Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

SEORANG LAKI-LAKI USIA 31 TAHUN DENGAN DENGUE


HEMORRHAGIC FEVER GRADE II

Oleh:
Yemima Tita Yunantyo G991902061

Residen Pembimbing

dr. Tisha Patricia dr. Amiroh Kurniati, M. Kes., Sp. PK

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


STASE TERINTEGRASI – LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Patologi Klinik dengan judul

SEORANG LAKI-LAKI USIA 31 TAHUN DENGAN DENGUE


HEMORRHAGIC FEVER GRADE II

Oleh:
Yemima Tita Yunantyo G991902061

Telah disetujui untuk dipresentasikan pada tanggal

dr. Amiroh Kurniati, M. Kes., Sp. PK

ii
BAB I
STATUS PASIEN

I. ANAMNESIS
A. Identitas
Nama : Tn. H
Umur : 31 tahun
Tanggal lahir : 27 Februari 1989
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Klego, Boyolali
No RM : 068xxx
Suku : Jawa
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 26 Oktober 2020
Tanggal Periksa : 27 Oktober 2020

B. Data dasar
Autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan tanggal 27 Oktober
2020 di Bangsal Lantai 6 Rumah Sakit UNS.

C. Keluhan utama:
Mimisan sejak 3 hari SMRS

D. Riwayat penyakit sekarang:


Pasien datang ke IGD RS UNS diantar oleh keluarganya dengan
keluhan mimisan sejak 3 hari SMRS. Mimisan dikeluhkan sebanyak
2-3x dalam sehari, kurang lebih 1-2 sendok makan setiap mimisan.
Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Riwayat trauma disangkal.
riwayat perdarahan gusi dan BAB hitam disangkal.

3
Pasien juga mengeluhkan demam sejak 6 hari SMRS. Demam
dirasakan terus menerus. Pasien sudah minum obat penurun panas
yang dibeli di apotek dan kemudian demam sedikit membaik, namun
kemudian pasien mengalami demam kembali. Pasien juga
mengeluhkan adanya pusing dan pegal-pegal di seluruh tubuh sejak 6
hari SMRS. Batuk dan pilek disangkal. BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Oleh keluarga, pasien dibawa ke IGD RS UNS.

E. Riwayat penyakit dahulu :


Riwayat sakit serupa : Disangkal
Riwayat mondok : Disangkal
Riwayat sakit gula : Disangkal
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat stroke : Disangkal
Riwayat penyakit jantung : Disangkal

F. Riwayat penyakit keluarga:


Riwayat sakit serupa : Disangkal
Riwayat sakit gula : Disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : Disangkal
Riwayat sakit stroke : Disangkal
Riwayat sakit jantung : Disangkal

G. Riwayat kebiasaan
Makan : Pasien mengaku makan 3 kali sehari
porsi cukup dengan nasi, lauk-pauk,
dan sayur. Pasien terkadang makan
buah.
Merokok : Disangkal
Alkohol : Disangkal
Olahraga : Jarang

4
H. Riwayat sosial ekonomi
Pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Pasien berobat
menggunakan fasilitas BPJS kelas II.

II. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 27 Oktober 2020 dengan hasil sebagai
berikut:
1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang, compos
mentis, GCS E4V5M6, kesan gizi
cukup
2. Tanda vital
 Tensi : 135/80 mmHg
 Nadi : 92 kali /menit, reguler, isi kesan cukup.
 Frekuensi nafas : 22 kali /menit
 Suhu : 37,50 C
3. Status gizi
 Berat Badan : 60 kg
 Tinggi Badan : 167 cm
 IMT : 21,5 kg/m2
 Kesan : Normoweight
4. Kulit : ikterik (-), turgor (-) normal, hiperpigmentasi (-), kering
(-), teleangiektasis (-), petechie (-), ekimosis (-)
5. Kepala : Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok
(-), luka (-), atrofi m. Temporalis (-)
6. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung
(-/-),perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema
palpebra (-/-), strabismus (-/-), mata merah (-/-), lensa
keruh (-/-), edema palpebra (-/-)

