Disusun oleh:
Adli Ilham Akbar Hafidz
30101407115
Pembimbing:
dr. Muktasim Billah, Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
1
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing
2
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur: : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Alamat : Gayamsari, Semarang
Diantar oleh : Keluarga
Tanggal Masuk: 24 April 2019
B. DAFTAR MASALAH
C. SUBJEKTIF
Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis dengan keluarga pasien
pada tanggal 25 April 2019 13.00 WIB di Ruang Darul Muqommah
1. Keluah Utama: Kelemahan Anggota Gerak Kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Lokasi : Anggota Gerak Kanan
Kualitas : Anggota Gerak Kanan terasa Lemah
Kuantitas : Anggota Gerak Kanan hanya dapat menggerakk
Onset : jam SMRS pada siang hari pukul 08.00 WIB
Faktor yang memperberat :-
Faktor yang memperingan :-
Kronologis : 8 jam SMRS, saat pasien terbangun dari tidur,
merasakan sulit bicara dan diikuti dengan kelemahana anggota gerak
3
badan kanan. Tangan kanan dan kaki kanan sulit untuk digerakkan.
Malam sebelumnya, aktivitas pasien masih berjalan normal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluahan yang sama : disangkal
Riwayat Hipertensi : diakui, jarang menggunakan obat
Riwayat penyakti jantung : disangkal
Riwayat DM : pasien menderita DM sejak 5 tahun
lalu
Riwayat Dislipidemi : disangkal
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Stroke : disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal satu rumah beserta anak dan suaminya, kegiatan di rumah
sebagian besar mengurus rumah, biaya pengoabtan ditanggung BPJS.
D. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
- Keadaan umum : Tampak lemah
- Kesadaran : Komposmentis
- GCS : E4V5M6 (15)
- Tanda vital :
Tekanan darah : 120/86 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 26 x/menit
Suhu : 36,5oC
Status Internus
a. Kulit : Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor
kulit cukup, capilary refill kurang dari 2 detik dan teraba hangat.
4
b. Kepala : Normosefali, rambut berwarna hitam distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
3mm/3mm.
Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi septum (-),
sekret (-/-)
Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), nyeri tarik (-/-), sekret (-/-)
Mulut : Sudut bibir kanan turun, kering (-), sianosis (-)
Tenggorokan : Trismus (-), arkus faring simetris, hiperemis (-), uvula di
tengah
c. Leher
a) Sikap : Simteris
b) Pergerakan : Normal
c) Pembesaran kelenjar limfe : (-)
d) Kaku Kuduk : (-)
d. Toraks
Jantung
a) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
c) Perkusi :
Batas atas kiri : ICS II garis parasternal sinsitra dengan bunyi redup
Batas atas kanan : ICS II garis parasternal dekstra dengan bunyi redup
Batas bawah kiri : ICS V ± 1cm medial garis midklavikula sinistra
dengan bunyi redup
Batas bawah kanan : ICS IV garis parasternal dekstra dengan bunyi
redup
d) Auskultasi: Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
1. Inspeksi : Dinding toraks simetris pada saat statis maupun dinamis,
retraksi otot-otot pernapasan (-)
2. Palpasi : Vocal fremitus melemah pada kanan
5
3. Perkusi : Redup pada lapang paru kanan
4. Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (+/-), wheezing (-/-)
e. Abdomen
a) Inspeksi : Perut datar, massa (-), pulsasi abnormal (-)
b) Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
c) Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
d) Auskultasi : Bising usus (+) normal
k. Ekstremitas
Superior : Tidak terdapat jejas, bekas trauma, massa, dan sianosis
(-/-) akral hangat (+/+), oedem (-/-), CRT < 2 detik
Inferior : terdapat ulkus pada punggung kaki kanan, bekas trauma,
massa, dan sianosis
(-/-) akral hangat (+/+), odem (-/-), CRT < 2 detik
l. Status Berpikir
