Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI

PERKAWINAN USIA MUDA DAN TUA DAN WANITA DITEMPAT KERJA

DOSEN : Fifi Citra W.,SST.,M.Keb

DISUSUN OLEH :

Lucky Resha Apriani

Lugiani Fadhila

Meldi Yulia Fitri

Mutiara Nur Shafira

Mutiara Nuraini Fauziah

Nadia Anzelia Palaga

Nafisa Rahma Tsania

Nazwa Ainun Nafisah

2 B KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU CIUMBULEUIT BANDUNG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini dalam bentuk dan isi yang sangat
sederhana.

Salam dan salawat semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, dimana beliau adalah sosok
yang sangat dimuliakan dan dirindukan oleh seluruh umatnya, kami sampaikan terima kasih kepada dosen
dan rekan-rekan yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah yang akan
kami buat selanjutnya.

BANDUNG, SEPTEMBER 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan
pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang ingin diinginkannya.
Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dimaksudkan bahwa perkawinan itu
hendaknya berlangsung seumur hidup dan tidak boleh berakhir begitu saja.
Perkawinan adalah ikatan sakral penyatuan sepasang anak manusia dengan konsekuensi hak
dan kewajiban yang tidak mudah. Mengingat tanggung jawab yang kompleks maka dibutuhkan
kesiapan dan kedewasaan usia, mental, spiritual, dan kesiapan ekonomi.
Segala sesuatu yang akan dilaksanakan perlu direncanakan dahulu agar membuahkan hasil
yang baik, demikian pula dengan hidup berkeluarga (perkawinan). Salah satu yang perlu
direncanakan sebelum berkeluarga atau menikah adalah berapa usia yang pantas bagi seorang pria
maupun seorang wanita untuk melangsungkan pernikahan.
Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang pada
profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya, tinggal di desa atau di kota. Usia perkawinan yang
terlalu muda mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk
bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami-istri. Meskipun batas umur
perkawinan telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) UU No. I tahun 74, yaitu perkawinan hanya
diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
tahun. Namun dalam prakteknya masih banyak kita jumpai perkawinan pada usia muda atau di
bawah umur, padahal perkawinan yang sukses membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara
fisik maupun mental untuk bisa mewujudkan garapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga.
Sedangkan perkawinan usia tua yaitu pernikahan yang dilangsungkan pada waktu usia
diatas 35 tahun, juga memiliki dampak yang tidak sepele. Diantaranya adalah resiko kematian ibu,
cacat janin, keguguran, komplikasi kehamilan, dll. Oleh karena itu, sebaiknya perkawinan
dilakukan pada usia yang ideal.
Dalam setiap sendi kehidupan, kita tak terlepas dari peran dan sentuh wanita. Peran wanita
sangat beragam dalam kehidupan. Ia bisa menjadi seorang ibu yang pengasih dan penyayang, tapi
juga bisa sekaligus menjadi sosok kokoh untuk dijadikan tempat bersandar keluarganya.
Konon, sejarah Hari Ibu yang jatuh setiap tanggal 22 Desember, dimulai pada tahun 1928
di Yogyakarta. Pada awalnya hari itu diperingati sebagai upaya untuk mengenang semangat dan
perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa. Namun dari sana, kita bisa
bercermin bahwa sebenarnya, wanita yang selalu diidentikkan dengan kelemah lembutan
sebenarnya memiliki daya untuk mengubah suatu hal jika mereka mau berupaya. Bahkan wanita
memiliki daya untuk mengubah bahkan menggerakkan suatu hal yang besar, contohnya,
perekonomian negara kita.

B. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu menjelaskan aspek kesehatan reproduksi mengenai pernikahan dini dan
usia tua .
b. Agar mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Aktifitas Wanita diTempat Kerja

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan pernikahan diusia muda?
2. Apakah tujuan dari pernikahan ?
3. Apakah yang dimaksud dengan pernikahan diusia muda?

