Anda di halaman 1dari 22

CASE BASED DISCUSSION

SEORANG PEREMPUAN 68 TAHUN DENGAN


LOWER BACK PAIN EC SUSPEK HNP

Oleh:

Gregorius Prama Suryaputra G992202030

Pembimbing:

dr. Pepi Budianto, Sp.S (K), FINR, FINA


Periode : 6 Juni – 3 Juli 2022

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RS UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RS Universitas Sebelas Maret,
dengan judul:

Seorang Perempuan Berusia 68 Tahun dengan


Lower Back Pain ec Suspek HNP

Oleh:
Gregorius Prama Suryaputra G992202030

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Presentasi Kasus

dr. Pepi Budianto, Sp.S (K), FINR, FINA

2
BAB I
KASUS

A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Mendungan, Kartasura, Sukoharjo
No. RM : 00005XXX
Pekerjaan : Juru Masak
Suku : Jawa
Status : Sudah menikah
Tanggal pemeriksaan : 9 Juni 2022

2. DATA DASAR
Autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan fisik dilakukan di Poli
Saraf Rumah Sakit UNS tanggal 9 Juni 2022.
a. Keluhan Utama
Nyeri punggung bawah menjalar hingga kedua kaki.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Saraf RS UNS pada tanggal 9 Juni 2022


dengan keluhan nyeri punggung bagian bawah sejak 2 tahun lalu. Keluhan
dirasakan terus-menerus dan menjalar menuju kaki kanan dan kiri.
Keluhan semakin memberat seiring waktu hingga 3 bulan terakhir, pasien
juga mengeluhkan merasa sakit memberat saat berjalan. Pasien sudah rutin
kontrol dalam 1 tahun terakhir ke puskesmas untuk mendapatkan obat anti
nyeri tetapi keluhan masih tidak membaik. Saat pasien mencoba tiduran
ataupun duduk keluhan masih ada atau tidak menghilang. Selain keluhan
utama, pasien juga mengeluhkan adanya rasa anyep kebas atau mati rasa pada
kedua kaki setelah setiap berjalan lebih dari 100 meter.

Pasien mengaku mempunyai riwayat darah tinggi dan sudah rutin

3
kontrol ke puskesmas untuk mendapatkan obat tekanan darah tinggi. Pasien
menyangkal adanya keluhan BAK dan BAB pasien dirasakan lancar. Tidak
ada keluhan demam, mual, muntah, dan sesak napas pada pasien.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit serupa : diakui, sering terjadi sejak 2 tahun terakhir dan
memburuk sejak 2022
Riwayat mondok : diakui, karena nyeri ulu hati
Riwayat jatuh : disangkal
Riwayat kolesterol : disangkal
Riwayat darah tinggi : diakui, rutin kontrol puskesmas
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat alergi : disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat kolesterol : disangkal
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit lain : disangkal

e. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku makan 3 kali sehari dengan menu bervariasi sayur, lauk, dan
buah serta minum air putih cukup.

f. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan tukang masak dengan posisi duduk terus menerus hingga 4
jam setiap harinya.

4
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 9 Juni 2022 dengan hasil sebagai berikut:

1. Keadaan Umum
Pasien compos mentis, sakit sedang VAS 5, GCS E4V5M6.
2. Tanda Vital
a) Tekanan Darah : 198/82 mmHg
b) Nadi : 83 kali/menit
c) Frekuensi nafas : 20 kali/menit

d) Suhu : 36,9 oC
e) SpO2 : 96%
3. Kepala :
Bentuk mesocephal, jejas (-), nyeri tekan (-).
4. Leher :
Trakea di tengah, simeteris, pembesaran kelenjar
Tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening leher (-), spasmeotot leher (-)
5. Mata :
Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), pupil isokor berbentuk bulat dengan
diameter (3mm/3mm), reflek cahaya(+/+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-), sklera
ikterik (-/-).
6. Telinga :
Sekret (-/-), darah (-/-)
7. Hidung :
sekret (-), epistaksis (-), septum deviasi (-), sumbatan (-),
8. Mulut :
mukosa kering (-), sianosis (-), gusi berdarah (-)

