Anda di halaman 1dari 36

PRESENTASI KASUS

LAKI – LAKI 27 TAHUN DENGAN SUSPEK TUMOR MEDULA SPINALIS


EKSTRADURAL EKSTRAMEDULAR E.C. SUSPEK METASTASIS
KARSINOMA NASOFARING

Periode : 3 Juni – 17 Juni 2019

Disusun oleh :
Mochamad Rizal hermawan Pratama G99172115

Pembimbing :
dr. Yunita Fatmawati, Sp.KFR

KEPANITERAAN KLINIK / PROGRAM PROFESI DOKTER


ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2019
BAB I
STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. AA
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Gerjen, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo
Nomor Rekam Medis : 01320x xx
Pekerjaan : Buruh pabrik
Masuk Bangsal : 2 Juni 2019 pukul 01.15
Tanggal Pemeriksaan : 3 Juni 2019 pukul 16.00
B. Data Dasar
1. Keluhan Utama
Nyeri pinggang bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Dr, Moewardi dengan keluhan nyeri pinggang bawah, yang semakin
lama semakin memberat. Nyeri pinggang bawah awalnya dirasakan hilang timbul, namun nyeri
kemudian dirasakan bertambah sering dan memberat. Pasien juga mengeluhkan tungkai atas terasa
panas yang semakin lama semakin memberat.

Kurang lebih 1 minggu yang lalu, pasien mengeluh kedua tungkai terasa berat jika digunakan
untuk berjalan, awalnya pasien masih bisa berjalan, namun semakin lama semakin memberat,
sehingga hari ini pasien tidak dapat menggerakkan kedua tungkainya. Pasien juga mengeluhkan mati
rasa pada kedua tungkai, dimulai dari bawah pusar, ± 2 minggu yang lalu. Awalnya hanya terasa tebal
dan hari ini pasien tidak merasakan jika disentuh dari bawah pusar sampai kedua kaki. Pasien juga
tidak merasakan jika BAK dan BAB sejak 1 hari yang lalu.

Pasien memiliki riwayat karsinoma nasofaring (+), sejak 5 bulan yang lalu, sudah dilakukan biopsi
dan dilakukan radioterapi sebanyak 3 kali.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit keganasan : Riwayat karsinoma nasofring (+) sejak 5 bulang lalu, telah
dilakukan biopsy dan radioterapi sebanyak 3 kali. Rencana
MSCT kepala polos tanggal 28 Juni 2019

Riwayat keluhan serupa : Disangkal

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat diabetes mellitus : Disangkal

Riwayat penyakit jantung : Disangkal

Riwayat penyakit ginjal : Disangkal

Riwayat alergi : Disangkal

Riwayat stroke : Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit keganasan : Disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : Disangkal
Riwayat diabetes mellitus : Disangkal
Riwayat penyakit jantung : Disangkal
Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat stroke : Disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat makan : Makan 3 kali sehari dengan nasi dan lauk,
pasien sering mengkonsumsi makanan
dengan bahan pengawet

Riwayat minum alkohol : Disangkal


Riwayat merokok : Disangkal
Riwayat olahraga : Jarang

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang buruh di pabrik tekstil, sehari – hari jarang menggunakan masker. Di
rumah, pasien tinggal bersama dengan kedua orang tua dan satu orang kakak. Pasien berobat
menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 3 Juni 2019
1. Status Generalis
a. Kondisi umum : Sakit ringan, GCS E4V5M6, kesan gizi cukup
b. Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Denyut nadi : 76 kali/menit
Frekuensi napas : 18 kali/menit
Suhu tubuh : 36,5°C
Berat badan : 31 kg
c. Kulit
Warna kulit sawo matang, pucat (-), ikterus (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-),
venektasi (-), spider navy (-), stria (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-)
d. Kepala dan Leher
Bentuk kepala : Mesocephalus, kedudukan kepala simetris, luka (-)
rambut hitam, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut,
massa (-)

