Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia dalam proses perkembangannya membutuhkan pasangan hidup yang dapat
memberikan keturunan untuk meneruskan jenisnya. Perkawinan sebagai jalan yang bisa
ditempuh oleh manusia untuk membentuk suatu keluarga atau rumah tangga bahagia yang
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dimaksudkan bahwa perkawinan itu
dilaksanakan sekali seumur hidup dan tidak berakhir begitu saja.
Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan perkawinan
seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara psikologis, sosial, maupun
sosial biologis. Seseorang yang melangsungkan perkawinan, maka dengan sendirinya semua
kebutuhan biologisnya bisa terpenuhi.
Kematangan emosi merupakan aspek yang sangat penting untuk menjaga
kelangsungan perkawinan. Keberhasilan suatu rumah tangga banyak ditentukan oleh
kematangan emosi baik suami maupun istri. Dengan dilangsungkannya suatu perkawinan,
maka status sosialnya diakui dalam kehidupan bermasyarakat dan sah secara hukum.
Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang
profesi, suku bangsa, kaya atau miskin, dan sebagainya. Namun tidak sedikit manusia yang
sudah mempunyai kemampuan baik dari segi fisik maupun mental akan mencari pasangan
hidup sesuai kriteria yang diinginkannya. Dalam kehidupan manusia, perkawinan seharusnya
menjadi sesuatu yang bersifat seumuru hidup. Tetapi tidak semua orang bisa memahami
hakikat dan tujuan perkawinan yang seutuhnya yaitu mendapatkan kebahagiaan yang sejati
dalam kehidupan berumah tangga.
Batas usia dalam melaksanakan perkawinan sangatlah penting karena didalam
perkawinan menghendaki kematangan psikologis. Usia perkawinan yang terlalu muda dapat
mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk
bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga. Perkawinan yang sukses sering
ditandai dengan kesiapan memikul tanggung jawab.
Pernikahan dini banyak terjadi dari dahulu sampai sekarang. Kebanyakan para pelaku
pernikahan dini tersebut adalah remaja desa yang memiliki tingkat pendidikan kurang.
Remaja desa kebanyakan malu untuk menikah pada umur 20 tahun keatas. Anggapan remaja
desa lebih memungkinkan untuk menikah diusia muda karena disana ada anggapan atau
mitos bahwa perempuan yang berumur 20 tahun keatas belum menikah berarti “Perawan
Tua”. Persoalan mendasar dari seorang anak perempuan yaitu ketika dia memasuki usia
dewasa, banyak orang tua menginginkan anaknya untuk tidak menjadi perawan tua. Menjadi
perawan tua bagi kebanyakan masyarakat dianggap sebagai bentuk kekurangan yang terjadi
pada diri perempuan. Untuk itu, dalam bayangan ketakutan yang tidak beralasan banyak
orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda. Kondisi itulah yang menjadikan
timbulnya persepsi bahwa remaja desa akan lebih dulu menikah dari pada remaja kota.
Anggapan-anggapan tersebut muncul karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat
mengenai pentingnya pendidikan bagi remaja.
Menurut Dadang (2005), banyak kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya
usia pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah. “Kebanyakan yang gagal itu
karena kawin muda”. Dalam alasan perrceraian tentu saja bukan karena alasan menikah
muda, melainkan alasan ketidakcocokan dan sebagainya. Tetapi masalah tersebut tentu saja
sebagai salah satu dampak dari perkawinan yang dilakukan tanpa kematangan usia.
Pernikahan usia dini akan berdampak pada kualitas anak, keluarga, keharmonisan keluarga
dan perceraian. Karena pada masa tersebut, ego remaja masih tinggi.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan remaja dan pernikahan dini ?
1.2.2. Bagaimana Proses Perkembangan Remaja dan Ciri – Cirinya !
1.2.3. Apa saja faktor penyebab pernikahan dini ?
1.2.4. Apa saja dampak dari pernikahan dini ?
1.2.5. Apa saja upaya pencegahan pernikahn dini ?

