Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

SEORANG WANITA 64 TAHUN DENGAN DRUG ERUPTION EC


ERYTRODERMA DD DRESS SYNDROME EC SUSPEK METAMIZOLE
DD DIAZEPAM, SELULITIS CRURIS DEXTRA, PENINGKATAN
ENZIM TRANSAMINASE, AKI PRERENAL, HIPOALBUMIN
BERAT, HIPONATREMIA SEDANG DAN HIPOKALSEMIA
RINGAN.

Oleh:

Mariyah Mustaqimah G99181043

Residen Pembimbing

dr. Sari Amalia dr. Amiroh Kurniati, M.Kes, Sp.PK

KEPANITERAAN KLINIK SMF PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Patologi Klinik dengan judul:

Seorang Wanita 64 Tahun dengan Drug Eruption ec Erytroderma dd Dress


Syndrome ec Suspek Metamizole dd Diazepam, Selulitis Cruris Dextra,
Peningkatan Enzim Transaminase, AKI Prerenal, Hipoalbumin Berat,
Hiponatremia Sedang dan Hipokalsemia Ringan.

Oleh:

Mariyah Mustaqimah G99181043

Telah disetujui untuk dipresentasikan pada tanggal : 10 September


2018

dr. Amiroh Kurniati, M.Kes, Sp.PK

2
STATUS PASIEN

I. ANAMNESIS
A. Identitas Penderita
Nama : Ny. W
No. RM : 01443XXX
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 64 tahun
Alamat : Sambung Macan, Sragen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal masuk RS : 24 Desember 2018
Tanggal dikasuskan : 27 Desember 2018

B. Data Dasar
Autoanamnesis, Alloanamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan
pada tanggal 27 Desember 2018 di bangsal Flamboyan 8 kamar 803 C
RSUD Dr. Moewardi.

Keluhan Utama
Kemerahan di kulit sejak 12 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSDM dengan keluhan kemerahan di
kulit sejak kurang lebih 12 hari SMRS. Kulit terasa panas, gatal,
bersisik, dan terkelupas berwarna keputihan. 12 hari SMRS muncul
ruam kemerahan di badan dan kedua tangan (+), demam (-), batuk (-),
pilek (-). Pasien lalu berobat ke RSKU dan diberikan obat Meloxicam
tab 2x7,5 mg, Dextamin tab 2x1, Metilprednisolon tab 2x4 mg. 16
hari SMRS pasien kontrol ke poli RSKU setelah operasi patah tulang
3
dan diberikan obat Metamizol 500 mg dan Diazepam 2 mg. 1 bulan
SMRS pasien BLPL dari RSKU setelah operasi patah tulang. Pasien
diberikan obat Cefadroxil 2x500 mg.
BAB tidak ada keluhan. BAB 1 kali dalam sehari, konsistensi
lunak, keluar sedikit-sedikit, berwarna kecoklatan, darah disangkal,
lendir disangkal, BAB cair disangkal.
BAK pasien tidak ada keluhan. Pasien BAK 3-5 kali sehari,
sebanyak ½ gelas air mineral, warna kuning jernih, tidak ada nyeri
saat BAK, tidak ada rasa panas saat BAK, anyang-anyangan
disangkal, BAK tidak berdarah dan tidak berpasir.
Riwayat hipertensi, riwayat kencing manis, riwayat asma, dan
riwayat sakit liver disangkal. Pasien belum pernah mengalami sakit
seperti ini sebelumnya. Karena keluhan tersebut pasien dirujuk ke
RSUD Dr. Moewardi untuk penanganan lebih lanjut.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat mondok : (+)
- RSKU: Operasi Patah Tulang
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat sakit kuning : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat alergi makanan : disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit kuning : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat keganasan : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
4
Riwayat kebiasaan
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
Riwayat konsumsi minuman berenergi : disangkal

Riwayat Gizi
Sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan porsi 1 piring nasi
dengan lauk dan sayur-sayuran. Lauk beraneka ragam. Pasien minum
5
air putih setelah makan. Saat sakit ini pasien diet nasi TKTP 1700
kkal dengan minum kurang lebih 1200 ml perhari

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien berobat
menggunakan BPJS kelas III.

II. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 27 Desember 2018 dengan hasil
sebagai berikut:
1. Keadaan umum
Compos mentis, GCS E4V5M6, pasien terlihat sakit sedang, kesan
gizi baik
2. Tanda vital
 Tensi : 130/80 mmHg
 Nadi : 100 kali /menit, reguler, isi cukup
 Frekuensi nafas : 20 kali /menit, reguler, irama teratur
 Suhu : 37,60C
 SpO2 : 98%
3. Status gizi
a. Berat badan : 70 kg
b. Tinggi badan : 160 cm
c. IMT : 27.34 kg/m2
d. Kesan : Overweight
4. Kulit : Kulit berwarna sawo matang, turgor menurun (-),
hiperpigmentasi (-), tampak makulopurpuric eritem
multiple diskret dengan sebagian berkonfluens (+),
epidermal detachment generalisata (+)
5. Kepala : Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok
(-), luka (-), atrofi musculus temporalis (-)

6
6. Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (+/+), pupil isokor dengan diameter (3 mm/3
mm), reflek cahaya (+/+), edema palpebra (-/-),
strabismus (-/-), katarak (-/-)
7. Telinga : Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan
tragus (-)
8. Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-)
9. Mulut : Mukosa kering (-), bibir kering (-), sianosis (-), erosi (-)
10. Leher : JVP 5+2 cm H2O, pembesaran kelenjar getah bening
leher (-)
11. Thorax : Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan
= kiri, spider nevi (-)
12. Jantung
a. Inspeksi : Ictus kordis tak tampak
b. Palpasi : Ictus kordis teraba di SIC V 2 cm di medial dari
Linea Mid Clavicularis Sinistra
c. Perkusi : Kiri bawah: SIC V 2 cm di medial dari Linea Mid
Clavicularis Sinistra
Pinggang jantung: SIC II Linea Para Sternalis
Sinistra
Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kesan: batas jantung kesan tidak melebar
d. Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, intensitas normal,
gallop (-), murmur (-)
13. Pulmo
a. Depan
a. Inspeksi
 Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak
melebar, iga tidak mendatar

7
 Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan =
kiri, sela iga tidak melebar, retraksi
intercostal (-)
b. Palpasi
 Statis : Simetris
 Dinamis : Pergerakan dinding dada kanan = kiri,
fremitus raba menurun kanan = kiri,
nyeri tekan (-)
c. Perkusi
 Kanan : Sonor
 Kiri : Sonor
 Peranjakan diafragma 5 cm
d. Auskultasi
 Kanan : Suara dasar vesikuler (+), suara
tambahan: wheezing (-), ronkhi basah
kering (-), ronki basah kasar (-),
krepitasi (-)
 Kiri : Suara dasar vesikuler (+), suara
tambahan: wheezing (-), ronkhi basah
kering (-), ronki basah kasar (-),
krepitasi (-)
b. Belakang
e. Inspeksi
 Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak
melebar, iga tidak mendatar
 Dinamis : Pengembangan dada simetris
kanan=kiri, sela iga tidak melebar,
retraksi intercostal (-)
f. Palpasi
 Statis : Simetris

8
 Dinamis : Pergerakan dinding dada kanan = kiri,
fremitus raba kanan = kiri, nyeri tekan
(-)
g. Perkusi
 Kanan : sonor
 Kiri : sonor
 Peranjakan diafragma 5 cm

h. Auskultasi
 Kanan : Suara dasar vesikuler (+), suara
tambahan: wheezing (-), ronkhi basah
kering (-), ronki basah kasar (-),
krepitasi (-)
 Kiri : Suara dasar vesikuler (+), suara
tambahan: wheezing (-), ronkhi basah
kering (-), ronki basah kasar (-),
krepitasi (-)
14. Abdomen
e. Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada, venektasi (-),
sikatriks (-), striae (-), caput medusae (-), ikterik (-)
, darm countour (-), darm steifung (-)
f. Auskultasi : Bising usus (+) 8 x/menit, bruit hepar (-), bising
epigastrium (-), metalic sound (-)
g. Perkusi : timpani, nyeri tekan (-), bruit (-), area traube
timpani, undulasi (-), pekak alih (-)
h. Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
membesar.
15. Genitalia : erosi (-)

