Disusun oleh :
Mochamad Rizal hermawan Pratama G99172115
Pembimbing :
dr. Yunita Fatmawati, Sp.KFR
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. AA
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Gerjen, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo
Nomor Rekam Medis : 01320x xx
Pekerjaan : Buruh pabrik
Masuk Bangsal : 2 Juni 2019 pukul 01.15
Tanggal Pemeriksaan : 3 Juni 2019 pukul 16.00
B. Data Dasar
1. Keluhan Utama
Nyeri pinggang bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Dr, Moewardi dengan keluhan nyeri pinggang bawah, yang semakin
lama semakin memberat. Nyeri pinggang bawah awalnya dirasakan hilang timbul, namun nyeri
kemudian dirasakan bertambah sering dan memberat. Pasien juga mengeluhkan tungkai atas terasa
panas yang semakin lama semakin memberat.
Kurang lebih 1 minggu yang lalu, pasien mengeluh kedua tungkai terasa berat jika digunakan
untuk berjalan, awalnya pasien masih bisa berjalan, namun semakin lama semakin memberat,
sehingga hari ini pasien tidak dapat menggerakkan kedua tungkainya. Pasien juga mengeluhkan mati
rasa pada kedua tungkai, dimulai dari bawah pusar, ± 2 minggu yang lalu. Awalnya hanya terasa tebal
dan hari ini pasien tidak merasakan jika disentuh dari bawah pusar sampai kedua kaki. Pasien juga
tidak merasakan jika BAK dan BAB sejak 1 hari yang lalu.
Pasien memiliki riwayat karsinoma nasofaring (+), sejak 5 bulan yang lalu, sudah dilakukan biopsi
dan dilakukan radioterapi sebanyak 3 kali.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit keganasan : Riwayat karsinoma nasofring (+) sejak 5 bulang lalu, telah
dilakukan biopsy dan radioterapi sebanyak 3 kali. Rencana
MSCT kepala polos tanggal 28 Juni 2019
2. Pemeriksaan Neurologis
a. Kesadaran dan Fungsi Luhur
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : Perhatian baik, orientasi baik, afasia (-)
b. Pemeriksaan Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Brudzinski IV : (-)
Kernig : (-)
c. Pemeriksaan Nervi Craniales
1) N. I
Dalam batas normal
2) N. II dan III
Kanan Kiri
Visus : > 3/60 > 3/60
Lapang pandang : Kesan sama dengan Kesan sama dengan
pemeriksa pemeriksa
3) N. III, IV, VI
Kanan Kiri
Ptosis : (-) (-)
Strabismus : (-) (-)
Ukuran pupil : 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung : (+) (+)
Refleks cahaya tidak langsung : (+) (+)
Gerakan bola mata : Dalam batas normal
4) N. V
Kanan Kiri
Sensorik V1 – V3 : Baik Baik
M. masseter dan m. temporalis : Atrofi (-) Atrofi (-)
Refleks kornea : (+) (+)
5) N. VII
Kanan Kiri
Mengangkat alis : Bisa Bisa
Mengerutkan alis : Bisa Bisa
Memejamkan mata : Bisa Bisa
Meringis : Simetris, deviasi (-)
Memoncongkan mulut : Bisa
Menggembungkan pipi : Bisa Bisa
Bersiul : Bisa
Lipatan nasolabial : Normal Normal
Simpulan : Tidak terdapat paralisis N. VII
6) N. VIII
Pendengaran menurun (-/-), gangguan keseimbangan (-)
7) N. IX dan N. X
Refleks menelan baik
8) N. XI
Kanan Kiri
M. sternocleidomastoideus : Paralisis (-) Paralisis (-)
M. trapezius : Paralisis (-) Paralisis (-)
9) N. XII
Kanan Kiri
Atrofi lidah : Tidak ada Tidak ada
Fasikulasi : Tidak ada Tidak ada
Posisi lidah saat diam : Sentral, deviasi (-)
Posisi lidah saat dijulurkan : Sentral, deviasi (-)
Simpulan : Tidak terdapat paralisis N. XII
d. Pemeriksaan Fungsi Motorik
Kekuatan
5/5/5 5/5/5
1 / 1 / 1 1 /1 / 1
Spastisitas
Ashworth Scale Modified Ashworth Scale
Extremitas superior 0/0 0/0
Extremitas inferior 0/0 0/0
Kesimpulan : Paraplegia inferior spastik level neurologi L. I, AIS C, sindrom kauda equina
D. Pemeriksaan Laboratorium Darah (Tanggal 2 Juni 2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 12,2 gram/dL 13,5 – 17,5
Hematokrit 37 % 33 – 45
Leukosit 10.6 ribu/L 4,5 – 11,0
Trombosit 359 ribu/L 150 – 450
Eritrosit 4,60 juta/L 4,50 – 5,90
Hemostasis
PT 13.6 detik 10,0 – 15,0
APTT 29.6 detik 20,0 – 40,0
INR 1.060 detik -
Kimia Klinis
Glukosa darah sewaktu 109 Mg/dl 60 –140
SGOT 48 u/l <35
SGPT 34 u/l <45
albumin 3.8 g/dl 3,5 – 5,2
Creatinine 0.5 Mg/dl 0,9 – 1,3
ureum 6 Mg/dl <50
Elektrolit
Natrium darah 125 Mmol/L 136 – 145
Kalium darah 4.2 Mmol/L 3.3 – 5.1
Calsium ion 1.04 Mmol/L 1.17 – 1.29
Serologi Hepatitis