9. Thorax :

Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada, kanan dan kiri sama retraksi
intercostal (-)

10. Jantung :
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus kordis teraba dan kuat angkat
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

5
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), bising (-)

11. Pulmo :
Depan
Inspeksi
1. Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak
mendatar
2. Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-)
Palpasi
1. Statis : Nyeri tekan (-), benjolan (-)
2. Dinamis : Pergerakan dinding dada kanan = kiri, fremitus raba
kanan = kiri
Perkusi
Kanan / kiri : Sonor / sonor
Auskultasi
Kanan / kiri : Suara dasar vesikuler (+/+), ronki basah kasar (-/-),
ronki basah halus (-/-), wheezing (-/-)

12. Abdomen :
a. Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding thoraks
b. Auskultasi : Bising usus (+) 13x/menit, bruit hepar (-)
c. Perkusi : Timpani, pekak alih (-), undulasi (-)
d. Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
13. Ekstremitas :
CRT : < 2 detik
Superior Ka/Ki : Oedem (-/-), sianosis (-/-), akral dingin(-/-), ikterik (-/-),
deformitas (-/-)
Inferior Ka/Ki : Oedem (-/-), sianosis (-/-), akral dingin(-/-), ikterik (-/-),
deformitas (-/-)

6
C. PEMERIKSAAN NEUROLOGI
1. Kesadaran dan Fungsi Kognitif
Kesadaran : GCS E4V5M6 (compos mentis)
Fungsi Kognitif : normal
 Atensi : baik, pasien dapat memahami dan mengikuti
instruksi pemeriksa
 Memori : jangka segera, pendek, dan lama baik
 Visuospasial : baik
 Fungsi Eksekutif : baik
 Bahasa : kemampuan berbahasa baik

2. Pemeriksaan Nervus Cranialis


a. N. I : tidak dilakukan
b. N. II : Visus dalam batas normal, kedua pupil isokor, bentuk bulat, diameter
3 mm/3mm, lapang pandang dalam batas normal
c. N. III, IV, VI :
- Ptosis : (-/-)
- Strabismus : (-/-)
- Ukuran pupil : (3 mm/3 mm)
- Refleks cahaya : (+/+)
- Gerakan bola mata : (+/+)

d. N. V :
- Sensorik V1-V3 : dalam batas normal
- M. Masseter : dalam batas normal
- Refleks kornea : (+/+)
e. N. VII :
- Kerutan dahi : ada, simetris
- Menaikkan alis : sama tinggi
- Memejamkan mata : dalam batas normal
- Lipatan nasolabial : dalam batas normal
- Kemampuan meringis : dalam batas normal

7
- Memoncongkan bibir : dalam batas normal

f. N. VIII
- Fungsi pendengaran : dalam batas normal
- Fungsi keseimbangan : tes romberg normal, finger to nose normal

g. N. IX, X : arcus faringeus simetris, uvula di tengah

h. N. XI :
Kekuatan M. Trapezius dan M. Sternocleidomastoideus dalam batas normal

i. N. XII :
- Atrofi lidah : (-)
- Fasikulasi : (-)
- Posisi lidah saat diam dan dijulurkan simetris

3. Pemeriksaan Rangsang Meningeal


Kaku kuduk : (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Kernig : (-)

4. Pemeriksaan Fungsi Motorik


Kekuatan otot
5/5/5 5/5/5
5/5/5 5/5/5

Tonus otot
normal normal
normal normal

8
Trofi otot

Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi

5. Pemeriksaan Refleks Fisiologis


Yang dinilai Kanan Kiri
Refleks Biceps +2 +2
Refleks Triceps +2 +2
Refleks Patella / Quadriceps +2 +2
Refleks Achilles +2 +2