Mata : Konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), eksoftalmus


(-/-), ptosis (-/-), edema palpebrae (-/-), strabismus (-/-)
Telinga : Normotia, deformitas (-/-), massa (-/-), luka (-/-),
gangguan pendengaran (-/-), tinnitus (-/-), sekret (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-),
sekret (-/-)
Mulut : Bibir kering (-), mukosa pucat (-), sianosis (-), drooling
(-), lidah kotor (-), lidah tremor (-), stomatitis (-), gusi
berdarah (-), papil lidah atrofi (-), deviasi (-)
Leher : Simetris, massa (-), luka (-), nyeri tekan (-),
limfadenopati (-), trakea di tengah
e. Thoraks
Bentuk thoraks : Normochest, simetris, retraksi intercostae (-), sela iga
melebar (-), limfadenopati axilla (-/-), limfadenopati
supraclavicula (-/-), limfadenopati infraclavicula (-/-)
f. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC IV linea midclavicularis
sinistra, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kanan atas di SIC II linea sternalis dextra
Batas kanan bawah di SIC IV linea parasternalis dextra
Batas kiri atas di SIC II linea sternalis sinistra
Batas kiri bawah di SIC IV linea miclavicularis sinistra
Batas jantung kesan normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, regular, bising (-)
g. Paru – paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan-kiri simetris
Palpasi : Fremitus taktil dada kanan-kiri normal
Pengembangan dada kanan-kiri simetris
Perkusi : Sonor, redup pada batas relatif paru-hepar di SIC VI
Auskulasi : Suara dasar vesikular (+/+), wheezing (-/-), ronki basah
kasar (-/-), ronki basah halus (-/-)
h. Trunk
Inspeksi : Simetris, shoulder tilt (-), deformitas (-), skoliosis (-),
edema (-), inflamasi (-), wasting muscle (-)
Palpasi : Suhu normal, tidak hangat, nyeri tekan (-), nyeri gerak
(-), deformitas (-)
Perkusi : Nyeri ketok costovertebrae (-/-)
i. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada, stria (-),
ascites (-), luka (-), massa (-)
Auskultasi : Bising usus 10 kali/menit, suara tambahan (-)
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
j. Ekstremitas
Akral dingin Edema Eritema

2. Pemeriksaan Neurologis
a. Kesadaran dan Fungsi Luhur
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : Perhatian baik, orientasi baik, afasia (-)
b. Pemeriksaan Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Brudzinski IV : (-)
Kernig : (-)
c. Pemeriksaan Nervi Craniales
1) N. I
Dalam batas normal
2) N. II dan III
Kanan Kiri
Visus : > 3/60 > 3/60
Lapang pandang : Kesan sama dengan Kesan sama dengan
pemeriksa pemeriksa

3) N. III, IV, VI
Kanan Kiri
Ptosis : (-) (-)
Strabismus : (-) (-)
Ukuran pupil : 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung : (+) (+)
Refleks cahaya tidak langsung : (+) (+)
Gerakan bola mata : Dalam batas normal

4) N. V
Kanan Kiri
Sensorik V1 – V3 : Baik Baik
M. masseter dan m. temporalis : Atrofi (-) Atrofi (-)
Refleks kornea : (+) (+)
5) N. VII
Kanan Kiri
Mengangkat alis : Bisa Bisa
Mengerutkan alis : Bisa Bisa
Memejamkan mata : Bisa Bisa
Meringis : Simetris, deviasi (-)
Memoncongkan mulut : Bisa
Menggembungkan pipi : Bisa Bisa
Bersiul : Bisa
Lipatan nasolabial : Normal Normal
Simpulan : Tidak terdapat paralisis N. VII
6) N. VIII
Pendengaran menurun (-/-), gangguan keseimbangan (-)
7) N. IX dan N. X
Refleks menelan baik
8) N. XI
Kanan Kiri
M. sternocleidomastoideus : Paralisis (-) Paralisis (-)
M. trapezius : Paralisis (-) Paralisis (-)
9) N. XII
Kanan Kiri
Atrofi lidah : Tidak ada Tidak ada
Fasikulasi : Tidak ada Tidak ada
Posisi lidah saat diam : Sentral, deviasi (-)
Posisi lidah saat dijulurkan : Sentral, deviasi (-)
Simpulan : Tidak terdapat paralisis N. XII
d. Pemeriksaan Fungsi Motorik
Kekuatan
5/5/5 5/5/5
1 / 1 / 1 1 /1 / 1
Spastisitas
Ashworth Scale Modified Ashworth Scale
Extremitas superior 0/0 0/0
Extremitas inferior 0/0 0/0

e. Pemeriksaan Refleks Fisiologis


Kanan Kiri
Refleks biceps : +2 +2
Refleks triceps : +2 +2
Refleks patella : +1 +1
Refleks Achilles : +1 +1
f. Pemeriksaan Refleks Patologis
Kanan Kiri
Hoffman : - -
Trommer : - -
Babinski : - -
Chaddock : - -
Oppenheim : - -
Gordon
Schaeffer : - -
Gonda
Stransky
Rossolimo : - -
Mendel-Bechterew : - -
g. Klonus
Klonus paha : -/-
Klonus kaki : -/-
h. Pemeriksaan Provokasi Nyeri
Kanan Kiri
Laseque : - -
Patrick : - -
Kontra Patrick : - -
3. Status Psikiatri
a. Deskripsi Umum
Penampilan : Laki – laki penampilan sesuai umur, berpakaian rapi,
perawatan diri baik
Kesadaran
Kuantitatif : Compos mentis
Kualitatif : Tidak berubah
Aktivitas motorik : Baik
Pembicaraan : Baik, artikulasi jelas, volume cukup, realistis
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
b. Alam Perasaan
Mood : Eutimik
Afek : Serasi
c. Gangguan Persepsi
Halusinasi : (-)
Ilusi : (-)
Depersonalisasi : (-)
Derealisasi : (-)
d. Proses Pikir
Bentuk : Realistis
Isi : Waham (-)
Arus : Koheren
e. Sensorium dan Kognitif
Konsentrasi : Baik
Orientasi : O / T / W / S baik
Daya ingat : Jangka panjang baik, jangka pendek baik
f. Tilikan
Tilikan derajat 6
g. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
4. Fungsi Motorik dan Range of Motion
a. Leher
ROM
MMT
Aktif Pasif
Fleksi 0 – 70° 0 – 70° 5
Ekstensi 0 – 40° 0 – 40° 5
Right lateral bending 0 – 60° 0 – 60° 5
Left lateral bending 0 – 60° 0 – 60° 5
Rotasi kanan 0 – 60° 0 – 60° 5
b. Extremitas Superior
ROM Pasif ROM Aktif MMT
Dextra Sinistra Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Fleksi 0 – 180° 0 – 180° 0 – 180° 0 – 180° 5 5
Ekstensi 0 – 60° 0 – 60° 0 – 60° 0 – 60° 5 5
Shoulder Abduksi 0 – 180° 0 – 180° 0 – 180° 0 – 180° 5 5
Adduksi 0 – 60° 0 – 60° 0 – 60° 0 – 60° 5 5
Eksternal Rotasi 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 5 5
Fleksi 0 – 150° 0 – 150° 0 – 150° 0 – 150° 5 5
Ekstensi 0° 0° 0° 0° 5 5
Elbow
Pronasi 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 5 5
Supinasi 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 5 5
Fleksi 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 5 5
Ekstensi 0 – 70° 0 – 70° 0 – 70° 0 – 70° 5 5
Wrist
Deviasi ulna 0 – 30° 0 – 30° 0 – 30° 0 – 30° 5 5
Deviasi radius 0 – 20° 0 – 20° 0 – 20° 0 – 20° 5 5
MCP I fleksi 0 – 50° 0 – 50° 0 – 50° 0 – 50° 5 5
MCP II – IV fleksi 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 5 5
Finger DIP II – V fleksi 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 5 5
PIP II – V fleksi 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 0 – 90° 5 5
MCP I ekstensi 0 – 30° 0 – 30° 0 – 30° 0 – 30° 5 5
Fleksi 0 – 70° 0 – 70° 5
Ekstensi 0 – 10° 0 – 10° 5
Trunk
Right lateral bending 0 – 35° 0 – 35° 5
Left lateral bending 0 – 35° 0 – 35° 5
c. Extremitas Inferior
ROM Pasif ROM Aktif MMT
Dextra Sinistra Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Fleksi 0 – 120° 0 – 120° 0° 0° 0 0
Ekstensi 0 – 30° 0 – 30° 0° 0° 0 0
Abduksi 0 – 45° 0 – 45° 0° 0° 0 0
Hip
Adduksi 0 – 30° 0 – 30° 0° 0° 0 0
Eksorotasi 0 – 45° 0 – 45° 0° 0° 0 0
Endorotasi 0 – 35° 0 – 35° 0° 0° 0 0
Fleksi 0 – 135° 0 – 135° 0° 0° 0 0
Knee
Ekstensi 0° 0° 0° 0° 0 0
Dorsofleksi 0 – 15° 0 – 20° 0° 0° 0 0
Plantarfleksi 0 – 35° 0 – 40° 0° 0° 0 0
Ankle
Eversi 0 – 15° 0 – 20° 0° 0° 0 0
Inversi 0 – 25° 0 – 30° 0° 0° 0 0
Tn. AA
4 Juni 2019
M. Rizal H P
d. Kekuatan Motorik dan Sensorik

