DISUSUN OLEH :
BANTEN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya
membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai
dengan apa yang ingin diinginkannya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa
mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dimaksudkan bahwa
perkawinan itu hendaknya berlangsung seumur hidup dan tidak boleh
berakhir begitu saja.
Perkawinan adalah ikatan sakral penyatuan sepasang anak manusia
dengan konsekuensi hak dan kewajiban yang tidak mudah. Mengingat
tanggung jawab yang kompleks maka dibutuhkan kesiapan dan
kedewasaan usia, mental, spiritual, dan kesiapan ekonomi.
Segala sesuatu yang akan dilaksanakan perlu direncanakan dahulu
agar membuahkan hasil yang baik, demikian pula dengan hidup
berkeluarga (perkawinan). Salah satu yang perlu direncanakan sebelum
berkeluarga atau menikah adalah berapa usia yang pantas bagi seorang pria
maupun seorang wanita untuk melangsungkan pernikahan.
Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan
tidak memandang pada profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya,
tinggal di desa atau di kota. Usia perkawinan yang terlalu muda
mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya
kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi
suami-istri. Meskipun batas umur perkawinan telah ditetapkan dalam pasal
7 ayat (1) UU No. I tahun 74, yaitu perkawinan hanya diijinkan jika pihak
pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai
umur 16 tahun. Namun dalam prakteknya masih banyak kita jumpai
perkawinan pada usia muda atau di bawah umur, padahal perkawinan yang
sukses membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara fisik maupun
mental untuk bisa mewujudkan garapan yang ideal dalam kehidupan
berumah tangga.
Sedangkan perkawinan usia tua yaitu pernikahan yang
dilangsungkan pada waktu usia diatas 35 tahun, juga memiliki dampak
yang tidak sepele. Diantaranya adalah resiko kematian ibu, cacat janin,
keguguran, komplikasi kehamilan, dll. Oleh karena itu, sebaiknya
perkawinan dilakukan pada usia yang ideal.
B. TUJUAN
Mampu menjelaskan aspek kesehatan reproduksi mengenai pernikahan
dini dan usia tua .
C. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah tujuan dari pernikahan ?
b. Apakah yang dimaksud dengan perkawinan usia tua?
c. Apakah Alasan pernikahan usia tua ?
d. Apakah kelebihan perkawinan usia tua ?
e. Apakah kekurangan pernikahan usia tua?
f. Bagaimana cara pencegahan perkawinan usia tua ?
g. Bagaimana cara penanganan perkawinan usia tua ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERNIKAHAN
Pernikahan adalah lambang disepakatinya suatu perjanjian (akad)
antara seorang laki-laki dan perempuan (dalam masyarakat tradisional hal
itu juga merupakan perjanjian antar keluarga) atas dasar hak dan
kewajiban yang setara antara kedua belah pihak. Penyerahan diri total
seorang perempuan kepada laki-laki. Peristiwa saat seorang ayah secara
resmi menyerahkan anak perempuannya kepada laki-laki untuk “dipakai”
sesuka hati laki-laki itu.
Tujuan pernikahan adalah untuk secara hukum mengesahkan
hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Untuk secara hukum
mengatur hak dan kewajiban masing-masing termasuk di dalamnya
pelarangan atau penghambatan terjadinya poligami. Untuk pendataan dan
kepentingan demografi.
Perkawinan adalah ikatan sakral penyatuan sepasang anak manusia
dengan konsekuensi hak dan kewajiban yang tidak mudah. Mengingat
tanggung jawabnya yang kompleks maka dibutuhkan kesiapan dan
kedewasaan usia, mental, spiritual, dan kesiapan ekonomi.
Perkawinan bukanlah hal yang mudah, di dalamnya terdapat
banyak konsekuensi yang harus dihadapi sebagai suatu bentuk tahap
kehidupan baru individu dewasa dan pergantian status lajang menjadi
seorang istri yang menuntut adanya penyesuaian diri terus menerus
sepanjang perkawinan (Hurlock, 1993).
Individu yang memiliki kesiapan untuk menjalani kehidupan
perkawinan akan lebih mudah menerima dan menghadapi segala
konsekuensi persoalan yang timbul dalam perkawinan (Landis and Landis,
1963).
B. TUJUAN PERNIKAHAN
1. Untuk secara hukum mengesahkan hubungan seksual antara laki-laki
dan perempuan
2. Untuk secara hukum mengatur hak dan kewajiban masing-masing
termasuk didalamnya pelarangan atau penghambatan terjadinya poligami
3. Pengakuan hak hukum anak-anak yang dihasilkan dari perkawinan
tersebut
4. Untuk pendataan dan kepentingan demografi
http://fitrikhanavitamin.blogspot.com/2011/07/perkawinan-usia-muda
dan-tua.html
http://sarjanakesehatan.blogspot.com/2013/04/konsep-usia
pernikahan.html
hasnidar.midwife@gmail.com