
● Tatalaksana :
● Jika masih berupa infiltrat, topikal diberikan kompres salep iktiol 10%, jika lesi matang, lakukan insisi dan
aspirasi, pasang drainase, selanjutnya dikompres. Diberikan antibiotik sistemik : Eritromisin 4 x 250 mg
selama 7- 14 hari atau penisilin 600.000 IU selama 5-10 hari.
● - Konseling dan edukasi berupa Mengatasi faktor predisposisi seperti obesitas, DM, dan hiperhidrosis.
Menjaga kebersihan dan mencegah luka-luka kulit dan menjaga kebersihan lingkungan
Erisipelas
Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh streptococcus, gejala
utamanya adalah eritema berwarna merah cerah, berbatas tegas, serta disertai gejala
konstitusi
Klinis : Lesi awal berupa kemerahan kecil, makin melebar membentuk infiltrat eritematosa,
batas tegas sedikit meninggi, berwarna merah cerah, teraba hangat dan nyeri. Penyakit ini
didahului trauma, karena itu predileksi nya dari tungkai bawah . Jika tidak diobati, akan
menjalar ke sekitar proksimal. Jika berulang di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.
Pemeriksaan penunjang :
- Darah rutin : Leukositosis
- Pewarnaan gram : kokus gram positif
- Kultur dan sensitifitas antibiotik
Erisipelas
Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan Komprehensif
- Sistemik : Antipiretik dan analgetik
Antibiotik berupa Penisilin 0,6-1,5 mega unit selama 5-10 hari atau per
oral Sefalosporin 4x400 mg selama 5 hari
- Topical : kompres dengan larutan asam borat 3%
- Konseling dan edukasi, jaga kebersihan dan higienitas serta jaga
kebersihan luka
Eritrasma
● Infeksi bakteri superfisial yang disebabkan oleh Corynebacterium minutissium
● Gambaran Klinis : asmiptomatik hingga gatal, kulit pasien kemerahan disertai bersisik, terutam pada bagian
lipatan . Pada bagian sela jari kaki, lesi muncul sebagai plak hiperkeratotik berwarna kekuningan
● Diagnosis menggunakan lampu Wood, dimana menyebabkan porfirin diproduksi oleh Corynebacterium dan
menyebabkan warna merah bata jika dilihat dengan lampu Wood. Namun, jika pasien sebelum pemeriksaan
mandi, diagnosis dengan lampu Wood tidak bermakna, sehingga biopsi kulit mungkin perlu dilakukan.
● Tatalaksana :
Antibiotik topikal berupa salep eritromisin dan antibiotik sistemik berupa klindamisin 150 mg 2x1 selama
seminggu, jika pada kaki, diberikan benzil peroksida 5 %.
AIDS/HIV
Anjuran untuk
melaksanakan tes HIV
Semua petugas kesehatan harus menganjurkan tes HIV setidaknya pada ibu
hamil, pasien TB, pasien yang menunjukkan gejala dan tanda klinis diduga
terinfeksi HIV, pasien dari kelompok berisiko (penasun, PSK-pekerja seks
komersial, LSL – lelaki seks dengan lelaki), pasien IMS dan seluruh
pasangan seksualnya. Kegiatan memberikan anjuran dan pemeriksaan tes
HIV perlu disesuaikan dengan prinsip bahwa pasien sudah mendapatkan
informasi yang cukup dan menyetujui untuk tes HIV dan semua pihak
menjaga kerahasiaan (prinsip 3C – counseling, consent, confidentiality).
Gejala dan Tanda Klinis Curiga HIV
Interpretasi Hasil Pemeriksaan HIV
Tatalaksana HIV/AIDS
Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka pasien perlu dirujuk ke layanan PDP untuk menjalankan serangkaian
layanan yang meliputi penilaian stadium klinis, penilaian imunologis dan penilaian virologi. Hal tersebut
dilakukan untuk:
1) menentukan apakah pasien sudah memenuhi syarat untuk terapi antiretroviral;
2) menilai status supresi imun pasien;
3) menentukan infeksi oportunistik yang pernah dan sedang terjadi; dan
4) menentukan paduan obat ARV yang sesuai.
Tatalaksana HIV/AIDS
1. Menentukan stadium HIV pasien
Tatalaksana HIV/AIDS
2. Penilaian status imunologi dengan pemeriksaan CD4
Jumlah CD4 adalah cara untuk menilai status imunitas ODHA. Pemeriksaan CD4 melengkapi pemeriksaan
klinis untuk menentukan pasien yang memerlukan pengobatan profilaksis IO dan terapi ARV. Rata rata
penurunan CD4 adalah sekitar 70-100 sel/mm3 /tahun, dengan peningkatan setelah pemberian ARV antara
50 – 100 sel/mm3 /tahun. Jumlah limfosit total (TLC) tidak dapat menggantikan pemeriksaan CD4.