9
16. Ekstremitas
Akral dingin Oedem
- - - -
- - + -

Status Lokalis Regio Cruris Dextra:


Look : Oedem (+), hiperemis (+), luka bekas operasi (+),
pus (+).
Fell : Teraba hangat, nyeri tekan (+).
Move : ROM terbatas nyeri

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium darah
Pemeriksaan laboratorium darah dilakukan tanggal 24 Desember 2018 di
RSUD dr. Moewardi Surakarta

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hemoglobin 11.6 g/dL 12.0 – 15.6
Hematokrit 35 % 33 – 45
Leukosit 25.3 ribu/µl 4.5 – 11.0
Trombosit 216 ribu/µl 150 – 450
Eritrosit 4.01 juta/µl 4.10 – 5.10
INDEX ERITROSIT
MCV 88.2 /um 80.0-96.0
MCH 28.9 Pg 28.0-33.0
MCHC 32.8 g/dl 33.0-36.0
RDW 12.4 % 11.6-14.6
MPV 8.8 Fl 7.2-11.1
PDW 17 % 25-65
HITUNG JENIS
10
Netrofil 64.1 % 55.00-80.00
Limfosit 28.1 % 22.00-44.00
Monosit 5.3 % 0.00-7.00
Basofil 0.1 % 0.00-2.00
Eosinofil 2.4 % 0.00-4.00
KIMIA KLINIK
GDS 110 mg/dl 60-140
SGOT 247 u/l <31
SGPT 235 u/l <34
Bilirubin total 13.04 mg/dl 0.00 – 1.00
Albumin 2.4 g/dl 3.2-4.6
Creatinine 1.7 mg/dl 0.6 – 1.2
Ureum 151 mg/dl <50
ELEKTROLIT
Natrium darah 127 mmol/L 132-146
Kalium darah 3.6 mmol/L 3.7-5.4
Calsium ion 1.11 mmol/L 1.17-1.29
SEROLOGI HEPATITIS
HBsAg Rapid Nonreactive Nonreactive

11
Pemeriksaan Urin rutin dilakukan tanggal 26 Desember 2018 di RSUD dr.
Moewardi Surakarta

Makroskopik

Warna Kuning Kuning

Kejernihan Sedikit Keruh Jernih

Kimia

BJ 1017 1003-1030

PH 6.5 4.8-7.8

Darah Negatif Negatif

Protein Positif (+) Negatif

Leukosit esterase Negatif Negatif

Keton Negatif Negatif

Nitrit Negatif Negatif

Glukosa Negatif Negatif

Bilirubin Positif (++) Negatif

Urobilinogen Positif Positif

Mikroskopis
Eritrosit 57.1 LPB 0-3

Lekosit 11,9 LPB 0-12

Silinder 0.63 LPK Negatif

12
Epitel Squamous 1-4 LPB Negatif

Epitel Transisional 0-1 LPB Negatif

Epitel Bulat negatif LPB Negatif

Kristal 0.5 LPB

Bakteri 5.3 LPB Negatif

Hyaline 0 LPK 0-3

Small Round Cell 1.1 uL 0.0

Granulated 0-1 LPK Negatif

Sperma 0.0 uL 0.0

Konduktivitas 14.2 mS/cm 3.0-32.0

Pemeriksaan laboratorium darah dilakukan tanggal 27 Desember 2018 di RSUD


dr. Moewardi Surakarta

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hemoglobin 11.3 g/dL 12.0 – 15.6
Hematokrit 37 % 33 – 45
Leukosit 27.0 ribu/µl 4.5 – 11.0
Trombosit 95 ribu/µl 150 – 450
Eritrosit 4.22 juta/µl 4.10 – 5.10
INDEX ERITROSIT
MCV 86.9 /um 80.0-96.0
MCH 26.7 Pg 28.0-33.0
MCHC 30.8 g/dl 33.0-36.0
RDW 17.4 % 11.6-14.6
HITUNG JENIS
13
Netrofil 66.0 % 55.00-80.00
Limfosit 14.00 % 22.00-44.00
Monosit 3.0 % 0.00-7.00
Basofil 0.0 % 0.00-2.00
Eosinofil 13.00 % 0.00-4.00