a) Cara Berpikir : Realistik
b) Perasaan Hati : Eutimik
c) Ti ngkah laku : Normoaktif
d) Ingatan : Baik
Status Neurologis
a. Rangsangan Meningeal
1) Kaku kuduk : - ( tidak ditemukan tahanan pada tengkuk)
2) Brudzinski I : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
3) Brudzinski II : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
4) Kernig : -/- (tidak terdapat tahanan sebelum mencapai
135º/tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135º)
5) Laseque : -/- (tidak timbul tahanan pada kedua kaki sebelum
mencapai 70o)
6
b. Nervus Kranialis
1) N-I (Olfaktorius) : Tidak ada gangguan penciuman
2) N-II (Optikus)
a) Tajam penglihatan : DBN / DBN
b) Lapang penglihatan : DBN / DBN
c) Tes warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
d) Fundus oculi : Tidak dilakukan pemeriksaan
3) N-III, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abducens)
Dekstra Sinistra
Pergerakan Bulbus Dbn Dbn
Nistagmus - -
Eksoftalmus - -
Strabismus - -
Pupil Bulat, isokor, 2,5 mm Bulat, isokor, 2,5 mm
Refleks Cahaya + +
Refleks konvergensi + +
Melihat Kembar - -
4) N-V (Trigeminus)
a) Sensorik
N-V1 (ophtalmicus) : +
N-V2 (maksilaris) : +
N-V3 (mandibularis) : +
(pasien dapat menunjukkan tempat rangsang raba)
b) Motorik
Pasien dapat merapatkan gigi dan membuka mulut.
c) Refleks :
Reflek kornea : +
7
5) N-VII (Fasialis)
Dekstra Sinistra
Mengerutkan Dahi + +
Menutup Mata + Menurun
Menahan rangsang + Menurun
membuka mata
Meringis/tersenyum + Menurun
Pengecapan lidah 2/3 Dbn Dbn
6) N. VIII (Vestibulocochlearis)
Dextra Sinistra
Jentik Jari Dbn Dbn
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8
c. Pemeriksaan Motorik
1) Refleks
a) Refleks Fisiologis
Biceps : N/N
Triceps : N/N
Achiles : N/N
Patella : N/N
b) Refleks Patologis
Babinski : +/-
Oppenheim : +/-
Chaddock : +/ -
Gordon : -/-
Scaeffer : -/-
Hoffman-Trommer : -/-
2) Kekuatan Otot
2 5
Ekstremitas Superior Dextra Ekstremitas Superior Sinistra
2 5
Ekstremitas Inferior Dextra Ekstremitas Inferior Sinistra
3) Tonus Otot
a. Hipotoni : -/-
b. Hipertoni : -/-
9
d. Sistem Koordinasi
1) Romberg Test : Tidak dilakukan pemeriksaan
2) Tandem Walking : Tidak dilakukan pemeriksaan
3) Finger to Finger Test : Sulit dinilai
4) Finger to Nose Test : Sulit dinilai
e. Fungsi Luhur
1) Fungsi bahasa : Sulit Dinilai
2) fungsi orientasi : Sulit Dinilai
3) fungsi memori : Sulit Dinilai
4) fungsi emosi : Sulit Dinilai
h. Sensibilitas
Eksterospektif / rasa permukaan (superior dan inferior)
Rasa raba : (+)/(+) simetris
Rasa nyeri : (+)/(+) simetris
Rasa suhu panas : (+)/(+) simetris
Rasa suhu dingin : (+)/(+) simetris
Prospioseptif / rasa dalam
Rasa sikap : (+)
Rasa getar : (+)
Rasa nyeri dalam : (+)
Fungsi kortikal untuk sensibilitas: (+)
Asteriognosis : (+)
Gradognosis : (+)
Badan dan Anggota Gerak
1. BADAN
10
MOTORIK
Respirasi : takipneu
Duduk : dbn
SENSIBILITAS
1. Taktil : +/+
2. Nyeri : +/+
3. Thermi : +/+
4. Diskriminasi 2 titik : +/+
2. ANGGOTA GERAK ATAS
MOTORIK
Motorik Dextra Sinistra
Pergerakan Menurun Normal
Kekuatan (2) (5)
Tonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi
Klonus - -
SENSIBILITAS
Dextra Sinistra
Taktil + +
Nyeri + +
Suhu + +
Diskriminasi 2 titik + +
REFLEK
Dextra Sinistra
Biceps N N
Triceps N N
Hoffman - -
Tromner - -
11
MOTORIK
Motorik Dextra Sinistra
Pergerakan Menurun Normal
Kekuatan (2) (5)
Tonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi
Klonus - -
SENSIBILITAS
Dextra Sinistra
Taktil + +
Nyeri + +
Suhu + +
Diskriminasi 2 titik + +
REFLEK
Dextra Sinistra
Biceps N N
Triceps N N
Hoffman - -
Tromner - -
Gerakan Abnormal
Tremor: -
Alat Vegetatif
Miksi : dbn
Defekasi : dbn
12
Pemeriksaan laboratorium (Darah rutin, GDS, ureum, kreatinin, kolesterol
Foto Thorax
CT Scan Kepala
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
Foto Thorax
Interpretasi:
kanan.
Kesan
CT Scan Kepala :
13
Diferensiasi substansia alba dan grisea baik
posterior
KESAN :
14
Klorida : 96
G. RESUME
Seorang perempuan usia 50 tahun datang dengan keluhan anggota gerak sisi
kanan lemah dan sulit digerakkan dan sulit bicara sejak 8 jam SMRS, tidak
dijumpai keluhan sakit kepala, mual, muntah proyektif, gangguan miksi atau
defekasi
Pemeriksaan Fisik
o Keadaan Umum : tampak lemah
o Kesadaran : Composmentis, GCS E4V5M6
o Tanda Vital :
Tekanan darah : 127/86 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 26 x/menit
Suhu : 36,5oC
Siriraj Stroke Score
Interpretasi skor :
SS < - 1 (SNH)
15
SS > 1 (SH)
Anggota Gerak
Kekuatan 5 3 5 3
Tonus N N N N
Klonus - - - -
Reflek N N N N
Fisiologis
Reflek - - - -
Patologis
H. DIAGNOSIS
1. Diagnosis
16
Diagnosis Etiologis : Stroke Non Hemoragik E.c. Trombosis
2. Diabetes Melitus
3. Edema Pulmo
4. Efusi Pleura
I. INITIAL PLAN
1. HEMIPARESIS DEXTRA
Assesment:
Terapi:
a. Medikamentosa
Citicolin 500 mg
Aspilet 80 mg
b. Nonmedikamentosa
Fisioterapi: Konsul dokter Sp. KFR
c. Monitoring
Keadaan umum, tanda vital, reflex patologis, serta tanda-tanda stroke
in evolution
d. Edukasi
Menjelaskan pada keluarga dan pasien tentang penyakit, penyebab,
pengobatan, dan penyakit pasien
Minum obat teratur, mengikuti fisioterapi teratur, berlatih
menggerakkan anggota badan yang sakit dan rajin control ke
dokter
Batasi makanan yang dapat memperberat factor resiko
2. DIABETES MELITUS
Assesment: Konsul dokter spesialis penyakit dalam dalam guna penanganan
penyakit lebih lanjut
J. PROGNOSIS
Ad sanam : dubia ad bonam
17
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsional : dubia ad bonam
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE
DEFINISI
Menurut WHO
Gejala klinis yang terjadi mendadak dan cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal atau global dengan kelainan yang menetap 24 jam atau lebih atau
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab yang jelas selain vaskuler.
EPIDEMIOLOGI
19
akan memperdarahi 2/3 bagian depan seebrum termasuk sebagian besar ganglia
basalis dan capsula interna. Sedangkan a.vertebralis memasuki rongga tengkorak
melalui foramen megnum dan bersatu di bagian ventral batang otak membentuk A.
basilaris.Sistem ini biasa disebut sistem vertebrobasiler. Sistem ini memperdarahi
cerebellum, batang otak, sebagian besar thalamus dan 1/3 bagian belakang
cerebrum.