6. Pemeriksaan Refleks Patologis


Yang dinilai Kanan Kiri
Refleks Hoffman - -
Refleks Trommer - -
Refleks Babinski - -
Refleks Chaddock - -
Refleks Oppenheim - -
Refleks Schaffer - -
Refleks Gordon - -
Refleks Gonda dan Stransky - -
Refleks Rossolimo - -
Refleks Mendel Bechtrew - -

7. Pemeriksaan Sensorik
Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Rasa Eksteroseptik
Sensasi nyeri superficial Normal Normal Normal Normal
Sensasi suhu Tidak dilakukan
Sensasi raba Normal Normal Normal Normal
Rasa Proprioseptik
Sensasi getar Tidak dilakukan

9
Sensasi tekan Normal Normal Normal Normal
Sensasi nyeri tekan Normal Normal Normal Normal
Sensasi gerak dan posisi Normal Normal Normal Normal

8. Pemeriksaan Fungsi Otonom


Miksi : dbn
Defekasi : dbn
Salivasi : dbn
Sekresi keringat : dbn

9. Pemeriksaan Fungsi Koordinasi


a. Pemeriksaan koordinasi tanpa keseimbangan
- Tes telunjuk – hidung :
Dextra : dbn
Sinistra : dbn
b. Pemeriksaan keseimbangan
Dalam batas normal
c. Pemeriksaan gait
Dalam batas normal

10. Pemeriksaan Rangsang Nyeri


Yang dinilai Kanan Kiri
Laseque - -
Kernig - -
Patrick + +
Contra-Patrick + -

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pasien merupakan pasien baru dan pertama kontrol ke poli Saraf RS UNS maka
baru akan direncanakan pemeriksaan penunjang pada hari pemeriksaan.

E. ASSESSMENT
1. Klinis : nyeri punggung bagian bawah, paraesthesia extremitas inferior

10
dextra sinistra
2. Topis : Vertebrae Lumbal 1-5
3. Etiologi : Suspek LBP ec HNP
4. Diagnosis Lain : ec LSS dan Spondylosis

F. TERAPI
Amlodipine 10mg 1x1
Ramipril 5mg 1x1
Eperison 50 mg 2x1
Gabapentin 300 mg 1x1
Mecobalamin cap 500 mcg 2x1
Natrium Diklofenak 50 mg 2x1
Diazepam 2 mg 2x1

G. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Nyeri punggung bawah (LBP) dapat diartikan sebagai nyeri dan


ketidaknyamanan yang terlokalisasi di bawah margin costal dan di atas lipatan
gluteal inferior, dengan atau tanpa nyeri alih pada kaki. LBP merupakan salah satu
dari kondisi nyeri kronis yang paling umum ditemui dalam praktik klinis di seluruh
dunia. LBP merupakan terminologi untuk gejala lebih daripada penyakit. Seperti
gejala lain, seperti sakit kepala dan pusing, gejala LBP juga memiliki banyak
penyebab. Bentuk paling umum dari nyeri punggung bawah adalah nyeri punggung
bawah yang tidak spesifik (Non-specific Low Back Pain). Istilah ini digunakan bila
penyebab patoanatomis dari nyeri tidak bisa ditentukan (Maher et al., 2017)
Nyeri punggung memiliki intensitas yang berkisar dari nyeri yang tumpul,
sakit terus-menerus hingga tiba-tiba, tajam atau rasa sakit seperti tertembak. LBP
dapat terjadi secara tiba-tiba sebagai akibat dari kecelakaan dan cedera atau dengan
mengangkat sesuatu beban yang berat, atau bahkan dapat berkembang seiring
waktu dengan bertambahnya usia. Rutinitas olahraga yang terlalu sedikit diikuti
dengan olahraga yang berat yang mendadak juga bisa menyebabkan sakit
punggung. LBP adalah nyeri di daerah punggung bawah, yang dapat disebabkan
oleh masalah di saraf, iritasi otot atau lesi pada tulang (Baron et al., 2016).

B. EPIDEMIOLOGI

World Health Organization (WHO) menyatakan terdapat sekitar 150 jenis


gangguan muskuloskeletal diderita oleh ratusan juta manusia yang menyebabkan
nyeri-serta disabilitas atau keterbatasan fungsional, sehingga mengganggu
psikologis dan sosial pada penderita. Salah satu nyeri akibat gangguan tersebut
adalah keluhan nyeri punggung bawah atau low back pain keluhan paling banyak
ditemukan diantara keluhan nyeri yang lain. Hasil penelitian lain memperkirakan
nyeri punggung bawah masuk dalam kategori 10 penyakit dan cedera tertinggi yang
menyumbang angka terbesar dalam DAL Ys di seluruh dunia. Hampir 70%-80%
penduduk negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi sepanjang

12
hidup atau lifetime pada populasi dewasa didapatkan sekitar 70% dan prevalensi
dalam 1 tahun berkisar antara 15% - 45%, dengan puncak prevalensi pada usia 35
hingga 55 tahun (Windows M, 2014).

C. ETIOLOGI

LBP sebagai gejala memiliki berbagai macam penyebab, dimana pemicu gejala
LBP yang paling banyak adalah penyebab sistem neuromuskuloskeletal. Selain itu,
LBP dapat terjadi sebagai hasil dari nyeri alih yang berasal dari gangguan sistem
gastrointestinal, sistem genitourinaria atau sistem kardiovaskuler. Proses infeksi,
neoplasma dan inflamasi daerah panggul dapat juga menimbulkan LBP (Maher et
al., 2017).

a. Kongenital

 Ketidakteraturan tulang seperti skoliosis (kelengkungan tulang belakang),


lordosis (tulang belakang secara tidak normal memiliki kelengkungan berlebihan di
punggung bawah), kifosis (kelengkungan luar tulang belakang yang berlebihan),
dan anomali kongenital tulang belakang lainnya

 Spina bifida, yang melibatkan yang tidak lengkapnya perkembangan sumsum


tulang belakang dan / atau tidak adanya penutup tulang belakang dan dapat
menyebabkan masalah yang melibatkan malformasi vertebra dan abnormal dan
bahkan kelumpuhan

b. Trauma

 Terkilir/sprain (ligamen meregang atau robek), strain (robekan pada tendon


atau otot), dan spasme (kontraksi otot tiba-tiba atau kelompok otot)

 Cedera traumatis, seperti karena bermain, olahraga, kecelakaan mobil, atau


terjatuh yang dapat melukai tendon, ligamen, atau otot yang menyebabkan nyeri,
serta mengompresi tulang belakang dan menyebabkan cakram pecah atau hernia

c. Degeneratif

 Degenerasi diskus intervertebralis, yang mana terjadi ketika cakram yang


biasanya elastis merapuh sebagai proses normal penuaan dan kehilangan
kemampuan bantalan atau pelindungnya

13
 Spondylosis, degenerasi umum pada tulang belakang terkait dengan keausan
normal yang terjadi pada sendi, cakram, dan tulang tulang belakang seiring
bertambahnya usia

 Artritis atau penyakit inflamasi lainnya di tulang belakang, termasuk


osteoartritis dan rheumatoid arthritis serta spondylitis

d. Kelainan saraf dan sum-sum tulang belakang

 Kompresi saraf tulang belakang, peradangan dan / atau cedera

 Skiatika (juga disebut radikulopati), disebabkan oleh penekanan saraf skiatik


yang berjalan melalui bokong dan meluas ke bawah bagian belakang kaki. Orang
dengan skiatika mungkin merasa kombinasi nyeri punggung bawah seperti
merasakan guncangan atau rasa terbakar dengan nyeri di bagian bokong dan satu
kaki.