KIMIA KLINIK (27/12/18)


Albumin 2.6 g/dl 3.2-4.6
KIMIA KLINIK (28/12/18)

SGOT 123 u/l <31


SGPT 215 u/l <34
Creatinine 0.7 mg/dl 0.6 – 1.2
Ureum 66 mg/dl <50
ELEKTROLIT
Natrium darah 131 mmol/L 132-146
Kalium darah 3.4 mmol/L 3.7-5.4
Calsium ion 1.30 mmol/L 1.17-1.29
SEROLOGI
Anti HCV Nonreactive   Nonreactive

Pemeriksaan laboratorium darah dilakukan tanggal 2 Januari 2018 di RSUD dr.


Moewardi Surakarta

14
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Hemoglobin 10.1 g/dL 12.0 – 15.6

Hematokrit 31 % 33 – 45

Leukosit 10.6 ribu/µl 4.5 – 11.0

Trombosit 374 ribu/µl 150 – 450

Eritrosit 3.57 juta/µl 4.10 – 5.10

INDEX ERITROSIT

MCV 85.7 /um 80.0-96.0

MCH 28.3 Pg 28.0-33.0

MCHC 33.0 g/dl 33.0-36.0

RDW 17.1 % 11.6-14.6

HITUNG JENIS

Netrofil 53.8 % 55.00-80.00

Limfosit 30.6 % 22.00-44.00

Monosit 8.40 % 0.00-7.00

Basofil 0.50 % 0.00-2.00

Eosinofil 6.70 % 0.00-4.00

KIMIA KLINIK

15
SGOT 70 u/l <31
SGPT 127 u/l <34
Bilirubin total 11.24 mg/dl 0.00 – 1.00
Bilirubin DIrect 7.79 mg/dl 0.00 – 0.30

Albumin 3.0 g/dl 3.2-4.6


Creatinine 0.4 mg/dl 0.6 – 1.2
Ureum 26 mg/dl <50
ELEKTROLIT
Natrium darah 132 mmol/L 132-146
Kalium darah 3.6 mmol/L 3.7-5.4
Calsium ion 0.98 mmol/L 1.17-1.29
SEROLOGI HEPATITIS
Anti HBc Total Positif   Negatif

Pemeriksaan laboratorium darah dilakukan tanggal 7 Januari 2018 di RSUD dr.


Moewardi Surakarta

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hemoglobin 9.1 g/dL 12.0 – 15.6
Hematokrit 26 % 33 – 45
Leukosit 19.8 ribu/µl 4.5 – 11.0
Trombosit 572 ribu/µl 150 – 450
Eritrosit 3.04 juta/µl 4.10 – 5.10
INDEX ERITROSIT

16
MCV 84.9 /um 80.0-96.0
MCH 30.0 Pg 28.0-33.0
MCHC 35.3 g/dl 33.0-36.0
RDW 15.8 % 11.6-14.6
HITUNG JENIS
Netrofil 64.7 % 55.00-80.00
Limfosit 27.66 % 22.00-44.00
Monosit 5.68 % 0.00-7.00
Basofil 1.13 % 0.00-2.00
Eosinofil 0.82 % 0.00-4.00

KIMIA KLINIK
SGOT 38 u/l <31
SGPT 112 u/l <34
Creatinine 0.7 mg/dl 0.6 – 1.2
Ureum 46 mg/dl <50
ELEKTROLIT
Natrium darah 139 mmol/L 132-146
Kalium darah 3.0 mmol/L 3.7-5.4
Calsium ion 1.23 mmol/L 1.17-1.29

2. Foto Rontgen Thorax

17
Pemeriksaan foto thoraks dilakukan 24 Desember 2018 di RSUD dr.
Moewardi Surakarta.

Cor: Ukuran dan bentuk normal


Paru: Tak tampak infiltrat di kedua lapang paru, coracan bronkovaskuler
normal
Sinus costodiafragma kanan kiri tajam
Hemidiafragma kanan kiri normal
Trakea di tengah
Sistema tulang baik
Kesimpulan: Cor dan Pulmo tak tampak kelainan.

