Infeksi-infeksi pada sistem saraf pusat menimbulkan masalah medis yang serius
membutuhkan perawatan intensif antara lain penyakit infeksi dan inflamasi sistem
saraf pusat yaitu meningitis dan ensefalitis. Meningitis dan ensefalitis dapat
Meningitis merupakan suatu reaksi peradangan yang mengenai satu atau semua
lapisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang,
yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa, disebabkan oleh bakteri
peradangan yang mengenai jaringan otak. Meningitis dan ensefalitis yang terjadi
dengan 500 kematian yang terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, meningitis
1
bakteri terus menjadi sumber signifikan dari morbiditas dan mortalitas. Kejadian
tahunan di Amerika Serikat adalah 1,33 kasus per 100.000 penduduk. Belum ada
2
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. H.H.T
Tanggal lahir : 29 Oktober 2011 (5 tahun)
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Alamat : Passo
No. rekam medik : 18 57 61
Tanggal pemeriksaan : 03 November 2016
Tanggal masuk RS : 29 Oktober 2016
B. Anamnesis (Aloanamnesis)
1. Keluhan utama
Lengan kiri dan tungkai kiri lemah dan sulit digerakkan
2. Anamnesis terpimpin
- Anamnesis sistematis
Dialami sejak ± 6 hari sebelum masuk rumah sakit, sebelum timbul
kelemahan pada lengan kiri dan tungkai kiri pasien sempat kejang
beberapa kali, kejang seluruh badan dan mata menjeling ke atas, saat
kejang pasien tidak sadar, durasi setiap kali kejang kurang dari 5 menit
dan kejang diawali dengan demam tinggi. Pasien juga mengeluh nyeri
seluruh kepala hilang timbul yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk,
Sebelum dibawa ke RSUD Dr. M. Haulussy, pasien sempat dirawat di
rumah sakit di daerah Nabire Papua dan pasien dicurigai malaria.
Namun hasil laboratorium tidak menunjukkan pemeriksaan malaria
negatif. Mual muntah tidak ada, BAK dan BAB lancar normal. Pasien
memiliki riwayat radang tonsil yang terjadi berulang-ulang sejak usia 4
tahun. Riwayat trauma kepala tidak ada.
3
Riwayat imunisasi sejak lahir lengkap. Riwayat pemberian ASI
eksklusif sampai usia 6 bulan tanpa makanan tambahan.
- Riwayat kebiasaan: sering minum es manis sewaktu berumur 4 tahun.
- Riwayat pengobatan: pasien dirawat di RS Nabire sebelum dibawa ke
RSUD Haulussy Ambon. Obat-obat yang diberikan selama dirawat di
RS Nabire sudah tidak diingat keluarga pasien.
- Riwayat penyakit keluarga: tidak ada keluarga pasien yang mengalami
keluhan yang sama.
- Riwayat pekerjaan/keluarga/hobi: tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Status gizi : Kesan cukup
Kesadaran : Kompos mentis (GCS E4M6V5)
Tanda Vital
Tekanan darah :110/70 mmHg BB : 19 kg
HR : 102 x/menit, regular TB : 105 cm
Pernapasan : 21x/menit Status gizi : baik
Suhu : 37,5° C
Kepala : Bentuk normosefal, wajah simetris, deformitas (-)
Mata : Eksoftalmus (-), endoftalmus (-), ptosis (-), refleks kornea
(+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Telinga : Pendengaran normal, tofi (-/-), deformitas (-), serumen (-/-),
nyeri tekan prosesus mastoideus (-/-).
Hidung : Rinorea (-/-), deformitas (-), deviasi septum nasal (-),
pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Bibir pucat (-), gigi geligi intak, perdarahan gusi (-), tonsil
T1-T1, faring normal, hiperemis (-), lidah bersih.
4
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar
gondok (-), JVP 5-2 cm H2O, pembuluh darah teraba, kaku
kuduk (+), tumor (-).
Dada
1. Paru
a) Inspeksi
Gerakan napas simetris (kiri-kanan), bentuk simetris, venektasi (-),
pelebaran sela iga (-), benjolan (-), jaringan parut (-).
b) Palpasi
Tidak ada pergeseran trakea, nyeri tekan (-), fremitus taktil normal
(tidak meningkat maupun berkurang).
c) Perkusi
Paru kiri dan kanan sonor, batas bawah paru belakang setinggi torakal
X dan batas kanan lebih tinggi 1 jari dari batas kiri.
d) Auskultasi
Bunyi pernapasan : vesikuler kiri-kanan
Bunyi tambahan : ronki -/-, wheezing -/-
2. Jantung
a. Inspeksi
Iktus kordis tidak terlihat
b. Palpasi
Iktus kordis teraba pada ICS V sejajar midklavikula sinistra, kuat
angkat (+), thrill (-)
c. Perkusi
Pinggang jantung di ICS III dekstra, batas jantung di linea sternalis
dekstra, batas kiri jantung di linea midklavikula sinistra
d. Auskultasi
Bunyi jantung I/II murni regular normal, murmur (-), gallop (-)
5
Perut
a. Inspeksi : Datar, supel, purpura (-), ikterus (-), jaringan parut (-)
b. Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
c. Perkusi : Timpani
d. Auskultasi : Peristaltik usus normal 6 kali/menit
Punggung
a. Inspeksi : Skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-), massa (-)
b. Palpasi : Nyeri tekan (-)
c. Nyeri ketok : CVA (-/-)
d. Auskultasi : Vesikuler
e. Gerakan : Simetris kiri kanan
Alat genitalia : Tidak Diperiksa
Anus dan rektum : Tidak Diperiksa
Ekstremitas : Edema (-/-), akral hangat, sianosis (-/-), atrofi otot (-/-),
deformitas tungkai kiri (+), turgor kulit baik.
D. Status Neurologis
GCS : 15 (E4V5M6)
N. I : Dalam batas normal
N. II
Ketajaman penglihatan : Dalam batas normal
Lapangan pandang : Dalam batas normal
Funduskopi : Tidak diperiksa
N. III, IV, VI
Celah kelopak mata : Normal
Ptosis : (-)
Eksoftalmus : (-)
Ptosis bola mata : (-)
Pupil :
Ukuran/bentuk : OD: 3 mm/bulat, OS: 3 mm/bulat
Isokor/anisokor : Isokor
6
Refleks cahaya langsung/tak langsung : OD: +/+, OS:+/+
Refleks akomodasi : Normal
Gerakan bola mata
Parese ke arah : (-)
Nistagmus : (-)
N. V (Trigeminus)
Sensibilitas:
1. NV1 : Normal
2. NV2 : Normal
3. NV3 : Normal
Motorik : Inspeksi/palpasi (Istirahat/menggigit) : Simetris/sulit dievaluasi
Refleks dagu/masseter : Normal
Refleks kornea : +/+ mengedip
N. VII (Fasialis)
- Motorik: M. frontalis M. orbik. okuli M. orbik. oris
- Istirahat : simetris simetris simetris
- mimik : sulit dievaluasi sulit dievaluasi sulit dievaluasi
- Pengecap 2/3 lidah bagian depan: Sulit dievaluasi
N. VIII(Vestibulokoklearis)
- Pendengaran : Kesan normal
- Test rinne/weber : Sulit dievaluasi
- Tes Swabach : Sulit dievaluasi
- Fungsi vestibuler : Sulit dievaluasi
N. IX/X (Glosofaringeus/Vagus)
Posisi arkus faring : Di tengah
Refleks telan/muntah : Sulit dievaluasi
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : Sulit dievaluasi
Suara : (+)
Takikardia/bradikardia : (-/-)
7
N. XI (Aksesorius):
Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : Dapat dilakukan
Angkat bahu : Bahu kiri tidak dapat diangkat
N.XII (Hipoglosus):
Deviasi lidah : (-)
Fasikulasi : (-)
Atrofi : (-)
Tremor : (-)
Ataksia : (-)
Ekstremitas
Motorik
Superior Inferior
Motorik 5 2 5 2
Refleks fisiologik
Biseps ……++…… …+++…… KPR .....++…… …+++.…
Triseps ……++… …+++…… APR ……++…… …+++…
Radius …...++…… …+++……
Ulna ……..++…… …+++……
8
Klonus
Lutut : -/-
Kaki : -/-
Refleks patologik
Hoffman-trommer : -/-
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Schaefer : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Sensorik
Ekstroseptif
Nyeri : +/+
Suhu : +/+
Raba halus : +/+
Proprioseptif :+
Fungsi kortikal :+
9
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium Darah Rutin
Dilakukan pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin pada tanggal 29-10-
2016, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pemeriksaan darah rutin An. H.H.T
Hematologi Hasil Nilai Rujukan Unit
LED 76 mm/jam
10
Kesimpulan : Meningoensefalitis bakteri
G. Diagnosis Banding
Tumor otak
Malaria serebral
H. Penatalaksanaan
IVFD/Venflon Nacl 0,9% 14-16 Tpm Mikrodrips
Seftriakson 2x1 gr/IV
Deksametason 2 x 1 Amp/ IV
Ranitidin 2 x 1 amp/ IV
Ketorolak 3 x 30 mg
Vit B komplex 2x1 tab
Konsul Fisioterapi
I. Prognosis
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanasionam : Dubia ad bonam
Ad vitam : Dubia ad bonam
11
J. Follow up
Tanggal/Jam Hasil Pemeriksaan, Analisa, Dan Tindak Lanjut
Catatan Perkembangan
13
S: 36,5o C
Mata: pupil isokor
Abdomen : cembung, supel,
NT(-), peristaltik usus (+)
7x/menit normal
Ekstremitas: KM 54
54
Kesan hemiparesis sinistra
Kaku kuduk (-)
Refleks patologi babinski (-).
A: Meningoensefalitis bakteri
14
DISKUSI
lengan kiri dan tungkai kiri yang Dialami sejak ± 6 hari sebelum masuk rumah
sakit, sebelum timbul kelemahan pada lengan kiri dan tungkai kiri pasien sempat
kejang beberapa kali, kejang seluruh badan dan mata menjeling ke atas, saat
kejang pasien tidak sadar, durasi setiap kali kejang kurang dari 5 menit dan kejang
diawali dengan demam tinggi. Pasien juga mengeluh nyeri seluruh kepala hilang
Haulussy, pasien sempat dirawat di rumah sakit di daerah Nabire Papua dan
pemeriksaan malaria negatif. Mual muntah tidak ada, BAK dan BAB lancar
normal. Pasien memiliki riwayat radang tonsil yang terjadi berulang-ulang sejak
usia 4 tahun. Riwayat trauma kepala tidak ada. Riwayat imunisasi sejak lahir
lengkap. Riwayat pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan tanpa makanan
tambahan.
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 102 x/menit, pernapasan 21x/menit, suhu
laju endap darah. Pada pemeriksaan foto polos kepala tidak ditemukan kelainan.
A. Definisi Meningoensefalitis
15
radang umum pada araknoid dan piameter yang disebabkan oleh bakteri, virus,
riketsia, atau protozoa yang dapat terjadi secara akut dan kronis. Sedangkan
ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
cacing, protozoa, jamur, riketsia, atau virus. Meningitis dan ensefalitis dapat
dibedakan pada banyak kasus atas dasar klinik namun keduanya sering bersamaan
mediator radang dan toksin dihasilkan dalam sel subaraknoid menyebar ke dalam
parenkim otak dan menyebabkan respon radang jaringan otak. Pada ensefalitis,
ensefalitis dan pada beberapa agen etiologi dapat menyerang meningen maupun
demam, gejala neurologik fokal seperti kelemahan ekstremitas kiri dan kejang.
B. Etiologi Meningoensefalitis
16
2. Anak di bawah 4 tahun: Hemofilus influenza, meningokokus, Pneumokokus.
C. Epidemiologi Meningoensefalitis
Di Amerika Serikat, orang kulit hitam memiliki resiko lebih tinggi dari orang kulit
putih dan orang Hispanik. Hampir 4100 kasus dengan 500 kematian yang terjadi
3000 kasus, yang kebanyakan ringan dapat terjadi setiap tahun di Amerika
ensefalitis lebih lazim dalam iklim yang hangat dan insiden bervariasi dari daerah
ke daerah dan dari tahun ke tahun. St Louis ensefalitis adalah tipe yang paling
umum, ensefalitis arbovirus di Amerika Serikat, dan ensefalitis Jepang adalah tipe
17
yang paling umum di bagian lain dunia. Ensefalitis lebih sering terjadi pada anak-
Dari segi epidemiologi, kasus sesuai dengan teori di atas yang mengatakan
berkembang. Sedangkan kasus ensefalitis banyak ditemukan pada anak dan orang
dewasa muda.
D. Patofisiologi Meningoensefalitis
Infeksi primer pada kasus ini yang diperoleh dari anamnesis adalah
riwayat tonsilitis berulang sejak usia 4 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang
sepsis atau berasal dari radang fokal di bagian lain di dekat otak. Penyebaran
dan kongesti jaringan otak disertai perdarahan kecil. Bagian tengah kemudian
melunak dan membentuk dinding yang kuat membentuk kapsul yang kosentris. Di
limfosit. Seluruh proses ini memakan waktu kurang dari 2 minggu. Abses dapat
18
membesar, kemudian pecah dan masuk ke dalam ventrikulus atau ruang
meningitis dan ensefalitis (demam, sakit kepala, kekakuan leher, vomitus) diikuti
berupa trias ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang, dan penurunan kesadaran.
Manifestasi klinis ensefalitis sangat bervariasi dari yang ringan sampai yang berat.
Masa prodormal berlangsung antara 1-4 hari yang ditandai dengan demam, sakit
kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri pada ekstremitas dan
pucat, kemudian diikuti oleh tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung
Meningitis karena bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengan panas
minum sangat berkurang, konstipasi, diare. Kejang terjadi pada lebih kurang 44%
berupa apatis, letargi, renjatan, koma. Pada bayi dan anak-anak (usia 3 bulan
hingga 2 tahun) yaitu demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang,
menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk dan tanda Kernig
19
dan Brudzinski positif. Pada anak-anak dan remaja terjadi demam tinggi, sakit
terstimulasi dan teragitasi, halusinasi, perilaku agresif, stupor, koma, kaku kuduk,
tanda Kernig dan Brudzinski positif. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa
permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang bisa hebat
sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung. Biasanya
dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas. Selanjutnya terjadi kaku
septikimia.2,18
Gejala klinis meningitis dan ensefalitis pada anak umur lebih 2 tahun lebih
khas dibandingkan anak yang lebih muda. Gejala tersebut antara lain terdapatnya
panas, menggigil, muntah, nyeri kepala, kejang, gangguan kesadaran, dan yang
Sesuai dengan kasus menunjukkan gejala yang sama dengan teori yaitu
kelemahan pada lengan kiri dan tungkai kiri dan kejang (tanda-tanda neurologik
fokal), nyeri seluruh kepala (tanda peningkatan tekanan intrakranial) dan demam.
Tanda rangsangan meningeal seperti kaku kuduk juga ditemukan pada pasien.
Walaupun tidak semua gejala muncul sesuai dengan teori seperti tidak ada
gejala dan tanda yang timbul pada meningoensefalitis tergantung distribusi dan
20
F. Diagnosis Meningoensefalitis
dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri sehingga dagu tidak
dapat disentuhkan ke dada. Kaku kuduk yang disebabkan oleh iritasi selaput
pada kelainan lain (miositis otot kuduk, artritis servikalis, tetanus) biasanya
Pemeriksaan kaku kuduk ditemukan positif (+) pada pasien ini yang
tungkai diangkat lurus dan difleksikan pada persendian panggul. Tungkai sisi
mencapai sudut 70 derajat sebelum timbulnya rasa nyeri atau tahanan, bila
sudah terdapat nyeri atau tahanan sebelum mencapai 70 derajat maka dapat
21
iskialgia, iritasi akar lumbosakral atau pleksusnya (misalnya pada HNP
Lumbal).11
sampai membuat sudut 90°. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut. Biasanya dapat dilakukan ekstensi hingga sudut tangan 135°
antara tungkai bawah dan tungkai atas. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi
sendi lutut tidak mencapai sudut 135° yang disertai nyeri dan adanya tahanan.
Seperti pada tanda Lasegue, tanda Kernig positif terjadi pada keadaan iritasi
meningeal dan iritasi akar lumbosakral atau pleksusnya (misalnya pada HNP
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan
fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi paha pada sendi panggul
22
positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi pada sendi panggul
kontralateral.11
dilakukan/dievaluasi.
Selain berdasarkan anamnesis dan gejala klinis yang muncul, ada beberapa
pemeriksaan radiologis.
campuran leukosit yang hidup dan mati, jaringan yang mati dan bakteri.
didapat protein yang meningkat, kadar glukosa normal atau turun. Penyebab
23
terdapat edema papil, atau terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Pada
kasus seperti ini, pungsi lumbal dapat ditunda sampai kemungkinan massa
kepala.2,11,18,20
Pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan pada pasien karena merupakan prosedur
yang sangat invasif pada pasien anak-anak dan dikhawatirkan tidak kooperatif saat
prosedur ini.
2. Pemeriksaan Darah
3. Pemeriksaan Radiologis
herpes simpleks, diagnosis dini dapat dibantu dengan imunoasai antigen virus
G. Tatalaksana Meningoensefalitis
setiap 8 jam selama 10-14 hari untuk infeksi herpes simpleks. Asiklovir juga
efektif terhadap virus Varisela zoster. Tidak ada manfaat yang terbukti untuk
kortikosteroid, interferon, atau terapi adjuvan lain pada ensefalitis virus dan yang
maksimum 4 gr/hari.13,9
25
dengan menambahkan ampisilin jika Listeria dicurigai. Meningitis tuberkulosis
Pasien tidak diberikan antibiotik spesifik gram (+) atau (-) karena belum
Sedangkan deksametason yang diberikan pada pasien ini bertujuan untuk anti
H. Prognosis
perawatan. Prognosisnya jelek pada bayi berumur < 2 tahun dan orang tua > 60
tahun. Prognosis juga tergantung pada umur dan penyebab yang mendasari,
Lebih dari 50% pasien dengan gejala sisa neurologi pada saat pemulangan
dari rumah sakit akan membaik seiring waktu, dan keberhasilan dalam implan
26
koklea belum lama ini memberi harapan bagi anak dengan kehilangan
pendengaran.14
kelemahan lengan kiri dan tungkai kiri masih ada walaupun waktu pulang sudah
27
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
kelemahan pada ekstremitas kiri, nyeri seluruh kepala, kejang dan demam.
berulang sejak usia 4 tahun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kaku kuduk
leukositosis dan peningkatan laju endap darah. Hal ini semakin mengarah ke
A. Saran
infeksi ke otak.
3. Minum obat yang diberikan dokter secara teratur dan rutin kontrol ke
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Sidharta P. 2009. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat. Jakarta
2. Gogor Mesadona, Anne Dina Soebroto, Riwanti Estiasari. 2015. Diagnosis dan
meningitis.401-412
4. Domingo P, Pomar V, Benit N & Coll N.2013. The spectrum of acute bacterial
5. E.M. Der1, R.K. Gyasi1, M. Mutocheluh2 and J.T. Anim. 2015. HIV co-infection
at the Korle-Bu Teaching Hospital. 1(4): 13-20 © UDS Publishers Limited All
Meningitis. 82(12):1491-1498
2015. Vol 26
www.emedicine.medscape.com/article/791896/overview/htm
29
patient with human immunodeficiency virus type 1 infection. Department of
11. E Lee Ford-Jones MD, Daune MacGregor MD,Dkk. 1998. Acute childhood
10.1136/jnnp.2003.034280
November 2015)
https://labtestsonline.org/conditions/meningitis-and-encephalitis
encephalitis. 78;575-583
17. Rodrigo Hasbun, MD, MPH; Chief Editor: Michael Stuart Bronze, MD. 2017.
https://emedicine.medscape.com/article/232915-treatment
30
18. Husbun R. 2017. Menginitis Treatment & Management at :
https//emedicine.medscape.com/article/2329115-treatment
19. Wang Y J, Chiua NC, Ho CS & Chia H. 2016. Comperasion of Childhood Aseptic
Taiwan
20. Tacon L T & Flower O. 2012. Diagnosis and Management of Bacterial Meningitis
31