PENDAHULUAN
3
usia 50-60 tahun dan angka kejadian pada wanita dan pria sama. Hampir 80% dari
HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar HNP terjadi pada diskus L4-L5 dan
L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20% dari insiden HNP. HNP
servikal paling sering terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5. Selain pada
daerah servikal dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal namun
sangat jarang ditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus T9-
T10, T10-T11, T11-T12. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah
lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi
ke arah posterolateral, dengan kompresi radiks saraf.
Pada pekerja di negara-negara berkembang, ada beberapa faktor risiko
utama yang diduga berperan dalam terjadinya LBP yaitu stres fisik (misalnya
pekerja mengangkat terus-menerus, mengemudikan kendaraan, kondisi tulang
belakang yang statis atau digerakkan berulang-ulang, stres psikososial (misalnya
beban kerja yang lama, kurangnya tunjangan sosial dan jaminan kesehatan,
karakter pribadi (misalnya status psikologis, merokok), dan karakter fisik
(misalnya obesitas).
Secara histologis penyebab umum dari nyeri pinggang adalah proses
peradangan pada jaringan di sekitar area punggung bawah atau pinggang sehingga
mencetuskan rasa sakit. Peradangan itu sendiri dapat ditimbulkan oleh beberapa
hal yang dapat mempengaruhinya. Peradangan sebenarnya merupakan ujung dari
suatu proses yang terjadi diawali oleh munculnya faktor risiko. Beberapa faktor
risiko yang dapat mempengaruhi munculnya gangguan nyeri pinggang perlu
diketahui agar dapat dilakukan pencegahan munculnya keluhan nyeri pinggang.
4
BAB II
TINJAUAN KASUS
Nama : Tn. T
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Pulosari, Blimbing, Kota Malang
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 21 Agustus 2018
2.2. Anamnesis
2.2.1. Keluhan utama : nyeri pinggang kanan
2.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kanan yang
terasa menjalar hingga ke kaki kanan. Sebelumnya pasien
menggendong bayi selama perjalanan darat dari bali ke malang selama
± 10 jam, setelah itu pasien merasa nyeri pada pinggang kanannya.
Nyeri berkurang sedikit setelah istirahat. Pasien menyangkal adanya
keluhan kebas atau baal pada kedua kaki. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
2.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pernah terdiagnosa HNP pada akhir tahun 2017
2.2.4. Riwayat Pengobatan :
Ibuprofen 3x1
2.2.5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan seperti pasien.
5
2.2.6. Riwayat Alergi :
Tidak ada riwayat alergi
Mulut : bibir : mukosa bibir kering (-), darah (-), sianosis (-)
Thorax
Paru-paru :
6
Perkusi : sonor/sonor
Abdomen
Ekstremitas :
Inspeksi : normal
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Rangsang meningen
- Kaku kuduk :-
- Brudzinski I :-
7
- Brudzinksi II :-/-
- Kernig : <1350 / >1350
- Laseque : <700 / >700
2. Pemeriksaan Low Back Pain
- Navvzigger :-
- Valsava :-
- Patrick :+/-
- Contra Patrick :+/-
- Braggard :+/-
- Siccard :+/-
3. Gangguan Nervus Cranialis
N I (Olfaktorius):
- Cavum nasi : Lapang / Lapang
- Tes penghidu : Tidak diperiksa
N II (Optikus) :
- Visus kasar : Baik/Baik
- Test Warna : Baik/Baik
- Lapangan pandang : Baik/Baik
- Funduskopi : Tidak diperiksa
N III, IV, VI (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen)
- Sikap bola mata : Simetris
- Ptosis : -/-
- Strabismus : -/-
- Eksopthalmus : -/-
- Enopthalmus : -/-
- Diplopia : -/-
- Deviasi konjugae : -/-
- Pergerakan bola mata : Baik
Pupil :