18
4. Elektrokardiografi

Pemeriksaan elektrokardigrafi dilakukan 24 Desember 2018 di RSUD dr.


Moewardi Surakarta.

Sinus ritmis, HR 100 bpm, normoaxis, zona transisi V3-V4

5. RegiSCAR Criteria

19
Skor RegiSCAR adalah 3 sehingga pasien Probable terkena DRESS Syndrome
IV. RESUME

Keluhan utama : Kemerahan di kulit sejak 2 minggu SMRS


Pemeriksaan tanda vital :
 Tensi : 130/80 mmHg
 Nadi : 100 kali /menit, reguler, isi cukup
 Frekuensi nafas : 20 kali /menit, reguler, irama teratur
 Suhu : 37,60C
 SpO2 : 98%
Pemeriksaan fisik: makulopurpuric eritem multiple diskret dengan
sebagian berkonfluens (+), epidermal detachment (+), sklera ikterik (+/+)
Laboratorium darah: Hb= 11.6 g/dL, Leukosit= 25.3 ribu/µl, Eritrosit=
4.01 juta/µl, MCHC= 32.8 g/dl, PDW= 17 %, SGOT= 247 u/l, SGPT=
235 u/l, Bilirubin total= 13.04 mg/dl, Alb= 2.4 g/dl, Cr= 1.7 mg/dl, Ur=
151 mg/dl, Na darah= 127 mmol/L, K darah= 3.6 mmol/L, Ca ion=1.11
mmol/L
Foto thoraks: Cor dan Pulmo tak tampak kelainan.
Elektrokardiografi: Sinus ritmis, HR 100 bpm, normoaxis, zona
transisi V3-V4

IV. DIAGNOSIS ATAU PROBLEM


1. Drug eruption dd erytroderma dd DRESS Syndrome ec Suspek
Metamizole dd Diazepam.
2. Selulitis cruris dextra.
3. Peningkatan enzim transaminase ec DRESS Syndrome dd viral
infection.
4. AKI prerenal.
5. Hipoalbumin
6. Hiponatremia

20
7. Hipokalsemia

21
RENCANA AWAL

No Pengkajian Rencana Awal Rencana Rencana


Diagnosis Rencana Terapi
(Assesment) Diagnosis Edukasi Monitoring
1. Drug eruption Anamnesis: - Biopsi Kulit - Bed rest tidak total Penjelasan Monitoring
dd erytroderma Keluhan kemerahan di kulit - GD - Diet susu peptim kepada pasien KUVS, BC,
dd DRESS sejak kurang lebih 12 hari 1700 kkal mengenai GDS
Syndrome ec SMRS. Kulit terasa panas, gatal, - Inf NaCl 0,9% 20 kondisi,
Cefadroxil / bersisik, dan terkelupas tpm tatalaksana dan
Metamizole berwarna keputihan. 12 hari - Inj Metil Prednison komplikasi yang
SMRS muncul ruam kemerahan 62,5 mg/12 jam mungkin terjadi
di badan dan kedua tangan (+), - Vasolin albumin 2
demam (-), batuk (-), pilek (-). dd vp
16 hari SMRS pasien kontrol ke - Calvit D 2x1
poli RSKU setelah operasi patah
- Asam folat 1 mg/24
tulang dan diberikan obat
jam
Metamizol 500 mg dan
- Inf Kabiven 1 fl/24
Diazepam 2 mg. 28 hari SMRS
jam  jika tidak
pasien BLPL dari RSKU setelah
mau makan
operasi patah tulang. Pasien
22
diberikan obat Cefadroxil 2x500
mg.