1.3. Tujuan Penulis


1.3.1. Untuk memahami tentang pernikahan dini
1.3.2. Untuk mengetahui Perkembangan Remaja dan Ciri – Cirinya
1.3.3. Untuk mengetahui penyebab pernikahan dini
1.3.4. Untuk mengetahui dampak dari pernikahan dini
1.3.5. Untuk mengetahui pencegahan pernikahn dini
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakeket Pernikahan


Perkawinan atau pernikahan adalah akad atau persetujuan antara calon suami dan
calon istri karenanya berlangsung melalui ijab dan qobul atau serah terima. Apabila akad
nikah tersebut telah dilangsungkan, maka mereka telah berjanji dan bersedia menciptakan
rumah tangga yang harmonis, akan sehidup semati dalam menjalani rumah tangga bersama-
sama (Thoha Nasruddin, 1976).Pengertian lain mengartikan perkawinan adalah hidup
bersama dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang memenuhi syarat-syarat tertentu
(Wiryono, 1978).
Banyak definisi pernikahan selain yang telah disebutkan, diantaranya Pengertian
pernikahan yaitu akad antara calon pengantin pria dengan pihak calon pengantin wanita yang
bukan muhrimnya (Mufid,2002:43). Sedangkan pengertian lain nikah adalah suatu akad yang
dangannya menjadi halal hubungan seksual antara pria dan wanita (Ramulyo, 2004). Dia
menyimpulkan bahwa hakikat dari pernikahan merupakan suatu perjanjian saling mengikat
antara laki-laki dan perempuan dengan suka rela untuk mewujudkan kebahagiaan dalam
rumah tangga. Pernikahan dalam islam ialah suatu akad atau perjanjian mengikat antara
seorang laki-laki dan perempuan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah
pihak dengan sukarela dan kerelaan kedua belah pihak merupakan suatu kebahagiaan hidup
berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman (sakinah). (Ihsan, 2008).
Berdasarkan pengertian pernikahan dari beberapa ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pernikahan merupakan suatu perjanjian (akad) saling mengikat yang
dilangsungkan oleh laki-laki dan perempuan untuk membentuk komitmen berkeluarga,
menciptakan keluarga yang harmonis.

2.2. Pengertian Remaja dan Pernikahan Dini


Remaja atau adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang
dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan
psikologis (Yani Widyastuti, 2009). Remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik,
yaitu masa alat - alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti
alat-alat kelamin khususnya dan keadan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang
sempurna dan alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Pada akhir
dari peran perkembangan fisik ini akan terjadi seorang pria yang berotot dan berkumis/
berjanggut yang mampu menghasilkan beberapa ratus juta sel mani (spermatozoa) setiap kali
berejakulasi (memancarkan air mani), atau seorang wanita yang berpayudara dan berpinggul
besar yang setiap bulannya mengeluarkan sebuah sel telur dari indung telurnya (Sarlito W.
Sarwono, 2010).
2.2.1. Pernikahan Dini
Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara
hukum agama, hukum negara, dan hukum adat. Upacara pernikahan memiliki banyak
ragam dan variasi antar bangsa, suku satu dan yang lain pada satu bangsa, agama, budaya,
maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan
dengan aturan atau hukum agama tertentu pula (Alfiyah, 2010).
Pernikahan dini diartikan merupakan instituisi agung untuk mengikat dua insan
lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga. Ada beberapa factor penyebab
terjadinya pernikahan dini, yaitu factor pribadi dan factor keluarga. Dari factor pribadi
remaja adalah karena ingin menghindari dosa (seks bebas), dan ada juga yang karena
“kecelakaan”. Sedangkan dari factor keluarga adalah karena paksaan dari orang tua (Dian
Luthfiyati, 2008).

2.2.2. Perkembangan Remaja dan Ciri – Cirinya


1. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
b. Tampak dan ingin merasa bebas
c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir yang khayal ( abstrak)
2. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.
b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis
c. Timbul perasaan cinta yang mendalam
d. Kemampuan berpikir abstrak ( berkhayal) makin berkembang.
e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
3. Masa Remaja Akhir (16- 19 tahun)
a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
c. Memiliki citra ( gambaran , keadaan , peranan ) terhadap dirinya.
d. Dapat mewujudkan perasaan cinta.
e. Memiliki kemampuan berpikir khayalan atau abstrak.