20
jaringan subendotel. Tunika media terdiri dari sel-sel otot polos dan jaringan ikat
yang tersusun konsentris dikelilingi oleh serabut kolagen dan elastik.
Tunika media dipisahkan dari tunika intima oleh suatu membran elastis
yang disebut lamina elastic interna, dan dari tunika adventitia oleh lamina elastica
externa. Kedua lamina ini tersusun dari serabut elastis dimana celah antara serabut-
serabut tersebut dapat dilewati oleh zat-zat kimia dan sel darah.
Tunika adventisia terdiri dari jaringan ikat yang tersusun longitudinal dan
mengandung sel-sel lemak, serabut saraf dan pembuluh darah kecil yang
memperdarahi dinding pembuluh darah (disebut vasa vasorum). Sel-sel otot polos
pembuluh darah tersusun melingkar konsentris di dalam tunika media dan masing-
masing sel dikelilingi oleh membrana basalis, serat-serat kolagen dan proteoglikan.
Arteri mempunyai dinding yang lebih tebal dibandingkan dengan vena yang
setingkat karena mengandung tunika media yang lebih tebal, namun diameter vena
pada umumnya lebih besar. Arteri pada susunan saraf pusat menyerupai vena dalam
hal ketebalan dindingnya, namun mempunyai lamina elastica interna yang lebih
tebal.
FAKTOR RISIKO
21
o Polisitemia
o Stress emosional
o Kebiasaan hidup : merokok, peminum alcohol, obat-obatan terlarang,
kurang olah raga, makan makanan yang mengandung kolesterol.
KLASIFIKASI STROKE
Stroke dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu, strok hemoragik
dan strok non-hemoragik. Dua kategori ini merupakan suatu kondisi yang
berlawanan. Pada stroke hemoragik kranium yang tertutup mengandung darah yang
terlalu banyak, sedangkan pada stroke non-hemoragik terjadinya gangguan
ketersediaan darah pada suatu area di otak dengan kebutuhan. oksigen dan nutrisi
area tersebut. Setiap kategori dari stroke dapat dibagi menjadi beberapa subtipe,
yang masing-masing mempunyai strategi penanganan yang berbeda.
STROKE HEMORAGIK
22
dalam ventrikel atau ke ruangan subaraknoid yang akan bercampur dengan cairan
serebrospinal dan merangsang meningens.
23
Dari hasil pemeriksaan didapatkan CSS seperti air cucian daging
(xanthocrome) pada pungsi lumbal dan adanya perdarahan (hiperdens) pada CT
Scan.
STROKE NON-HEMORAGIK
Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan Cerebral Blood Flow
(CBF) yang menyebabkan suplai oksigen ke otak akan berkurang. Derajat dan
durasi penurunan Cerebral Blood Flow (CBF) kemungkinan berhubungan dengan
24
jejas yang terjadi. Jika suplai darah ke otak terganggu selama 30 detik, maka
metabolisme di otak akan berubah. Setelah satu menit terganggu, fungsi neuron
akan berhenti. Bila 5 menit terganggu dapat terjadi infark. Bagaimanapun, jika
oksigenasi ke otak dapat diperbaiki dengan cepat, kerusakan kemungkinan bersifat
reversibel.
Nilai kritis Cerebral Blood Flow (CBF) adalah 23 ml/100 gram per menit
(normal 55 ml). Penurunan CBF di bawah 10-12 ml/100 gram per menit dapat
menyebabkan infark. Nilai kritis CBF yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan
adalah diantara 12 sampai 23 ml/100 gram per menit. Pada nilai tersebut terjadi
keadaan isoelektrik. Dalam keadaan perfusi yang marginal (ischemic penumbra),
kadar kalium akan meningkat disertai penurunan ATP dan kreatin fosfat. Akan
tetapi, perubahan masih bersifat reversibel apabila sirkulasi dapat kembali normal.