Kesimpulan : Paraplegia inferior spastik level neurologi L. I, AIS C, sindrom kauda equina
D. Pemeriksaan Laboratorium Darah (Tanggal 2 Juni 2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 12,2 gram/dL 13,5 – 17,5
Hematokrit 37 % 33 – 45
Leukosit 10.6 ribu/L 4,5 – 11,0
Trombosit 359 ribu/L 150 – 450
Eritrosit 4,60 juta/L 4,50 – 5,90
Hemostasis
PT 13.6 detik 10,0 – 15,0
APTT 29.6 detik 20,0 – 40,0
INR 1.060 detik -
Kimia Klinis
Glukosa darah sewaktu 109 Mg/dl 60 –140
SGOT 48 u/l <35
SGPT 34 u/l <45
albumin 3.8 g/dl 3,5 – 5,2
Creatinine 0.5 Mg/dl 0,9 – 1,3
ureum 6 Mg/dl <50
Elektrolit
Natrium darah 125 Mmol/L 136 – 145
Kalium darah 4.2 Mmol/L 3.3 – 5.1
Calsium ion 1.04 Mmol/L 1.17 – 1.29
Serologi Hepatitis
HbsAg Non reactive
E. Pemeriksaan Rontgen Thoracolumbal AP/Lat (2/6/2019)

Kesimpulan:
1. Tak tampak bone metastase pada tulang yang tervisualisasi
2. Paraspinal muscle spasm
F. Indeks Barthel

Item yang Dinilai Skor Nilai


0 : Tidak mampu
Makan (feeding) 1 : Butuh bantuan memotong, mengoles mentega, dll 1
2 : Mandiri
0 : Tergantung orang lain
Mandi (bathing) 0
1 : Mandiri
Perawatan diri 0 : Membutuhkan bantuan orang lain
0
(grooming) 1 : Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, bercukur
0 : Tergantung orang lain
Berpakaian
1 : Sebagian dibantu (misal mengancing baju) 1
(dressing)
2 : Mandiri
0 : Inkonstinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol
Buang air kecil
1 : Kadang inkonstinensia (maksimal 1  24 jam) 0
(bladder)
2 : Konstinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
0 : Inkonstinensia (tidak teratur atau perlu enema)
Buang air besar
1 : Kadang inkonstensia (seminggu sekali) 0
(bowel)
2 : Konstinensia (teratur)
0 : Tergantung bantuan orang lain
1 : Membutuhkan bantuan tetapi dapat melakukan
Penggunaan toilet 1
beberapa hal sendiri
2 : Mandiri
Transfer 0 : Tidak mampu 1

1 : Butuh bantuan duduk (2 orang)

2 : Bantuan kecil (1 orang)

3 : Mandiri

0 : Immobile (tidak mampu) 1

Mobilitas 1 : Menggunakan kursi roda

2 : Berjalan dengan bantuan 1 orang

0 : Tidak mampu 0
Naik turun tangga
1 : Membutuhkan bantuan (alat bantu)

2 : Mandiri
Interpretasi Hasil
20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5–8 : Ketergantungan berat
0–4 : Ketergantungan total
Jumlah skor Barthel 5 (ketergantungan berat)
G. Assessment
Suspek tumor medula spinalis ekstra dural ekstra medular e.c. suspek metastasis karsinoma
nasofaring
H. Daftar Masalah
1. Masalah Medis
Paraplegia inferior, inkontinensia urin, inkontinensia alvi, hipoestesi setinggi mielin L I
2. Masalah Rehabilitasi Medis
Fisioterapi : Kesulitan menggerakkan kedua tungkai kaki yang lemas