Pemeriksaan Fisik:
makulopurpuric eritem multiple
diskret dengan sebagian
berkonfluens (+), epidermal
detachment (+)

Pemeriksaan Penunjang:
Leukosit= 25.3 ribu/µl, SGOT=
247 u/l, SGPT= 235 u/l, Alb=
2.4 g/dl, Cr= 1.7 mg/dl, Ur= 151
mg/dl

RegiSCAR Criteria: 3 =
possible DRESS Syndrome
2. Selulitis cruris Anamnesis: Kultur Pus - Inj Metronidazol Penjelasan KUVS/8 jam
dextra 1 bulan SMRS pasien BLPL 500 mg/8 jam kepada pasien
dari RS Karima Utama post OP mengenai

23
fraktur pedis dextra. kondisi,
tatalaksana dan
Pemeriksaan fisik: komplikasi yang
luka (+/+), nyeri tekan dan nyeri mungkin terjadi
gerak (+/-)

Pemeriksaan penunjang:
Leukosit= 25.3 ribu/µl

3 Peningkatan Anamnesis: Anti HBc, - IV SNMC 2 mg Penjelasan SGPT, SGOT,


enzim - Anti HCV, dalam 100 cc NaCl kepada pasien bilirubin ulang
transaminase Bilirubin tiap 12 jam mengenai
ec DRESS Pemeriksaan fisik: direk, indirek, - Curcuma 1 tab/ 8 kondisi,
Syndrome dd Sklera Ikterik (+/+), warna urine Gamma GT, jam tatalaksana dan
viral infection sepeti teh Alkali komplikasi yang
fosfatase, mungkin terjadi
Pemeriksaan penunjang: USG
SGOT= 247 u/l, SGPT= 235 u/l, Abdomen
Bilirubin total= 13.04 mg/dl
4 AKI prerenal Anamnesis: urine rutin, - Inf RL 20 tpm Penjelasan Pemeriksaan Ur
24
- USG abdomen - Inf EAS Pfimer 1 kepada pasien dan Cr setelah 3
Fl/24 jam mengenai hari
Pemeriksaan fisik: kondisi,
- tatalaksana dan
komplikasi yang
Pemeriksaan penunjang: mungkin terjadi
Cr= 1.7 mg/dl, Ur= 151 mg/dl,
5 Hipoalbumin Anamnesis: - - Inj Plasbumin 25% Penjelasan Pemeriksaan
berat - 100 ml kepada pasien Albumin ulang
mengenai
Pemeriksaan fisik: kondisi,
makulopurpuric eritem multiple tatalaksana dan
diskret dengan sebagian komplikasi yang
berkonfluens (+), epidermal mungkin terjadi
detachment (+)

Pemeriksaan penunjang:
Alb= 2.4 g/dl
6 Hiponatremia Anamnesis: - - Inf NaCl 0,9% 20 Penjelasan Elektrolit ulang
sedang, - tpm kepada pasien
25
mengenai setelah 3 hari
Pemeriksaan fisik: kondisi,
- tatalaksana dan
komplikasi yang
Pemeriksaan penunjang: mungkin terjadi
Na darah= 127 mmol/L
7 Hipokalsemia Anamnesis: - - CaCO3 3x1 Penjelasan Elektrolit ulang
ringan. - kepada pasien setelah 3 hari
mengenai
Pemeriksaan fisik: kondisi,
- tatalaksana dan
komplikasi yang
Pemeriksaan penunjang: mungkin terjadi
Ca ion=1.11 mmol/L