5
7. Telinga : Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan
tragus (-)
8. Hidung : Tersumbat (-), keluar darah (+), keluar lendir atau air
berlebihan (-), gatal (-)
9. Mulut : Mukosa basah (+), sianosis (-), gusi berdarah (-), papil
lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), luka pada sudut bibir
(-), oral thrush (-), lidah kotor (-).
10. Leher : JVP 5+2 cm, trakea ditengah,simetris, pembesaran
kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening
leher (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-)
11. Thorax : Bentuk normochest, simetris, dinding dada = dinding
abdomen pengembangan dada kanan = kiri, retraksi
intercostal (-), pernafasan abdominothorakal, sela iga
melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening axilla (-/-)
12. Jantung
 Inspeksi : Ictus kordis tak tampak
 Palpasi : Ictus kordis teraba di SIC V linea midclavicula
sinistra, ictus cordis tidak kuat angkat
 Perkusi :
Batas Jantung
Kanan : SIC IV linea parasternalis dekstra
Pinggang : SIC III linea midclavicularis sinistra
Kiri bawah : SIC V 2 jari di lateral linea midclavicula sinistra
Kesan : Ukuran jantung kesan tidak melebar
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal,
reguler, bising (-), gallop (-).
13. Pulmo
a. Depan
 Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga
tidak mendatar

6
- Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-)
 Palpasi
- Statis : Simetris
- Dinamis : Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
 Perkusi
- Kanan : Sonor
- Kiri : Sonor
 Auskultasi
- Kanan : Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan:
wheezing (-/-), ronkhi basah halus (-/-), ronki
basah kasar (-), krepitasi (-)
- Kiri : Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan:
wheezing (-), ronkhi basah halus (-/-), ronki basah
kasar (-), krepitasi (-)
b. Belakang
 Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga
tidak mendatar
- Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan=kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-)
 Palpasi
- Statis : Simetris
- Dinamis : Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan =kiri
 Perkusi
- Kanan : Sonor
- Kiri : Sonor
- Peranjakan diafragma 5 cm
 Auskultasi

7
- Kanan : Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan:
wheezing (-), ronkhi basah halus (-/-), ronki basah
kasar (-), krepitasi (-)
- Kiri : Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan:
wheezing (-), ronkhi basah halus (-/-), ronki basah
kasar (-), krepitasi (-)
13. Abdomen
 Inspeksi : Dinding perut = dinding thorak, ascites (-),
venektasi (-), sikatrik (-), striae (-), caput medusae
(-), spider nevi (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) 12 x / menit
 Perkusi : timpani, pekak alih (-)
 Palpasi : supel (+), distended (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas
(-), defans muskuler (-), hepar dan lien tidak
teraba, undulasi (-)
14. Ekstremitas :
Akral dingin - - Oedem
- -

Superior Ka/Ki : Oedem (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), akral dingin
(-/-), luka (-/-), kuku pucat (-/-), spoon nail (-/-),
clubing finger (-/-), flat nail (-/-), nyeri tekan dan
nyeri gerak (-/-), deformitas (-/-)
Inferior Ka/Ki : Oedem (-/-), hiperpigmentasi (-), sianosis (-/-),
pucat (-/-), akral dingin (-/-), kuku pucat (-/-),
spoonnail (-/-), clubing finger (-/-), flat nail (-/-),
deformitas (-/-)

8
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Hasil Pemeriksaan Laboratorium : Darah
Lab Darah (26 Oktober 2020)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 17,7 g/dl 12.1 -17.6
Hematokrit 48,8 % 34 – 40
Leukosit 12,67 103 /  L 4.5 – 11.0
Trombosit 32 103 /  L 150 – 450
Eritrosit 5,66 106/  L 3,90 – 5,30
INDEX ERITROSIT
MCV 86,2 /um 79.0 – 99.0
MCH 31,3 pg 27.0 – 31.0
MCHC 36,3 g/dl 33.0 – 37.0
RDW-CV 11,5 % 11.5 – 14.5
MPV 13,1 fl 7.2 – 11.1
PDW 19 fl 9 – 13
HITUNG JENIS
Netrofil 24 % 55.00 – 80.00
Eosinofil 1,6 % 0.00 – 4.00
Basofil 2,9 % 0.00 – 2.00
Limfosit 63,1 % 20.00 – 40.00
Monosit 8,4 % 0.00 – 7.00
Absolute Lymphocyte
4780 /uL >1500
Count
Neutrophil Lymphocyte
0,61 H
Ratio
SEROLOGIS
IgG Dengue Positif Negatif
IgM Dengue Positif Negatif

B. Hasil Pemeriksaan Radiologi 26 Oktober 2020

9
Foto toraks PA
Cor : CTR < 50%
Pulmo: corakan vaskular meningkat
Tak tampak bercak pada kedua lapang paru
Tak tampak penebalan hilus kanan kiri
Hemidiafragma kanan setinggi kosta 9 posterior
Sinus kostofrenikus lancip
Kesimpulan :
1. Cor tidak membesar
2. Gambaran bronkitis

4. ASSESSMENT
1. DHF Grade II

10
VI. ASSESSMENT LABORATORIS
Pemeriksaan lab darah
Kesan :
- Peningkatan hematokrit
- Leukositosis dengan limfositosis absolut dan monositosis absolut
- Neutropenia
- Trombositopenia
- IgG Dengue dan IgM Dengue (+)

VII. TATALAKSANA
a. Bedrest total
b. Diet TKTP 2000 kkal
c. Infus RL 30 tpm
d. Paracetamol 500 mg k/p
e. Inj NB 1 ampul drip/24 jam
f. Asam traneksamat 500 mg k/p
g. Inj hidrokortison 25 mg/6 jam
h. Echinaceae tab/12 jam

VII. PLANNING
Pemeriksaan Manfaat
Cek darah rutin / hari Melihat peningkatan trombosit dan penurunan hematocrit
Gambaran Darah Tepi Untuk melihat adanya limfosit plasma biru pada pasien
Widal test Menyingkirkan kecurigaan demam tifoid
PT, APTT, INR Menyingkirkan kecurigaan penyakit gangguan koagulasi

VIII. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad sanam : dubia ad bonam
3. Ad fungsionam : dubia ad bonam

11
BAB II
ANALISIS KASUS

DHF Grade II
Pasien datang dengan keluhan mimisan sejak 3 hari SMRS. Mimisan
dikeluhkan sebanyak 2-3x dalam sehari, kurang lebih 1-2 sendok makan setiap
mimisan. Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Riwayat trauma disangkal.
riwayat perdarahan gusi dan BAB hitam disangkal. Pasien juga mengeluhkan
demam sejak 6 hari SMRS. Demam dirasakan terus menerus. Pasien sudah
minum obat penurun panas yang dibeli di apotek dan kemudian demam sedikit
membaik, namun kemudian pasien mengalami demam kembali. Pasien juga
mengeluhkan adanya pusing dan pegal-pegal di seluruh tubuh sejak 6 hari SMRS.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan terdapat peningkatan suhu yaitu
37,5oC yang menandakan pasien mengalami demam, dan terdapat darah di hidung
yang menandakan terjadi epistaksis pada pasien.
Dari hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan peningkatan hematokrit,
trombositopenia, limfositosis, monositosis, dan dari pemeriksaan serologis igG
dan igM dengue didapatkan hasil positif. Dari pemeriksaan ini dapat disimpulkan
pasien mengalami Dengue Hemorrhagic Fever grade II.
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari
golongan arbovirus yang ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa
sebab yang jelas, berlangsung 2-7 hari, manifestasi perdarahan,
trombositopenia (≤ 100.000), hemokonsentrasi (≥ 20%) disertai atau
tanpa pembesaran hati.
Berdasarkan WHO, kriteria diagnosis untuk pasien demam berdarah
dengue adalah berdasarkan klinis dan laboratoris. Kriteria klinis antara
lain:
- Demam: onset akut, tinggi dan terus menerus, berlangsung dua
sampai tujuh hari dalam banyak kasus.

12
- Manifestasi hemoragik berikut ini termasuk tes torniket positif,
petechiae, purpura, ekimosis, epistaksis, gusi perdarahan, dan
hematemesis dan / atau melena.
- Pembesaran hati (hepatomegali) diamati pada beberapa tahap
penyakit pada 90% – 98% dari anak-anak. Frekuensi bervariasi
dengan waktu dan / atau pengamat.
- Syok, dimanifestasikan oleh takikardia, perfusi jaringan buruk
dengan nadi lemah dan menyempit, hipotensi, akral dingin.
Sedangkan kriteria laboratoris antara lain :
- Trombositopenia (< 100.000 sel/ mm3)
- Hemokonsentrasi: hematokrit meningkat ≥20% dari baseline pasien atau
populasi pada usia yang sama.
Selain itu terdapat klasifikasi demam berdarah dengue menurut WHO,
antara lain:

