Anda di halaman 1dari 20

PERAN POLRI DALAM MENANGKAL

PERNIKHAN
DINI
Purwareja Klampok, 18 Desember 2021
 NAMA : MBODO WISNU SETYOKO AJI, S.H
 PANGKAT : BRIPKA
 JABATAN : ANGGOTA POLSEK PWJ KLP
 T. LAHIR : PURBALINGGA, 18 PEBRUARI 1989
 ALAMAT : DS.PENARUBAN PBG
 AGAMA : ISLAM
 NO HP : 081391636241
PEMBAHASAN PERNIKAHAN DINI
 PENGERTIAN
 HUKUM
 FAKTORPENYEBAB
 DAMPAK
PENGERTIAN PERNIKAHAN DINI
adalah sebuah bentuk ikatan/pernikahan yang salah satu
atau kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun atau
sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas.
Jadi sebuah pernikahan disebut pernikahan dini, jika
kedua atau salah satu pasangan masuk berusia di bawah
18 tahun (masih berusia remaja).
HUKUM PERNIKAHAN DINI
1. MENURUT NEGARA
2. MENURUT AGAMA ISLAM
Hukum Pernikahan Dini Menurut Negara :

1. UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 (1) Perkawinan


hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan
pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.Pasal 6 (2) Untuk
melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21
tahun harus mendapat izin kedua orang tua.

2. 2. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 26 (1)


Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk : a. mengasuh,
memelihara, mendidik dan melindungi anak b. menumbuh
kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya dan;
c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

3. 3. UU No.21 tahun 2007 tentang PTPPO (pelaku tindak pidana


perdagangan orang) Patut ditengarai adanya penjualan/pemindah
tanganan antara kyai dan orang tua anak yang mengharapkan imbalan
tertentu dari perkawinan tersebut
HUKUM PERNIKAHAN DINI MENURUT ISLAM

Sebenarnya, dalam fikih atau hukum Islam tidak ada batasan minimal usia pernikahan.
Jumhur atau mayoritas ulama mengatakan bahwa wali atau orang tua boleh
menikahkan anak perempuannya dalam usia berapapun

Allah SWT berfirman, "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu
dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan yang
perempuan." (QS an-Nur [24] :32). Menurut sebagian ulama, yang dimaksud layak
adalah kemampuan biologis. Artinya memiliki kemampuan untuk menghasilkan
keturunan

Rasulullah SAW. bersabda,


“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mencapai ba’ah, maka
kawinlah. Karena sesungguhnya kawin lebih bisa menjaga pada pandangan mata
dan lebih menjaga kemaluan. Bila tidak mampu melaksanakannya maka
berpuasalah karena puasa baginya adalah kendali (dari gairah seksual)”
(HR. Imam yang lima).

Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mengeluarkan fatwa tentang pernikahan dini.
Menurut MUI, dalam literatur fikih islam tidak terdapat ketentuan secara eksplisit
mengenai batasan usia pernikahan, namun Syarat atau ketentuan nikah bagi
perempuan maupun laki-laki hanya diukur berdasarkan kecakapan atau
kedewasaan kedua mempelai. Oleh sebab itu, syarat usia nikah kemudian
merujuk sesuai ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 16/2019. UU tersebut
membatasi batas minimal usia pernikahan bagi perempuan dan laki-laki adalah 19
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERNIKAHAN DINI
1. Faktor Pendidikan
Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar, Jika
seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi
waktu dengan bekerja, anak tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga
merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri.Hal yang sama juga jika anak
yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam kekosongan waktu tanpa
pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal yang tidak
produktif. Salah satunya adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis,
yang jika diluar kontrol membuat kehamilan di luar nikah.
Disini, terasa betul makna dari wajib belajar 9 tahun. Jika asumsi kita anak
masuk sekolah pada usia 6 tahun, maka saat wajib belajar 9 tahun terlewati,
anak tersebut sudah berusia 15 tahun. Diharapkan dengan wajib belajar 9
tahun (syukur jika di kemudian hari bertambah menjadi 12 tahun),maka
akan punya dampak yang cukup signifikan terhadap laju angka pernikahan
dini
2. Faktor Pemahaman Agama
Ini disebut sebagai pemahaman agama, karena ini
bukanlah sebagai doktrin. Ada sebagian dari masyarakat
kita yang memahami bahwa jika anak menjalin hubungan
dengan lawan jenis, telah terjadi pelanggaran agama. Dan
sebagai orang tua wajib melindungi dan mencegahnya
dengan segera menikahkan anak-anak tersebut.
3. Faktor telah melakukan hubungan biologis.
Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak telah melakukan
hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini, orang tua
anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, karena menurut orang
tua anak gadis ini, bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan hal ini menjadi
aib.Tanpa mengesampingkan perasaan dan kegalauan orang tua, saya
menganggap ini sebuah solusi yang kemungkinan di kemudian hari akan
menyesatkan anak-anak. Ibarat anak kita sudah melakukan suatu kesalahan yang
besar, bukan memperbaiki kesalahan tersebut, tetapi orang tua justru membawa
anak pada suatu kondisi yang rentan terhadap masalah. Karena sangat besar di
kemudian hari perkawinan anak-anak tersebut akan dipenuhi konflik
4. Hamil sebelum menikah
Dalam beberapa kasus, walau pada dasarnya orang tua anak gadis ini tidak setuju dengan calon
menantunya, tapikarena kondisi kehamilan si gadis, maka dengan terpaksa orang tua
menikahkan anak gadis tersebut.Bahkan ada juga, justru anak gadis tersebut pada dasarnya tidak
mencintai calon suaminya, tapi karena terlanjurhamil, maka dengan sangat terpaksa mengajukan
permohonan dispensasi kawin.Ini semua tentu menjadi hal yang sangat dilematis. Baik bagi
anak gadis, orang tua bahkan hakim yangmenyidangkan. Karena dengan kondisi seperti ini,
jelas-jelas perkawinan yang akan dilaksanakan bukan lagisebagaimana perkawinan sebagaimana
yang diamanatkan UU bahkan agama. Karena sudah terbayang di hadapanmata, kelak rona
perkawinan anak gadis ini kelak. Perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan rasa cinta
sajakemungkinan di kemudian hari bias goyah,apalagi jika perkawinan tersebut didasarkan
keterpaksaan.
DAMPAK PERNIKAHAN DINI
Dampak terhadap hukum
Dampak biologis
Dampak psikologis
Dampak sosial
DAMPAK TERHADAP HUKUM
Adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita yaitu:
1. UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria
sudah mencapai umur 19 tahundan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Pasal 6 (2) Untuk
melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21tahun harus mendapat izin kedua
orang tua.
2. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk:a. mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anakb. menumbuh
kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya dan;c. mencegah terjadinya
perkawinan pada usia anak-anak.
3. UU No 21 TAHUN 2007 Tentang PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN
ORANG Patut ditengarai adanya penjualan/pemindah tanganan antara kyai dan orang tua anak yang
mengharapkan imbalan tertentu dari perkawinan tersebut.Amanat Undang-undang tersebut di atas
bertujuan melindungi anak, agar anak tetapmemperoleh haknya untuk hidup, tumbuh dan
berkembang serta terlindungi dari perbuatankekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.Sungguh
disayangkan apabila ada orang atau orang tua melanggar undang-undangtersebut. Pemahaman
tentang undang-undang tersebut harus dilakukan untuk melindungi anak dari perbuatan salah oleh
orang dewasa dan orang tua.
DAMPAK BIOLOGIS
Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap
untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya.
Apalagi jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekan
yang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak.
Dokter spesialis obseteri dan ginekologi dr Deradjat Mucharram Sastraikarta Sp OG yang berpraktek di
klinik spesialis Tribrata Polri mengatakan pernikahan pada anak perempuan berusia 9-12 tahun sangat tak
lazim dan tidak pada tempatnya. ”Apa alasan ia menikah? Sebaiknya jangan dulu berhubungan seks hingga
anak itu matang fisik maupun psikologis”.
Kematangan fisik seorang anak tidak sama dengan kematangan psikologisnya sehingga meskipun anak
tersebut memiliki badan bongsor dan sudah menstruasi, secara mental ia belum siap untuk berhubungan
seks.
Kehamilan juga bisa saja terjadi pada anak usia 12 tahun. Namun psikologisnya belum siap untuk
mengandung dan melahirkan. Jika dilihat dari tinggi badan, wanita yang memiliki tinggi dibawah 150 cm
kemungkinan akan berpengaruh pada bayi yang dikandungnya. Posisi bayi tidak akan lurus di dalam perut
ibunya. Sel telur yang dimiliki anak juga diperkirakan belummatang dan belum berkualitas sehingga bisa
terjadi kelainan kromosom pada bayi
DAMPAK PSIKOLOGIS
1. Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan
menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan.
2. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri
tidak mengerti atas putusan hidupnya.
3. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan
(Wajar 9 tahun), hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang
melekat dalam diri anak.
4. Sementara itu mereka yang menikah dini umumnya belum cukup mampu menyelesaikan
permasalan secara matang dan sebenarnya kalau kematangan psikologis tidak ditentukan
batasan usia, karena ada juga yang sudah berumur tapi masih seperti anak kecil. Atau ada juga
yang masih muda tapi pikirannya sudah dewasa”.Kondisi kematangan psikologis ibu menjadi
hal utama karena sangat berpengaruh terhadap pola asuh anak di kemudian hari. ” yang
namanya mendidik anak itu perlu pendewasaan diri untuk dapat memahami anak. Karena
kalau masik kenak-kanakan, masih ingin menikmati masa muda dan di sisi lain dia harus
mengurusi keluarganya.
DAMPAK SOSIAL
Fenomena sosial ini berkaitan dengan factor sosial budaya dalam masyarakat
patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang
rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja.

Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama
Islam yang sangat menghormatiperempuan (Rahmatan lil Alamin). Kondisi ini
hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang akan
melahirkan kekerasan terhadap perempuan
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai