Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Low back Pain (LBP) merupakan masalah umum kesehatan di masyarakat


yang menyebabkan ketergantungan dalam penggunaan layanan kesehatan..
Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama
hidupnya. Prevalensi pertahunnya bervariasi dari 15-45%, dengan point
prevalence rata-rata 30%.
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah
menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita
13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di
Indonesia berkisar antara 3-17%. Kelebihan berat badan meningkatkan berat pada
tulang belakang dan tekanan pada diskus, struktur tulang belakang, serta herniasi
pada diskus lumbalis yang rawan terjadi. Terdapat hubungan yang signifikan
antara lama duduk dengan LBP. Faktor risiko LBP lain juga diketahui meningkat
seiring dengan bertambahnya usia dan obesitas (BMI > 25 kg/m2), kebiasaan
merokok, kurangnya aktivitas, serta kerja berat.
Data kasus menunjukkan bahwa pasien usia lebih dari 40 tahun yang
datang dengan keluhan LBP jumlahnya cukup banyak (lebih dari 80%). Penelitian
yang dilakukan Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI (Perhimpunan Dokter
Spesialis Syaraf Indonesia) pada 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia, pada
bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang (25%
dari total kunjungan), dimana 1.598 orang (35,86%) adalah penderita nyeri
pinggang bawah.
Herniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering terjadi
pada pria dan wanita dewasa dengan insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5.
Kelainan ini banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak
membungkuk dan mengangkat. HNP pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada
usia sekitar 40 tahun dan lebih banyak pada wanita dibanding pria. HNP servikal
lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun. HNP torakal lebih sering terjadi pada

3
usia 50-60 tahun dan angka kejadian pada wanita dan pria sama. Hampir 80% dari
HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar HNP terjadi pada diskus L4-L5 dan
L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20% dari insiden HNP. HNP
servikal paling sering terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5. Selain pada
daerah servikal dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal namun
sangat jarang ditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus T9-
T10, T10-T11, T11-T12. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah
lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi
ke arah posterolateral, dengan kompresi radiks saraf.
Pada pekerja di negara-negara berkembang, ada beberapa faktor risiko
utama yang diduga berperan dalam terjadinya LBP yaitu stres fisik (misalnya
pekerja mengangkat terus-menerus, mengemudikan kendaraan, kondisi tulang
belakang yang statis atau digerakkan berulang-ulang, stres psikososial (misalnya
beban kerja yang lama, kurangnya tunjangan sosial dan jaminan kesehatan,
karakter pribadi (misalnya status psikologis, merokok), dan karakter fisik
(misalnya obesitas).
Secara histologis penyebab umum dari nyeri pinggang adalah proses
peradangan pada jaringan di sekitar area punggung bawah atau pinggang sehingga
mencetuskan rasa sakit. Peradangan itu sendiri dapat ditimbulkan oleh beberapa
hal yang dapat mempengaruhinya. Peradangan sebenarnya merupakan ujung dari
suatu proses yang terjadi diawali oleh munculnya faktor risiko. Beberapa faktor
risiko yang dapat mempengaruhi munculnya gangguan nyeri pinggang perlu
diketahui agar dapat dilakukan pencegahan munculnya keluhan nyeri pinggang.

4
BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. T
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Pulosari, Blimbing, Kota Malang
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 21 Agustus 2018

2.2. Anamnesis
2.2.1. Keluhan utama : nyeri pinggang kanan
2.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kanan yang
terasa menjalar hingga ke kaki kanan. Sebelumnya pasien
menggendong bayi selama perjalanan darat dari bali ke malang selama
± 10 jam, setelah itu pasien merasa nyeri pada pinggang kanannya.
Nyeri berkurang sedikit setelah istirahat. Pasien menyangkal adanya
keluhan kebas atau baal pada kedua kaki. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
2.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pernah terdiagnosa HNP pada akhir tahun 2017
2.2.4. Riwayat Pengobatan :
Ibuprofen 3x1
2.2.5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan seperti pasien.

5
2.2.6. Riwayat Alergi :
Tidak ada riwayat alergi

2.3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang


Kesadaran : Composmentis, GCS : E4V5M6
Vital Sign :
TD : 130/90 mmHg RR : 20x/m
Nadi : 83 x/m Suhu : 360C
Status Generalis :
Kepala : bentuk simetris, ukuran normosefali

Rambut : hitam, pertumbuhan merata

Mata : konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-

Telinga : normotia, sekret -/-, serumen +/+

Hidung : cavum nasi lapang, sekret -/-

Mulut : bibir : mukosa bibir kering (-), darah (-), sianosis (-)

tonsil : T1-T1, hiperemis (-)

faring: arcus faring simetris, hiperemis (-)

Leher : tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tiroid

Thorax

Dinding thorax : simetris, anterior posterior > laterolateral

Paru-paru :

Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris

Palpasi : vocal fremitus sama kiri dan kanan

6
Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : bunyi napas dasar vesikuler, rhonki -/-,


wheezing -/-
Jantung :

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : teraba ictus cordis 1 jari di medial dari


linea mid clavicula sinistra ICS V

Perkusi : batas jantung kanan di linea sternalis


sinistra ICS IV, batas jantung kiri di linea
mid clavicula sinistra ICS V

Auskultasi : BJ I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : distensi (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani, nyeri ketok (-)

Auskultasi : bising usus (+) 8 x / menit

Ekstremitas :

Inspeksi : normal

Palpasi : akral hangat pada keempat ekstremitas, edema (-) pada


keempat ekstremitas

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Rangsang meningen
- Kaku kuduk :-
- Brudzinski I :-

7
- Brudzinksi II :-/-
- Kernig : <1350 / >1350
- Laseque : <700 / >700
2. Pemeriksaan Low Back Pain
- Navvzigger :-
- Valsava :-
- Patrick :+/-
- Contra Patrick :+/-
- Braggard :+/-
- Siccard :+/-
3. Gangguan Nervus Cranialis
 N I (Olfaktorius):
- Cavum nasi : Lapang / Lapang
- Tes penghidu : Tidak diperiksa
 N II (Optikus) :
- Visus kasar : Baik/Baik
- Test Warna : Baik/Baik
- Lapangan pandang : Baik/Baik
- Funduskopi : Tidak diperiksa
 N III, IV, VI (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen)
- Sikap bola mata : Simetris
- Ptosis : -/-
- Strabismus : -/-
- Eksopthalmus : -/-
- Enopthalmus : -/-
- Diplopia : -/-
- Deviasi konjugae : -/-
- Pergerakan bola mata : Baik
Pupil :
- Bentuk : Bulat/Bulat
- Ukuran : 3 mm / 3 mm

8
- Isokor / anisokor : Isokor
- Letak : Ditengah/Ditengah
- Tepi : Rata/Rata

Kanan Kiri
- Reflek cahaya : Langsung : (+) (+)
Tidak langsung : (+) (+)

 N V (Trigeminus)
- Motorik :
Membuka dan menutup mulut : Baik
Gerakan rahang : Baik
Menggigit ( Palpasi ) : Baik
- Sensorik :
Raba : Baik/Baik
Nyeri : Baik/Baik
- Refleks : Kornea : + / +
Maseter :+
 N.VII (fasialis)
- Sikap wajah ( saat istirahat ) : Simetris
- Mimik : Biasa
- Angkat alis : Baik
- Kerut dahi : Baik
- Lagoftalmus : -/-
- Kembung Pipi : Baik / Baik
- Menyeringai : Sulcus nasolabialis simetris
- Fenomena Chovstek : +

 N VIII (Vestibulokokhlearis)
- Vestibularis :
Nistagmus : -/-

9
Suara bisik : kanan = kiri
Gesekan jari : kanan = kiri
Tes Rinne :+/+
Tes Weber : tidak ada lateralisasi
Tes Swabach : sama dengan pemeriksa

 N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)