Infeksi oportunistik yang sering diderita oleh ODHA adalah PCP (Pneumocytic carinii pneumonia) dan
Toxoplasmosis.
PPK (Profilaksis Kotrimoksasol) dianjurkan bagi:
● ODHA yang bergejala (stadium klinis 2, 3, atau 4) termasuk perempuan hamil dan menyusui. Walaupun
secara teori kotrimoksasol dapat menimbulkan kelainan kongenital, tetapi karena risiko yang
mengancam jiwa pada ibu hamil dengan jumlah CD4 yang rendah (<200) atau gejala klinis supresi imun
(stadium klinis 2, 3 atau 4), maka perempuan yang memerlukan kotrimoksasol dan kemudian hamil
harus melanjutkan profilaksis kotrimoksasol.
● ODHA dengan jumlah CD4 di bawah 200 sel/mm3 (apabila tersedia pemeriksaan dan hasil CD4)
Memulai Terapi ARV
a. Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan jumlah CD4 <350 sel/mm tanpa memandang status klinis.
b. Memulai terapi ARV sangat dianjurkan bagi pasien yang menderita TB, koinfeksi hepatitis B, tanpa
memandang CD4
Terapi ARV
Panduan lini pertama ARV tanpa komplikasi:
Terapi ARV
Panduan ARV untuk pasien dengan kondisi khusus:
● Hamil
Terapi ARV
Panduan ARV untuk pasien dengan kondisi khusus:
● Ko infeksi TB
ANALISIS KASUS
ANALISIS DATA
Arthaningsih D. et al. 2020. Profil pioderma pada anak usia 0-14 tahun di
rumah sakit umum pusat sanglah denpasar periode juni 2015 sampai juni
2016. E-Jurnal Medika Udayana. 9(9):1-6.
ANALISA ANAMNESIS
Sejak 2 minggu yang lalu, pasien mengeluhkan adanya benjolan berisi nanah seperti
bisul di kaki disertai rasa gatal. Pasien mengaku sering menggaruknya dan menyebabkan
benjolan tersebut pecah. Jika pecah, luka tersebut mengeluarkan nanah dan mengering
menjadi koreng.
ANALISA ANAMNESIS
1 minggu yang lalu luka lama kelamaan menyebar ke daerah tangan.
Graham-Brown R, Burns T. 2005. Lectures Notes on Dermatologi. Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga;
PERDOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI;
PB IDI. 2017. Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta: PB IDI;
Djuanda A. et al. 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
ANALISIS DIAGNOSIS
IMPETIGO KRUSTOSA EKTIMA SELULITIS
Pioderma superfisialis Pioderma superfisialis (epidermis Pioderma profunda (mengenai
(terbatas pada epidermis) dan dermis bagian atas) epidermis dan dermis)
Gejala Klinis • Lesi awal makula atau • Ulkus dangkal tertutup krusta • Infiltrat eritema berbatas tidak
papul eritematosa,dengan tebal dan lekat, berwarna tegas pada subkutan disertai
cepat berkembang menjadi kuning keabuan. tanda peradangan akut dan
vesikel yang kemudian • Apabila krusta diangkat, gejala konstitusi (demam,
pecah membentuk krusta tampak ulkus bentuk punched malaise)
kuning madu (honey out, tepi ulkus meninggi,
colour) dikeliling eritema. indurasi, berwarna keunguan.
• Jika dilepaskan tampak
erosi dibawahnya.
Komplikasi Glomerulonefritis akut Ulserasi dan skar Necrotizing fasciitis (selulitis
sudah mengenai fascia dan otot,
nekrosis jaringan yg luas)
Graham-Brown R, Burns T. 2005. Lectures Notes on Dermatologi. Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga;
PERDOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI;
PB IDI. 2017. Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta: PB IDI;
Djuanda A. et al. 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
ANALISIS TATALAKSANA
• Perlu diberikan informasi
mengenai penyakitnya, perjalanan
Konfirmasi penyakit serta berbagai faktor Identifikasi keadaan komorbid serta
yang mempengaruhi perjalanan
penyakit menghindari faktor predisposisi (tingkat
kebersihan/higienisitas kurang, daerah panas
dan lembap, malnutrisi, imunitas tubuh
menurun, infestasi parasit)
• Menjelaskan mengenai prognosis
dari penyakitnya PERDOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
Informasi • Menghindari faktor faktor pencetus Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta:
PERDOSKI.
terjadinya
Topikal : Bila tidak tertutup pus atau krusta: salep/krim asam fusidat.
Dioleskan 2-3 kali sehari, selama 7-10 hari. Antibiotika topikal yan
Asam Fusidat 2% cream 5gr aktif untuk bakteri gram positif.
PERDOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Jakarta: PERDOSKI; Murlistyarini S. et al. 2018. Intisari Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin. Malang: UB press.