 Stenosis tulang belakang, yaitu penyempitan kolumna tulang belakang yang


memberi tekanan pada sumsum tulang belakang dan saraf

 Spondylolisthesis, yang terjadi bila ruas tulang belakang bagian bawah


terlepas dari tempatnya, menekan saraf yang keluar dari tulang belakang

 Diskus intervertebralis yang mengalami hernia atau pecah dapat terjadi bila
cakram intervertebralis terkompresi dan menonjol ke luar

 Infeksi yang melibatkan tulang belakang, suatu kondisi disebut osteomielitis;


cakram intervertebralis, disebut diskitis; atau inflamasi sendi sakroiliaka yang
menghubungkan tulang belakang bagian bawah ke panggul, disebut sakroiliitis

 Sindrom kauda ekuina terjadi jika pecahnya diskus mendorong ke dalam


kanal tulang belakang dan menekan kumpulan akar saraf lumbar dan sacral.
Kerusakan neurologis permanen dapat terjadi jika sindrom ini tidak diobati.

 Osteoporosis (penurunan kepadatan dan kekuatan tulang secara progresif


yang dapat menyebabkan rasa sakit tulang belakang)

e. Kelainan di luar sum-sum tulang belakang

14
 Batu ginjal bisa menyebabkan nyeri yang tajam di bagian punggung bawah,
dan biasanya di satu sisi

 Endometriosis (penumpukan jaringan uterus di tempat di luar rahim)

 Fibromyalgia (sindrom nyeri kronis melibatkan nyeri otot dan kelelahan yang
meluas)

 Tumor yang menekan atau menghancurkan tulang belakang atau sumsum


tulang belakang

 Kehamilan (gejala LBP hampir selalu hilang total setelah melahirkan)

D. PATOFISIOLOGI

Pada dasarnya, mekanisme terjadinya Low Back Pain (LBP) disebabkan karena
adanya stimulus nyeri yang ditambahkan dengan sensasi nyeri sehingga
menyebabkan terjadinya Low Back Pain (LBP). Awalnya, stimulus nyeri tersebut
akan menyentuh nosiseptor pada kulit dan organ internal tubuh. Nosiseptor
merupakan ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang
kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimulus tersebut sifatnya dapat
berupa kimia dan mekanik. Stimulus mekanik dapat berupa obat-obatan yang dapat
memberikan rasa nyeri atau zat kimia seperti nikotin. Nikotin akan mengakibatkan
aliran darah pada bantalan antara tulang pinggang berkurang. Aliran darah yang
terhambat meningkatkan resiko terjadinya nyeri tulang, sedangkan stimulus
mekanik dapat berupa pengangkutan beban berat. Nosiseptor terdiri dari beberapa
cabang, saat stimulus nyeri telah menyentuh nosiseptor maka salah satu cabang dari
reseptor tersebut akan dikirimkan ke pembuluh darah lokal. Setelah masuk ke
pembuluh darah lokal maka akan masuk ke dalam mast cell. Mast cell merupakan
sel yang terdiri dari beberapa jenis jaringan dan berisi banyak butiran kaya histamin
dan heparin. Stimulus tersebut akan merangsang mast cell untuk melepaskan
histamin. Histamin merupakan salah satu substansi yang dapat meningkatkan
transmisi atau persepsi nyeri sehingga dapat meningkatkan efek yang menimbulkan
nyeri. Dengan adanya histamin tersebut maka sensasi nyeri dapat dirasakan oleh
seseorang. Sensasi nyeri tersebut kemudian akan menyentuh lengkungan tulang
belakang. Akibat kondisi tersebut maka kondisi tubuh menjadi tidak stabil.
Selanjutnya, batang tubuh akan berusaha membantu menstabilkan tulang belakang

15
kembali. Untuk menstabilkan kondisi tersebut maka otot-otot abdominal dan toraks
akan berkontraksi. Akibat kontraksi otot tersebut maka menyebabkan terjadinya
Low Back Pain (Baron et al., 2016).