4. Apa resiko dari perkawinan di usia muda?

5. Apakah dampak negatif dari perkawinan di usia muda?

6. Bagaimana upaya pencegahan perkawinan di usia muda?

7. Bagaimana cara menangani perkawinan di usia muda?

8. Apakah yang dimaksud dengan perkawinan usia tua?

9. Apakah Alasan pernikahan usia tua ?

10. Apakah kelebihan perkawinan usia tua ?

11. Apakah kekurangan pernikahan usia tua?

12. Bagaimana cara pencegahan perkawinan usia tua ?

13. Bagaimana cara penanganan perkawinan usia tua ?

14. Apa Definisi wanita ditempat kerja?

15. Apa saja Jenis-jenis pekerjaan wanita?

16. Apa saja Konsep dan nilai kerja?

17. Apa saja Faktor yang mempengaruhi?

18. Apa saja Peraturan dan kebijakan?

19. Bagaimana kasus dan kecelakaan tempat kerja?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PERNIKAHAN

Pernikahan adalah lambang disepakatinya suatu perjanjian (akad) antara seorang laki-laki dan

perempuan (dalam masyarakat tradisional hal itu juga merupakan perjanjian antar keluarga) atas dasar hak

dan kewajiban yang setara antara kedua belah pihak. Penyerahan diri total seorang perempuan kepada laki-

laki. Peristiwa saat seorang ayah secara resmi menyerahkan anak perempuannya kepada laki-laki untuk

“dipakai” sesuka hati laki-laki itu.

Tujuan Pernikahan adalah untuk secara hukum mengesahkan hubungan seksual antara laki-laki dan

perempuan. untuk secara hukum mengatur hak dan kewajiban masing-masing termasuk di dalamnya

pelarangan atau penghambatan terjadinya poligami. Untuk pendataan dan kepentingan demografi.

Perkawinan adalah ikatan sakral penyatuan sepasang anak manusia dengan konsekuensi hak dan

kewajiban yang tidak mudah. Mengingat tanggung jawabnya yang kompleks maka dibutuhkan kesiapan

dan kedewasaan usia, mental, spiritual, dan kesiapan ekonomi.

Perkawinan bukanlah hal yg mudah, di dalamnya terdapat banyak konsekuensi yang harus dihadapi

sebagai suatu bentuk tahap kehidupan baru individu dewasa dan pergantian status lajang menjadi seorang

istri ygmenuntut adanya penyesuaian diri terus menerus sepanjang perkawinan (Hurlock, 1993).

Individu yang memiliki kesiapan untuk menjalani kehidupan perkawinan akan lebih mudah

menerima dan menghadapi segala konsekuensi persoalan yang timbul dalam perkawinan (Landis

and Landis, 1963).

B. TUJUAN PERNIKAHAN

1. Untuk secara hukum mengesahkan hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan

2. Untuk secara hukum mengatur hak dan kewajiban masing-masing termasuk didalamnya pelarangan

atau penghambatan terjadinya poligami

3. Pengakuan hak hukum anak-anak yang dihasilkan dari perkawinan tersebut


4. Untuk pendataan dan kepentingan demografi

C. PERNIKAHAN USIA MUDA

Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh remaja di bawah umur (antara 13-18

tahun) yang masih belum cukup matang baik fisik maupun psikologis, karena berbagai faktor antara lain

faktor ekonomi, sosial, budaya, penafsiran agama yang salah, pendidikan, dan akibat pergaulan bebas.

Individu yang menikah pada usia muda akan cenderung bergantung pada orangtua secara finansial maupun

emosional.

1. Resiko Perkawinan Usia Muda

a. Konflik dalam perkawinan usia muda :

1) Masalah kesehatan reproduksi

2) Segi ekonomi

3) Kurangnya kesabaran atau belum matang secara emosi.

4) Kurangnya persiapan untuk hamil dalam usia muda, juga berkaitan dengan defisiensi asam folat

dalam tubuh.

5) Akibat kekurangan asam folat, janin dapat menderita spina bifida atau janin tidak memiliki batok

kepala.

b. Ibu usia muda kemungkinan untuk memiliki anak dengan :

1) berat bayi rendah.

2) kurang gizi.

