Anda di halaman 1dari 3

SKRIP VIDEO “AYO HINDARI PERNIKAHAN DINI”

Pernikahan adalah salah satu fase dalam hidup yang menjadi momen bahagia bagi setiap
orang. Pernikahan bisa dijalani seorang muslim setalah menemukan pasangan hidup dan siap
secara mental maupun finansial. Jika sudah mampu dan matang secara emosional, dengan
menikah, seseorang dapat menyempurnakan separuh agamanya. Seperti dalam hadits Rasulullah
yang diriwayatkan oleh Ibn Majah:
Dari Aisyah R.A. bahwa rasulullah SAW bersabda: “menikah adalah Sunnahku siapa
yang tidak mengamalkan sunnahku maka dia bukan tyermasuk umatku, menikahlah
karena aku sangat senang atas jumlah besar kalian di hadapan umat-umat lain. Siapa
yang telah memiliki kesanggupan maka menikahlah jika tyidak maka berpuasalah
karena puasa itu bisa menjadi kendali.” (Hadis Riwayat Ibnu Majah)
Namun pada kondisi realitanya pada zaman sekarang ini, terkadang beberapa orang
melakukan pernikahan tanpa dibarengi dengan berbagai kesiapan untuk berumah tangga.
Pernikahan yang dilakukan secara terpaksa dan terkesan mengesampingkan kematangan calon
pengantin antara keduanya. Hal inilah yang dinamakan pernikahan dini.
Kasus pernikahan dini di Indonesia masih marak terjadi hingga sekarang ini. Komnas
Perempuan mencatat, sepanjang tahun 2021, ada 59.709 kasus pernikahan dini yang diberikan
dispensasi oleh pengadilan. Walaupun ada sedikit penurunan dibanding tahun 2020, yakni 64.211
kasus, namun angka ini masih sangat tinggi dibandingkan tahun 2019 yang berjumlah 23.126
pernikahan anak. Dispensasi menikah adalah keringanan yang diberikan pengadilan agama
kepada calon mempelai yang belum berusia 19 tahun untuk melangsungkan perkawinan. Perihal
dispensasi ini diatur dalam UU Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas UU Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan. Menurut undang-undang ini, orang tua pihak pria dan/atau
orang tua pihak wanita dapat meminta dispensasi kepada pengadilan dengan alasan sangat
mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang cukup.
Menurut WHO, pernikahan dini (early married) adalah pernikahan yang dilakukan oleh
pasangan atau salah satu pasangan masih dikategorikan anak-anak atau remaja yang berusia
dibawah usia 19 tahun. Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyatakan bahwa
pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilaksanakan secara resmi atau tidak resmi yang
dilakukan sebelum usia 18 tahun. Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 pasal 7 ayat 1
menyatakan bahwa pernikahan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun
dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Apabila masih di bawah umur tersebut, maka
dinamakan pernikahan dini.
Pernikahan dini adalah akad nikah yang dilangsungkan pada usia dibawah kesesuaian
aturan yang berlaku. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan hanya
diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun.
Pernikahan dini kerap terjadi dimana mana. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
oleh Nelwan (2001) di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang menemukan bahwa pernikahan
dini di usia 15-18 tahun disebabkan karena:
1. Kondisi ekonomi yang serba kekurangan
Akibat beban ekonomi yang dialami, orang tua mempunyai keinginan untuk
mengawinkan anak gadisnya. Pernikahan tersebut akan memperoleh dua keuntungan,
yaitu tanggung jawab terhadap anak gadisnya menjadi tanggung jawab suami atau
keluarga suami dan adanya tambahan tenaga kerja di keluarga, yaitu menantu yang
dengan sukarela membantu keluarga istrinya.
2. Tingkat pendidikan keluarga
Makin rendah tingkat pendidikan keluarga, makin sering ditemukan pernikahan diusia
muda. Peran tingkat pendidikan berhubungan erat dengan pemahaman keluarga tentang
kehidupan berkeluarga.
3. Adanya sistem budaya
Kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga juga menentukan terjadinya
pernikahan diusia muda. Sering ditemukan orang tua mengawinkan anak mereka dalam
usia yang sangat muda karena keinginan untuk meningkatkan status 5 sosial keluarga,
mempererat hubungan antar keluarga, dan atau untuk menjaga garis keturunan keluarga.
Persepsi masyarakat sekitar mengenai menikah di usia muda dapat berbeda beda. Ada
yang menganggap hidup berumah tangga lebih nikmat serta khawatir anaknya menjadi ‘perawan
tua’ atau ‘bujang tak laku’. Hal tersebut tentu menyebabkan sebagian anak ingin segera menikah
dan orang tua mendukung pernikahan muda tersebut. Padahal pernikahan dini dapat
menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti:
1. Dampak terhadap kesehatan jasmani
Kondisi rahim wanita yang masih terlalu dini dapat menyebabkan kandungan lemah dan
sel telur masih belum sempurna sehingga kemungkinan anak akan lahir secara prematur
maupun cacat.
2. Dampak terhadap psikologis
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai adanya gejolak emosi yang tidak stabil
dan juga dikenal sebagai masa pencairan identitas diri. Kondisi jiwa yang tidak stabil
akan berpengaruh pada hubungan suami istri, akan banyak konflik yang terjadi dan
mengakibatkan perceraian jika masing-masing individu tidak dapat mengendalikan diri.
3. Dampak terhadap perkembangan anak
Dari emosi yang tidak stabil akan berpengaruh pada pola asuh orang tua pada anaknya,
padahal dalam perkembangannya anak membutuhkan lingkungan keluarga yang tenang,
penuh harmonis, serta stabil sehingga anak merasa aman dan berkembang secara
optimal.
4. Dampak terhadap sikap masyarakat
Memutuskan untuk menikah berarti harus siap dengan mengalami perubahan dari segi
sosial akibat adanya hak dan kewajiban sebagai istri atau suami dan ibu atau ayah. Hal
ini jelas memiliki beban dan tanggung jawab yang tidak ringan dalam masyarakat.

Itulah beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya pernikahan dini. Pada
kesimpulannya pernikahan dini bukanlah menjadi solusi yang baik bagi orang yang ingin
berumahtangga. Pernikahan yang dilakukan tanpa didasari dengan kesiapan dan kematangan
mental maupun biologis calon pemgantin, dapat menimbulkan banyak dampak negatif yang
terjadi setelahnya. Maka melalui video ini sebisa mungkin mari kita hindari pernikahan dini.

Anda mungkin juga menyukai