Kasus
SEORANG LAKI-LAKI 50 TAHUN DENGAN
SCABIES
Mentari Maratus Sholihah G991905040
PEMBIMBING:
dr. Alamanda Murasmita, Sp.KK
Tanda Vital
Tensi : 120/71 mmHg
Nadi : 92 x/ menit
Rr : x/menit
Suhu : 36,2 0C
PEMERIKSAAN FISIK
MATA:
KEPALA: konjungtiva pucat (-/-), pupil
Bentuk mesocephal, rambut isokor dengan diameter (3
warna hitam, uban (-), mudah mm/3 mm), reflek cahaya
rontok (-), luka (-) (+/+)
TELINGA:
Membran timpani intak, sekret
HIDUNG: (-), darah (-), nyeri tekan mastoid
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), nyeri tekan tragus (-)
(-), epistaksis (-), fungsi
penghidu baik
MULUT:
Sianosis (-), gusi berdarah,
LEHER: lidah kotor (-), papil lidah
JVP (R+2), trakea di tengah, simetris,
atrofi (-), tepi lidah hiperemi
pembesaran tiroid (-), pembesaran
(-)
limfonodi cervical (-), kaku kuduk (-).
THORAKS:
Bentuk normochest, simetris, PD
kanan = kiri, retraksi intercostal
(-), pernafasan torakoabdominal
PULMO ANTERIOR-POSTERIOR:
I: Normochest, simetris, SIC tidak
melebar, PD ka=ki, retraksi
intercostal (-).
P: simestris, PD ka=ki, FR ka=ki,
JANTUNG: penanjakan dada ka=ki
I: IC tak tampak P: sonor/sonor,
P: IC tak kuat angkat, teraba di A: SDV, RBH (-/-), RBK (-/-), suara
SIC VI 2 cm dari LMCS tambahan wheexing (-/-)
P: batas jantung tidak melebar
A:. BJ I-II murni, intensitas normal,
reguler, gallop (-), bising (-).
ABDOMEN:
I: DP//DD, distented (-)
A: Bising usus (+) normal
P: Timpani, pekak alih (-)
P: Supel, nyeri tekan (-)
EKSTREMITAS:
oedem (-/-/-/-)
Pucat (-/-/-/-)
Dingin (-/-/-/-)
Peteki (-/-/-/-)
Status Dermatologis (15 Mei 2020)
Tatalaksana Diagnosis
Medikamentosa Banding
1. Permetrin cream 5% 1x sehari malam hari 1. Prurigo nodularis
2. Cream racikan: desoxymetason 20 gram + 2. Pedikulosis corporis
asam fusidat 20 gram oles area lesi 2x 3. Dermatitis kontak iritan
sehari pagi-sore setelah mandi
3. Chlorpheniramine maleate tablet 4 mg/ 8
jam
4. Cefadroxil kapsul 500 mg/12 jam
Tatalaksana Non
Medikamentosa
a. Edukasi pasien terkait penyakit, pengobatan, prognosis, dan rekurensi.
Sehingga pasien mengenal dan memahami pengobatan serta komplikasi
yang dapat terjadi.
b. Edukasi pasien untuk rutin memakai salep dan meminum obat yang
diberikan.
c. Edukasi pasien untuk memisahkan pakaian, handuk dan barang-barang
lainnya yang pernah digunakan oleh pasien, harus diisolasi dan direndam
dengan air panas terlebih dahulu sebelum dicuci.
d. Edukasi pasien untuk sering mengganti sprei dengan yang baru maksimal
setiap 3 hari sekali serta menjemur kasur dibawah sinar matahari.
e. Edukasi pasien untuk menghindari kontak langsung dengan penderita lain
(anak pasien) seperti bersentuhan dan tidur bersama.
f. Edukasi terhadap pasien untuk berobat secara rutin dan kontrol teratur ke
poli kulit dan kelamin.
Diagnosis, Daftar Masalah,Tatalaksana,
Plan Prognosis
1. Kontrol rutin ke poli kulit RS UNS Ad vitam : bonam
Epidemiologi
• Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi, negara
berkembang: prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung
tinggi pada anak-anak serta remaja.
• Insiden skabies di negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi.
• Prevalensi skabies di Puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2000 adalah 4,6%-
12,9%, urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.
• Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni
yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai
Etiologi Scabies
• Sarcoptes scabiei merupakan Arthropoda yang masuk ke dalam kelas Arachnida, sub
kelas Acari (Acarina), ordo Astigmata dan famili Sarcoptidae. Pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei var. hominis.
• Adapun jenis Sarcoptes scabei var. animalis yang kadang-kadang bisa menulari
manusia terutama bagi yang memelihara hewan peliharaan seperti anjing
Cara Penularan
• Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak
langsung.
• Yang paling sering adalah kontak langsung yang saling bersentuhan atau dapat pula
melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian.
• dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang
sehat.
• Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang
sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas
asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh
masyarakat luas
Patogenesis Scabies
• Setelah terjadi perkawinan (kopulasi) biasanya tungau jantan akan mati. Setelah
tungau betina dibuahi, tungau ini akan membentuk terowongan pada kulit sampai
perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum, telur 2-4 sampai 40-50 sehari.
• Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai
3 pasang kaki. setelah 2-3 hari masuk ke stadium nimfa yang mempunyai 2 bentuk,
jantan dan betina dengan 4 pasang kaki.
• Waktu yang diperlukan mulai dari telur menetas sampai menjadi dewasa sekitar 8-12
hari, Siklus hidup tungau paling cepat terjadi selama 30 hari.