- Bentuk : Bulat/Bulat
- Ukuran : 3 mm / 3 mm
8
- Isokor / anisokor : Isokor
- Letak : Ditengah/Ditengah
- Tepi : Rata/Rata
Kanan Kiri
- Reflek cahaya : Langsung : (+) (+)
Tidak langsung : (+) (+)
N V (Trigeminus)
- Motorik :
Membuka dan menutup mulut : Baik
Gerakan rahang : Baik
Menggigit ( Palpasi ) : Baik
- Sensorik :
Raba : Baik/Baik
Nyeri : Baik/Baik
- Refleks : Kornea : + / +
Maseter :+
N.VII (fasialis)
- Sikap wajah ( saat istirahat ) : Simetris
- Mimik : Biasa
- Angkat alis : Baik
- Kerut dahi : Baik
- Lagoftalmus : -/-
- Kembung Pipi : Baik / Baik
- Menyeringai : Sulcus nasolabialis simetris
- Fenomena Chovstek : +
N VIII (Vestibulokokhlearis)
- Vestibularis :
Nistagmus : -/-
9
Suara bisik : kanan = kiri
Gesekan jari : kanan = kiri
Tes Rinne :+/+
Tes Weber : tidak ada lateralisasi
Tes Swabach : sama dengan pemeriksa
4. MOTORIK
Motorik
- Derajat kekuatan otot : 5555 / 5555
5555 / 5555
10
- Tonus : Normotonus
- Trofi : Eutrofi
- Gerakan spontan abnormal : Tidak ada
5. KOORDINASI
Statis
- Duduk : Tidak diperiksa
- Berdiri : Tidak diperiksa
- Berjalan : Tidak diperiksa
Dinamis
- Telunjuk – Telunjuk : Baik/Baik
- Telunjuk hidung : Baik/ Baik
- Tumit lutut : Baik/ Baik
- Tes Romberg : Tidak diperiksa
6. REFLEKS
Refleks Fisiologis :
- Biseps : ++ / ++
- Triseps : ++ / ++
- Knee pees refleks : ++/ ++
- Achilles pees reflek : ++/ ++
Refleks Patologis :
- Babinski :-/-
- Chaddock :-/-
- Oppenheim :-/-
- Gordon :-/-
- Schaffer :-/-
- Hoffman Trommer :-/-
- Klonus lutut :-/-
- Klonus kaki :-/-
11
- Rossolimo :-/-
- Mendel Bechterew :-/-
7. SENSIBILITAS
Eksteroseptif
- Raba : kanan kiri normal
- Nyeri : kanan kiri normal
- Suhu : kanan kiri normal
Propioseptif
- Rasa sikap : normal
- Rasa getar : normal
- Rasa gerak dan arah : normal
8. VEGETATIF
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
9. FUNGSI LUHUR
- Memori : Baik
- Bahasa : Baik
- Afek dan emosi : Baik
- Kognitif : Baik
- Visuospasial : Baik
12
2.4. Pemeriksaan Penunjang
2.4.1. MRI Lumbosacral (21 Agustus 2018)
13
Alignment : Baik
Spinal Canal : tampak penyempitan ringan L2/3
Th11/12 : normal
Th12/L1 : normal
L1/L2 : normal
L2/L3 : bulging
L3/L4 : bulging
L4/L5 : ekstrusi paramedian kanan dengan displacement transversing root L5
dekstra
L5/S1: normal
Medula Spinalis : conus medularis setinggi L1, intensitas normal
Kesimpulan :
Lateral recess stenosis berat L4/5 dekstra ec ekstrusi disc
Bulging disc multiple L2/3, L3/4
14
2.4.2. Pemeriksaan Laboratorium (21 Agustus 2018)
Leukosit : 5,4 x 103 /µL
Eritrosit : 4,24 x 106 /µL
Hemoglobin : 14,2 g/dL
Hematokrit : 39 %
MCV : 84,9 fL
MCH : 26,5 pg
MCHC : 31,2 g/dL
Trombosit : 265 x 103 /µL
Natrium : 136,7 mmol/L
Kalium : 3,52 mmol/L
Chlorida : 102,5 mmol/L
2.5. Diagnosa
HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
2.6. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
KIE : tidur di alas yang keras (matras latex khusus)
Fisioterapi rutin
Medikamentosa
Pantera IV 1x40 mg
Provelyn tablet 2x75 mg
Etrovel tablet 1x90 mg
2.7. Prognosis
Qua ad vitam : dubia ad bonam
Qua ad sanam : dubia ad bonam
Qua ad fungsionam : dubia ad bonam
15
FOLLOW UP
No Tanggal S O A P
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
17
Gambar 2 : penampang tulang belakang potongan sagital
Stabilitas tulang belakang tergantung dari integritas korpus vertebrae,
diskus intervertebralis dan struktur penunjang yakni otot dan ligament. Meskipun
ligamen yang menopang tulang belakang sangat kuat, stabilitas tulang belakang
tetap dipengaruhi aktivitas refleks maupun volunteer dari otot sacrospinalis,
abdomen, gluteus maximus, dan otot hamstring.
18
tersusun atas 10 sampai 12 lapisan jaringan ikat yang konsentrik dan
fibrokartilago. Bagian anteriornya diperkuat oleh ligamentum longitudinalis
anterior dan pada bagian posteriornya ditunjang oleh ligamentum longitudinalis
posterior. Nukleus pulposus terletak di dalam anulus fibrosus pada posisi yang
sedikit ekstentrik ke arah posterior. Nukleus ini merupakan sisa notokord yang
tersusun oleh suatu kartilago yang lebih lunak. Pada anak-anak, konsistensinya
agak cair dan akan bertambah padat seiring bertambahnya usia.
19
LOW BACK PAIN RADICULOPATHY
Low back pain radiculopathy merupakan bentuk nyeri punggung bawah
mekanik yang lebih berat. Pada kasus ini masih dapat diterapi efektif dengan
konservatif tapi dibutuhkan pemantauan lebih sering untuk memantau
perkembangan atau perburukan terapi dan memberatnya gejala. Penyebab utama
tersering low back pain radiculopathy adalah herniasi nukleus pulposus dan
stenosis lumbal spinal. Pada keadaan ini terjadi efek langsung pada akar saraf
yakni dapat iritatif, menyebabkan nyeri menjalar atau parastesia, atau dapat terjadi
kompresi, menyebabkan gangguan sensorik dan motorik pada daerah distribusi
saraf.
a. Hernia nukleus pulposus
Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)
adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus
intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus) atau
ruptur pada diskus vebrata yang diakibatkan oleh menonjolnya nukleus
pulposus yang menekan anulus fibrosus yang menyebabkan
kompresi pada syaraf, terutama banyak terjadi di daerah lumbal dan
servikal sehingga menimbulkan adanya gangguan neurologi (nyeri
punggung) yang didahului oleh perubahan degeneratif pada proses
penuaan. Tanda utama yang paling sering ditemukan adalah
berkurangnya derajat tes laseque, tanda lainnya adalah hasil tes positif
manuver valsava, refleks berkurang, melemahnya otot, gangguan sensorik
dan antalgic gait.
b. Stenosis spinal lumbar
Lumbar spinal canal stenosis merupakan penyempitan osteoligamentous
kanalis vertebralis dan atau foramen intervertebralis yang menghasilkan
penekanan pada thecal sac dan atau akar saraf. Struktur anatomi yang
bertanggung jawab terhadap penyempitan kanal adalah struktur tulang
meliputi: osteofit sendi facet (merupakan penyebab tersering), penebalan
lamina, osteofit pada corpus vertebra, subluksasi maupun dislokasi sendi
facet (spondilolistesis), hipertrofi atau defek spondilolisis, anomali sendi
20
facet kongenital.Prevalensinya 5 dari 1000 orang diatas usia 50 tahun di
Amerika. Pria lebih tinggi insidennya daripada wanita, paling banyak
mengenai L4-L5 dan L3-L4.2,3 Gejala klinis yang paling banyak adalah
nyeri pinggang bawah (95%). Pemeriksaan penunjang yang digunakan
untuk mendiagnosis adalah foto polos x-ray.
Iskialgia
Nyeri yang terasa sepanjang tungkai dinamakan iskialgia. Ditinjau dari arti
katanya, maka iskialgia ialah nyeri yang terasa sepanjang n.iskiadikus, berkas
saraf yang menyandang nama itu ialah seberkas saraf sensorik dan motorik
yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan menuju ke foramen
infrapiriforme dan keluar pada permukaan belakang tungkai di pertengahan
lipatan pantat. Pada apeks spasium poplitea ia bercabang dua dan lebih jauh ke
distal tidak ada berkas saraf yang menyandang nama n.iskiadikus itu. Nama
kedua cabang itu, yang merupakan lanjutan n.iskiadikus ialah n.peroneus
komunis dan n.tibialis. oleh karena itu, iskialgia harus didefinisikan sebagai
nyeri yang terasa sepanjang n.iskiadikus dan lanjutannya sebagai tungkai.