2.3. Faktor Penyebab Pernikahan Dini


Beberapa Faktor penyebab pernikahan dini diantaranya :
a. Faktor Pendidikan.
Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar. Jika seorang anak putus
sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu dengan bekerja. Saat ini anak
tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga merasa mampu untuk menghidupi diri
sendiri.
Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam
kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal yang
tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika
diluar kontrol membuat kehamilan di luar nikah.
b. Faktor telah melakukan hubungan biologis.
Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak  telah melakukan
hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini, orang tua anak
perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, karena menurut orang tua anak gadis
ini, bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan hal ini menjadi aib.
Tanpa mengenyampingkan perasaan dan kegalauan orang tua, saya menganggap ini
sebuah  solusi yang kemungkinan di kemudian hari akan menyesatkan anak-anak. Ibarat
anak kita sudah melakukan suatu kesalahan yang besar,  bukan memperbaiki kesalahan
tersebut, tetapi orang tua justru membawa anak pada suatu kondisi yang rentan terhadap
masalah.  Karena sangat besar di kemudian hari perkawinan anak-anak tersebut akan
dipenuhi konflik.  
c. Hamil sebelum menikah
Ini saya pisahkan dari faktor penyebab di atas, karena jika kondisi anak perempuan itu
telah dalam keadaan hamil, maka orang tua cenderung menikahkan anak-anak tersebut.
Bahkan ada beberapa kasus, walau pada dasarnya orang tua anak gadis ini tidak setuju
dengan calon menantunya, tapi karena kondisi kehamilan si gadis, maka dengan terpaksa
orang tua menikahkan anak gadis tersebut.
Bahkan ada kasus, justru anak gadis tersebut pada dasarnya tidak mencintai calon
suaminya, tapi karena terlanjur hamil, maka dengan sangat terpaksa mengajukan
permohonan dispensasi kawin. Ini semua tentu menjadi hal yang sangat dilematis. Baik
bagi anak gadis, orang tua bahkan hakim yang menyidangkan.
d. Faktor Ekonomi.
Kita masih banyak menemui kasus - kasus dimana orang tua terlilit hutang yang sudah
tidak mampu dibayarkan. Dan jika si orang tua yang terlilit hutang tadi mempunyai anak
gadis, maka anak gadis tersebut akan diserahkan sebagai “alat pembayaran”  kepada si
piutang. Dan setelah anak tersebut dikawini, maka lunaslah hutang-hutang yang melilit
orang tua si anak.
2.4. Dampak dari Pernikahan Dini
Dampak dari pernikahan dini bukan hanya dari dampak kesehatan, Tetapi punya
dampak juga terhadap kelangsungan perkawinan. Sebab perkawinan yang tidak
disadari,Mempunyai dampak pada terjadinya perceraian. Pernikahan Dini atau menikah usia
muda, memiliki dampak negative dan dampak positif pada remaja tersebut. Adapun dampak
paernikahan dini adalah sebagai berikut:
1. Dari Segi Psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga
akan menimbulkan truma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit dissebuhkan.
Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia
sedari tidak mengeti atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan
menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan ( Wajib belajar 9Tahun), hak
bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dala diri anak
(Deputi, 2008).
2. Dari Segi Sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor social budaya dalam masyarakat yang
menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya diangggap pelengkap seks
laki-laki saja .
3. Dari Segi Kebidanan
Perempuan terlalu mudah untuk menikah di bawah umur 20 Tahun beresiko terkena
kangker rahim. Sebab pada usia remaja, sel-sel leher rahim belum matang .
Dampak terhadap hukum, adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita
yaitu:
1. UUNo.1 tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Pasal 6 (2) Untuk
melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus
mendapat izin kedua orang tua.
2. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
a. Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak
b. Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, dan bakat
c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
3. UU No.21 tahun 2007 tentang PTPPO
Patut ditengarai adanya penjualan/pemindah tanganan antara kyai dan orang
tua anak yang mengharapkan imbalan tertentu dari perkawinan tersebut.
Amanat Undang-undang tersebut di atas bertujuan melindungi anak, agar anak tetap
memperoleh haknya untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta terlindungi dari perbuatan
kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Sungguh disayangkan apabila ada orang atau orang tua melanggar undang-undang
tersebut. Pemahaman tentang undang-undang tersebut harus dilakukan untuk melindungi
anak dari perbuatan salah oleh orang dewasa dan orang tua. Sesuai dengan 12 area kritis dari
Beijing Platform of Action, tentang perlindungan terhadap anak perempuan. Dampak dari
pernikahan dini bukan hanya dari dampak kesehatan, Tetapi punya dampak juga terhadap
kelangsungan perkawinan. Sebab perkawinan yang tidak disadari, mempunyai dampak pada
terjadinya perceraian (Lily Ahmad, 2008).

2.5. Upaya Pencegahan Terjadinya Pernikahan Diusia Dini


Upaya Pencegahan terjadinya Pernikahan Muda Pemerintah harus berkomitmen
serius dalam menegakkan hukum yang berlaku terkait pernikahan anak di bawah umur
sehingga pihak – pihak yang ingin melakukan pernikahan dengan anak di bawah umur
berpikir dua kali terlebih dahulu sebelum melakukannya. Selain itu, pemerintah harus
semakin giat mensosialisasikan undang – undang terkait pernikahan anak di bawah umur
beserta sanksi – sanksi bila melakukan pelanggaran dan menjelaskan resiko – resiko terburuk
yang bisa terjadi akibat pernikahan anak di bawah umur kepada masyarakat, diharapkan
dengan upaya tersebut, masyarakat tahu dan sadar bahwa pernikahan anak di bawah umur
adalah sesuatu yang salah dan harus dihindari. Upaya pencegahan pernikahan anak dibawah
umur dirasa akan semakin maksimal bila anggota masyarakat turut serta berperan aktif dalam
pencegahan pernikahan anak di bawah umur yang ada di sekitar mereka.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pernikahan dini atau perkawinan
dibawah umur lebih banyak sisi negatifnya dari pada manfaatnya. Oleh karena itu patut
ditentang. Orang tua harus disadarkan untuk tidak mengizinkan menikahkan/ mengawinkan
anaknya dalam usia dini atau harus memahami peraturan perundang-undangan untuk
melindungi anak. Namun dilain pihak permasalahan pernikahan dini tidak bisa diukur dari
sisi agama. Namun jika dengan menunda pernikahan sampai usia matang mengandung nilai
positif maka hal ini adalah lebih utama
Pernikahan usia muda berpengaruh pada kehidupan anak-anak dan remaja sebagai
generasi penerus bangsa dalam memberikan kontribusi dan melaksanakan peranannya
ditengah masyarakat. Oleh karena itu, semua pihak terkait seperti keluarga, masyarakat, dan
pemerintah harus memikirkan hal-hal terbaik menyangkut kehidupan anak. Kepentingan
terbaik bagi anak harus dilihat dari sudut pandang anak, bukan dari sudut orang dewasa.
Melindungi anak-anak dan remaja dari eksploitasi pernikahan dapat menjadi dasar perubahan
kehidupan yang lebih baik.
Usia sebenarnya bukan patokan untuk menentukan kesiapan pasangan untuk menikah
tetapi harus dilihat dari kedewasaan cara pikir dan perilaku mereka karena yang membuat
sebuah pernikahan menjadi baik atau buruk adalah pelaku pernikahan itu sendiri. Hanya saja
kedewasaan fisik dan psikis tumbuh berkembang seiring dengan bertambahnya usia sehingga
batasan usia sulit dihindari. Ada banyak hal yang menuntut kedewasaan dalam menangani
setiap persoalan, termasuk persoalan rumah tangga. Faktor ini perlu diperhatikan sebagai
bahan introspeksi sebelum memasuki jenjang pernikahan agar nantinya tidak akan
menimbulkan persoalan rumah tangga seperti aspek pendidikan sebagai dasar untuk mencari
nafkah, aspek psikis dan biologis untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, dan aspek
sosial kultural agar keluarga baru dapat menyesuaikan dan bersosialisasi dengan lingkungan
masyarakat sekitar.

