BABI
PENDAHULUAN
Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan "Ketuhanan Yang Maha Esa"
Nomor 1 Tabun 1974 adalah pria sudah mencapai umur 19 tahun dan wanita 16
tahun tetapi dari masing masing pihak belum mencapai umur yang di tentukan.
mencapai tujuan dari pernikahan tersebut. Maka dari itu, peru adanya kesiapan-
kesiapan oleh kedua belah pihak baik secara mental maupun materi. Sebagai
pengantar antara kcbutuhan kodrati manusia dengan pencapaian esensi dari suatu
Untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi, agar masing-
kemutian yang di nyatakan dalam surat-surat keterangan suatu akte yang juga
Batas umur yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk kawin,
mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batas
umur yang lcbih tinggi. Berhubung dengan itu, maka undang-undang ini
menentukan batas umur untuk kawin baik bagi pria maupun bagi wanita, ialah
19 (sembilan belas) tahun bagi pria dan 16 (enam belas) tahun bagi wanita.
bahagia kekal dan sejahtera, maka undang-undang ini menganut prinsip untuk
Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
Berdasarkan apa yang telah di uraikan pada latar belakang masalah tersebut
Kabupate
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan hukum yang
perceraian
Kabupatren egal.
5/13
BAB II
LANDASAN TEORI
1.
untukmenikah.
Pendapat
b. Faktor Ekonomi
c. Faktor Pendidikan
sebagai berikut:
llihat.°
a. Bidang Kesehatan
terjadinyakematian.
remaja memiliki
meninggal setelahdilahirkan/melahirkan.
b. Bidang Pendidikan
yang lebihtinggi.
keluarganya darikemiskinan.
10
4.1. Kesimpulan
BAB IV
faktor hamil diluar nikah, faktor ekonomi dan faktor kemauan anak. Pihak
tersebut seperti sudah hamil diluar nikah, menghindari anak dari fitnah serta zina.
serta orangtua merasa anak dianggap cukup mampu dalam berumah tangga.
umur jika tidak ada dispensasi dari pengadilan dan hakim dipengadilan tidak
mendesak.
memberikan dispensasi jika alasan dari orang tua tersebut tidak ada unsur
4.2 Saran
Dalam hal ini mewujudkan keluarga yang sakinah, mawahdah dan warahmah
2.Pemerintah dan badan penegak hukum harus lebih selektif lagi dalam memberi
dispensasi terhadap anak yang memutuskan ingin menikah di usia dini agar angka
angka perkawinan dibawah umur dapat ditekan dan tidak mengalami peningkatan