• Tungau yang berpindah ke lapisan kulit teratas memproduksi substansi proteolitik
(sekresi saliva) yang berperan dalam pembuatan terowongan.
• Tungau-tungau ini memakan jaringan-jaringan yang hancur, namun tidak mencerna
darah.
• Feses (Scybala) tungau akan ditinggalkan di sepanjang perjalanan tungau menuju ke
epidermis dan membentuk lesi linier sepanjang terowongan.
• Sensitisasi terjadi pada penderita yang terkena infeksi scabies pertama kali. Pada saat
itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika
dan lain-lain.
• garukan : timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.
Manifestasi Klinis Scabies
Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal sebagai
berikut:
1. Pruritus nocturnal
2. Sekelompok Orang
3. Terowongan (kanalikulus)
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik
Scabies
Bentuk-Bentuk Scabies
Skabies merupakan penyakit kulit yang manifestasi klinisnya sering menyerupai penyakit
kulit lainnya sehingga disebut the great imitator. Terdapat berbagai bentuk skabies atipik
yang sulit dikenal sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis.
1. Scabies pada orang bersih
2. Scabies incognito
3. Scabies nodularis
4. Scabies bulosa
5. Scabies yang ditularkan oleh hewan
6. Scabies pada orang yang terbaring di tempat tidur
7. Scabies pada acquired immunodeficiency syndrome
8. Scabies yang disertai penyakit menular seksual lain
9. Scabies pada bayi dan orang usia lanjut
10. Scabies krustosa
Pemeriksaan PenunjangScabies
Menemukan tungau:
1. Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitar papula yang lama maupun yang baru.
Hasil kerokan diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan KOH 10% kemudian
ditutup dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Diagnosis scabies
positif jika ditemukan tungau, nimpa, larva, telur atau kotoran S. scabiei.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung pada kertas putih kemudian
dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan, yaitu lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan
tipis dengan pisau kemudian diperiksa dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin.
5. Burrow ink test
6. Videodermatoskopi
Scabies
Diagnosis Banding
• Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great imitator karena dapat
mencakup hampir semua dermatosis pruritik berbagai penyakit kulit dengan keluhan
gatal.
• Adapun diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah prurigo, pedikulosis
corporis, dermatitis
Tatalaksana Scabies
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau
krim → tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh
kurang dari 3 hari, berbau, mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan
iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%)→ efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga hari, sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang
makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam krim
atau losio → efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi
iritasi, tidak dianjurkan pada anak dibawah enam tahun dan wanita hamil, karena
toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih
ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio → sebagai antiskabies dan anti gatal, dipakai
selama 24 jam, harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
5. Permetrin 5% dalam krim, kurang toksik jika dibandingkan gameksan, efektifitasnya
sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi
selama seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 tahun.
Scabies
Tatalaksana
• Bila disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika.
• Untuk rasa gatal dapat diberikan antihistamin per oral.
• Perlu diperhatikan jika diantara anggota keluarga ada yang menderita skabies juga
harus diobati.
• Pakaian , alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya dicuci dengan air panas
Pencegahan Scabies
• menghindari kontak langsung dengan penderita dan mencegah penggunaan barang-
barang penderita secara bersama-sama. Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya
yang pernah digunakan oleh penderita harus diisolasi dan dicuci dengan air panas.
• Pakaian dan barang-barang yang berbahan kain dianjurkan untuk disetrika sebelum
digunakan.
• Sprai penderita harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekali.
• Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air (bantal, guling, selimut) disarankan
dimasukkan ke dalam kantung plastik selama tujuh hari, selanjutnya dicuci kering
atau dijemur di bawah sinar matahari sambil dibolak batik minimal dua puluh menit
sekali.
• Kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang sehat akan
mempercepat kesembuhan dan memutus siklus hidup S. scabiei.
• Umumnya, penderita masih merasakan gatal selama dua minggu pascapengobatan.
Kondisi ini diduga karena masih adanya reaksi hipersensitivitas yang berjalan relatif
lambat.
Scabies
Komplikasi dan Prognosis
• Gatal hebat mengganggu tidur sehingga keesokan harinya penderita mengantuk,
pusing dan keluhan akibat kurang tidur lainnya.
• Lesi scabies juga menurunkan rasa percaya diri pada sebagian besar penderita.
• kulit yang mengalami ekskoriasi, dapat terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. →
pioderma akibat infeksi bakteri dapat meluas, invasif bahkan fatal → limfangitis,
limfadenitis, selulitis bahkan sepsis.
• Infeksi sekunder dapat memicu komplikasi sistemik yang berat misalnya penyakit
ginjal dan penyakit jantung rheumatik. Sekitar 50% kasus glomerulonefritis akut
pasca-infeksi Streptococcus disebabkan infeksi kulit.
• hiperpigmentasi atau hipopigmentasi akibat inflamasi.
• Infestasi skabies dapat menyebabkan stres emosi yang serius, meliputi perasaan malu,
bersalah, dan delusi parasitosis persisten.
• Penyakit kulit dapat menyebabkan masalah dalam hubungan personal dan pasangan
seksual karena adanya lesi di area genital. Konsekuensi psikososial tersebut
mempunyai efek langsung terhadap kualitas hidup penderita.
• Prognosis skabies sangat baik jika diagnosis dan terapi tepat, namun pada penderita
immunocompromised atau penderita yang tinggal di panti asuhan atau asrama, angka
kejadian infestasi ulang tinggi.
Terimaka
sih
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.