Anda di halaman 1dari 38

MANAJEMEN

KASUS

Pembimbing: Co-Assistant:

dr. Yulisna, Sp. KK Alfia Nikmah


. Aninda Nur Kumalasari
Dwi Rani Sukma
Eka Susianti
M. Fakih Abdurrohman
Nama : Ny. S
Usia : 49 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Sudah Menikah
Identitas Pekerjaaan : PNS (bag. Informasi RSAM)
Alamat : Jl. Bandar gg. Swakarya, Kedaton,
Bandar Lampung

Anamnesis Datang Ke Poliklinik: Selasa, 10/12/2019

02/19/2021 2
• Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD
Abdul Muluk dengan keluhan lesi kemerahan disertai rasa
perih pada ketiak kanan sejak 1 minggu yang lalu.
• Keluhan utama : lesi kemerahan
Keluhan juga disertai rasa gatal terutama saaat pasien
disertai rasa perih pada ketiak
berkeringat.
kanan sejak 1 minggu yang lalu
Lesi awalnya berupa lepuh, jumlahnya sedikit, kecil-kecil,
berwarna merah, dan terasa gatal sehingga pasien
• Keluhan tambahan : rasa gatal
menggaruknya. Setelah itu, lepuh menjadi lebih banyak,
dan perih terutama saat
tersebar, dan terasa perih pada daerah bekas garukan .
berkeringat
Keluhan bertambah saat pasien berkeringat dan pasien
belum menggunakan apapun untuk mengurangi keluhan.
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat pribadi:
Pasien pernah mengalami keluhan serupa Pasien bekerja pada ruangan ber-AC dengan
pada lebih dari 3 bulan yang lalu pada aktivitas fisik ringan-sedang. Pasien bekerja
ketiak sebelah kiri. Pasien berobat pada Sp. dari pukul 08.00-14.00 dan menggunakan
KK dan diberikan bedak daktarin dan obat pakaian sempit, dengan bahan yang kasar dan
minum warna putih kecil 1x1 sehari. Saat tidak menyerap keringat.
itu keluhan membaik.

Pasien sehari-hari menggunakan deodoran


Riwayat penyakit keluarga : rexona lotion sejak lama (tidak ada keluhan
Anak pasien (13 tahun) juga mengeluhkan alergi sebelumnya)
keluhan yang sama pada ketiak sejak 3 hari
yang lalu. Pasien mandi 2 kali dalam sehari,
Riwayat alergi pada pasien dan keluarga menggunakan sabun merk lux
disangkal.
Pemeriksaan generalis

Tanda tanda vital


Keadaan Umum TD : 120/70 mmHg
Tampak sakit sedang T : 36,9
HR : 84x/menit
RR : 20x/menit
SpO2: 98%

Kesadaran Status gizi


Compos mentis Baik
Kepala
Thorax
Normocephal, mata: anemi
Cor: S1 S2 tunggal,
-/-, ikterus -/-, reflek pupil
reguler, murmur (-)
+/+ isokor
Pulmo: Ves +/+, Rh -/-,
Wajah: dbn
Wh -/-
THT: dbn

Status
Generalis Inguinal
Leher
Pembersaran KGB (-),
Pembesaran KGB (-) lesi tidak JVP : dalam batas normal
tampak

Ekstremitas
Abdomen
Datar, tidak tampak perbesaran
CRT<2 s. Edema -/- Nyeri tekan (-)

Pemeriksaan fisiologis (+), kekuatan otot 5/5 Perkusi : timpani


BU (+)

Fisik
02/19/2021 6
Status Dermatologis

Pada regio axila dekstra terdapat plak kemerahan ukuran plakat difus dengan
skuama halus dikelilingi krusta koleret multiple ukuran milier sirkumskirp diskret-
konfluens dan terdapat lesi satelit berupa vesikel multiple milier korimbiformis
7
DIAGNOSA BANDING
• Impetigo vesikobulosa
• Kandiasis intertrigenosa
• Impetigo krustosa
• Eritasma

DIAGNOSA KERJA
• Impetigo vesikobulosa
dd kandidiasis
intertriginosa
TATA LAKSANA
- Cream racikan:

Fuson Cr 10gr+ ketokonazole cr 15 gr/8jam

- Cetrizine HCl 10mg/12 jam

- Doxycycline 100 mg/ 12 jam


MEDIKAMENTOS
A DAN NON-
MEDIKAMENTOS
A
Edukasi dan konseling mengenai Edukasi untuk menggunakan pakaian
penyakit yang diderita yang longgar, kering dan menyerap
keringat
Edukasi dan konseling mengenai cara Edukasi untuk menjaga kebersihan
penggunaan dan efek samping obat terutama pada kulit
Tinjauan Pustaka
Impetigo
krustosa