HbsAg Non reactive
E. Pemeriksaan Rontgen Thoracolumbal AP/Lat (2/6/2019)
Kesimpulan:
1. Tak tampak bone metastase pada tulang yang tervisualisasi
2. Paraspinal muscle spasm
F. Indeks Barthel
3 : Mandiri
0 : Tidak mampu 0
Naik turun tangga
1 : Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 : Mandiri
Interpretasi Hasil
20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5–8 : Ketergantungan berat
0–4 : Ketergantungan total
Jumlah skor Barthel 5 (ketergantungan berat)
G. Assessment
Suspek tumor medula spinalis ekstra dural ekstra medular e.c. suspek metastasis karsinoma
nasofaring
H. Daftar Masalah
1. Masalah Medis
Paraplegia inferior, inkontinensia urin, inkontinensia alvi, hipoestesi setinggi mielin L I
2. Masalah Rehabilitasi Medis
Fisioterapi : Kesulitan menggerakkan kedua tungkai kaki yang lemas
M. Prognosis
Ad vitam : Dubia
Ad sanam : Dubia
Ad functionam : Dubia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada
daerah cervical pertama hingga sacral, yang dapat dibedakan atas; A.Tumor
primer: 1) jinak yang berasal dari a) tulang; osteoma dan kondroma, b) serabut
saraf disebut neurinoma (Schwannoma), c) berasal dari selaput otak disebut
Meningioma; d) jaringan otak; Glioma, Ependimoma. 2) ganas yang berasal dari
a) jaringan saraf seperti; Astrocytoma, Neuroblastoma, b) sel muda seperti
Kordoma. B. Tumor sekunder: merupakan anak sebar (metastase) dari tumor
ganas di daerah rongga dada, perut, pelvis, nasofaring, prostat dan tumor
payudara.1
B. Klasifikasi
Berdasarkan asal dan sifat selnya, tumor pada medula spinalis dapat dibagi
menjadi tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer dapat bersifat jinak
maupun ganas, sementara tumor sekunder selalu bersifat ganas karena
merupakan metastasis dari proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-
paru, payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma. Tumor
primer yang bersifat ganas contohnya adalah astrositoma, neuroblastoma, dan
kordoma, sedangkan yang bersifat jinak contohnya neurinoma, glioma, dan
ependimoma.1
Berdasarkan lokasinya, tumor medula spinalis dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu tumor intradural dan ekstradural, di mana tumor intradural itu
sendiri dibagi lagi menjadi tumor intramedular dan ekstramedular.
Gambar 1 (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-ekstramedular,
dan (C) Tumor Ekstradural
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Beberapa
penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap penelitian adalah virus, kelainan
genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Adapun tumor sekunder (metastasis)
disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang
kemudian menembus dinding pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang normal
dan membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.7
Patogenesis dari neoplasma medula spinalis belum diketahui, tetapi kebanyakan muncul dari
pertumbuhan sel normal pada lokasi tersebut. Riwayat genetik kemungkinan besar sangat berperan
dal am peningkatan insiden pada anggota keluarga (syndromic group) misal pada
neurofibromatosis. Astrositoma dan neuroependimoma merupakan jenis yang tersering pada pasien
dengan neurofibromatosis tipe 2 (NF2), di mana pasien dengan NF2 memiliki kelainan pada
kromosom 22. Spinal hemangioblastoma dapat terjadi pada 30% pasien dengan Von Hippel-Lindou
Syndrome sebelumnya, yang merupakan abnormalitas dari kromosom 3.6
D. Manifestasi Klinis
1. Tumor Ekstradural
Sebagian besar merupakan tumor metastase, yang menyebabkan kompresi pada medula
spinalis dan terletak di segmen thorakalis. Nyeri radikuler dapat merupakan gejala awal pada
30% penderita tetapi kemudian setelah beberapa hari, minggu/bulan diikuti dengan gejala
mielopati. Nyeri biasanya lebih dari 1 radiks, yang mulanya hilang dengan istirahat, tetapi
semakin lama semakin menetap/persisten, sehingga dapat merupakan gejala utama, walaupun
terdapat gejala yang berhubungan dengan tumor primer. Nyeri pada tumor metastase ini dapat
terjadi spontan, dan sering bertambah dengan perkusi ringan pada vertebrae, nyeri demikian
lebih dikenal dengan nyeri vertebrae.