E. KLASIFIKASI
a. Berdasarkan etiologi
i. Mekanik Statik
LBP mekanik statik terjadi apabila postur tubuh dalam keadaan posisi statis
(duduk atau berdiri) sehingga menyebabkan peningkatan pada sudut
lumbosakral (sudut antara segmen vertebra L5 dan S1 yang sudut normalnya 30°
- 40°) dan menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan. Peningkatan sudut
lumbosakral dan pergeseran titik pusat berat badan tersebut akan menyebabkan
peregangan pada ligamen dan kontraksi otototot yang berusaha untuk
mempertahankan postur tubuh yang normal sehingga dapat terjadi strain atau
sprain pada ligamen dan otot-otot di daerah punggung bawah yang menimbulkan
nyeri. (Ningsih and Lukman, 2012)
ii. Mekanik Dinamik
LBP mekanik dinamik dapat terjadi akibat beban mekanik abnormal pada
struktur jaringan (ligamen dan otot) di daerah punggung bawah saat melakukan
gerakan. Beban mekanik tersebut melebihi kapasitas fisiologik dan toleransi otot
atau ligamen di daerah punggung bawah. Gerakan-gerakan yang tidak mengikuti
mekanisme normal dapat menimbulkan LBP mekanik, seperti gerakan
kombinasi (terutama fleksi dan rotasi) dan repetitif, terutama disertai dengan
beban yang berat (Ningsih and Lukman, 2012)
b. Berdasarkan waktu
i. LBP akut
Keluhan pada fase akut awal terjadi kurang dari 2minggu dan pada fase akut
akhir terjadi antara 2-6 minggu, rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba
namun dapat hilang sesaat kemudian (Starkweather and Dorsey, 2020).
ii. LBP sub akut
Keluhan pada fase subakut berlangsung antara 6-12 minggu (Starkweather and
Dorsey, 2020)
iii. LBP kronik

16
Keluhan pada fase kronik terjadi lebih dari 12 minggu atau rasa nyeri yang
berulang. Nyeri bahkan bisa berlangsung setelah cedera awal atau penyebab
LBP akut telah diobati. Sekitar 20 % orang yang terkena LBP akut
mengembangkan LBP kronis dengan gejala persisten pada satu tahun. Dalam
beberapa kasus, pengobatan berhasil meredakan nyeri, tetapi dalam kasus lain
nyeri terus berlanjut meskipun telah diberikan perawatan medis dan terapi
bedah. Gejala yang muncul cukup signifikan untuk mempengaruhi kualitas
hidup penderitanya dan sembuh pada waktu yang lama (Starkweather and
Dorsey, 2020)
c. Berdasarkan sumber nyeri
i. Spondilogenik
LBP spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses
patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik),
diskus intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan proses
patologik di artikulasio sakroiliaka (Starkweather and Dorsey, 2020)
ii. Viserogenik
LBP yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal
atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal (Starkweather and
Dorsey, 2020)
iii. Neurogenik
LBP yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan patologik pada saraf
yang dapat menyebabkan LBP (Starkweather and Dorsey, 2020)
iv. Vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan LBP atau nyeri
yang menyerupai iskemi (Starkweather and Dorsey, 2020)

F. MANIFESTASI KLINIS

Penderita LBP memiliki keluhan yang beragam tergantung dari patofisiologi,


perubahan kimia atau biomekanik dalam diskus intervertebralis, dan umumnya
mereka mengalami nyeri. Nyeri miofasial khas ditandai dengan nyeri dan nyeri
tekan pada daerah yang bersangkutan (trigger points), kehilangan ruang gerak
kelompok otot yang tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri radikuler yang

17
terbatas pada saraf tepi. Keluhan nyeri sendiri sering hilang bila kelompok otot
tersebut diregangkan (Baykara Ra, 2013; Lewandowski Cm, 2015).
Menurut McKenzie, LBP mekanik ditandai dengan gejala sebagai berikut:
1) Nyeri terjadi secara intermitten atau terputus-putus.

2) Sifat nyeri tajam karena dipengaruhi oleh sikap atau gerakan yang bisa
meringankan ataupun memperberat keluhan.

3) Membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan memburuk setelah
digunakan beraktivitas.

4) Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas, warna kemerahan ataupun


pembengkakan.

5) Terkadang nyeri menjalar ke bagian pantat atau paha.

6) Dapat terjadi morning stiffness.

7) Nyeri bertambah hebat bila bergerak ekstensi, fleksi, rotasi, berdiri, berjalan
maupun duduk.

8) Nyeri berkurang bila berbaring.

Nyeri tersebut bisa berawal dari pada punggung, namun nyeri dapat menjalar
turun ke bokong, tungkai bahkan ke kaki. Bila nyeri bertambah berat atau
berlangsung dalam waktu yang lama, maka anda dapat mengalami kesulitan buang
air kecil, kesulitan tidur, dan depresi.

G. DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menegakkan diagnosis dari pasien. Tanda-


tanda penyebab sistemik dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik umum seperti
demam, tekanan darah dan nadi dapat membantu evaluasi adanya nyeri dan
perdarahan. Pemeriksaan kulit dapat membantu memperlihatkan berbagai tanda
sistemik misalnya psoriasis, herpes zoster dan gangguan-gangguan hematologis.
Pemeriksaan pada daerah abdomen dilakukan untuk menilai kemungkinan
gangguan organ dalam. Pemeriksaan muskuloskeletal perlu dilakukan untuk
mengetahui daerah yang dikeluhkan. Pemeriksaan neurologik juga perlu dilakukan
meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologik dan patologik serta uji

18
untuk menentukan kelainan saraf, seperti straight leg raising (SLR)/ Laseque test
(iritasi n.ischiadicus), sitting knee extension (iritasi n.ischiadicus), saddle
anesthesia (sindrom konus medularis) (Yasin Mm, I.S¸2014).
Pada pasien dengan keluhan nyeri punggang bawah, dianjurkan berdiri saat
pemeriksaan dilakukan dengan posisi anteroposterior, lateral dan oblique.
Gambaran radiologis yang sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai
penyempitan ruang diskus intervertebral, osteofit pada sendi facet, penumpukan
kalsium padavertebra, pergeseran korpus vertebra (spondilolistesis), dan infiltrasi
tulang oleh tumor. Penyempitan ruangan intervertebral terlihat bersamaan dengan
suatu posisi yang tegang, melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot
paravertebral (Yasin Mm, I.S,2014; Zhang, Y., 2018).
MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat
jaringan lunak.28 Pada pemeriksaan dengan MRI bertujuanuntuk melihat vertebra
dan level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan patologis pada medula
spinalis atau jaringan lunak, menentukan kemungkinan herniasi diskus pada kasus
post operasi, kecurigaan karena infeksi atau neoplasma (Panduwinata W, 2014).

H. TATALAKSANA

Tatalaksana pada pasien LBP dibagi menjadi Farmakologis dan non


Farmakologis (Allegri., et al, 2016):
1) Terapi Farmakologis
Hampir pada sebagian besar pengobatan direkomendasikan NSAID.
Mempertimbangkan manfaat dibandingkan efek samping, American Geriatrics
Society merekomendasikan COX-2 inhibitor sebagai terapi lini pertama
dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat non-asetil (kolin magnesium
trisalicylate, salsalat) terbukti efektif dan memiliki lebih sedikit efek samping
gastrointestinal dibandingkan NSAID non spesifik dengan biaya lebih rendah
daripada lebih agen selektif. Jika NSAID non spesifik yang dipilih, sitoproteksi
lambung harus dipertimbangkan berdasarkan profil risiko pasien. NSAID harus
dipertimbangkan ketika peradangan diyakini memainkan peran penting dalam
proses produksi nyeri.
Injeksi steroid epidural adalah prosedur yang biasa dilakukan untuk nyeri
leher radikuler dan nyeri punggung bawah. Penggunaansteroid untuk nyeri

19
radikuler harus jelas namun untuk injeksi steroid epidural kurang direkomendasikan
sedangkan penggunaan steroid tidak dianjurkan untuk mengobati LBP kronis.
2) Terapi Non Farmakologis
Pasien dianjurkan untuk melakukan olahraga rutin yang kemudian
dievaluasi lebih lanjut, jika pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari- hari
dalam 4-6 minggu. Pada beberapa kasus dapat dilakukan tirah baring 2- 3 hari
pertama untuk mengurangi nyeri (Foster, 2018).

