Oleh :
AfifahRahmatiahArdianti
H1A015003
Pembimbing :
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat
dan petunjuk dari-Nya penyusunan tugaslaporankasus dengan judu “Neuralgia Trigeminal
idiopathic” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penyusunan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas dalam proses Kepanitraan Klinik
Madya di Bagian/SMF Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebasar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis.
1. dr. Ilsa Hunaifi, Sp.S selaku pembimbing dan Koordinator Pendidikan SMF Ilmu
Penyakit Saraf RSUDP NTB
2. dr. Ester Sampe, Sp.S selaku Ketua SMF Ilmu Penyakit Saraf RSUDP NTB
3. dr. Wayan Subagiartha, Sp.S selaku supervisor
4. dr. Herpan Syafii Harahap, M.Biomed, Sp.S selaku supervisor
5. dr. Muhammad Ghalvan, Sp.S selaku supervisor
6. semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan dan
belum sempurna. Oleh karenanya, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan kedepannya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan bantuan dan
melimpahkan petunjuk-Nya kepada kita semua.
Penulis
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1. LatarBelakang
Neuralgia Trigeminal merupakan suatu sindrom nyeri wajah yang terjadi secara berulang
dan kronik pada salah satu sisi wajah, hal ini merupakan gangguan yang terjadi akibat kelainan
dari nervus cranialis ke-5 yaitu nervus trigeminal dan merupakan sindrom wajah yang paling
sering ditemukan di pelayanan kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan prevalensi kasus neuralgia
trigeminal yang mencapai 4,3 per 100.000 kasus diseluruh dunia. Gangguan dari nervus
trigeminal dapat dirasakan sebagai rasa tajam dan tertusuk pada pipi, bibir, dagu, hidung, dahi,
maupun gusi pada salah satu sisi wajah (unilateral). Rasa nyeri dapat terjadi dalam hitungan
detik sampai sekitar 2 menit. Dan episode nyeri ini dapat berlangsung dalam beberapa minggu
hingga beberapa tahun. Sebagai sindrom nyeri wajah, neuralgia merupakan sindrom nyeri yang
dapat menurunkan kualitas hidup bagi penderitanya sehingga penyebab neuralgia trigeminal,
patofisiologi, dan tata laksana penting untuk diketahui dalam pelayanan Kesehatan sehari-hari.
Rasa nyeri ini dapat distimulasi oleh berbagai macam hal seperti mengunyah atau
menyentuh area area tertentu yang terlokalisasi pada wajah (triggerr zone) Trigger zone biasanya
di plika nasolabialis dan atau dagu. Neuralgia Trigeminal merupakan salah satu bentuk nyeri
neuropatik, dimana nyeri neuropatik ditandai dengan adanya kerusakan saraf. Neuralgia
trigeminal lebih sering terjadi di wajah bagian kanan dibandingkan di bagian wajah sebelah kiri
(rasio 1,5:1).
Nama : Ny. M
Umur : 64 tahun
JenisKelamin : Wanita
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sasak
Alamat : KLU
2.2. Anamnesis
1.2.1. Keluhan Utama
Nyeri wajahkanan
Pasien dating dengan keluhan nyeri pada wajah sebelah kanan terutama pada bagian
bawah dan pipi sejak 6 bulan ini. Nyeri dirasakan terus menerus, terutama saat makan,
mengunyah, dan terkena air wudhu. Nyeri dirasakan seperti disilet, terasa seperti tertusuk paku
dan sangat mengganggu sampai pasien sulit tidur.
Pasien mengatakan memiliki riwayat Hipertensi. Riwayat penyakit lain seperti diabetes
Militus (-), riwayat trauma disangkal.
Riwayat Hipertensi dan Diabetes Militus pada keluarga, riwayat stroke disangkal.
