OLEH :
1. KRISDAYANTI GONI (01901040009)
2. SELPIA POBELA (0190104002-)
3. YULISTYA POBELA (01901040031)
A. Definisi
1. Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi
yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata
dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya
intim dan seksual. Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan
upacara pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk
membentuk keluarga.
Tergantung budaya setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan
tujuannya bisa berbeda-beda juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan
mengenal konsep perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan.
Perkawinan umumnya dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.
Umumnya perkawinan harus diresmikan dengan pernikahan.
Secara etimologi perkawinan adalah kata benda turunan dari kata kerja
dasar kawin kata itu berasal dari kata jawa kuno ka-awin atau ka-ahwin yang
berarti dibawa, dipikul, dan diboyong; kata ini adalah bentuk pasif dari kata jawa
kuno awin atau ahwin selanjutnya kata itu berasal dari kata vini dalam Bahasa
Sanskerta.
a. Tujuan Perkawinan
1) Untuk mendapatkan keturunan
2) Untuk meningkatkan derajat dan status sisoal baik pria maupun wanita
3) Meningkatkan kembali hubungan kerabat yang sudah renggang
4) Agar harta warisan tidak jatuh ke orang lain
b. Bentuk Perkawinan
1) Menurut jumlah suami-istri
a) Monogami (mono berarti satu, gamos berarti kawin) yaitu perkawinan antara
satu orang laki-laki dan satu orang perempuan.
b) Poligami (poli berarti banyak) yaitu perkawinan antara satu orang laki-laki atau
wanita dan lebih dari satu wanita atau laki-laki. Dengan kata lain, beristri atau
bersuami lebih dari satu orang. Poligami dibagi menjadi dua yaitu Poligini dan
poliandri. Poligini adalah seorang laki-laki beristri lebih dari satu orang. Poligini
sendiri dibagi menjadi 2 macam, yaitu poligini sororat, bila para istrinya
beradik-kakak dan poligini non-sororat, bila para istrinya bukan beradik-kakak.
Sedangkan, poliandri, yaitu seorang istri bersuami lebih dari satu orang.
Poliandri dibagi menjadi 2 macam, yaitu Poliandri fraternal, bila para suami
beradik-kakak dan poliandri non-fraternal, bila para suami bukan beradik-kakak.
Poliandri antara lain terdapat pada orang Eksimo, Markesas (Oceania), Toda di
India Selatan dan beberapa bangsa di Afrika Timur dan Tibet.
2. Perceraian
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin
melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk
dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana
membagi harta mereka yang diperoleh selama pernikahan seperti rumah, mobil,
perabotan atau kontrak), dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban
merawat anak-anak mereka. Banyak Negara yang memiliki hukum dan aturan
tentang perceraian dan pasangan itu dapat menyelesaikannya ke pengadilan.
a. Jenis perceraian
1) Cerai hidup - karena tidak cocok satu sama lain.
2) Cerai mati - karena salah satu pasangan meninggal.
b. Penyebab perceraian
1) Ketidakharmonisan dalam rumah tangga
Alasan tersebut di atas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh
pasangan suami – istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa
disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak, dan
adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah keharmonisan adalah terlalu
umum sehingga memerlukan perincian yang lebih mendetail.
2) Krisis moral dan akhlak
Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering
memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat
dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang
tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang
dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk, berzina, terlibat
tindak kriminal, bahkan utang piutang.
3) Perzinaan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya
perceraian adalah perzinaan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang
dilakukan baik oleh suami maupun istri.
4) Pernikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk
mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah
berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat
sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus merefleksi diri untuk
memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk mencoba
menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.
5) Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
Dalam sebuah perkawinan pasti tidak akan lepas dari yang namanya
masalah. Masalah dalam perkawinan itu merupakan suatu hal yang biasa,
tapi percekcokan yang berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi secara
otomatis akan disusul dengan pisah ranjang seperti adanya perselingkuhan
antara suami istri. Langkah pertama dalam menanggulangi sebuah masalah
perkawinan adalah adanya keterbukaan antara suami-istri, berusaha untuk
menghargai pasangan, menyelesaikan masalah secara baik-baik, saling
menyayangi antar pasangan dll.
c. Dampak
Perceraian sering menimbulkan tekanan batin bagi tiap pasangan
tersebut. Anak-anak yang terlahir dari pernikahan mereka juga bisa merasakan
sedih bila orangtua mereka bercerai. Namun, banyak sumber daya yang bisa
membantu orang yang bercerai, seperti keluarga besar, teman-
teman, terapi, konsultan, buku, dan DVD
d. Perceraian menurut agama
1) Islam
Islam membimbing umatnya agar tidak memecah-belah persaudaraan di
antara sesama muslim. Pernikahan adalah salah satu sunnah Rasulullah
S.A.W.
Perceraian sendiri adalah suatu hal yang halal untuk dilakukan. Namun
halnya, jikalau sepasang suami-istri melakukan perceraian, alkisah
mengatakan bahwa 'Arsy terguncang sebegitu dahsyatnya. Oleh karena hal
tersebut, Allah membenci perceraian, meski telah dikatakan bahwa hal ini
adalah halal.
2) Kristen/Katolik
Salah satu agama yang tidak memperbolehkan adanya perceraian oleh
pasangan-pasangan di dalam umatnya adalah Kristen Katolik Roma. Gereja
Kristen Katolik Roma menanggapi masalah perceraian sebagai berikut:
“Perceraian atau perpisahan tetap/selamanya dalam suatu ikatan
pernikahan, memang tidak diperbolehkan dalam ajaran Kristen, karena itu
ada tertulis dalam Alkitab (Matius 19:9; Markus 10:9).
Karena Injil merupakan dasar kehidupan umat Kristen, maka tidak ada
alasan apapun untuk mengadakan perceraian. Selain itu juga terdapat
pengajaran lain di Alkitab mengenai hal ini, misalnya pada 1 Korintus 7.”
Biasanya sensus penduduk atau sering disebut cacah jiwa dilakukan oleh
pemerintah dengan cara mendatangi langsung rumah-rumah penduduk. Sensus
pertama kali dilakukan oleh pemerintah Indonesia dilaksanakan pada tahun 1961.
Sebelum indonesia merdeka, sensus penduduk dilakukan oleh pemerintah Hindia-
Belanda pada tahun 1920 dan 1930. Sensus penduduk adalah keseluruhan proses
pengumpulan, penyusunan, pengolahan, dan penerbitan data yang bersifat
demografis, ekonomis, dan sosial dari suatu wilayah atau negara tertentu dan
dalam waktu tertentu.
a) Jumlah penduduk
b) Pertumbuhan penduduk
c) Persebaran penduduk
d) Kepadatan penduduk
e) Komposisi penduduk
f) Masalah Urbanisasi
Badan yang mengurusi sensus adalah badan pusat statistik atau yang lebih
dikenal dengan (BPS). BPS merupakan satu-satunya badan resmi yang dibentuk
pemerintah negara republik Indonesia untuk bertugas sebagai surveier data-data
mengenai penduduk.
3. Masalah Jumlah Penduduk
Pertumbuhan penduduk secara umum dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
pertumbuhan alami, pertumbuhan migrasi, dan pertumbuhan penduduk total.
Tingkat kelahiran (fertilitas) adalah tingkat pertambahan jumlah anak atau tingkat
kelahiran bayi pada suatu periode tertentu. Tingkat kelahiran bayi dapat dihitung
dengan dua cara, yaitu:
a. Meliputi semua orang: Semua orang atau penduduk yang tinggal dalam
wilayah yang dicacah haruslah tercakup
b. Dalam waktu tertentu: Harus dilaksanakan pada saat yang telah
ditentukan secara serentak
c. Meliputi suatu wilayah tertentu: Ruang lingkup sensus harus meliputi
batas wilayah tertentu
a. Pra pelaksanaan
1) Sebelum melaksanakan sensus, pihak BPS melakukan pelatihan terhadap
petugas sensus untuk mewawancarai kepala rumah tangga dan anggota
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan, halini
dilakukan untuk meminimalkan kesalahan
2) Membagi wilayah dalam wilayah pencacahan). Luas pencacahan
berbeda-beda tergantung pada kemampuan petugas sensus untuk
melaksanakan tugasnya dalam satu hari, yaitu pada hari pelaksanaan.
Suatu wilayah bias terdiri dari satu blok sensus, bias saja terdiri dari
beberapa blok sensus, hal ini dilakukan untuk mempermudah,
memperingan dan meminimalkan kesalahan cakupan ( error of
converage0, kesalahan laporan (error of content) dan kesalahan ketepatan
laporan (estimating error)
b. Hari Pelaksanaa
Dalam pelaksanaan sensus 1 (satu) hari selesai yaitu tanggal 30
Juni, pencacahan dilaksanakan system aktif, artinya petugas sensus
aktif mendatangi rumah tangga untuk mendapatkan data demografi,
social ekonomi dari masing-masing rumah tangga dan anggotanya,
tetapi sebelum hari H semua quesuiner sudah dibagikan dan yang telah
diidikan diadakan penyesuaian ditakutkan ada kelahiran, kematian, ada
pendatang baru dan ada anggota rumah tangga yang pindah ke provinsi
lain selama periode pencacahan.
c. Pasca Pelaksanaan
Data hasil pencacahan dari petugas sensus di olah oleh Badan Pusat
Statistik. Konsep yang digunakan:
1) Penduduk yang dicacah
Cara pencacahan yang dipakai dalam sensus penduduk adalah
kombinasi de jure dan de facto. Bagi mereka yang bertempat
tinggal tetap dipakai cara de jure, dicacah dimana mereka tinggal
secara resmi, sedangkan untuk yang bertempat tinggal tetap
dicacah secara de facto, di tempat dimana mereka ditemukan oleh
petugas lapangan. Bagi mereka yang mempunyai tempat tinggal
tetap, tetapi sedang bertugas di luar wilayah lebih dari 6 bulan,
tidak dicacah di tempat tnggalnya dan begitu sebaliknya.
2) Blok Sensus Adalah wilyah kerja bagi pencacah agar beban kerja
setiap pencacah homogeny. Selanjutnya Blok Sensus ini dapat
dijadikan kerangka sampel untuk survey-survei dengan pendekatan
rumah tangga.
3) Klasifikasi Daerah Perkotaan/perdesaan
Klasifikasi daerah perkotaan/pedesaan didasarkan pada skor yang
dihitung dari kepadatan penduduk, prosentase rumah tangga, yang
bekerja di bidang pertanian, dan akses terhadap fasilitas kota
seperti sekkolah, rumah sakit, jalan aspal, telephon, dan
sebagainya. Untuk lebih dapat menggambarkan tingkat perkotaan
yang lebih konkret, dicoba pula membagi perkotaan menjadoi tiga
kelas, yaitu perkotaan besar, perkotaan sedang dan perkotaan kecil
4) Bangunan
Bangunan fisik adalah tempat perlindungan tetap sementara yang
mempunyai dinding, lantai dan atap baik digunakan untuk tempat
tinggal atau bukan tempat tinggal. Bangunan sensus adalah
sebagian atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu
keluar/masuk sendiri dan merupakan satu kesatuan penggunaan.
5) Rumah Tangga
Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan
biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.
6) Anggota rumah tangga
Anggota rumah tangga Adalah semua orang yang biasanya
bertempat di suatu rumah tangga baik yang berada di rumah pada
waktu pencacahan maupun yang sementara tidak ada.
2. Permasalahan
Atas dasar apa yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang dapat
dikemukakan dalam tulisan ini adalah :