Berdasarkan anamnesis pada pasien, pasien mengalami epistaksis yang


menandakan adanya perdarahan spontan, diikuti oleh demam, myalgia dan
arthralgia yang merupakan gejala konstitusional dari suatu infeksi. Dari hasil

13
pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan suhu dan terdapat darah pada hidung
pasien yang sesuai dengan anamnesis pasien.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan pasien mengalami
peningkatan hematokrit yang menandakan adanya hemokonsentrasi pada pasien,
dan trombositopenia yang menyebabkan terjadinya epistaksis pada pasien. Selain
itu didapatkan juga limfositosis dan monositosis yang menandakan terjadinya
infeksi virus pada pasien.
Dari hasil pemeriksaan serologis didapatkan igG dan igM dengue positif. Hal
ini menandakan adanya infeksi dengue. Pemeriksaan igM dan igG pada pasien
dengan kecurigaan infeksi dengue merupakan pemeriksaan yang penting untuk
dilakukan untuk menegakkan diagnosis demam berdarah dengue. Kadar IgM anti
dengue mulai meningkat pada hari ke 5-7 setelah gejala muncul, dan IgG anti
dengue meningkat pada hari ke 7-10 setelah gejala muncul. Selain itu masih
terdapat pemeriksaan lain yaitu pemeriksaan NS-1. Kadar NS-1 akan meningkat
pada hari ke 1-2 setelah gejala timbul, dan pada hari ke 5 kadar NS-1 sudah
hilang. Inilah alasan mengapa pasien tidak dilakukan pemeriksaan NS-1 karena
gejala pada pasien sudah muncul 6 hari sebelumnya sehingga pemeriksaan NS-1
tidak efektif utuk menegakkan diagnosis demam berdarah dengue.

14
Pada pasien didapatkan gejala konstitusional dari infeksi dengue, yaitu
demam, nyeri kepala, myalgia, arthralgia, dan terdapat epistaksis pada pasien.
Dari hasil pemeriksaan penunjang juga didapatkan trombositopenia (≤ 100.000)
dan hemokonsentrasi (≥ 20%), dimana kriteria ini sesuai untuk kriteria
diagnosis Dengue Hemorrhagic Fever menurut WHO. Sehingga didapatkan
kesimpulan bahwa pasien mengalami Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Grade
II.

15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue


1. Definisi
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus dari golongan arbovirus yang ditandai dengan demam tinggi
mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung 2-7 hari, manifestasi
perdarahan, trombositopenia (≤ 100.000), hemokonsentrasi (≥ 20%)
disertai atau tanpa pembesaran hati.

2. Etiologi
Penyebab penyakit demam berdarah dangue pada seseorang
adalah virus dangue termasuk family flaviviridae genus Flavivirus
yang terdiri dari 4 serotipe, yakni DEN-1, DEN- 2, DEN-3, dan DEN-
4. Ke empat serotip ini ada di Indonesia, dan dilaporkan bahwa
serotip virus DEN-3 sering menimbulkan wabah.5 Virus DEN termasuk
dalam kelompok virus yang relative labil terhadap suhu dan faKtor
kimiawai lain serta masa viremia yang pendek. Virus DEN virionnya
tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh nukleokapsid, ditutupi oleh
suatu selubung dari lipid yang mengandung 2 protein yaitu selubung
protein E dan protein membrane M.

3. Patofisiologi
Dua teori yang kini digunakan untuk menjelaskan perubahan
patogenesis infeksi virus dengue yaitu hipotesis infeksi sekunder
(secondary heterologous infection) dan hipotesis antibody
dependent enhancement (ADE). Beberapa hipotesis telah dibuktikan
untuk menjelaskan peningkatan insidens kasus yang berat setelah
terjadi infeksivirus dengan serotype yang berbeda. Penelitian secara in
vitro telah memperlihatkan bahwa ada cross reactive non neutralizing
dari antibodi dengue berbentuk kompleks virus yang heterologous.