Palpasi :
Auskultasi :
- Jantung : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru-paru : vesikuler normal (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
D. Abdomen
Inspeksi :Bentuk normal, distensi (-), jejas & massa (-)
Auskultasi :Bising usus normal (+)
Perkusi :Timpani pada seluruh kuadran abdomen
Palpasi :Nyeri tekan abdomen (-), massa (-), hepar/lien tak teraba
E. Ekstremitas
Akral hangat :
+ +
+ +
Edema : - -
- -
Deformitas : - -
- -
3. Status Neurologis
A. GCS : E4V5M6
B. Pemeriksaan Fungsi Luhur
- Reaksi Emosi : baik
- Intelegensia : baik
- Fungsi Bicara : normal
- Fungsi Psikomotorik : normal
- Fungsi Psikosensorik : normal
C. Tanda Rangsang Meningeal
- Kaku kuduk : (-)
- Kernig : (-)
- Brudzinski I : (-)
- Brudzinski II : (-)
- Brudzinski III : (-)
- Brudzinski IV : (-)
D. Nervus Cranialis
a. N.I (olfaktorius) : tde
b. N.II (optikus) : tde
c. N. III, IV dan VI :
- Celah kelopak mata
Ptosis : -/-
Exophthalmus : -/-
- Posisi bola mata : Orthoforia
- Pupil
Ukuran/bentuk : Ø 3 mm/3 mm, bulat
Isokor/anisokor : isokor
Refleks cahaya : Rreflex cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tak
langsung (+/+)
- Gerakan bola mata
Parese ke arah : tidak ada
Nistagmus : tidak ada
d. N.V (Trigeminus)
Sensibilitas : N. V1:normal
N. V2:normal
N. V3: normal
Motorik : inspeksi/palpasi (istirahat/menggigit) normal
Refleks dagu/masseter: Normal
Refleks kornea :Normal (+/+)
e. N. VII (fasialis)
Motorik M. frontalis M. orbicularis M .orbikularis
Okuli Oris
Istirahat Simetris Simetris Simetris
Gerakan Simetris Simetris Simetris
mimik
pengecapan 2/3 lidah bagian depan :
f. N. VIII (Auditorius)
Pendengaran : normal
Tes Rinne :
Tes Weber :
Fungsi vestibularis :
g. N. IX, X(Glosofaringeus, Vagus)
Posisi arkus faring (istirahat/vernet Rideau phenomenon): Tidak dievaluasi
Refleks menelan/muntah : Tidak dievaluasi
Pengecap 1/3 lidah bagian posterior : Tidak dievaluasi
Suara : Tidak dievaluasi
Takikardia/bradikardia : Tidak dievaluasi
h. N. XI (Accecorius)
Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : Normal
Mengangkat bahu : Normal
i. N. XII (Hypoglosus)
Deviasi lidah : (-)
Fasikulasi : (-)
Atrofi : (-)
Tremor : (-)
Ataksia : (-)
E. Motorik
Motorik Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Pergerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Otot Normal Normal Normal Normal
Bentuk Otot Normal Normal Normal Normal
Otot yang terganggu :
Klonus : - Lutut : (-)
- Kaki : (-)
Pergerakan abnormal yang spontan : (-)
Gait : Tidak dievaluasi
F. Sensorik
Eksteroseptif: Nyeri : Normal
Suhu : Normal
Raba halus : Normal
Proprioseptif: Rasa sikap : Normal +/+
Nyeri dalam : +/+
Fungsi kortikal: Diskriminasi : Normal
Stereognosis : Normal
G. Refleks
Refleks Fisiologis
Biceps : +2/+2
Triceps : +2/+2
Patella : +2/+2
Achilles : +2/+2
Refleks Patologis
Hoffman : (-/-)
Trommer : (-/-)
Babinsky : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Gordon : (-/-)
Schaefer : (-/-)
Oppenheim: (-/-)
Gonda : (-/-)
H. Fungsi Cerebellum : Tidak dievaluasi
Gangguan Koordinasi
Tes jari hidung :
Tes pronasi-supinasi :
Tes tumit :
Tes pegang jari :
Gangguan Keseimbangan : Tidak dievaluasi
Tes Romberg :
I. Kolumna Vertebralis : tidak dievaluasi
Inspeksi :
Pergerakan:
Palpasi :
Perkusi :
2.4 Resume
Pasien seorang wanita dengan usia 64 tahun dengan keluhan nyeri pada wajah sebalah
kanan. Nyeri wajah terutama dirasakan pada wajah bagian bawah dan pipi yang dirasakan sejak
6 bulan ini, nyeri dirasakan terus menerus terutama saat makan, mengunyah dan terkena air
wudhu. Nyeri dirasakan seperti disilet, terasa seperti tertusuk paku dan sangat mengganggu
sehingga pasien sulit tidur.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak kesakitan, kesadaran
kompos mentis, tanda vital masih dalam batas normal dan tidak terdapat kelainan pada
pemeriksaan fisik lokalis. Pemeriksaan neurologis tidak menunjukkan adanya kelainan atau
penurunan dari fungsi sensorik pada daerah wajah.