Terapi wicara : Tidak ditemukan masalah


Terapi okupasi : Gangguan dalam melakukan aktifitas sehari hari
Sosial medis : Tidak ditemukan masalah
Ortesa-prostesa : Keterbatasan ambulasi
Psikologi : Beban pikiran pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit
I. Penatalaksanaan
1. Terapi Medikamentosa
a. Diet TKTP 2000 kkal/hari
b. IVFD RL 20 tpm
c. Inj. Ketorolac 30 mg/12 jam
d. Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
e. Inj. Metylprednisolon 62.5 mg/6 jam tap off
f. Gabapentin 2x100 mg
g. Sucralfat syr 1 C/8 jam
2. Rehabilitasi Medis
a. Fisioterapi
 General exercise pasif - aktif otot-otot lengan dan tungkai
 Sitting balance
 Standing balance
 Mobility bertahap
 Positional miring bergantian
 Electrical stimulation dengan penempatan 2 elektroda pada regio
suprapubik dan 2 elektroda pada regio lumbosacral, dengan program
sebanyak 2 kali dalam 1 minggu
 Pelvic floor exercise
b. Terapi wicara
Tidak diperlukan
c. Terapi Okupasi
pola pergerakan dasar untuk aktivitas sehari-hari
d. Terapi Sosial Medis
Edukasi keluarga tentang cara perawatan dan pentingnya
peran keluarga dalam membantu pasien untuk melakukan
latihan rehabilitasi di rumah
e. Ortesa-Prostesa
Ortotik protesis pada pasien ini meliputi pemakaian kursi roda serta pemakaian
lumbosacral orthose
f. Terapi Psikologi
Psikoterapi suportif untuk mengurangi kecemasan pasien dan
keluarganya
J. Impairment, Disability, dan Handicap
Impairment : Paraplegia inferior spastik level neurologi L. I, AIS C,
sindrom kauda equina inkontinensia urin, inkontinensia
alvi, hipoestesi setinggi mielin L I, anemia, paraspinal
muscle spasm, hiponatremia sedang, hipokalsemia
Disability : Jumlah skor Barthel 5 (ketergantungan berat),
penurunan fungsi anggota gerak bagian
bawah
Handicap : keterbatasan dalam menjalankan pekerjaan, keterbatasan
dalam bersosialisasi seperti berteman, menjalin relasi,
menikah, dan merasa tidak percaya diri.
K. Planning
Planning diagnostik : MRI Lumbosacral dengan kontras
Planning terapi : Medikamentosa
Fisioterapi : Gerak pasif aktif ROM exercise,
mobilisasi, duduk bersandar, breathing exercise,
chest therapy dengan clapping, Functional Electrical
Stimulation (FES)
Terapi Okupasi : Melatih kemampuan pasien untuk
melakukan aktivitas sehari-hari
Planning edukasi : 1. Penjelasan tentang penyakit dan komplikasi yang
terjadi
2. Edukasi home exercise dan kepatuhan melakukan
terapi
Planning monitoring : Evaluasi hasil fisioterapi dan observasi kapasitas
fungsional
L. Goal
1. Jangka Pendek
a. Minimalisasi impairment dan disability
b. Mencegah terjadinya komplikasi seperti deformitas sendi, kontraktur
sendi, dan muscle wasting
2. Jangka Panjang
a. Memperbaiki kemampuan pasien untuk mengatasi gejala pada fase akut
dan kronis
b. Memperbaiki kemampuan pasien sehingga mampu melakukan aktivitas
sehari – hari
c. Meningkatkan dan memelihara kekuatan kedua otot tungkai
d. Meningkatkan dan memelihara ROM kedua tungkai
e. Mengatasi masalah sosial yang muncul akibat penyakit yang dialami
pasien

M. Prognosis
Ad vitam : Dubia

Ad sanam : Dubia

Ad functionam : Dubia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada
daerah cervical pertama hingga sacral, yang dapat dibedakan atas; A.Tumor
primer: 1) jinak yang berasal dari a) tulang; osteoma dan kondroma, b) serabut
saraf disebut neurinoma (Schwannoma), c) berasal dari selaput otak disebut
Meningioma; d) jaringan otak; Glioma, Ependimoma. 2) ganas yang berasal dari
a) jaringan saraf seperti; Astrocytoma, Neuroblastoma, b) sel muda seperti
Kordoma. B. Tumor sekunder: merupakan anak sebar (metastase) dari tumor
ganas di daerah rongga dada, perut, pelvis, nasofaring, prostat dan tumor
payudara.1
B. Klasifikasi

Berdasarkan asal dan sifat selnya, tumor pada medula spinalis dapat dibagi
menjadi tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer dapat bersifat jinak
maupun ganas, sementara tumor sekunder selalu bersifat ganas karena
merupakan metastasis dari proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-
paru, payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma. Tumor
primer yang bersifat ganas contohnya adalah astrositoma, neuroblastoma, dan
kordoma, sedangkan yang bersifat jinak contohnya neurinoma, glioma, dan
ependimoma.1
Berdasarkan lokasinya, tumor medula spinalis dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu tumor intradural dan ekstradural, di mana tumor intradural itu
sendiri dibagi lagi menjadi tumor intramedular dan ekstramedular.
Gambar 1 (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-ekstramedular,
dan (C) Tumor Ekstradural

Ekstra dural Intradural ekstramedular Intradural intramedular

Chondroblastoma Ependymoma, tipe myxopapillary Astrocytoma


Chondroma Epidermoid Ependymoma
Hemangioma Lipoma Ganglioglioma
Lipoma Meningioma Hemangioblastoma
Lymphoma Neurofibroma Hemangioma
Meningioma Paraganglioma Lipoma
Metastasis Schwanoma Medulloblastoma
Neuroblastoma Neuroblastoma
Neurofibroma Neurofibroma
Osteoblastoma Oligodendroglioma
Osteochondroma Teratoma
Osteosarcoma
Sarcoma
Vertebral hemangioma

Tabel 1. Tumor Medula Spinalis Berdasarkan Gambaran Histologisnya


C. Etiologi dan Patogenesis

Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Beberapa
penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap penelitian adalah virus, kelainan
genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Adapun tumor sekunder (metastasis)
disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang
kemudian menembus dinding pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang normal
dan membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.7

Patogenesis dari neoplasma medula spinalis belum diketahui, tetapi kebanyakan muncul dari
pertumbuhan sel normal pada lokasi tersebut. Riwayat genetik kemungkinan besar sangat berperan
dal am peningkatan insiden pada anggota keluarga (syndromic group) misal pada
neurofibromatosis. Astrositoma dan neuroependimoma merupakan jenis yang tersering pada pasien
dengan neurofibromatosis tipe 2 (NF2), di mana pasien dengan NF2 memiliki kelainan pada
kromosom 22. Spinal hemangioblastoma dapat terjadi pada 30% pasien dengan Von Hippel-Lindou
Syndrome sebelumnya, yang merupakan abnormalitas dari kromosom 3.6

D. Manifestasi Klinis
1. Tumor Ekstradural
Sebagian besar merupakan tumor metastase, yang menyebabkan kompresi pada medula
spinalis dan terletak di segmen thorakalis. Nyeri radikuler dapat merupakan gejala awal pada
30% penderita tetapi kemudian setelah beberapa hari, minggu/bulan diikuti dengan gejala
mielopati. Nyeri biasanya lebih dari 1 radiks, yang mulanya hilang dengan istirahat, tetapi
semakin lama semakin menetap/persisten, sehingga dapat merupakan gejala utama, walaupun
terdapat gejala yang berhubungan dengan tumor primer. Nyeri pada tumor metastase ini dapat
terjadi spontan, dan sering bertambah dengan perkusi ringan pada vertebrae, nyeri demikian
lebih dikenal dengan nyeri vertebrae.
Tumor Metastasis Keganasan Ekstradural5 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Sebagian besar tumor spinal (>80 %) merupakan metastasis keganasan terutama dari paru-
paru, payudara, ginjal, prostat, kolon, tiroid, nasofaring, melanoma, limfoma, atau
sarkoma.
 Yang pertama dilibatkan adalah korpus vertebra. Predileksi lokasi metastasis tumor paru,
payudara dan kolon adalah daerah toraks, sedangkan tumor nasofaring, prostat, testis dan
ovarium biasanya ke daerah lumbosakral.
 Gejala kompresi medula spinalis kebanyakan terjadi pada level torakal, karena diameter
kanalisnya yang kecil (kira-kira hanya 1 cm).
 Gejala akibat metastasis spinal diawali dengan nyeri lokal yang tajam dan kadang menjalar
(radikuler) serta menghebat pada penekanan atau palpasi.
2. Tumor Intradural Ekstramedular
Tumor ini tumbuh di radiks dan menyebabkan nyeri radikuler kronik progresif.
Kejadiannya ± 70% dari tumor intradural, dan jenis yang terbanyak adalah neurinoma pada laki-
laki dan meningioma pada wanita.
a. Neurinoma (Schwannoma)

Memiliki karakteristik sebagai berikut:


 Berasal dari radiks dorsalis
 Kejadiannya ± 30% dari tumor ekstramedular
 2/3 kasus keluhan pertamanya berupa nyeri radikuler, biasanya pada satu sisi dan dialami
dalam beberapa bulan sampai tahun, sedangkan gejala lanjut terdapat tanda traktus
piramidalis
 39% lokasinya disegmen thorakal

b. Meningioma

Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


 ± 80% terletak di regio thorakalis dan ±60% pada wanita usia pertengahan
 Pertumbuhan lambat
 Pada ± 25% kasus terdapat nyeri radikuler, tetapi lebih sering dengan gejala traktus
piramidalis dibawah lesi, dan sifat nyeri radikuler biasanya bilateral dengan jarak waktu
timbul gejala lain lebih pendek

3. Tumor Intradural Intramedular


Lebih sering menyebabkan nyeri funikuler yang bersifat difus seperti rasa terbakar dan
menusuk, kadang-kadang bertambah dengan rangsangan ringan seperti electric shock like pain
(Lhermitte sign).
a. Ependimoma
Memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Rata-rata penderita berumur di atas 40 tahun
 Wanita lebih dominan
 Nyeri terlokalisir di tulang belakang
 Nyeri meningkat saat malam hari atau saat bangun
 Nyeri disestetik (nyeri terbakar)
 Menunjukkan gejala kronis
 Jenis miksopapilari rata-rata pada usia 21 tahun, pria lebih dominan

b. Astrositoma

Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


 Prevalensi pria sama dengan wanita
 Nyeri terlokalisir pada tulang belakang
 Nyeri bertambah saat malam hari
 Parestesia (sensasi abnormal)

c. Hemangioblastoma

Memiliki karakter sebagai berikut:


 Gejala muncul pertama kali saat memasuki usia 40 tahun
 Penyakit herediter (misal, Von Hippel-Lindau Syndrome) tampak pada 1/3 dari jumlah
pasien keseluruhan.
 Penurunan sensasi kolumna posterior
 Nyeri punggung terlokalisir di sekitar lesi
E. Diagnosis
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula spinalis
dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di bawah ini.
a. Laboratorium
Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan
xantokhrom, dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil
dan memperoleh cairan spinal dari pasien dengan tumor medula spinalis harus
berhati-hati karena blok sebagian dapat berubah menjadi blok komplit cairan
spinal dan menyebabkan paralisis yang komplit.
b. Foto Polos Vertebrae
Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan
ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai “mata burung hantu” pada tulang
belakang lumbosakral AP) atau pelebaran, fraktur kompresi patologis,
scalloping badan vertebra, sklerosis, perubahan osteoblastik (mungkin terajdi
mieloma, Ca prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara.
c. CT-scan
CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan
terkadang dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan ini
juga dapat membantu dokter mendeteksi adanya edema, perdarahan dan
keadaan lain yang berhubungan. CT-scan juga dapat membantu dokter
mengevaluasi hasil terapi dan melihat progresifitas tumor.
d. MRI
Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan yang
mengalami kelainan secara akurat. MRI juga dapat memperlihatkan gambar
tumor yang letaknya berada di dekat tulang lebih jelas dibandingkan dengan
CT-scan.
F. Terapi
Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :
a. Deksamethason: 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin
juga menghasilkan perbaikan neurologis).
b. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik
 Bila tidak ada massa epidural: rawat tumor primer (misalnya dengan
sistemik kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi bertulang;
analgesik untuk nyeri.
 Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000
cGy pada 10x perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di
bawah lesi); radiasi biasanya seefektif seperti laminektomi dengan
komplikasi yang lebih sedikit.
c. Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat
blok dan kecepatan deteriorasi
 bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan
sesegera mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan
deksamethason keesokan harinya dengan 24 mg IV setiap 6 jam
selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama radiasi, selama 2
minggu.
 bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan
deksamethason 4 mg selama 6 jam, diturunkan (tappering) selama
perawatan sesuai toleransi.
d. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak
dapat diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.
e. Pembedahan
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya
dengan teknik myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop
digunakan pada pembedahan tumor medula spinalis.
Indikasi pembedahan:
 Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila
lesi dapat dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat terjadi
pada pasien dengan riwayat tumor dan dapat disalahartikan sebagai
metastase.
 Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal).
 Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam, kecuali
signifikan atau terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya terjadi dengan
tumor yang radioresisten seperti karsinoma sel ginjal atau melanoma.
 Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.