16
a. Teori Infeksi Sekunder
Teori infeksi sekunder menyebutkan bahwa apabila seseorang
mendapatkan infeksi primer dengan satu jenis virus, akan terjadi
kekebalan terhadap infeksi jenis virus tersebut untuk jangka
waktu yang lama. Jadi seseorang yang pernah mendapat
infeksi primer virus dengue akan mempunyai antibodi yang dapat
menetralisasi virus yang sama (homologous). Tetapi jika orang
tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis serotipe virus
yang lain maka terjadi infeksi berat karena pada infeksi
selanjutnya antibodi heterologous yang terbentuk pada infeksi
primer tidak dapat menetralisasi virus dengue serotipe lain (non
neutralizing antibody). Pada makrofag yang dilingkupi oleh
antibodi non neutralisasi, antibodi tersebut bersifat opsonisasi,
internalisasi dan mempermudah makrofag/monosit terinfeksi
serta virus bebas bereplikasi di dalam makrofag bahkan
membentuk kompleks yang lebih infeksius sehingga penyakit
cenderung menjadi berat serta berperan dalam patogenesis
terjadinya DBD
b. Hipotesis antibody dependent enhancement
Hipotesis antibody dependent enhancement (ADE) prinsipnya
adalah suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi
virus dengue di dalam sel mononuklear. 6 Kompleks antibodi dan
virus dengue yang heterologous akan memfasilitasi masuknya
virus ke dalam monosit melalui reseptor Fc, proses ini dikenal
sebagai ADE. Monosit yang mengandung virus menyebar ke
berbagai organ dan terjadi viremia. Dasar teori infection
enhancing antibody ialah peran sel fagosit mononuklear dan
terbentuknya antibodi non netralisasi. Sebagai respons terhadap
infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian
menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah
dan manifestasi perdarahan sehingga mengakibatkan keadaan

17
hipovolemia dan syok. Disamping kedua hipotesis di atas masih
ada teori lain tentang patogesis DBD yaitu teori mediator, teori
virulensi virus, teori antigen antibodi, teori apoptosis, dan teori
trombosit endotel. Teori virulensi menurut Russel, 1990,
mengatakan bahwa DBD berat terjadi pada infeksi primer dan bayi
usia < 1 tahun, serotipe DEN-3 akan menimbulkan manifestasi
klinis yang berat dan fatal, dan serotipe DEN-2 dapat
menyebabkan syok. Hal-hal diatas menyimpulkan bahwa virulensi
virus turut berperan dalam menimbulkan manifestasi klinis yang
berat.

4. Klasifikasi
Klasifikasi demam berdarah dengue menurut WHO sebagai berikut :

5. Manifestasi Klinis

18
Infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau menyebabkan
demam yang tidak terdefinisi (sindrom virus), demam dengue atau
demam berdarah dengue. Gambaran klinis tergantung strain virus dan
faktor host seperti umur dan status imun.7 Perjalanan demam dengue
dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase febris, fase kritis dan fase
pemulihan.
a. Fase Febris
Biasanya demam mendadak tinggi 2  –  7 hari, disertai muka
kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan
sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorokan,
injeksi faring dan konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah. Pada
fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie,
perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan
pervaginam dan perdarahan gastrointestinal.
b. Fase Kritis
Terjadi pada hari 3  –  7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu
tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya
kebocoran plasma yang biasanya berlangsung selama 24 – 48 jam.
Kebocoran plasma sering didahului oleh lekopeni progresif disertai
penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok.
c. Fase Pemulihan
Bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari
ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48  –  72
jam setelahnya. Keadaan umum penderita membaik, nafsu
makan pulih kembali , hemodinamik stabil dan diuresis membaik.
d. Dengue Berat
Dengue berat harus dicurigai bila pada penderita dengue
ditemukan :
- Bukti kebocoran plasma seperti hematokrit yang tinggi atau
meningkat secara progresif, adanya efusi pleura atau asites,
gangguan sirkulasi atau syok (takhikardi, ekstremitas yang

19
dingin, waktu pengisian kapiler (capillary refill time) > 3 detik,
nadi lemah atau tidak terdeteksi, tekanan nadi yang menyempit
atau pada syok lanjut tidak terukurnya tekanan darah)
- Perdarahan yang signifikan
- Penurunan kesadaran
- Gangguan gastrointestinal berat (muntah berkelanjutan, perdarahan
saluran cerna, ikterik)
- Gangguan organ berat (gagal hepar akut, gagal ginjal akut, ensefalopati,
dan manifestasi berat lainnya.

6. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk menegakkan demam berdarah
dengue adalah pemeriksaan darah rutin. Pada pemeriksaan darah rutin
didapatkan peningkatan hematokrit ≥ 20% dari baseline yang menandakan
adanya hemokonsentrasi. Selain itu ditemukan juga leukopenia dan

20
trombositopenia ≤ 100.000 / uL. Pada hitung jenis biasanya didapatkan
adanya limfositosis yang menandakan adanya infeksi virus.
Pada pemeriksaan serologis yang sering dilakukan adalah NS-1 dan IgG
dan IgM anti dengue. Pemeriksaan protein non-struktural 1 (NS1)
menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi dari antigen ini dalam bentuk
kompleks imun dapat dideteksi pada pasien dengan keduanya. infeksi dengue
primer dan sekunder hingga sembilan hari setelah timbulnya penyakit.
Glikoprotein NS1 diproduksi oleh semua flavivirus dan disekresikan dari sel
mamalia. NS1 menghasilkan respon humoral yang sangat kuat. Banyak
penelitian telah diarahkan pada penggunaan deteksi NS1 untuk membuat
diagnosis dini infeksi virus dengue.
Antibodi IgM adalah isotipe imunoglobulin pertama yang muncul.
Antibodi ini dapat dideteksi pada 50% pasien pada hari ke 3-5 setelah onset
penyakit, meningkat menjadi 80% pada hari ke 5 dan 99% pada hari ke 10.
Tingkat IgM memuncak sekitar dua minggu setelah timbulnya gejala dan
kemudian menurun secara umum ke tingkat yang tidak terdeteksi selama 2-3
bulan. IgG serum anti dengue umumnya terdeteksi pada titer rendah pada
akhir minggu pertama penyakit, meningkat perlahan setelahnya, dengan
serum IgG masih dapat dideteksi setelah beberapa bulan, dan mungkin
bahkan seumur hidup.

21
7. Tatalaksana
a. Pemberian cairan
Tujuan pemberian cairan adalah untuk mengatasi kehilangan
cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler
dan perdarahan. Jika masih bisa minum (intake baik) dan tidak
ada muntah diberikan minum banyak 1-2 liter/hari, Jenis
minuman yang diberikan berupa: air" putih, teh manis, sirup, jus
buah, susu, oralit. Pemberian cairan intra-vena (infus)  jika : (1)
pasien terus-menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi,
dehidrasi; (2) nilai hematokrit cenderung meningkat pada
pemeriksaan berkala. Cairan yang diberikan berupa kristaloid (Ringer
laktat) dan koloid dapat dipertimbangkan apabila terdapat syok.

22
23
b. Antipiretik
Diberikan 10-15 mg/kgBB
c. Kortikosteroid
Penggunaannya masih controversial pada pengobatan DSS Bisa
diberikan dengan dosis:
- Hidrokortison 6 – 8 mg/kgBB/ 6 – 8 jam i.v.
- Methyl prednisolon 30 mg/kgBB/hari i.v.

24
- Dexamethazon 1 – 2 mg/kgBB sebagai dosis awal,
kemudian 1 mg/kgBB/hari i.v.

25
DAFTAR PUSTAKA

John D Synder, Larry K Pickering. (2000). Nelson Ilmu Kesehatan Anak,


edisi 15, Vol 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp 1484-
1485.
Poerwo Soedarmo, Sumarsono S. Carna, Herry dkk. (2008). Buku Ajar
Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
Rahadinegoro, SR, Ismoedijanto M dan Alex C. (2014). Pedoman
diagnosis dan tata laksana infeksi virus dengue pada anak. Jakarta :
UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Sanchez, et al. (2014). Cerebellar hemorrhage in a patient during the
convalescent phase of dengue fever. J Stroke Sep; 16(3): 202-204.
Diakses dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4200593/ (Diakses
14 November 2020).
World Health Organization. (2009). Dengue: Guidelines for Diagnosis,
Treatment, Prevention and Control: New Edition. Geneva: World Health
Organization. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK143156/ (Diakses 14 November
2020).
World Health Organization. (2011). Comprehensive Guidelines for Prevention
and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. India : World
Health Organization.

26

Anda mungkin juga menyukai