3.2. Saran
1. Memberikan penyuluhan kepada orang tua dan masyarakat tentang cara peningkatan
ekonomi, hal ini dapat bekerjasama dengan pihak pemerintah.
2. Bekerja sama dengan tokoh agama dan masyarakat dalam pembinaan pendidikan
mewujudkan keluarga yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan terhadap para orang
tua dan remaja.
3. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan anak dan pengembangan potensi dan skill yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Drs.E.B.Surbakti,M.A. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.


Digi Famalia. 2010. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Cetakan I.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Deputi. 2008. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Dian Luthfiyati, 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan III. Jakarta : Rineka Cipta.
Lily Ahmad, 2008. Metodologi Riset Keperawatan. Cetakan I. Jakarta : Infomedika.
DAMPAK PERNIKAHN DINI PADA REMAJA

NAMA : YOHANA ADELIA BAREK UAK

NIS/NISN :

KELAS /JURUSAN : XII SOSIAL 1

Telah disahkan di Lewoleba pada tanggal, ..................................

Mengesahkan

Guru Pembimbing Wali Kelas

Ignasius Yosep Satel, S.Fil Karmeliana Yeni S. Sos


NIP. 19731017 200604 1 011 NIP. 1978111 2200903 2 005

Mengetahui,

Kepala SMA Negeri 2 Nubatukan

Cletus Laba, S.Pd


NIP.19740914 200112 1 005

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
penyertaan- Nya penulis dapat menyelesaikam Makalah yang berjudul“Dampak Pernikahn
Dini Pada Remaja . Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat sebagai peserta Ujian
Akhir Sekolah.
Pernikahan usia muda adalah sebuah nama yang lahir dari komitmen moral dan
keilmuan yang sangat kuat, sebagai sebuah solusi spiritual. Jadi, cukup logis kalau
pernikahan itu dinilai bukan sekedar tali pengikat untuk menyalurkan kebutuhan biologis
(tiket hubungan seksual yang sah), tetapi juga harus menjadi media aktualisasi ketaqwaan.
Oleh karena itu, untuk memasuki jenjang pernikahan dibutuhkan persiapan-persiapan yang
matang (kematangan fisik, psikis, maupun spiritual). Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa
makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan dukungan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada
1. Bapak Cletus Laba, S.Pd selaku kepala SMA Negeri 2 Nubatukan atas yang
telah memberikan sumbangan pemikiran dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
2. Bapak Ignasius Yosep Satel, S.Fil, selaku guru pembimbing yang telah sabar
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Kedua orang tua tercinta yang telah membantu dan mendukung penulis serta
membiayai pendidikan penulis sampai saat ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan dan masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang tentunya
sangat membangun dari pembaca untuk meyempurnakan makalah ini.
Lewoleba, 31 Maret 2022

Penulis
MAKALAH
PERNIKAHAN DINI

OLEH

1. FELIX ADYTIA FERNANDES


2. MARIA PETRONLEA NOGO
3. YOHANA PAULA B. TOKAN
4. FLORENTINA ITUNG
5. FRAINADEMETZ PATI KELEN
6. THOMAS AQUINO

KELAS XI MIA 2
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 NUBATUKAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
penyertaan- Nya penulis dapat menyelesaikam Makalah yang berjudul“Pernikahn Dini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran sosiologi.
Pernikahan usia muda adalah sebuah nama yang lahir dari komitmen moral dan
keilmuan yang sangat kuat, sebagai sebuah solusi spiritual. Jadi, cukup logis kalau
pernikahan itu dinilai bukan sekedar tali pengikat untuk menyalurkan kebutuhan biologis
(tiket hubungan seksual yang sah), tetapi juga harus menjadi media aktualisasi ketaqwaan.
Oleh karena itu, untuk memasuki jenjang pernikahan dibutuhkan persiapan-persiapan yang
matang (kematangan fisik, psikis, maupun spiritual). Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa
makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan dukungan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan dan masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang tentunya
sangat membangun dari pembaca untuk meyempurnakan makalah ini.

Lewoleba, Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................i


KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Pernikahan....................................................................................4
2.2 Pengertian Remaja Dan Pernikahan Dini...................................................4
2.3 Faktor Penyebab Pernikahan Dini..............................................................6
2.4 Dampak Pernikahan Dini ...........................................................................8
2.5 Upaya pencegahan Pernikahan Dini...........................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................11
3.2 Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

Anda mungkin juga menyukai