Impetigo
adalah pioderma
superfisialis
(terbatas pada
epidermis)

Impetigo Impetigo
neonatorum
bulosa
Impetigo krustosa
Gejala klinis
• Sinonim • Tidak disertai gejala umum
impetigo kontangiosa, impetigo • Hanya pada anak
vulgaris, impetigo Tillbury Fox. • Predileksi : di wajah, yakni sekitar
lubang hidung dan mulut
• Etiologi • Kelainan kulit : eritema dan vesikel
yang cepat memecah, sehingga terlihat
Streptococcus B hemolyticus krusta tebal berwarna kuning seperti
madu. Jika dilepaskan tampak erosi di
bawahnya. Sering krusta menyebar ke
perifer dan sembuh dibagian tengah.
Tatalaksana medikamentosa : Konseling dan edukasi :
• Jika krusta banyak, dilepas dengan • menjaga kebersihan kulit dengan
mencuci dengan H2O2 dalam air, lalu mandi memakai sabun 2 kali sehari
diberi salep antibiotic seperti • menjaga kebersihan lingkungan
kloramfenikol 2% dan teramisin 3%.
• mencegah kontak langsung
• Jika lesi banyak dan disertai gejala maupun tidak langsung dengan
konstitusi (demam, dll), berikan penderita
antibiotic sistemik, misalnya penisilin,
kloksasilin, atau sefalosporin.
Kriteria rujukan
Jika terdapat tanda-tanda komplikasi
Glomerulonefritis yang ditandai dengan
tekanan darah tinggi, bengkak pada
wajah atau tubuh, dan air seni
berwarna merah. Gejala timbul 10 hari
setelah impetigo pertama kali
muncul,namun dapat juga timbul 1-5
minggu kemudian.

Gambar 1. impetigo krustosa


Impetigo bulosa
• Sinonim Gejala Klinis
• Sering bersamaan dengan miliaria
Impetigo vesiko-bulosa, cacar
• Predileksi : di aksila, dada, punggung.
monyet.
• Bisa pada anak dan dewasa
• Kelainan kulit : eritema, bula, bula
• Etiologi hipopion. Biasanya pasien datang
Staphylococcus aureus dengan vesikel/bula yang sudah pecah
sehingga muncul koleret dan dasarnya
masih eritematosa.
Tatalaksana medikamentosa : Konseling dan edukasi :
• Jika bula besar dan banyak, • menjaga kebersihan kulit dengan
sebaiknya dipecahkan, selanjutnya mandi memakai sabun 2 kali sehari
dibersihkan dengan antiseptic
(betadin) dan diberi salep antibiotik
• menjaga kebersihan lingkungan
(kloramfenikol 2% atau eritromisin • mencegah kontak langsung maupun
3%). tidak langsung dengan penderita
• Jika ada gejala konstitusi berupa
demam, sebaiknya diberi antibiotik
sistemik, misalnya penisilin 30-
50mg/kgBB atau antibiotic lain yang
lebih sensitif.
Kriteria Rujukan :
• Pasien dirujuk apabila terjadi:
• Komplikasi mulai dari selulitis.
• Tidak sembuh dengan pengobatan
selama 5-7 hari.
• Terdapat penyakit sistemik (gangguan
metabolik endokrin dan
imunodefisiensi).
KANDIDOSIS
1. Definisi
• Kandidosis adalah penyakit jamur, yang disebabkan oleh candida spp misalnya
spesies C. albicans. Infeksi dapat mengenai kulit, kuku, membrane mukosa,
traktus gastrointestinal, juga dapat menyebabkan kelainan sistemik
2. Epidemiologi
• Dapat menyerang seluruh umur, baik laki-laki maupun perempuan . Sumber agen
penyebab utama adalah pasien, namun transmisi dapat melalui kontak langsung
dan fomites.
3. Etiologi
• Penyebab tersering untuk kelainan di kulit, genital, dan mukosa oral adalah C.
albicans, sedangkan spesies non-albicans yang tersering adalah C. dubliniensis, C.
glabrata, C. guillermondii, C. Kr usei, C. lusitaniae, C. parapsilosis, C.
pseudotropicalis, C. tropicalis.
4. Klasifikasi Paronikia candida Kandidosis
Onikomikosis Kandida Kongenital

Kandidosis Oral (Oral


Thrush)
Kandidosis
Kandidosis Oral Kandidosis mukokutan kronik

Parleche (Kelitis
angular atau
kandidal keilosis) Kandidosis Kutis dan
Reaksi Id
selaput lender genital

Balanitis atau Diaper Kandidosis kutis


Lokalisata Vulvovaginitis
balanopositis kandidosis granulomatosa

Daerah Daerah Perianal


Intertriginosa dan Skrotal
Klasifikasi menurut Rex dkk (2000)
1. Kandidosis berhubungan dengan kateter
2. Kandidosis diseminasi akut
3. Kandidosis diseminasi kronik
4. Kandidosis organ dalam
5. Patogenesis
Dapat terjadi infeksi jika terdapat factor predisposisi baik eksogen
maupun endogen:
1. Perubahan fisiologik : usia, kehamilan, haid
2. Faktor mekanik : Trauma (luka bakar, aberasi), oklusi local,
kelembaban, maserasi, kegemukan
3. Faktor nutrisi : avitaminosis, defisiensi zat besi, malnutrisi
4. Penyakit sistemik : Penyakit endokrin (DM, Cushing syndrome),
Down syndrome, acrodematitis enteropatika, uremia, keganasan,
imunodefisiensi.
5. Iatrogenik : Penggunaan kateter, radiasi sinar x, penggunaan obat-
obatan (glukokortikoid, agen imunosupresi, antibiotic, dll)
6. Manifestasi klinis
1. Kandidiasis oral
a. Thrush
Pada bayi, infeksi HIV dan AIDS.
Tampak pseudomembran putih coklat muda kelabu yang menutup
lidah, palatum molle, pipi bagian dalam, dan permukaan rongga mulut
yang lain. Bila terlepas dasarnya tampak daerah basah dan merah.
Lesi dapat terpisah-pisah dan tampak seperti kepala susu pada rongga
mulut.
b. Perleche
Lesi berupa fisura pada sudut mulut, lesi mengalami maserasi,erosi,
basah, dan dasarnya eritematosa. Karena defisiensi riboflavin dan
kelainan gigi.
2. Kandidiosis Kutis
a. Lokalisata
- Kandidosis intertiginosa
Predileksi : daerah ketiak, genitokrural,lipat payudara, interdigital,
intergluteal, dan umbilicus, serta lipatan kulit perut
Lesi : bercak berbatas tegas, bersisik, basah dan eritematosa, dikelilingi
satelit berupa vesikel dan pustule kecil atau bula yang bila pecah
meninggalkan daerah erosive dengan pinggir kasar dan berkembang
seperti lesi primer.
-kandidosis perianal
b. Vulvovaginitis
Faktor : DM, hamil, siklus haid, rekurensi (penggunaan cairan
pembersih genital, antibiotic, imunosupresi.
Keluhan utama : gatal daerah vulva. Berat : panas, nyeri sesudah miksi,
dyspareunia
Hiperemi labia minor, dan kelainan khas bercak putih kekuningan. Berat
: edema labia minor dan ulkus dangakal di labia minora dan sekitar
introitus vagina
Flour albus berwarna kekuningan dengan tanda khas gumpalan sebagai
kepala susu berwarna putih kekuningan
c. Balanitis/balanopositis
Lesi : erosi, pustula dengan dinding yang tipis terdapat pada glans penis
dan sulkus koronarius glans.

d. Diaper rash
Lesi berawal dari daerah perineal meluas ke perineum dan lipat inguinal
berupa eritema cerah

e. Kandidiosis kutis granulomatosa


Lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning
kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta dapat menimbul
seperti tanduk sepanjang 2 cm.
3. Paronikia candida dan onikomikosis
Lesi berupa kemerahan, pembengkakan tidak bernanah, dan nyeri
daerah paronikia disertai retraksi kutikula ke arah lipat kuku proksimal
Onikolisis : terdapat lekukan transversal berwarna kecoklatan

4. Kandidiosis kongenital
Lesi khas berupa vesikel atau pustule dengan dasar eritematous pada
wajah, dada yang meluas generalisata.
5. Kandidiosis mukokutan kronik
Sindrom klinis berupa infeksi candida superfisial pada kuku, kulit,
orofaring yang bersifat kronis dan resisten pada pengobatan
6. Reaksi Id(Kandidid)
Reaksi alergi terhadap jamur
Berupa vesikel eritematosa yang bergerombol terdapat pada lateral jari
dan telapak tangan
7. Penunjang diagnosis
1. Pemeriksaan Langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH
20% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau
hifa semu.
2. Pemeriksaan Biakan
Bahan dimasukkan ke agar dektrosa glukosa sabouraud, dapat pula agar
ini dibubuhi antibiotic (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan
bakteri. Pembenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37C,
koloni tumbuh setelah 2-5 hari, berupa koloni mukoid putih.
8. Diagnosis Banding
Kandidiosis kutis lokalisata dengan :
a. Eritrasma : lesi dilipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering, tidak
ada satelit, pemeriksaan dengan lampu wood positif
b. Dermatitis intertriginosa
c. Dermatofitosis (Tinea) dll
Kandidiosis kuku dengan tinea unguium
Kandidiosis vulvovaginitis antara lain dengan :
d. Trikomonas vaginalis
e. Gonore akut
9. Tatalaksana
Pengobatan bergantung pada spesies penyebab, sensitifitas terhadap obat antijamur, lokasi
infeksi, penyakit yang mendasari, dan status imun pasien.
1. Hindari atau hilangkan factor pencetus dan predisposisi
2. Topikal :
a. Selaput lender
- Larutan ungu gentian ½%-1% untuk selaput lender, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2x
selama 3 hari.
- Nistatin : krim, suspense (kelainan kulit dan mukokutan)
- Kandidiasis vaginalis : kotrimazol 500 mg prvaginam dosis tunggal, sistemik bila perlu
diberikan ketokonazol 1x200 mg atau itrakonazol 2x200mg dosis tuggal atau flukonazol
150 mg dosis tunggal
b. Kelainan kulit
- Grup azol : Mikonazol 2% (krim/bedak), Klotrimazol 1% (bedak, larutan, krim), Tiokonazol,
bufonazol, isokonazol, Sikloproksolamin 1% (larutan,krim), antimikotik lain spectrum luas
3. Sistemik :
Diberikan untuk berbagai kelainan antara lain kasus refrakter, candida
diseminata, dan kandidosis mukokutan kronik.
Flukonazol adalah lini pertama untuk pasien non-neutropenik, dengan
kandidemia atau kandidiosis invasive (dosis 100-400 mg/hari)
Pilihan lain adalah itrakomazol dengan dosis harian 200mg/hari atau
dosis denyut.
Pemeriksaan dengan pengecatan Gram

Pemeriksaan dengan pengecatan Gram untuk mengetahui bakteri atau jamur


Sampel : cairan eksudat, vesikel, bula atau pustul, ulkus, uretra, vagina

Cara kerja:
• jika vesikel/bula atau pustul belum Hasil pemeriksaan :
pecah, dilakukan insisi sedikit pada • staphylococcus : bulat, biru ungu,
atap lesi, selanjutnya cairan diambil bergerombol seperti anggur
dengan scalpel secara halus/pelan • stretococcus : bulat, biru ungu,
• Ulkus / cairan tersebut diambil berderet
dengan lidi kapas lalu oleskan ke • gonococcus : biji kopi
gelas obyek berpasangan, merah (gram
• lakukan pengecatan dengan larutan negatif)
Gram A, B, C dan D
PeMeriksaan KOH (jamur)
untuk mengetahui elemen jamur seperti spora, hifa atau pseudohifa
Sampel : kerokan kulit, rambut (dicabut), kerokan kuku atau apusan dari discar pada
dinding vagina

Cara kerja:
• Letakkan pada objek glas yang sudah
• Persiapkan alat dan bahan.
ditetesi KOH, tutup dengan
Larutkan KOH dalam aquades,
coverslip. Panaskan dengan cara
kemudian tambahkan gliserol dan
melewatkan dengan api 2-3 kali.
tinta parker.
• Apabila spesimen telah tampak
• Tentuka daerah lesi yang akan
jernih periksa dibawah mikroskop.
diambil spesimen (kerokan lesi)
• Bila hasilnya kurang jelas bisa
• Siapkan gelas objek steril.
ditetesi tinta parker sehingga
Teteskan KOH 10%.
memberi warna dasar biru-
• Lakukan pengambilan kerokan
kehitaman, sedangkan jamur tetap
kulit dengan scapel pada daerah
jernih.
lesi kulit
INTERPRETASI

• Dermatofitosis: elemen jamur kulit berupa hifa panjan dan atau


artrospora. Pada rambut berupa spora endotrik/ektotrik dan kadang
terdapat hifa didalam atau diluar rambut
• Kandidiosis: elemen jamur berupa spora, blastospora dan pseudohifa
• Pitiriasis versikolor: elemen jamur berupa sekelompok spora
oval/bulat, blastospora dan hifa pendek.
• Tinea nigra palmaris: tampak hifa bercabang, bersekat, berwarna
coklat muda sampai hijau tua.
• Piedra: tampak benjolan yang terdiri atas hifa bersekat, teranyam
padat dan diantaranya terdapat askus yang berisi 4-8 akospora
Daftar pustaka
• Aminah S, dkk. 2016. Panduan Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta
• Saputra O, Hanriko R, 2016. Buku Panduan Clinical Skills Lab
Semester 5. fakultas kedokteran universitas Lampung
• Adhi Djuanda, dkk. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A, Suriadiredja A, Sudharmono A, dkk, 2016. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.
Tyas M, Basuki R, Ratnaningrum K. 2015. Buku Ajar Sistem Integumen.
Semarang : Unimus Press.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai