Anda di halaman 1dari 11

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN

YANG BERLATAR BELAKANG ETNIS BATAK DAN ETNIS JAWA

Mia Retno Prabowo


Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana penyesuaian pada pasangan


beda etnis dimana antara etnis Batak dan etnis Jawa dalam mempertahankan keutuhan
perkawinannya. Penyesuaian perkawinan adalah perubahan yang terjadi selama masa
masa pernikahan antara suami istri untuk dapat memenuhi kebutuhan, keinginan, dan
harapan masing-masing pihak, serta untuk menyelesaikan masalah yang ada sehingga
kedua belah pihak merasakan kepuasan. Pernikahan beda budaya adalah suatu
pernikahan yang terjadi antara pasangan yang berasal dari latar belakang budaya yang
berbeda, dimana terdapat penyatuan pola pikir dan cara hidup yang berbeda, yang
bertujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sampel dalam penelitian ini adalah sepasang suami istri yang menikah secara
beda budaya. Dimana suami berlatar belakang etnis Batak dan istri berlatar belakang
etnis Jawa.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Jenis
wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth
interview). Wawancara mendalam ini sangat berharga terutama apabila masalah yang
akan digali sifatnya kaya informasi. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan observasi non partisipan, dimana peneliti tidak terlibat secara langsung
dalam kegiatan sehari-hari subjek dan pasangan di dalam proses penyesuaian
perkawinan.
Dari hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa subjek dan
pasangan memiliki penyesuaian yang cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari
keharmonisan rumah tangga subjek dan pasangan serta adanya kecocokan dan
persamaan minat diantara mereka. Penyesuaian perkawinan subjek dan pasangan dapat
berjalan baik walaupun terdapat perbedayaan budaya diantara mereka karena adanya
titik temu antara budaya Batak dan Jawa yaitu sama-sama mengedepankan sikap saling
mengerti dan menghargai satu sama lain. Nilai tersebut ditunjukkan dalam bentuk
tingkah laku saling menghargai, menyadari perbedaan yang ada tanpa
mempermasalahkannya, menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dan mau saling
mempelajari budaya pasangannya, dalam kasus ini budaya Batak dan Jawa. Komunikasi
dan kesepakatan merupakan hal terpenting dalam menjalani kehidupan perkawinan
subjek dan pasangan, karena hal tersebut dapat menyelesaikan masalah yang ada dalam
kehidupan perkawinan subjek dan pasangan. Serta faktor pendukung keberhasilan
perkawinan antar etnis subjek dan pasangan adalah faktor keterbukaan dimana di dalam
perkawinan dituntut adanya keterbukaan satu sama lain sehingga masalah yang ada
dapat dibicarakan dan menemukan solusi yang terbaik bagi masalah tersebut.
Kata kunci : Penyesuaian Perkawinan, Perkawinan Beda Etnis

A. Pendahuluan
Indonesia sebagai negara yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa (multietnik),
dengan derajat keberagaman yang tinggi dan mempunyai peluang yang besar dalam perkawinan
yang berbeda budaya. Perkawinan yang dilangsungkan mengandung nilai-nilai atau norma-
norma budaya yang sangat kuat dan luas, ( Abu dalam Natalia & Iriani, 2002).
Budaya yang berbeda melahirkan standar masyarakat yang berbeda dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk juga dalam mengatur hubungan perkawinan adat istiadat. Namun
diantara berbagai bentuk yang ada, perkawinan merupakan salah satu contoh yang dapat dilihat
secara adat istiadat suku setempat yang dapat diterima serta diakui secara universal, ( Duvall
dalam Natalia & Iriani, 2002 ).
Masalah penyesuaian adalah suatu hal yang sifatnya universal dan unik, karena setiap
individu mau tidak mau harus menghadapi masalah atau kesulitan dalam kehidupannya sehingga
perlu melakukan penyesuaian. Sumber masalah tersebut dapat berubah-ubah pada tiap periode
kehidupan, untuk itulah perlu melakukan penyesuaian. Pada saat seorang pria dan seorang
wanita menikah, tentunya masing-masing membawa nilai-nilai budaya, sikap, keyakinan, dan
gaya penyesuaian sendiri-sendiri ke dalam perkawinan tersebut. Masaing-masing memiliki latar
belakang dan pengalaman yang berbeda, tentu saja ada perbedaan dalam susunan nilai serta
tujuan yang ingin dicapai, untuk itulah perlu dilakukan penyesuaian sehingga kebutuhan dan
harapan masing-masing pasangan dapat terpenuhi dan memuaskan.
Menurut Hurlock ( 1994 ), yang mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan sebagai
proses adaptasi antara suami istri, dimana suami istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik
dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri.

B. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana penyesuaian perkawinan pada pasangan yang berlatar belakang etnis Batak
dan etnis Jawa?
2. Dimensi penyesuaian perkawinan apa yang paling dominan?
3. Faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan antar etnis apa yang paling
dominan?

C. Tujuan Penelitian
1. Penyesuaian perkawinan pada pasangan yang berlatar belakang etnis Batak dan etnis
Jawa.
2. Dimensi penyesuaian perkawinan yang paling dominan.
3. Faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan antar etnis yang paling dominan.

D. Penyesuaian Perkawinan
1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan
Hurlock (1991) mendefinisikan penyesuaian perkawinan sebagai proses adaptasi
antara suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik
dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri.
Menurut Lasswel & Lasswel (1987), penyesuaian perkawinan berarti kedua individu
telah belajar untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapan masing-masing, ini
berarti mencapai suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan. Penyesuaian perkawinan
bukan suatu keadaan absolut melainkan suatu proses yang terus menerus terjadi.
Disimpulkan bahwa penyesuaian perkawinan adalah proses adaptasi dimana antara
kedua individu telah belajar untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapan
masing-masing, ini berarti mencapai suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan.
Penyesuaian perkawinan bukan suatu keadaan absolut melainkan suatu proses yang terus
menerus terjadi.
2. Menurut Hurlock (1980) Karakteristik Penyesuaian Perkawinan yaitu :
a. Kebahagiaan suami dan istri
Suami dan istri yang bahagia bersama memperoleh kepuasan dari peran-peran yang
mereka jalankan. Mereka juga memiliki cinta yang matang dan stabil, mempunyai
penyesuaian seksual yang baik dan menerima peran sebagai orangtua.
b. Hubungan yang baik antara orangtua dan anak
Bagi yang sudah mempunyai anak maka hubungan yang baik antara orangtua dengan
anak menunjukkan keberhasilan penyesuaian yang baik. Bila hubungan antara orangtua
dan anak tidak baik maka suasana rumah akan ditandai dengan adanya friksi.
c. Penyesuaian yang baik pada anak
Pada anak keberhasilan mereka menyesuaiakan diri dengan teman-temannya,
sekolahnya, akan menunjukkan keberhasilan penyesuaian perkawinan orangtuanya.
d. Mampu menghadapi perbedaan pendapat dengan baik
Perbedaan pendapat di dalam keluarga merupakan hal yang tidak dapat dihindari.
Penyesuaian perkawinan yang baik ditandai dengan adanya kemampuan dari anggota
keluarga untuk memahami pandangan yang berbeda dari anggota keluarganya.
Penyesuaian yang baik akan tercapai dengan cara demikian dibandingkan bila ada salah
satu anggota keluarga yang harus mengalah atau perbedaan pendapat didiamkan saja.
e. Kebersamaan
Dalam penyesuaian perkawinan yang baik, masing-masing anggota akan menikmati
saat-saat kebersamaan mereka.
f. Penyesuaian keuangan yang baik
Pada umumnya, masalah keuangan merupakan masalah yang sering menimbulkan
masalah. Terlepas dari besarnya penghasilan, hal terpenting yang harus dilakukan suatu
keluarga adalah mengatur pemasukan dan pengeluaran rumah tangga, sehingga
keluarga terhindar utang.
g. Penyesuaian dengan keluarga pasangan yang baik
Penyesuaian yang baik dengan keluarga pasangan akan membuat suatu keluarga
jarang mengalami konflik dalam hubungan kekeluargaannya.

3. Dimensi-dimensi Penyesuaian Perkawinan


Bernard ( dalam Santrock, 1973 ) mendeskripsikan tiga dimensi pokok dalam penyesuaian
perkawinan :
a. Derajat kesepahaman atau kesepakatan antar pasangan
Kesepahaman atau kesepakatan antar pasangan dalam berbagai masalah dalam
perkawinan. Derajat kesepahaman antar pasangan dalam berbagai aspek kehidupan
perkawinan akan mempengaruhi penyesuaian perkawinan mereka, seperti pembagian
tugas-tugas rumah tangga.
b. Komunikasi yang intim antar pasangan
Komunikasi merupakan faktor terpenting dalam penyesuaian perkawinan. Komunikasi
interpersonal dapat berbentuk verbal dan non verbal, seperti membicarakan masalah
yang terjadi di rumah tangga, menunjukkan sensivitas antar pasangan dan melengkapi
komunikasi verbal dengan komunikasi non verbal.

E. Perkawinan Antar Etnis


1. Pengertian Perkawinan Antar Etnis
Menurut Tseng (dalam McDermott & Maretzki, 1977) menyebutkan bahwa perkawinan
antar etnis (intercultural marriage) adalah perkawinan yang terjadi antara pasangan yang
berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Budaya menjadi suatu aspek yang
penting dalam perkawinan, dimana pasangan tersebut tentu memiliki dalam hal nilai-nilai
budaya yang dianut, menurut keyakinan dan kebiasaan, serta adat istiadat dan gaya hidup
budaya. Di dalam perkawinan juga disatukan dua budaya yang berbeda, latar belakang
yang berbeda, suku yang berbeda (Koentjaraningrat, 1981). Latar belakang yang berbeda
ini dapat menimbulkan ketidakcocokan. Ketidakcocokan tersebut dapat mengakibatkan
konflik, baik tentang kebiasaan, sikap perilaku dominan, maupun campur tangan keluarga,
(Purnomo dalam Natalia & Iriani, 2002).
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perkawinan antar etnis
adalah perkawinan yang terjadi antara pasangan yang berasal dari latar belakang budaya
yang berbeda.

2. Faktor-faktor Pendukung Tercapainya Keberhasilan Penyesuaian Perkawinan Antar


Etnis
Menurut Tseng dkk (dalam Hilda, 1998) yaitu :
a. Adanya saling keterbukaan pikiran atau openmindedness.
b. Memiliki sikap fleksibilitas atau keluwesan.
c. Adanya toleransi yang tinggi.
d. Pengetahuan.
e. Kepekaan terhadap kebutuhan pasangan.

3. Nilai-nilai Budaya Batak


Menurut Siahaan & Harahap (1987) yaitu :
a. Kekerabatan
b. Agama
c. Hagabeon (kebahagiaan)
d. Hamoraan (kehormatan)
e. Uhum dan Ugari (keadilan)
f. Pengayoman
g. Marsisarian (saling menghargai)

4. Nilai-nilai Budaya Jawa


Menurut Suseno (2001) yaitu :
a. Nilai kerukunan
b. Nilai Penghormatan

F. Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah sepasang suami istri yang menikah secara beda budaya.
Dimana suami berlatar belakang etnis Batak dan istri berlatar belakang etnis Jawa.
Memiliki usia perkawinan 25 tahun dan mampu menyelesaikan perbedaan yang ada.
Memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu sarjana strata satu.

G. Keabsahan dan Keajegan Penelitian


Menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah
pemeriksaan melalui sumber lainnya.

I. Teknik Analisa Data


Analisis data adalah proses mengatur, menstrukturisasi dan mengartikan sejumlah
data yang terkumpul. Langkah-langkah yang digunakan di antaranya:
1. Mengubah hasil wawancara ke dalam bentuk transkrip secara verbatim
2. Membaca transkrip tersebut secara berulang-ulang untuk mendapatkan gambaran
tentang topik-topik yang muncul
3. Memberikan kode-kode pada transkrip tersebut berdasarkan topik-topok yang muncul.
4. Mendaftarkan topik-topik yang muncul tersebut dan mencoba untuk mencari
hubungan-hubungan di antara topik-topik tersebut.
5. Menulis laporan berdasarkan hubungan-hubungan dari topik-topik tersebut.
J. Hasil dan Analisis
1. Hasil
Subjek 1 adalah laki-laki berumur 51 tahun. Subjek 2 adalah perempuan berumur 48
tahun. Subjek 1 dan 2 telah memasuki usia perkawinan selama 25 tahun. Mereka memiliki
2 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Pada awal 5 tahun pertama mereka
banyak menyesuaikan diri satu sama lain terlebih dengan adanya perbedaan budaya
diantara mereka. Sikap saling terbuka dan saling memahami merupakan aspek yang
utama dalam menjalani kehidupan rumah tangga subjek. Selain itu faktor komunikasi yang
terbuka dan aktif merupakan kunci keberhasilan perkawinan. Dari segi budaya, ditemukan
titik temu antara budaya Batak dan budaya Jawa yaitu selalu mengedepankan nilai
marsisarian atau sikap saling menghargai. Dimana subjek 1 dan 2 dalam menghadapi
kehidupan rumah tangga selalu mengedepankan sikap saling mengerti, menghargai, dan
saling membantu satu sama lain sehingga semua masalah yang dihadapi dapat
diselesaikan dengan baik.
Significant Other merupakan sahabat subjek dan pasangan sendiri dan telah dikenal
baik oleh anak-anak subjek dan pasangan bahkan telah dianggap sebagai keluarga
sendiri. Wawancara dan observasi dilakukan dirumah, dilakukan selama tiga kali.

2. Analisis
a. Dimensi-dimensi Penyesuaian Perkawinan
1). Kesepakatan
Subjek berpendapat bahwa, dalam perkawinan sangat diperlukan adanya
kesepakatan. Dengan adanya kesepakatan atau hal-hal yang telah disetujui
bersama untuk menjalani kehidupan perkawinan maka penyesuaian perkawinan
dapat berjalan dengan baik.
2). Komunikasi
Subjek menekankan faktor komunikasi sangatlah penting dalam menjalani
kehidupan perkawinan karena komunikasi merupakan sarana untuk mengetahui
atau memahami satu sama lain sehingga terciptanya suatu keterbukaan yang
secara tidak langsung memperlancar jalannya penyesuaian perkawinan.
3). Kualitas dari hubungan perkawinan antar pasangan
Menurut subjek, faktor ini merupakan landasan dalam menghadapi konflik yang
dihadapi dalam menjalani perkawinan. Sehingga kehidupan perkawinan dapat
berjalan dengan baik.
b. Faktor-faktor Pendukung Keberhasilan Penyesuaian Perkawinan Antar Etnis
1). Keterbukaan
Subjek dan pasangan selalu membicarakan segala hal mengenai masalah-
masalah yang terjadi di dalam kehidupan rumah tangga.
2). Fleksibilitas
Subjek dan pasangan saling memahami dan memiliki kemauan untuk mempelajari
budaya pasangan.
3). Toleransi
Subjek dan pasangan saling mendukung jalannya adaptasi budaya pasangan
dan juga saling memahami dan menghargai budaya pasangan.
4). Kepekaan terhadap pasangan
Subjek dan pasangan saling memahami keinginan satu sama lain sehingga
dengan adanya kepekaan maka penyesuaian perkawinan dapat berjalan baik.

K. Simpulan
1. Subjek dan Pasangan dengan Latar Belakang Budaya yang Berbeda, memiliki
Penyesuaian Perkawinan Yang Baik, dapat dilihat dari :
a. Adanya kesepakatan di kedua belah pihak
b. Adanya komunikasi yang aktif antara subjek dan pasangan
c. Terdapat kualitas dari hubungan perkawinan antar pasangan
2. Faktor-faktor Pendukung Keberhasilan Penyesuaian Perkawinan Antar Etnis, adalah
diantaranya:
a. Adanya sikap Keterbukaan
b. Adanya Fleksibilitas
c. Memiliki Toleransi diantara kedua belah pihak
d. Adanya Kepekaan terhadap pasangan

L. Saran
Berikut ini adalah saran-saran yang dapat diterapkan pada penelitian ini:
1. Untuk subjek dan pasangan sebaiknya terus mencoba untuk terus memahami
kebiasaan-kebiasaan dan hal-hal yang disukai masing-masing individu, agar tidak terjadi
kesalahpahaman.
2. Untuk subjek dan pasangan hendaknya agar terus mempelajari dan memahami budaya
masing-masing baik budaya Batak maupun Jawa sehingga kehidupan perkawinan
senantiasa berjalan lancar dan baik.
3. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai budaya
diluar Batak dan Jawa misalnya budaya Minangkabau agar dapat membandingkan
masalah-masalah apa saja yang dihadapi dan bagaimana mengatasinya.

M. Daftar Pustaka

Atwater, E. 1983. Psychology of Adjustment : Personal Growth In a Changing


World. 2nd Edition. Englewood Clifts. New Jersey : Prentice Hall.

Collins, R. 1985. Sociology of Marriage and The Family : Gender, Love and
Property. Chicago : Nelson-Hall Inc.

Duvall, E.M.,& Miller, B.C. 1985. Marriage and Family Development. 6th Edition.
New York : Harper & Row Publishers.

Geertz, H. 1983. Keluarga Jawa. Jakarta : Grafiti Pers

Hardjowirogo, M. 1984. Manusia Jawa. Jakarta : Inti Idayu Press

Hilda, S. 1998. Penyesuaian Perkawinan Antar Etnik : Studi Kualitatif Pada Wanita
Batak Yang Menikah Dengan Pria Suku Lain. Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga

Koentjaraningrat. 1981. Manusia Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Jambatan

Lasswel, M., & Lasswel, T. 1987. Marriage & The Family. 2nd Edition. California :
Wadsworth Publishing Co.

Maulina, D. 2002. Peran Dalam Keluarga, Nilai Keluarga, Family Bonds dan Self-
Construal Pada Individu Dengan Latar Belakang Budaya Jawa & Batak.
Skripsi (Tidak Diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.

McDermott, J.F., & Maretzki, T.W. 1977. Adjustment Intercultural Marriage.


Honolulu : The University of Hawaii.

Moleong, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya.

Mulder, N. 1996. Pribadi & Masyarakat di Jawa. Edisi Kedua. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan.

Natalia, D., & Iriani, F. 2002. Penyesuaian Perempuan Non-Batak Terhadap


Pasangan Hidupnya Yang Berbudaya Batak. Jurnal Ilmiah Psikologi.
No.VII.27-36.

Nauly, M. 1993. Perbandingan Peran Jenis Kelamin & Fear of Success Pada Wanita
Bekerja Suku Bangsa Batak, Jawa, Minang. Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Patton, M.Q. 1990. Qualitative Evaluation & Research Methods. 2nd Edition.
California : Sage Publication.

Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. LPSP3 :


Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Prawironoto, H. Dkk. 1994. Pembinaan Budaya Dalam Lingkungan Keluarga di


Daerah Jawa Tengah. Semarang : Depdikbud.

Suseno, F.M. 2001. Etika Jawa : Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan
Hidup Jawa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Zainab, R.F. 2002. Penyesuaian Perkawinan Antar Bangsa. Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

http://www.depdiknas.go.id/jurnal/35/adat batak dalihan na tolu.htm

Anda mungkin juga menyukai