3) anemia.

c. Ibu muda ini juga memiliki kemungkinan untuk menderita kanker servik nantinya.

d. Istri usia muda sering mengalami kebebasan dan otonomi yang terbatas dan tidak mampu

kompromi mengenai :

1) relasi,

2) seksual,

3) penggunaan kontrasepsi,
4) kehamilan, dan hal-hal lain di kehidupan berkeluarga

e. Ketidakmampuan kompromi mengenai penggunaan kondom menempatkan mereka pada posisi

rentan untuk tertular IMS dan HIV/AIDS.

f. Setelah menikah, perempuan muda biasanya terpaksa meninggalkan keluarga, teman, dan

lingkungannya untuk pindah ke lingkungan suami. Kehilangan dukungan sosial dan putus sekolah

akan menganggu prosespendidikannya. Dengan keterbatasan, perempuan akan terisolasi dan sulit

menerima informasi mengenai kesehatan reproduksi. Mereka sering kali tidak berdaya mengakses

pelayanan kesehatan masyarakat.

g. Mereka juga perlu izin untuk mendapatkan pelayanan dan umumnya tidak mampu membayar

pelayanan kesehatan. Pernikahan anak adalah pelanggaran hak seksual dan reproduksi termasuk hak

untuk :

1) Mendapatkan standar tertinggi kesehatan seksual

2) Bebas dari paksaan, diskriminasi, kekerasan, dan pelecehan

3) Relasi seksual yang disepakati bersama

4) Kehidupan seksual yang aman

5) Memiliki pasangan dan pernikahannya

6) Mendapat informasi dan pendidikan mengenai kesehatan reproduksi

7) Menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak dan waktu memiliki

anak dan mendapat informasi tentang itu

8) Mendapat pelayanan reproduksi dan seksual

2. Dampak yang terjadi karena pernikahan usia muda:

a. Kesehatan perempuan

1) Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya sendiri

2) Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi

3) Beresiko pada kematian usia dini

4) Meningkatkan Angka Kematian Ibu (AKI)


5) Study epidemiologi kanker serviks : resiko meningkat lebih dari 10x bila jumlah mitra sex

6/lebih atau bila berhubungan seks paertama dibawah usia 15 tahun

6) Semakin muda wanita memiliki anak pertama, semakin rentan terkena kanker serviks.

7) Resiko terkena penyakit menular seksual

b. Kualitas anak

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya kebutuhan nutrisi yang harus lebih

banyak untuk kehamilannya dan kebutuhan pertumbuhan ibu sendiri

2) Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 18 tahun rata-rata lebih kecil dan

bayi dengan BBR memiliki kemungkinan 5-30x lebih tinggi untuk meninggal

c. Keharmonisan keluarga dan perceraian

1) Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan tingginya angka perceraian.

2) Banyaknya kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia pasangan bercerai ketika

memutuskan untuk menikah.

3) Perselingkuhan.

4) Ketidakcocokan hubungan dengan orang tua maupun mertua.

5) Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional.

6) Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi.

3. Upaya pencegahan terjadinya pernikahan usia muda

a. Undang-undang perkawinan

b. Bimbingan kepada remaja dan menjelaskan tentang sex education

c. Memberikan penyuluhan kepada orang tua dan masyarakat

d. Bekerja sama dengan tokoh agama dan masyarakat

e. Model desa percontohan pendewasaan usia perkawinan

4. Penanganan perkawinan usia muda :

a. Pendewasaan usia pernikahan sehingga kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat.
b. Bimbingan psikologis, hal ini dimaksudkan untuk membantu pasangan dalam menghadapi

persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang dengan pertimbangan kedewasaan, tidak

mengedepankan emosi.

c. Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak membantu keluarga muda baik dukungan

berupa material maupun non material untuk kelanggengan keluarga, sehingga lebih tahan

terhadap hambatan-hambatan yang ada.

d. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi istri

yang mengalami kurang gizi.

D. PERKAWINAN USIA TUA

Perkawinan usia tua adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.

1. Alasan pernikahan usia tua :

a. Karir.

Karir adalah faktor penentu utama kenapa seseorang memutuskan untuk menikah pada usia

yang relative sudah matang, sekarang ini banyak perusahaan memakai persyaratan khusus

untuk masuk menjadi karyawan misalnya dengan status harus masih single, hal ini sangatlah

mudah terutama bagi mereka yang memang menginginkan suatu pekerjaan tertentu sehingga

tanpa mereka sadari mereka telah melewatkan masa – masa yang tepat untuk mereka

bereproduksi.

b. Pendidikan.

Faktor kedua adalah pendidikan, biasanya orang dengan pendidikan tinggi cenderung

menikah bukan pada saat usia masih muda karena cara berpikir mereka tidak lagi sama dengan

orang – orang yang masih menganggap bahwa wanita segera menikah.

c. Ingin mendapatkan pasangan yang ideal.

Faktor lain yang tidak kalah menarik adalah sebagian besar dari mereka menginginkan

pasangan yang ideal atau memiliki derajat yang seimbang atau bahkan jika bagi sebagian

perempuan penghasilan laki-laki harus lebih tinggi dari perempuan karena suatu saat mereka
harus mencukupi kebutuhan istri dan anak-anak. Sedang pihak laki-laki berpikir mereka akan

mencari pasangan yang lebih muda.

2. Kelebihan perkawinan usia tua :

a. Kematangan fisik. Secara fisik karena usia yang sudah tua maka alat – alat reproduksi mereka

sudah siap atau sudah matang jika terjadi adanya pembuahan, namun hal ini juga menjadi sebuah

dilemma tersendiri dimana semakin tua usia seseorang maka secara fisik mereka juga akan

mengalami perubahan – perubahan fisiologis.

b. Kematangan psikologis. Diawal telah dibahas bahwa secara psikologis seorang anak remaja dan

dewasa memiliki tingkatan yang berbeda sehingga hal ini bisa menjadi modal dasar untuk

membangun sebuah keluarga karena mereka sudah siap dengan perkawinan itu sendiri.

c. Social

d. Financial sehingga harapan membentuk keluarga sejahtera berkualitas terbentang.

3. Kekurangan pernikahan usia tua:

a. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Usia tua dalam persalinan memiliki

resiko komplikasi tertentu, misalnya ketidakmampuan untuk mengejan pada saat persalinan.

b. Meningkatnya resiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan, misalnya terjadi kromosom non

disjunction yaitu kelainan proses meiosis hasil konsepsi sehingga menghasilkan kromosom

sejumlah 47.

4. Pencegahan perkawinan usia tua:

a. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reproduksi sehat.

b. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak mendukung.

c. Meningkatkan kegiatan sosialisasi.

5. Penanganan perkawinan usia tua :

a. Pengawasan kesehatan, ANC secara teratur pada tenaga kesehatan.

b. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi istri

yang mengalami kurang gizi.


A.PENGERTIAN WANITA DI TEMPAT KERJA

a. Menurut Kardamo adalah wanitayang kerja mengandalkan kemampuan dan keahlian untuk
menghasilkan uang agar dpt memenuhi kebutuhan hidup.
b. Pekerjaan diluar rumah adalah orang yang bekerja diluar rumah dengan memperoleh imbalan upah
dianggap pekerja dank arena mendapat penghargaan sosial lebih tinggi dibandingkan pekerjaan rumah
tangga.
c. Pekerjaan di dalam rumah adalah seseorang yang bekerja untuk mengurus rumah tangga dan memelihara
anak, telah diberi nilai sebagai penganggur dan dianggap sebagai bukan pekerja.

B. JENIS-JENIS PEKERJAAN WANITA


a. Full time worker : jenis pekerjaan yang biasa dilakukan oleh para wanita secara penuh seharian. Misal
bekerja dikantor, pabrik, pekerja lapangan.
b. Half time worker : jenis pekerjaan yang dilakukan oleh para wanita secara part time( setengah hari) jenis
pekerjaan ini contohnya: pelayan restoran, SPG, dll.
c. Freelance : jenis pekerjaan yang fleksibel dalam hal waktu bekerja, pekerjaan ini tidak menentukan waktu
bekerja yang spesifik

C. KONSEP & NILAI KERJA BAGI WANITA


a. Tugas domestic biasanya tidak dianggap sebagai kerja
b. Kerja bagi wanita menjadi symbol status & sekaligus alat untuk mengekspresikan kemampuan bagi
dirinya.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA WANITA


a. Teknologi : mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja
b. Kebijakan produksi : menyebabkan rendahnya kualitas kesehatan pekerja wanita, missal:
diberlakukannya jam kerja yang panjang, penetapan kuota serta ditetapkan shift kerja.
c. Lingkungan kerja, misalnya: buruknya ventilasi, jumlah tempat duduk yang tidak memadai, kadar suara
dan debu yang berlebihan, penerangan yang buruk, fasilitas sanitasi yang tidak memadai.
1.Ada 45,63% Buruh perempuan yang berdiri terus menerus 8-14 jam.
2.Ada 36,9% Buruh perempuan yang duduk terus menerus 8-14 jam.

E. PERATURAN DAN KEBIJAKAN


a. Ada 47 jenis aturan dibawah Depnaker dan 6 aturan dibawah departemen perkembangan dan energy
antara lain menyakut hak2 reproduksi.
b. UU No. 1 / 1951
c. Pasal 13 ayat 1 : pekerja perempuan tidak boleh diwajibkan pada hari pertama haid dan kedua haid.
d. Pasal 13 ayat 2 : pekerja wanita harus diberi cuti selama 1 ½ bulan sebelum melahirkan dan 1½ bulan
setelah melahirkan / keguguran.
e. Peralatan dan fasilitas kerja : masker, penutup kepala, celemek, sarung tangan karet, penutup telinga.

F. KASUS & KECELAKAAN KERJA PEREMPUAN

a. Kelelahan kerja
b. Keracunan
c. Gangguan pernafasaan, pendengaran, dan penglihatan
d. Kesehatan reproduksi
e. Kesehatan psikis
G. BEBAN KERJA WANITA
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di seluruh
dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih
lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh
waktu kerja, tetapi juga jenis pekerjaan yang berat, kotor dan monoton bahkan membahayakan. Di India
banyak kasus keguguran atau kelahiran sebelum waktunya pada musim panen karena wanita terus-terusan
bekerja keras. Dibidang pertanian baik pria maupun wanita dapat terserang efek dari zat kimia (peptisida),
tetapi akan lebih berbahaya jika wanita dalam keadaan hamil, karena akan berpengaruh terhadap janin
dalam kandungannya. Resiko-resiko yang harus dialami bila wanita bekerja di industri-industri misalnya
panas yang berlebihlebihan, berisik, dan cahaya yang menyilaukan, bahan kimia, atau radiasi.
Peran jender yang menganggap status wanita yang rendah berakumulasi dengan indikator-indikator
lain seperti kemiskinan, pendidikan, kawin muda dan beban kerja yang berat mengakibatkan wanita juga
kekurangan waktu, informasi, untuk memperhatikan kesehatan reproduksinya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh remaja di bawah umur (antara 13-
18 tahun) yang masih belum cukup matang baik fisik maupun psikologis, karena berbagai faktor antara
lain faktor ekonomi, sosial, budaya, penafsiran agama yang salah, pendidikan, dan akibat pergaulan
bebas. Individu yang menikah pada usia muda akan cenderung bergantung pada orangtua secara finansial
maupun emosional.
Perkawinan usia tua adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35
tahun. Biasanya faktor yang mendorong manusia untuk menikah di usia tua adalah faktor karir,
pendidikan, dan ingin memilih pasangan yang ideal. Namun, perkawinan di usia tua juga memiliki
dampak positif, seperti kematangan fisik, kematangan psikologis, sosial dan finansial. Sedangkan dampak
negatifnya adalah meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi, serta meningkatkan resiko
kehamilan dengan anak kelainan bawaan. Untuk mencegah terjadinya perkawinan diusia tua adalah
dengan cara melakukan penyuluhan, merubah cara pandang budaya dan meningkatkan kegiatan
sosialisasi
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di seluruh
dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat,
lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Peran jender yang menganggap status
wanita yang rendah berakumulasi dengan indikator-indikator lain seperti kemiskinan, pendidikan, kawin
muda dan beban kerja yang berat mengakibatkan wanita juga kekurangan waktu, informasi, untuk
memperhatikan kesehatan reproduksinya.
DAFTAR PUSTAKA

http://fitrikhanavitamin.blogspot.com/2011/07/perkawinan-usia-muda
dan-tua.html
http://sarjanakesehatan.blogspot.com/2013/04/konsep-usia
pernikahan.html
http://agungsantoso77.wordpress.com/2009/02/24/memasyarakatkan-kesehatan-reproduksi-wanita/
http://urfisyifa.blog.friendster.com/2007/07/wanita-di-tempat-kerja/
http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&channel=s&rls=org.mozilla%3Aen-
US%3Aofficial&q=makalah+kesehatan+reproduksi+wanita+bekerja&btn

Anda mungkin juga menyukai