2.5 Assesment
2.7 Prognosis
Ad vitam : dubia
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien seorang wanita berusia 64 tahun dengan keluhan nyeri pada wajah sebalah kanan.
Nyeri wajah terutama dirasakan pada wajah bagian bawah dan pipi yang dirasakan sejak 6 bulan
ini, nyeri dirasakan terus menerus terutama saat makan, mengunyah dan terkena air wudhu.
Nyeri dirasakan sebelah kanan (unilateral) seperti disilet, terasa seperti tertusuk paku dan sangat
mengganggu sehingga pasien sulit tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
pasien tampak kesakitan, kesadaran kompos mentis, tanda vital masih dalam batas normal dan
tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan fisik lokalis. Pemeriksaan neurologis tidak
menunjukkan adanya kelainan atau penurunan dari fungsi sensorik pada daerah wajah.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan tersebut sudah dapat
mengarah pada diagnosis Neuralgia Trigeminal Idiopatik. Berdasarkan klasifikasi membedakan
Neuralgia Trigeminal klasik dan Neuralgia Trigeminal simptomatik. Neuralgia Trigeminal klasik
dianggap memiliki etiologi idiopatik karena tidak ada penyebab gejala yang dapat diidentifikasi
hampir 80% kasus dari Neuralgia Trigeminal. Sedangkan Neuralgia Trigeminal simptomatik
yang diakibatkan tumor, vaskular, dan inflamasi. Diagnosis pasien ini lebih mengarah pada
Neuralgia Trigeminal Idiopatik dengan faktor risiko pada Neuralgia Trigeminal Idiopatik yaitu
usia lebih dari 45 tahun dan lebih sering dialami oleh wanita dibandingkan laki-laki, didapatkan
nyeri seperti disliet dan terasa seperti tertusuk pada wajah bagian pipi dan dagu yang merupakan
wilayah sensorik cabang nervus maksilaris dan mandibularis, nyeri yang dirasakan sebagai gejala
utama dan tidak disertai dengan keluhan lainnya. Nyeri dapat dicetuskan oleh menyentuh wajah
dimana pada pasien ini nyeri muncul saat pasien terkena air wudhu dan mengunyah. Pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan, namun dapat dilakukan setelah nyeri
muncul. Setelah nyeri muncul dapat terjadi penurunan fungsi sensorik pada daerah nyeri, namun
hal ini tidak didapatkan pada pasien kemungkinan kondisi saat diperiksa pasien masih merasakan
nyeri.
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus Neuralgia Trigeminal Idiopatik pada pasien wanita berusia 64
tahun. Neuralgia Trigeminal Idiopatik merupakan gangguan yang terjadi akibat kelainan dari
nervus cranialis ke-5 yaitu nervus trigeminal. Gangguan dari nervus trigeminal dapat dirasakan
sebagai rasa tajam dan tertusuk pada pipi, bibir, dagu, hidung, dahi, maupun gusi pada salah satu
sisi wajah (unilateral). Rasa nyeri dapat distimulasi oleh berbagai macam hal seperti mengunyah
atau menyentuh area tertentu yang terlokalisasi pada wajah. Klasifikasi membedakan Neuralgia
Trigeminal klasik dan Neuralgia Trigeminal simptomatik. Neuralgia Trigeminal klasik dianggap
memiliki etiologi idiopatik karena tidak ada penyebab gejala yang dapat diidentifikasi,
sedangkan Neuralgia Trigeminal simptomatik yang diakibatkan tumor, vaskular, dan inflamasi.
Pada kasus ini merupakan Neuralgia Trigeminal Idiopatik.
DAFTAR PUSTAKA
Cruccu, Giorgio et al. “Trigeminal Neuralgia: New Classification and Diagnostic Grading for
Practice and Research.” Neurology 87.2 (2016): 220–228. PMC. Web. 16 May 2017.
Gunawan, PH., Dina, Annisa. “Trigeminal Neuralgia Etiologi, Patofisiologi, dan Tatalaksana”.
Faculty of Medicine Universitas Pelita Harapan. 2018
Janig, W., Kirillova I. Chronic nerve injury models. In: Handwerker, H.O., Arendt-Nielsen, L.,
(eds.) Models for Translation Pain Research. IASP Press Seattle, pp. 81-97. (2013).
Srivastava, Rahul et al. Diagnostic criteria and management of trigeminal neuralgia: A review.
Asian Pac. J. Health Sci., 2015; 2(1): 108-118.