26
BAB III
DISKUSI KASUS

Reaksi obat ada dua macam mekanisme. Pertama adalah mekanisme


imunologis dan kedua adalah mekanisme non imunologis. Umumnya erupsi obat
alergi timbul karena reaksi hipersensitivitas berdasarkan mekanisme imunologis.
Reaksi ini juga dapat terjadi melalui mekanisme non imunologis yang
disebabkan karena toksisitas obat, over dosis, interaksi antar obat dan perubahan
dalam metabolisme (Riedl & Casillas, 2003).
Menurut Lee & Thomson (2006), terdapat empat mekanisme
imunologis. Reaksi pertama yaitu reaksi tipe I (reaksi anafilaksis) merupakan
mekanisme yang paling banyak ditemukan. Pada tipe ini, imunoglobulin yang
berperan ialah imunoglobulin E yang mempunyai afinitas tinggi terhadap
mastosit dan basofil. Pajanan pertama dari obat tidak menimbulkan reaksi, tetapi
bila dilakukan pemberian kembali obat yang sama, maka obat tersebut akan
dianggap sebagai antigen yang akan merangsang pelepasan bermacam-macam
mediator seperti histamin, serotonin, bradikinin, dan heparin. Mediator yang
dilepaskan ini akan menimbulkan bermacam-macam efek misalnya urtikaria.
Reaksi anafilaksis yang paling ditakutkan adalah timbulnya syok.
Mekanisme kedua adalah reaksi tipe II (reaksi autotoksis) dimana
terdapat ikatan antara imunoglobulin G dan imunoglobulin M dengan antigen
yang melekat pada sel. Aktivasi sistem komplemen ini akan memacu sejumlah
reaksi yang berakhir dengan lisis.
Mekanisme ketiga adalah reaksi tipe III (reaksi kompleks imun) dimana
antibodi yang berikatan dengan antigen akan membentuk kompleks antigen
antibodi. Kompleks antigen antibodi ini mengendap pada salah satu tempat
dalam jaringan tubuh mengakibatkan reaksi radang. Aktivasi sistem komplemen
merangsang pelepasan berbagai mediator oleh mastosit. Sebagai akibatnya, akan
terjadi kerusakan jaringan.
Mekanisme keempat adalah reaksi tipe IV (reaksi alergi seluler tipe
lambat). Reaksi ini melibatkan limfosit. Limfosit T yang tersensitasi

27
mengadakan reaksi dengan antigen. Reaksi ini disebut reaksi tipe lambat karena
baru timbul 12-48 jam setelah pajanan terhadap antigen (Lee & Thomson, 2006).

Sindroma DRESS seringkali terjadi pada paparan pertama kali dengan obat.
Pada sindroma DRESS dikenal trias yaitu: 1) demam, 2) erupsi kulit, 3)
keterlibatan organ internal/kelainan sistemik. Demam dan malaise biasanya
merupakan tanda yang pertama kali muncul. Demam dapat terjadi 2–3 hari
sebelum atau bersamaan dengan erupsi kulit. Demam berkisar antara 38–39°
C. Erupsi kulit muncul antara 1–8 minggu setelah terpapar dengan obat
penyebab atau 2 bulan pertama. Erupsi kulit bervariasi, dapat menyerupai
makulopapular pada hampir 95% kasus, vesikobulosa, papulopustular,
eritroderma atau dermatitis eksfoliatif dan biasanya selalu disertai gejala
gatal. Keterlibatan mukosa jarang ditemukan, tetapi seandainya ada biasanya
hanya berupa stomatitis atau faringitis yang ringan. Gejala yang lain adalah

28
adanya limfadenopati (> 2 cm), biasanya di daerah servikal, tetapi dapat juga
menyeluruh.

Kelainan sistemik/keterlibatan organ internal pada sindroma DRESS


dapat asimtomatik atau dapat timbul reaksi setelah 1–2 minggu. Kelainan
sistemik yang sering ditemukan adalah gangguan pada hati, berupa hepatitis,
nekrosis hati dan gagal hati. Ginjal merupakan organ kedua yang sering
terkena setelah hati dengan kelainan berupa nefritis interstisial. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan untuk membedakan sindroma DRESS dengan reaksi
alergi obat lainnya dan juga untuk mengidentifikasi keterlibatan organ dalam
yang bersifat asimtomatik. Pada pemeriksaan laboratorium darah, ditemukan
kelainan hematologi berupa eosinofilia (90%), limfosit atipik dan terkadang
leukositosis. Eosinofilia biasanya lebih dari 1,5×109/L. Pada pemeriksaan
fungsi hati. Aspartate Transaminase (AST) ditemukan nilai AST ≥ 2×
normal. Pada pemeriksaan fungsi ginjal, urinalisis dan serum kreatinin
ditemukan adanya sel darah merah dan sel darah putih pada urin.

29

Anda mungkin juga menyukai