G. Terapi Rehabilitasi Medis

1. Fisioterapi

• Tujuan Fisioterapi antara lain adalah:

• Mengurangi nyeri

• Meningkatkan kekuatan otot-otot extremitas

• Mengurangi pemendekan otot

• Memperbaiki keseimbangan

• Mencegah atrofi dan kontraktur pada otot-otot extremitas

• Meningkatkan ROM tungkai

• Merangsang dan mengembalikan rasa sensasi

• Mengembalikan ke ADL yang mandiri (yaitu tidur, duduk, berdiri, makan,


toileting, berpakaian, kebersihan diri)
2. Program Latihan

• Menjaga fungsi respirasi: breath exercise, glossopharyngeal breath, airshift


manuever, strengthening, stretching, coughing, chest fisioterapi. Bertujuan
untuk meningkatkan kondisi umum serta mengatasi komplikasi paru akibat
tirah baring (bed rest).

• Perubahan posisi (pencegahan pressure sores, kontraktur, inhibisi spastisitas,


decubitus).

• Latihan ROM (pasif dan aktif) dan penguluran untuk mencegah kontraktur
dan adanya keterbatasan lingkup gerak sendi pada bagian yang lesi.

• Latihan Kekuatan. Latihan isometrik dan isotonik dapat dilakukan pada fase
subakut. Pada latihan isometrik, kontraksi otot meningkat tetapi sendi tidak
bergerak. Pada latihan isotonik, kontraksi otot terjadi bersama dengan gerakan
sendi. Latihan kekuatan dapat memperkuat otot dan melindungi sendi. Latihan
ROM dan latihan kekuatan yang dilakukan 1 jam/hari dengan frekuensi 5
hari/minggu selama 4 minggu terbukti dapat meningkatkan ROM sendi,
mengurangi nyeri, dan mengurangi disabilitas

• Bladder training yang dilakukan untuk menjaga kontraktilitas otot detrusor.


Program latihan berkemih yaitu latihan penguatan otot dasar panggul (pelvic
floor exercise) latihan fungsi kandung kemih (bladder training) dan program
kateterisasi intermitten. Latihan otot dasar panggul menggunakan bio feed back.
Latihan otot dasar panggul menggunakan vaginal weight cone therapy.

• Neurogenic Bowel. Akibat penurunan kemampuan kontrol untuk BAB, berikan


latihan pengontrolan BAB secara teratur, termasuk pemberian cairan dan serat
yang cukup untuk menghindari konstipasi atau inkontinensia. Lakukan
evakuasi feses misalnya dengan stimulasi melalui colok dubur.
3. Ortotik Prostetik

Ortotik protesis pada pasien ini meliputi pemakaian kursi roda serta
pemakaian lumbosacral orthose. Pemakaian kursi roda ditujukan untuk
meningkatkan mobilisasi pasien karena pasien tidak bisa menahan berat
tubuhnya sama sekali serta pemakaian lumbosacral orthose ditujukan untuk
mmbantu dalam sitting dan proper back.

Gambar 2. Alat ortose, A. Korset LSO , B. Korset TLSO, C. Korset TLSO


brace.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hakim, A.A. Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak dan Sumsum Tulang Belakang.
Medan: Universitas Sumatera Utara. 2006. Hal. 62 - 79
2. Huff, J.S. Spinal Cord Neoplasma. http://emedicine.medscape.com/article/779872-print. 2006.
[3 Juni 2019].
3. Japardi, Iskandar. Radikulopati Thorakalis. [serial online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1994/1/bedah-iskandar%20japardi43.pdf. 2002
[3 Juni 2019].
4. American Cancer Society. Brain and Spinal Cord Tumor in Adults. [serial online].
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/ webcontent/003088-pdf. 2009 [3 Juni 2019].
5. Mumenthaler, M. and Mattle, H. Fundamental of Neurology. New York: Thieme. 2006. Page
146-147.
6. Harrop, D.S. and Sharan, A.D. Spinal Cord Tumors - Management of Intradural Intramedullary
Neoplasms. [serial online]. 2009. Hal : 4 - 6
7. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Brain and Spinal Cord Tumors - Hope
Through Research. 2005 Hal.: 3 - 7.
8. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2010. pp :
353-355.
9. Thamrinsyam H. Drainase Postural. Dalam : Thamrinsyam H dan Dewi WHS (Editor). Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Physiatry). Surabaya:Universitas Airlangga. 1992. Hal. 62-
79.

Anda mungkin juga menyukai