- Arcus faring : Simetris
- Uvula : Di tengah
- Palatum mole : Intak
- Disfoni :-
- Disfagi :-
- Disatria :-
- Refleks faring : (+)
- Refleks okulokardiak : (+)
- Refleks sinus karotikus : (+)
 N .XI (Asesorius)
- Menoleh : Baik/Baik
- Angkat bahu : Baik/Baik
 N XII (Hipoglosus)
- Sikap lidah dalam mulut : di tengah
- Julur lidah : di tengah
- Tenaga otot lidah : kiri=kanan
- Tremor :-
- Fasikulasi :-
- Atrofi :-

4. MOTORIK
 Motorik
- Derajat kekuatan otot : 5555 / 5555
5555 / 5555

10
- Tonus : Normotonus
- Trofi : Eutrofi
- Gerakan spontan abnormal : Tidak ada

5. KOORDINASI
 Statis
- Duduk : Tidak diperiksa
- Berdiri : Tidak diperiksa
- Berjalan : Tidak diperiksa
 Dinamis
- Telunjuk – Telunjuk : Baik/Baik
- Telunjuk hidung : Baik/ Baik
- Tumit lutut : Baik/ Baik
- Tes Romberg : Tidak diperiksa

6. REFLEKS
 Refleks Fisiologis :
- Biseps : ++ / ++
- Triseps : ++ / ++
- Knee pees refleks : ++/ ++
- Achilles pees reflek : ++/ ++

 Refleks Patologis :
- Babinski :-/-
- Chaddock :-/-
- Oppenheim :-/-
- Gordon :-/-
- Schaffer :-/-
- Hoffman Trommer :-/-
- Klonus lutut :-/-
- Klonus kaki :-/-

11
- Rossolimo :-/-
- Mendel Bechterew :-/-

7. SENSIBILITAS
 Eksteroseptif
- Raba : kanan kiri normal
- Nyeri : kanan kiri normal
- Suhu : kanan kiri normal
 Propioseptif
- Rasa sikap : normal
- Rasa getar : normal
- Rasa gerak dan arah : normal

8. VEGETATIF
 Miksi : Baik
 Defekasi : Baik

9. FUNGSI LUHUR
- Memori : Baik
- Bahasa : Baik
- Afek dan emosi : Baik
- Kognitif : Baik
- Visuospasial : Baik

12
2.4. Pemeriksaan Penunjang
2.4.1. MRI Lumbosacral (21 Agustus 2018)

13
Alignment : Baik
Spinal Canal : tampak penyempitan ringan L2/3
Th11/12 : normal
Th12/L1 : normal
L1/L2 : normal
L2/L3 : bulging
L3/L4 : bulging
L4/L5 : ekstrusi paramedian kanan dengan displacement transversing root L5
dekstra
L5/S1: normal
Medula Spinalis : conus medularis setinggi L1, intensitas normal
Kesimpulan :
Lateral recess stenosis berat L4/5 dekstra ec ekstrusi disc
Bulging disc multiple L2/3, L3/4

14
2.4.2. Pemeriksaan Laboratorium (21 Agustus 2018)
 Leukosit : 5,4 x 103 /µL
 Eritrosit : 4,24 x 106 /µL
 Hemoglobin : 14,2 g/dL
 Hematokrit : 39 %
 MCV : 84,9 fL
 MCH : 26,5 pg
 MCHC : 31,2 g/dL
 Trombosit : 265 x 103 /µL
 Natrium : 136,7 mmol/L
 Kalium : 3,52 mmol/L
 Chlorida : 102,5 mmol/L

2.5. Diagnosa
HNP (Hernia Nukleus Pulposus)

2.6. Penatalaksanaan
 Non Medikamentosa
 KIE : tidur di alas yang keras (matras latex khusus)
 Fisioterapi rutin
 Medikamentosa
 Pantera IV 1x40 mg
 Provelyn tablet 2x75 mg
 Etrovel tablet 1x90 mg

2.7. Prognosis
Qua ad vitam : dubia ad bonam
Qua ad sanam : dubia ad bonam
Qua ad fungsionam : dubia ad bonam

15
FOLLOW UP
No Tanggal S O A P

1. 21/08/2018 Nyeri TD : 130/90 LBP e.c.  -Pantera IV 1x40 mg


punggung N : 83 x/m HNP  - p.o :
kanan yang RR : 20 x/m  Provelyn 2x75 mg
menjalar ke S : 36 C  Etrovel 1x90 mg
kaki kanan

2. 22/08/2018 Nyeri sudah TD : 120/80 LBP e.c.  -Pantera IV 1x40 mg


berkurang N : 78 x/m HNP  - p.o :
RR : 20 x/m  Provelyn 2x75 mg
S : 36,3 C  Etrovel 1x90 mg

3. 23/08/2018 Nyeri sudah TD : 120/80 LBP e.c  -Pantera IV 1x40 mg


berkurang N : 76x/m HNP  - p.o :
RR : 18x/m  Provelyn 2x75 mg
S : 36,2 C  Etrovel 1x90 mg
 -Rencana KRS

16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan Fisiologi Tulang Belakang


Tulang belakang adalah struktur yang kompleks, yang terbagi menjadi
bagian anterior dan posterior. Tulang belakang terdiri dati korpus vertebra yang
silindris, dihubungkan oleh diskus intervertebralis, dan dilekatkan oleh
ligamentum longitudinal anterior dan posterior. Bagian posterior lebih lunak dan
terdiri dari pedikulus dan lamina yang membentuk kanalis spinalis. Bagian
posterior dihubungkan satu sama lain oleh sendi facet (disebut juga sendi apofisial
atau zygoapofisial) superior dan inferior. Sendi facet dan sendi sacroiliaka, yang
dilapisi oleh sinovia, diskus intervertebralis yang kompresibel, dan ligamen yang
elastic, yang berperan dalam gerak fleksi, ekstensi, rotasi, dan gerak lateral dari
tulang belakang.

gambar 1 : penampang tulang belakang potongan transversal

17
Gambar 2 : penampang tulang belakang potongan sagital
Stabilitas tulang belakang tergantung dari integritas korpus vertebrae,
diskus intervertebralis dan struktur penunjang yakni otot dan ligament. Meskipun
ligamen yang menopang tulang belakang sangat kuat, stabilitas tulang belakang
tetap dipengaruhi aktivitas refleks maupun volunteer dari otot sacrospinalis,
abdomen, gluteus maximus, dan otot hamstring.

Gambar 3 : kolumna spinalis


Diskus intervertebralis manusia terdiri dari tiga bagian yaitu anulus fibrosus,
nukleus pulposus, dan lempeng kartilago. Anulus fibrosus merupakan cincin yang

18
tersusun atas 10 sampai 12 lapisan jaringan ikat yang konsentrik dan
fibrokartilago. Bagian anteriornya diperkuat oleh ligamentum longitudinalis
anterior dan pada bagian posteriornya ditunjang oleh ligamentum longitudinalis
posterior. Nukleus pulposus terletak di dalam anulus fibrosus pada posisi yang
sedikit ekstentrik ke arah posterior. Nukleus ini merupakan sisa notokord yang
tersusun oleh suatu kartilago yang lebih lunak. Pada anak-anak, konsistensinya
agak cair dan akan bertambah padat seiring bertambahnya usia.

Definisi Low Back Pain


Low back pain adalah nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan yang terjadi di
bawah batas kosta dan di atas lipatan gluteal inferior, dengan atau tanpa nyeri
panggul, dan didefinisikan sebagai nyeri punggung bawah kronis bila keluhan
bertahan selama 12 minggu atau lebih.
Low back pain non specific adalah nyeri yang tidak berhubungan dengan
hasil patologi yang bermakna (misal., Infeksi,Tumor, osteoporosis, rheumatoid
arthritis, fraktur, radang).

Klasifikasi Low Back Pain


Sebagian besar penderita nyeri pinggang akan membaik dan tidak
memerlukan pemeriksaan diagnostik lain. Penyebab mekanik paling sering adalah
HNP sentral, sedangkan abses epidural dan massa tumor merupakan penyebab
non-mekanik tersering.
Jika nyeri pinggang seperti disayat-sayat atau berdenyut-denyut disertai
pusing mendadak, harus dicurigai aneurisma aorta yang membesar. Perubahan
frekuensi, intensitas atau lokasi nyeri mengarah kepada pembesaran aneurisma.
Keluhan nyeri timbulnya akut, sering berhubungan dengan trauma akibat aktifitas
berlebihan pada posisi tidak lazim. Nyeri terlokalir lateral dari garis tengah tulang
punggung. Kadang-kadang nyeri dapat menjalar ke bokong atau melewati garis
tengah.

19
LOW BACK PAIN RADICULOPATHY
Low back pain radiculopathy merupakan bentuk nyeri punggung bawah
mekanik yang lebih berat. Pada kasus ini masih dapat diterapi efektif dengan
konservatif tapi dibutuhkan pemantauan lebih sering untuk memantau
perkembangan atau perburukan terapi dan memberatnya gejala. Penyebab utama
tersering low back pain radiculopathy adalah herniasi nukleus pulposus dan
stenosis lumbal spinal. Pada keadaan ini terjadi efek langsung pada akar saraf
yakni dapat iritatif, menyebabkan nyeri menjalar atau parastesia, atau dapat terjadi
kompresi, menyebabkan gangguan sensorik dan motorik pada daerah distribusi
saraf.
a. Hernia nukleus pulposus
Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)
adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus
intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus) atau
ruptur pada diskus vebrata yang diakibatkan oleh menonjolnya nukleus
pulposus yang menekan anulus fibrosus yang menyebabkan
kompresi pada syaraf, terutama banyak terjadi di daerah lumbal dan
servikal sehingga menimbulkan adanya gangguan neurologi (nyeri
punggung) yang didahului oleh perubahan degeneratif pada proses
penuaan. Tanda utama yang paling sering ditemukan adalah
berkurangnya derajat tes laseque, tanda lainnya adalah hasil tes positif
manuver valsava, refleks berkurang, melemahnya otot, gangguan sensorik
dan antalgic gait.
b. Stenosis spinal lumbar
Lumbar spinal canal stenosis merupakan penyempitan osteoligamentous
kanalis vertebralis dan atau foramen intervertebralis yang menghasilkan
penekanan pada thecal sac dan atau akar saraf. Struktur anatomi yang
bertanggung jawab terhadap penyempitan kanal adalah struktur tulang
meliputi: osteofit sendi facet (merupakan penyebab tersering), penebalan
lamina, osteofit pada corpus vertebra, subluksasi maupun dislokasi sendi
facet (spondilolistesis), hipertrofi atau defek spondilolisis, anomali sendi

20
facet kongenital.Prevalensinya 5 dari 1000 orang diatas usia 50 tahun di
Amerika. Pria lebih tinggi insidennya daripada wanita, paling banyak
mengenai L4-L5 dan L3-L4.2,3 Gejala klinis yang paling banyak adalah
nyeri pinggang bawah (95%). Pemeriksaan penunjang yang digunakan
untuk mendiagnosis adalah foto polos x-ray.

GEJALA LOW BACK PAIN


Gejala klinis berkisar antara 2 minggu sampai dengan 4 tahun. Gejala
dengan onset yang lebih cepat dihubungkan dengan riwayat trauma. Intensitas
nyeri dengan NPS (numeric pain scale) >7 tercatat pada 70% kasus saat
kunjungan pertama.Gejala yang menyertai NPB meliputi ischialgia(95%), rasa
baal (hipestesia) (77,5%), dan kelemahan tungkai (7,5%). Riwayat trauma yang
signifikan dijumpai pada 82,5% kasus. Rasa baal sesuai dermatom pada 77,5%.
Tanda Lasegue positif pada 95% kasus.

Iskialgia
Nyeri yang terasa sepanjang tungkai dinamakan iskialgia. Ditinjau dari arti
katanya, maka iskialgia ialah nyeri yang terasa sepanjang n.iskiadikus, berkas
saraf yang menyandang nama itu ialah seberkas saraf sensorik dan motorik
yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan menuju ke foramen
infrapiriforme dan keluar pada permukaan belakang tungkai di pertengahan
lipatan pantat. Pada apeks spasium poplitea ia bercabang dua dan lebih jauh ke
distal tidak ada berkas saraf yang menyandang nama n.iskiadikus itu. Nama
kedua cabang itu, yang merupakan lanjutan n.iskiadikus ialah n.peroneus
komunis dan n.tibialis. oleh karena itu, iskialgia harus didefinisikan sebagai
nyeri yang terasa sepanjang n.iskiadikus dan lanjutannya sebagai tungkai.

21
Gambar 4 : penjalaran nyeri pada iskialgia

Iskialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal


dari radiks posterior L.4 sampai dengan S.3. Dan ini dapat terjadi pada setiap
bagian n.iskiadikus sebelum ia muncul pada permukaan belakang tungkai.
Pada tingkat diskus intervertebral antara L4-S1 dapat terjadi Herniasi Nukleus
Pulposus. Radiks posterior L5, S1, dan S2 dapat terangsang. Iskialgia yang
timbul akibat lesi iritatif itu bertolak dari tulang belakang di sekitar L5, S1 dan
S2. Pada perjalanan melalui permukaan dalam dari pelvis, n.iskiadikus dapat
terlibat di dalam artritis sakroiliaka atau bursitis m.piriformis.
Adapun data diagnostik fisik yang bersifat umum ialah sebagai berikut:
a. lordosis lumbosakral mendatar
b. tulang belakang lumbosakral memperlihatkan pembatasan lingkup gerak
c. nyeri tekan dapat dibangkitkan pada penekanan L4 atau L5 ataupun S1
sesuai dengan lokasi lesi iritatif
d. Test Lasegue hampir selalu positif pada derajat kurang dari 70 derajat.
e. test naffziger hampir selalu positif

22
DIAGNOSIS LOW BACK PAIN
 Anamnesis
o Onset nyeri
o Lokasi nyeri
o Tipe dan karakteristik nyeri
o Faktor-faktor memperberat dan memperingan
o Riwayat medis, trauma
o Stressor psikososial di rumah/tempat kerja
o bendera kuning (yellow flag) seperti faktor yang berhubungan dengan
pekerjaan, stres psikososial, mood yang depresif, beratnya nyeri dan
pengaruh ke fungsional, episode nyeri pinggang sebelumnya, dan harapan
pasien. Penanganan multidisiplin diperlukan untuk mendapatkan hasil yang
lebih optimal.
o bendera merah penanda waspada pada pasien dengan nyeri pinggang:
 Nyeri pinggang muncul pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55
tahun
 Ada riwayat jatuh atau trauma pada tulang belakang
 Nyeri dada dan gangguan bentuk tulang belakang
 Terdapat kelemahan dan kesemutan pada kaki
 Terdapat gangguan kencing dan buang air besar
 Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan
 Panas dan merasa kurang sehat
 Penggunaan steroid yang rutin dalam waktu yang lama
 Memiliki penyakit kencing manis atau penyakit lain yang menurunkan
daya tahan tubuh
 Memiliki riwayat tumor ganas (kanker) atau osteoporosis

23
 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tulang belakang
Inspeksi : gaya jalan, , kesimetrisan, perilaku penderita
Palpasi: vertebra, tulang-tulang , kelompok otot paraspinosis
Perkusi : menilai nyeri tekan

Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri
pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab
yang lain.

1. Pemeriksaan sensorik

Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf
tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan
menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat
diketahui.

2. Pemeriksaan motorik

Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yang
terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka
musculus tibialis anterior akan menurun kekuatannya.

3. Pemeriksaan reflek

Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron bawah
dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan
HNP maka reflek tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau
menghilang.

24
4. Tes-tes pemeriksaan khusus

a.       Tes lasegue (straight leg raising)


Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf
ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi pasa saraf ini
maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat
sampai ujung kaki.
b.      Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada
tungkai yang sakit maka dikatakan crossed lasegue positif. Artinya ada lesi pada
saraf ischiadicus atau akar-akar saraf yang membentuk saraf ini.
c.       Tes kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi coxa 90 0
dicoba untuk meluruskan sendi lutut.
d.      Patrick sign (FABERE sign)
FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external, rotasi, extensi. Pada
tes ini penderita berbaring, tumit dari kaki yang satu diletakkan pada sendi lutut
pada tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga
terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada suatu sebab
yang non neurologik misalnya coxitis.
e.       Chin chest maneuver
Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan ini akan
mengakibatkan tertariknya myelum naik ke atas dalam canalis spinalis. Akibatnya
maka akar-akar saraf akan ikut tertarik ke atas juga, terutama yang berada di
bagian thorakal bawah dan lumbal atas. Jika terasa nyeri berarti ada gangguan
pada akar-akat saraf tersebut.

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi

 Foto polos untuk menemukan berkurangnya tinggi diskus intervetebralis


sehingga ruang antar vertebralis tampak menyempit.

25
Kaudografi, mielografi, CT dan MRI
Untuk membuktikan HNP atau penyebab spesifik LBP dan menentukan
lokasinya. MRI merupakan standar baku emas.Pemeriksaan MRI dikerjakan
pada semua kasus. MRI menunjukkan HNP tunggal pada 72,5% kasus, dan
multipel pada 27,5% kasus. Di antara kasus dengan HNP tunggal, 72,4%
terjadi pada tingkat L4-L5. Stenosis kanalis dijumpai pada 17,5% dan
dihubungkan dengan morbiditas yang lebih tinggi. ENMG mengonfirmasi
tingkat HNP sesuai dengan MRI. Fibrilasi (tanda denervasi) ditemukan pada
100% pasien yang menjalani EMG, sementara gangguan latensi dan kecepatan
hantar saraf dijumpai pada 2 kasus.

TATALAKSANA LOW BACK PAIN


Tatalaksana low back pain diatur oleh The American College of Physicians
(ACP) 2017 yang mengeluarkan pedoman manajemen non invasif nyeri
punggung bawah non radikular subakut, akut, dan kronis di fasilitas kesehatan
pertama. Rekomendasi ACP 2017 adalah:
1. Sebagian besar pasien dengan nyeri punggung bawah akut atau subakut
membaik seiring waktu tanpa perawatan dan dapat terhindar dari biaya
rawat dan terapi yang menguras finansial. Terapi lini pertama harus
mencakup terapi non medikamentosa, seperti fisioterapi panas superfisial
(terbukti kualitas sedang), pijat, akupunktur, atau manipulasi tulang
belakang (terbukti berkualitas rendah). Saat terapi non medikamentosa
gagal, pertimbangkan NSAID atau relaksan otot skeletal (terbukti kualitas
sedang).
2. Untuk nyeri punggung bawah yang kronis, pertimbangkan terapi non
medikamenotsa, seperti olahraga, rehabilitasi multidisipliner, akupunktur,
pengurangan stres berbasis pikiran (terbukti kualitas sedang), tai chi, yoga,
latihan kontrol motorik, relaksasi progresif, biofeedback elektromiografi,
tingkat rendah, Terapi laser, terapi operant, terapi perilaku kognitif, atau
manipulasi tulang belakang (terbukti kualitas rendah).
3. Untuk nyeri punggung bawah kronis yang tidak respons terapi non
medikamentosa, pertimbangkan NSAID sebagai terapi lini pertama. Untuk

26
lini kedua, pertimbangkan tramadol atau duloxetine. Pertimbangkan opioid
hanya pada pasien yang terapi lini pertama dan kedua gagal, yang risikonya
lebih besar daripada manfaatnya, dan hanya setelah didiskusikan penuh
mengenai potensi risiko dan manfaatnya.

a. Konservatif
Bed rest/ Tirah baring
Tujuan tirah baring di alas yang datar untuk mengurangi nyeri mekanik
dan tekanan intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu
lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk
kembali ke aktivitas biasa.Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan
menyandarkan punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi.
Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan
memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.

Farmakologis ( obat )
o Analgetik standar (parasetamol, kodein, dan dehidrokodein yang diberikan
tersendiri atau kombinasi).
o NSAID : penghambat COX-1,2 (ibuprofen, naproxen, diklofenak) dan
penghambat COX-2 (nabumeton, etodolak, dan meloxicam).
o Analgesic kuat : potensi sedang (meptazinol dan pentazosin), potensi kuat
(buprenorfin, dan tramadol), dan potensi sangat kuat (diamorfin dan morfin).
o Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi

Fisioterapi
Terapi fisik terdiri dari fiksasi, thermotherapy, traksi, dan latihan fisik.
Terapi simtomatik efektif untuk beberapa nyeri punggung bawah, termasuk
rasa sakit akibat metastasis oleh tumor ganas. Fiksasi dengan korset atau Band
kanvas lebar mengurangi nyeri otot di daerah punggung bawah sebagai terapi

27
kuratif, namun mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh tumor atau radang
sebagai terapi simtomatik.
Termoterapi adalah bentuk paling populer dari 4 jenis terapi fisik yang
digunakan Institusi medis di Jepang. Termoterapi meliputi panas dalam, seperti
yang dihasilkan oleh gelombang mikro dan panas superfisial, seperti yang
dihasilkan oleh kemasan panas dan mandi parafin.
Pelatihan fisik diharapkan bisa menjadi metode yang paling efektif untuk
mengurangi nyeri punggung bawah. Memperkuat otot punggung dan perut
bagian bawah setelah latihan peregangan otot efektif mengurangi nyeri
punggung bawah karena memiliki bentuk korset seperti "alami", efek yang
mencegah rasa sakit.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnamasari H, Gunarso U, Rujito L. Overweight sebagai Faktor Resiko Low


Back Pain pada Pasien Poli Saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekajo Purwokerto.
Mandala of Health. 2010. Vol : 4 No.1 hal 26-32
2. Yasin MM, Agung K, Sustini F, Andreani S, Rochman F. Hubungan antara
Karakteristik, Kebiasaan, Status Psikososial, dan Gambaran Radiografis
Responden dengan kejadian Spondylogenic Low Back Pain. UNAIR. 2012
3. Septadina IS, Legiran. Nyeri Pinggang Dan Faktor-Faktor Risiko Yang
Mempengaruhinya. Universitas Sriwijaya. 2011
4. Huldani. Nyeri Punggung. FKULM. 2012 hal 4-37
5. Chou R. Low Back Pain Chronic. American Family Physician. 2011. Vol: 84.
No:4. Hal : 437-438.
6. Jenkins H. Classification of Low back pain. ACO. 2002. Vol:10. Hal : 92-97
7. Satyanegara et al. Ilmu Bedah Saraf. Gramedia. 2010. Hal 433-439
8. Pinzon R. Profil klinis pasien nyeri punggung bawah akibat herniasi nukleus
pulposus. CDK. 2012. Vol.39 No.10 hal 749-751
9. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. 2012
10. Yuliana. Low Back Pain. CDK. 2011. Vol 38 No.4 hal 270-273
11. Hackethal V. New ACP Guidelines for Nonradicular Low Back Pain. ACP.
2017
12. Hayashi Y. Physical Therapy for Low Back Pain. JMAJ. 2004. Vol.47 No.5
hal : 234-239
13. Khan AF, Parveen K, Khan AS. Efficacy and tolerability of eperisone versus
tizanidine in patients suffering from low back pain with muscle spasm.
International Journal of Research in Medical Sciences. 2017. Hal : 2694 – 2700
14. Cabitza P, Randelli P.Efficacy and safety of eperisone in patients with low
back pain: a double blind randomized study. European Review for Medical and
Pharmacological Sciences. 2008. Hal : 229 - 235

29

Anda mungkin juga menyukai