20
DAFTAR PUSTAKA

Allegri, M., Montella, S., Salici, F., et al. 2016. Mechanisms of low back pain: a
guide for diagnosis and therapy. F1000Research, 5.
Baron, R. et al. (2016) ‘Neuropathic low back pain in clinical practice’, European
Journal of Pain (United Kingdom), 20(6), pp. 861–873. doi:
10.1002/ejp.838.
Baykara Ra, Bozgeyik Z, Akgul O, Ozgocmen S. 2013 Low Back Pain In Patients
With Rheumatoid Arthritis: Clinical Characteristics And Impact Of Low
Back Pain On Functional Ability And Health Related Quality Of Life. J
Back Musculoskelet Rehabil. 26(4):367–74.
Foster, N. E., Anema, J. R., Cherkin, D., et al. 2018. Prevention and treatment of
low back pain: evidence, challenges, and promising directions. The
Lancet, 391(10137), 2368-2383.
Hartvigsen, J., Hancock, M. J., Kongsted, A., et al. 2018. What low back pain is
and why we need to pay attention. The Lancet, 391(10137), 2356-2367.
Hayden, J. A., Ellis, J., Ogilvie, R., et al. 2021. Some types of exercise are more
effective than others in people with chronic low back pain: A network
meta-analysis. Journal of physiotherapy, 67(4), 252-262.
Kim G, Yi C, Cynn H. 2015. Factors Influencing Disability Due To Low Back
Pain Using The Oswestry Disability Questionnaire And The Quebec
Back Pain Disability Scale. Physiother Res . 20(1):16– 21
Lewandowski Cm, Co-Investigator N, Lewandowski Cm. 2015. Back Pain
Functional Scale. Eff Br Mindfulness Interv Acute Pain Exp An Exam 46
Individ Differ. 1:1689–99
Maher, C., Underwood, M. and Buchbinder, R. (2017) ‘Non-specific low back
pain’, The Lancet. doi: 10.1016/S0140-6736(16)30970-9.
Nieminen, L. K., Pyysalo, L. M., & Kankaanpää, M. J. 2021. Prognostic factors for
pain chronicity in low back pain: a systematic review. Pain reports, 6(1).
Panduwinata W. 2014. Peranan Magnetic Resonance Imaging Dalam Diagnosis
Nyeri Punggung Bawah Kronik. 41(4):260–3.

21
Urits, I., Burshtein, A., Sharma, M., et al. 2019. Low back pain, a comprehensive
review: pathophysiology, diagnosis, and treatment. Current pain and
headache reports, 23(3), 1-10.
Will, J. S., Bury, D. C., & Miller, J. A. 2018. Mechanical low back pain. American
family physician, 98(7), 421-428.
Windows M, Os M, When Cp, Wei Y, Yildirim P, Den Bulte C, et al. 2014. Who
Guidlines On The Pharmacological Treatments Of Persisting Pain In
Children With Medical Illnesses. Uma Ética Para
Quantos?;Xxxiii(2):81–7
Yasin Mm, I.S. Ka, Sustini F, et al. 2014. Hubungan Antara Karakteristik,
Antropometrik, Kebiasaan, Status Psikososial, Dan Gambaran
Radiografis Responden Dengan Kejadian Spondylogenic Low Back Pain.
2:95–106.
Zhang, Y., Zhao, Y. and Wang, Y., 2018. Prognostic factors of Guillain-Barré
syndrome: a 111-case retrospective review. Chinese Neurosurgical
Journal, 4(03), pp.145-153.

22

Anda mungkin juga menyukai