Iskemia akan menyebabkan gangguan hemostasis ion, terutama ion kalium
dan kalsium. Ion kalium yang meninggi di ruang ekstraseluler akan menyebabkan
pembengkakan sel astroglia, sehingga mengganggu transport oksigen dan bahan
makanan ke otak.
Sel yang mengalami iskemia akan melepaskan neurotransmitter glutamat
dan aspartat yang akan menyebabkan influx natrium dan kalsium ke dalam sel.
Keadaan inilah yang mendorong jejas sel menjadi irreversibel.
Nilai CBF 6 sampai 8 ml/100 gram per menit (infark) ditandai dengan
penurunan ATP, peningkatan kalium ekstraseluler, peningkatan kalsium
intraseluler, dan asidosis seluler. Kalsium yang tinggi di intraseluler akan
menghancurkan membran fosfolipid sehingga terjadi asam lemak bebas, antara lain
asam arakhidonat. Asam arakhidonat merupakan prekursor dari prostasiklin dan
tromboksan A2. Prostasiklin merupakan vasodilator yang kuat dan mencegah
agregasi trombosit, sedangkan tromboksan A2 merangsang terjadinya agregasi
trombosit. Pada keadaan normal, prostasiklin dan tromboksan A2 berada dalam
keseimbangan sehingga agregasi trombosit tidak terjadi. Bila keseimbangan ini
terganggu, akan terjadi agregasi trombosit. Prostaglandin, leukotrien, dan radikal
bebas terakumulasi. Protein dan enzim intraseluler terdenaturasi, setelah itu sel
membengkak (edema seluler).
25
Akumulasi asam laktat pada jaringan otak berperan dalam perluasan
kerusakan sel. Akumulasi asam laktat yang dapat menimbulkan neurotoksik terjadi
apabila kadar glukosa darah otak tinggi sehingga terjadi peningkatan glikolisis
dalam keadaan iskemia.
Stroke Infark Arterotrombotik
Manifestasi Klinis
Bila sumbatan terjadi pada a. carotis dan a. cerebri media, gejala
yang mungkin timbul pada serangan awal adalah kebutaan sebelah
26
mata, hemiplegia, hemianesthesia, gangguan bicara dan bahasa,
bingung dan lain-lain.
Bila sumbatan terjadi pada sistem vertebrobasiler, terjadi episode
pusing, diplopia, kebas, hendaya penglihatan pada kedua lapang
pandang dan dysarthria.
Serangan awal tersebut dapat terjadi dalam rentang waktu beberapa
menit hingga beberapa jam, umumnya tidak lebih dari 10 menit.
Trombosis arterial basanya tidak disertai nyeri kepala. Bila ada,
lokasi nyeri berhubungan dengan lokasi sumbatan arteri. Intensitas
nyeri tidak parah.
Hipertensi, diabetes, kebiasaan merokok dan hiperlipidemia umum
ditemukan pada pasien dengan stroke infark atherotrombotik.
Stroke Infark Cardioemboli
Terjadi pada pasien dengan Tensi normal atau Hipertensi ringan. Umumnya
pada pasien dengan gangguan irama jantung karena gangguan katup, banyak
pada pasien mitral stenosis (MS) dan mitral insufisiensi (MI).
Patogenesis :Pada pasien dengan gangguan katup jantung terjadi benturan /
“injury” antara sel darah yang masuk ke ventrikel kiri dan sel darah yang
tidak seluruhnya dipompa jantung. Akibatnya terbentuk trombus di sekitar
katup, ruang dan dinding jantung. Kemudian karena tekanan pompa jantung
yang tinggi, trombus tersebut keluar dengan tekanan yang tinggi sebelum
akhirnya menyumbat lumen pembuluh darah
Manifestasi Klinis :
Nyeri kepala ringan
Terjadi pada saat aktivitas ringan-sedang
Tidak memiliki riwayat hipertensi
Memiliki riwayat sakit jantung
Tanda Klinis Cardioemboli : ditemukan ‘Pulsus Defisit’, yaitu
perbedaan antara Heart Rate dengan denyut nadi mencapai > 10.
27
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan kimia darah (gula darah sewaktu, faal
ginjal, faal hepar, dan profil lipid), pemeriksaan homeostasis ( PTT, APTT,
viskositas plasma).
2. CT Scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan stroke
infark dengan stroke perdarahan.
28
Pada stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum adalah
didapatkan gambaran hipodense sedangkan pada stroke perdarahan
menunjukkan gambaran hiperdens.
3. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak
(sangat sensitif).
4. Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis
atau vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau
aneurisma pada pembuluh darah.
5. Pemeriksan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial,
menentukan ada tidaknya stenosis arteri karotis.
PENATALAKSANAAN
Biasanya obat ini digunakan untuk infark jantung akut untuk melarutkan
bekuan darah yang diperkirakan menyumbat arteri yang terlibat dalam proses stroke
iskemik. Syarat utama adalah waktu pemberian adalah harus sesegera mungkin
29
setelah stroke iskemik terjadi (< 3 jam), agar belum terjadi perubahan sekunder
pada dinding pembuluh darah yang tersumbat dan terutama daerah otak yang
diperdarahinya. Dosis rtPA IV 0,9 mg/kg BB (maksimal 90 mg). 10% dari dosis
sebagai bolus pada menit pertama, sisanya sebagai infus selama 60 menit
monitor terus di ICU 24 jam akan adanya perburukan neurologis dan perdarahan.
Pengobatan dengan obat antiplatelet pada fase akut strok, baru-baru ini
sangat dianjurkan. Uji klinis pada IST (International Stroke Trial) dan CAST (
Chinese Aspirin Stroke Trial) memberitakan bahwa pemberian aspirin pada fase
akut menurunkan frekuensi strok berulang dan menurunkan mortalitas penderita
strok akut.
Obat-obat ini diperkirakan dapat melindungi neuron dari zat-zat destruktif yang
dihasilkan oleh proses biokimia yang terjadi pada kematian neuronal, seperti
glutamat, kalnat dan lain-lain yang toksik terhadap neuron. Di samping itu
kerusakan sel-sel neuron dapat menyebabkan gangguan membran sel akibat
kerusakan pada pompa ion Ca, Na, K. Ada dua jenis neuroproteksi :
- Piracetam
- Citicholin
Terapi bedah
- Carotid endarterectomy
- Angioplasty
30
- Catheter embolectomy
Perdarahan intraserebral merupakan jenis stroke yang sering berat dan banyak
penyebabnya. Tujuan terapi antara lain mencakup:
1. Tirah baring total dengan kepala ditinggikan paling sedikit 15-30”, paling
sedikit dua minggu
2. Fisioterapi pasif beberapa kali sehari, fisioterapi aktif tidak dianjurkan
dalam dua minggu pertama
3. Diet makanan sesuai faktor resiko
4. Monitoring tanda-tanda vital
Tekanan darah pada fase akut tidak boleh diturunkan lebih dari 20%. Penurunan
tekanan darah rata-rata tidak boleh lebih dari 25% dari tekanan darah arteri rata-
rata. Kriteria penurunan:
1. Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan diastolik > 140 mmHg
pada dua kali pengukuran tekanan darah selang 5 menit, berikan natrium
nitroprusid atau nitrogliserin drip.
2. Bila tekanan sistolik 180-230 mmHg atau tekanan diastolik 105-140 mmHg
atau tekanan darah arteri rata-rata 130 mmHg pada dua kali pengukuran
tekanan darah selang 20 menit berikan labetalol injeksi atau enalapril.
31
3. Bila tekanan sistolik < 180 mmHg dan tekanan diastolik < 105 mmHg, maka
pemberian obat anti-hipertensi ditangguhkan.
Terapi Khusus
PENCEGAHAN STROKE
32
PROGNOSIS
33
DAFTAR PUSTAKA
34