21
Gambar 4 : penjalaran nyeri pada iskialgia
22
DIAGNOSIS LOW BACK PAIN
Anamnesis
o Onset nyeri
o Lokasi nyeri
o Tipe dan karakteristik nyeri
o Faktor-faktor memperberat dan memperingan
o Riwayat medis, trauma
o Stressor psikososial di rumah/tempat kerja
o bendera kuning (yellow flag) seperti faktor yang berhubungan dengan
pekerjaan, stres psikososial, mood yang depresif, beratnya nyeri dan
pengaruh ke fungsional, episode nyeri pinggang sebelumnya, dan harapan
pasien. Penanganan multidisiplin diperlukan untuk mendapatkan hasil yang
lebih optimal.
o bendera merah penanda waspada pada pasien dengan nyeri pinggang:
Nyeri pinggang muncul pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55
tahun
Ada riwayat jatuh atau trauma pada tulang belakang
Nyeri dada dan gangguan bentuk tulang belakang
Terdapat kelemahan dan kesemutan pada kaki
Terdapat gangguan kencing dan buang air besar
Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan
Panas dan merasa kurang sehat
Penggunaan steroid yang rutin dalam waktu yang lama
Memiliki penyakit kencing manis atau penyakit lain yang menurunkan
daya tahan tubuh
Memiliki riwayat tumor ganas (kanker) atau osteoporosis
23
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tulang belakang
Inspeksi : gaya jalan, , kesimetrisan, perilaku penderita
Palpasi: vertebra, tulang-tulang , kelompok otot paraspinosis
Perkusi : menilai nyeri tekan
Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri
pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab
yang lain.
1. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf
tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan
menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat
diketahui.
2. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yang
terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka
musculus tibialis anterior akan menurun kekuatannya.
3. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron bawah
dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan
HNP maka reflek tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau
menghilang.
24
4. Tes-tes pemeriksaan khusus
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi
25
Kaudografi, mielografi, CT dan MRI
Untuk membuktikan HNP atau penyebab spesifik LBP dan menentukan
lokasinya. MRI merupakan standar baku emas.Pemeriksaan MRI dikerjakan
pada semua kasus. MRI menunjukkan HNP tunggal pada 72,5% kasus, dan
multipel pada 27,5% kasus. Di antara kasus dengan HNP tunggal, 72,4%
terjadi pada tingkat L4-L5. Stenosis kanalis dijumpai pada 17,5% dan
dihubungkan dengan morbiditas yang lebih tinggi. ENMG mengonfirmasi
tingkat HNP sesuai dengan MRI. Fibrilasi (tanda denervasi) ditemukan pada
100% pasien yang menjalani EMG, sementara gangguan latensi dan kecepatan
hantar saraf dijumpai pada 2 kasus.
26
lini kedua, pertimbangkan tramadol atau duloxetine. Pertimbangkan opioid
hanya pada pasien yang terapi lini pertama dan kedua gagal, yang risikonya
lebih besar daripada manfaatnya, dan hanya setelah didiskusikan penuh
mengenai potensi risiko dan manfaatnya.
a. Konservatif
Bed rest/ Tirah baring
Tujuan tirah baring di alas yang datar untuk mengurangi nyeri mekanik
dan tekanan intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu
lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk
kembali ke aktivitas biasa.Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan
menyandarkan punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi.
Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan
memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
Farmakologis ( obat )
o Analgetik standar (parasetamol, kodein, dan dehidrokodein yang diberikan
tersendiri atau kombinasi).
o NSAID : penghambat COX-1,2 (ibuprofen, naproxen, diklofenak) dan
penghambat COX-2 (nabumeton, etodolak, dan meloxicam).
o Analgesic kuat : potensi sedang (meptazinol dan pentazosin), potensi kuat
(buprenorfin, dan tramadol), dan potensi sangat kuat (diamorfin dan morfin).
o Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi
Fisioterapi
Terapi fisik terdiri dari fiksasi, thermotherapy, traksi, dan latihan fisik.
Terapi simtomatik efektif untuk beberapa nyeri punggung bawah, termasuk
rasa sakit akibat metastasis oleh tumor ganas. Fiksasi dengan korset atau Band
kanvas lebar mengurangi nyeri otot di daerah punggung bawah sebagai terapi
27
kuratif, namun mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh tumor atau radang
sebagai terapi simtomatik.
Termoterapi adalah bentuk paling populer dari 4 jenis terapi fisik yang
digunakan Institusi medis di Jepang. Termoterapi meliputi panas dalam, seperti
yang dihasilkan oleh gelombang mikro dan panas superfisial, seperti yang
dihasilkan oleh kemasan panas dan mandi parafin.
Pelatihan fisik diharapkan bisa menjadi metode yang paling efektif untuk
mengurangi nyeri punggung bawah. Memperkuat otot punggung dan perut
bagian bawah setelah latihan peregangan otot efektif mengurangi nyeri
punggung bawah karena memiliki bentuk korset seperti "alami", efek yang
mencegah rasa sakit.
28
DAFTAR PUSTAKA
29