Tumor Metastasis Keganasan Ekstradural5 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Sebagian besar tumor spinal (>80 %) merupakan metastasis keganasan terutama dari paru-
paru, payudara, ginjal, prostat, kolon, tiroid, nasofaring, melanoma, limfoma, atau
sarkoma.
Yang pertama dilibatkan adalah korpus vertebra. Predileksi lokasi metastasis tumor paru,
payudara dan kolon adalah daerah toraks, sedangkan tumor nasofaring, prostat, testis dan
ovarium biasanya ke daerah lumbosakral.
Gejala kompresi medula spinalis kebanyakan terjadi pada level torakal, karena diameter
kanalisnya yang kecil (kira-kira hanya 1 cm).
Gejala akibat metastasis spinal diawali dengan nyeri lokal yang tajam dan kadang menjalar
(radikuler) serta menghebat pada penekanan atau palpasi.
2. Tumor Intradural Ekstramedular
Tumor ini tumbuh di radiks dan menyebabkan nyeri radikuler kronik progresif.
Kejadiannya ± 70% dari tumor intradural, dan jenis yang terbanyak adalah neurinoma pada laki-
laki dan meningioma pada wanita.
a. Neurinoma (Schwannoma)
b. Meningioma
b. Astrositoma
c. Hemangioblastoma
1. Fisioterapi
• Mengurangi nyeri
• Memperbaiki keseimbangan
• Latihan ROM (pasif dan aktif) dan penguluran untuk mencegah kontraktur
dan adanya keterbatasan lingkup gerak sendi pada bagian yang lesi.
• Latihan Kekuatan. Latihan isometrik dan isotonik dapat dilakukan pada fase
subakut. Pada latihan isometrik, kontraksi otot meningkat tetapi sendi tidak
bergerak. Pada latihan isotonik, kontraksi otot terjadi bersama dengan gerakan
sendi. Latihan kekuatan dapat memperkuat otot dan melindungi sendi. Latihan
ROM dan latihan kekuatan yang dilakukan 1 jam/hari dengan frekuensi 5
hari/minggu selama 4 minggu terbukti dapat meningkatkan ROM sendi,
mengurangi nyeri, dan mengurangi disabilitas
Ortotik protesis pada pasien ini meliputi pemakaian kursi roda serta
pemakaian lumbosacral orthose. Pemakaian kursi roda ditujukan untuk
meningkatkan mobilisasi pasien karena pasien tidak bisa menahan berat
tubuhnya sama sekali serta pemakaian lumbosacral orthose ditujukan untuk
mmbantu dalam sitting dan proper back.
1. Hakim, A.A. Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak dan Sumsum Tulang Belakang.
Medan: Universitas Sumatera Utara. 2006. Hal. 62 - 79
2. Huff, J.S. Spinal Cord Neoplasma. http://emedicine.medscape.com/article/779872-print. 2006.
[3 Juni 2019].
3. Japardi, Iskandar. Radikulopati Thorakalis. [serial online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1994/1/bedah-iskandar%20japardi43.pdf. 2002
[3 Juni 2019].
4. American Cancer Society. Brain and Spinal Cord Tumor in Adults. [serial online].
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/ webcontent/003088-pdf. 2009 [3 Juni 2019].
5. Mumenthaler, M. and Mattle, H. Fundamental of Neurology. New York: Thieme. 2006. Page
146-147.
6. Harrop, D.S. and Sharan, A.D. Spinal Cord Tumors - Management of Intradural Intramedullary
Neoplasms. [serial online]. 2009. Hal : 4 - 6
7. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Brain and Spinal Cord Tumors - Hope
Through Research. 2005 Hal.: 3 - 7.
8. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2010. pp :
353-355.
9. Thamrinsyam H. Drainase Postural. Dalam : Thamrinsyam H dan Dewi WHS (Editor). Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Physiatry). Surabaya:Universitas Airlangga. 1992. Hal. 62-
79.