Disusun Oleh:
Mahendra Dzulfikar Irzananda (1917302127)
Naufal (1917302128)
Tasya Putri Latifah (1917302138)
1
PEMBAHASAN
A. Argumen Pernikahan Dini Narasumber
Pada dasarnya pengertian pernikahan dini adalah pernikahan yang
dilaksanakan sesuai dengan syarat dan rukun pernikahan, namun mempelai
masih belum baligh.1 Pernikahan dini ialah suatu ikatan janji yang dilakukan
oleh laki-laki dan perempuan dalam membangun rumah tangga dan tujuan
pernikahan bersama, tetapi lai-laki dan perempuan disini berumur kurang dari
18 tahun atau tidak sesuai dengan kriteria usia untuk menikah. Pernikahan dini
menurut United Nation’s Children’s Fund (UNICEF) menyatakan bahwa
pernikahan usia dini merupakan suatu pernikahan yang dilaksanakan secara
resmi atau tidak resmi yang dilakukan laki-laki dan perempuan sebelum berusia
18 tahun. Sedangkan menurut BKKBN pernikahan dini atau early marriage
ialah pernikahan yang dilakukan oleh sepasang remaja perempuan dan laki-laki
berusia kurang dari 20 tahun yang sebenarnya belum siap menjalani bahtera
rumah tangga. Pernikahan dini juga dapat didefinisikan sebagai ikatan lahir
batin seorang pria dan seorang wanita dengan menjadi suami istri pada usia
yang masih sangat muda atau remaja.2
Penelitian ini dilakukan pada salah satu keluarga di Desa Cipancur
Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara terhadap LS sebagai istri dalam sebuah
keluarga yang melakukan pernikahan dini. Adapun LS menikah dengan
suaminya pada tanggal 24 Juni 2019 dengan umur yang terbilang muda yaitu
umur 18 tahun. Ia menikah dengan seorang laki-laki yang kini bekerja sebagai
buruh dan ia telah dikaruniai seorang anak perempuan.
Bagi LS pernikahan dini memiliki arti sendiri baginya. “Bagi saya
melakukan pernikahan diumur 18 tahun itu kurang baik ya, mending nanti saja
nunggu umur 24 tahun atau 26 tahun, karena menikah diumur yang sangat muda
menurut saya sangat belum siap terutama dari kesiapan mental. Mungkin akan
1
Yelia Ahya Robby, Ela Siti Fauziah, Pernikahan Usia Dini dan Dampak Perceraian di
Pedesaan, Jurnal Istinbath, Vol. 16, No. 1, 2021, Ha. 117.
2
Dini Failah, Tinjauan Dampak Pernikahan Dini dari Berbagai Aspek, Jurnal Pamator, Vol. 14,
No. 2, 2021, Hal. 90.
2
banyak pernikahan dini diluar sana yang akan gagal pada akhirnya karena tidak
kuat untuk menjalani rumah tangga. Karena diumur-umur segitu kan lagi
senang-senangnya untuk menyenangkan diri sendiri tapi karena menikah maka
harus belajar untuk dewasa”.
Terdapat berbagai alasan yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini
yang sering di jumpai di lingkungan masyarakat kita, yaitu:
1. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi pada keluarga sering kali mendorong orang tua untuk
cepat-cepat menikahkan anaknya, karena orang tua yang tidak mampu
membiayai hidup dan sekolah terkadang membuat anak memutuskan untuk
menikah di usia dini dengan alasan beban ekonomi keluarga jadi berkurang dan
dapat membantu perekonomian keluarga, karena menurut orang tua anak
perempuan yang sudah menikah menjadi tanggung jawab suaminya.
2. Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, oleh
karena itu pemerintah Indonesia telah merancang program wajib sekolah 9
tahun. Tetapi karena keterbatasan ekonomi yang rendah sering kali pendidikan
tersebut terabaikan, karena tidak mampu untuk membeli segala perlengkapan
sekolah. Di beberapa wilayah, pendidikan masih dianggap sebelah mata hal ini
dapat dilihat karena banyaknya anak-anak yang hanya tamat Sekolah Dasar
(SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kurangnya pengetahuan orang
tua tentang pendidikan sehingga sering kali orang tua hanya bersikap pasrah
dan menerima keputusan anaknya yang ingin putus sekolah, hal ini
mengakibatkan terjadinya rendahnya tingkat pendidikan dan mengakibatkan
terjadinya pernikahan dini karena tidak adanya kegiatan positif yang dilakukan
anak.3
3
Ika Syarifatunisa, Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini Di Kelurahan Tunon Kecamatan
Tegal Selatan Kota Tegal, Skripsi Universitas Negeri Semarang, 2017, hlm.27
3
Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, dan
membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu hingga siap untuk
menjalankan kehidupan rumah tangga. Selain faktor ekonomi dan faktor
pendidikan ada juga faktor orang tua karena rendahnya pendidikan kedua orang
tua sehingga pola pikir mereka pun bersifat pasrah dan menerima, kepasrahan
inilah maka orang tua kurang memahami adanya peraturan dalam Undang-
Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974.
Fenomena hamil diluar nikah saat ini sudah banyak di temui di masyarkat
sekitar, karena hampir setiap hari di media TV maupun surat kabar menyajikan
berita-berita mengenai seks, seperti berita pemerkosaan, pelecehan seksual,
dll.. Adapula faktor karena orang yang sudah hamil diluar nikah yang terpaksa
harus dinikahkan untuk menghinndari aib keluarga mereka, walaupun masih di
bawah umur tetap dinikahkan karena anak perempuannya yang terlanjur hamil
duluan. Selain itu gaya hidup dan perilaku seks yang bebas mempercepat
peningkatan kejadian kehamilan pada remaja, hal ini disebabkan oleh cepatnya
4
pertembuhan dan perkembangan remaja yang dirangsang olehh banyaknya
media yang mempertontonkan kehidupan seks.
4
Henny Wiludjeng, dkk., Sosiologi Untuk Mahasiswa Fakultas Hukum, Jakarta: Penerbit
Universitas Atma Jaya, 2019 Hal. 88
5
mensubstitusikan pekerjaan tersebut kepada perempuan lain, seperti pembantu
rumah tangga atau anggota keluarga perempuan lainnya. Namun demikian,
tanggung jawabnya masih tetap berada di pundak perempuan. Akibatnya
mereka mengalami beban yang berlipat ganda.
6
Budaya patriarki ini membentuk sosok lai-lai yang dominan dalam berbagai
aspek. Cenderung kuat dan memiliki kekuasaan penuh terutama terhadap
perempuan dan rumah tangganya. Sehingga banyak istri yang memiliki
keterbatasan untuk melaukan suatu hal yang mereka inginkan. Bahkan tak
sedikit dari mereka yang memilih untuk tunduk lantaran tidak berani melawan
ataupun tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya.5
Kian maraknya seks bebas dikalangan remaja dan dewasa muda, maupun
meningkatnya angka aborsi setidaknya menjadi indikator tingkat pergaulan bebas
sudah berada pada tahap mengkhawatirkan dan harus segera dipikirkan solusinya.
Para orangtua memaksaa anak mereka untuk segera menikah. Hal ini
biasanya terjadi setelah remaja lulus SMP atau bahkan belum. Mereka menganggap
pendidikan tinggi itu tidak penting, bagi mereka lulus SD saja sudah cukup. Disini
lah peranan keluarga sangat menentukan terhadap terjadi atau tidaknya pernikahan
dini.
5
Karni Fadhillah, Patriarki Adalah-Definisi dan Contohnya yang Sering Kita Temui, Jojonomic,
https://www.joonomic.com/blog/patriarki-adalah/ diakses hari Selasa 29 November 2022 Pukul
11.13.
7
perundangan yang ada. ( UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU
Perkawinan, UU PTPPO )
PENUTUP
8
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
9
Fadhillah, Karni. Patriarki Adalah-Definisi dan Contohnya yang Sering Kita
Temui, Jojonomic, https://www.joonomic.com/blog/patriarki-adalah/ diakses hari
Selasa 29 November 2022 Pukul 11.13.
Fadilah, Dini. Tinjauan Dampak Pernikahan Dini dari Berbagai Aspek, Jurnal
Pamator, Vol. 14, No. 2. 2021.
Syarifatunisa, Ika. Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini Di Kelurahan Tunon
Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal. Skripsi Universitas Negeri Semarang. 2017.
Wiludjeng, Henny, dkk. 2019. Sosiologi Untuk Mahasiswa Fakultas Hukum.
Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.
Yelia Ahya Robby, Ela Siti Fauziah. Pernikahan Usia Dini dan Dampak
Perceraian di Pedesaan. Jurnal Istinbath, Vol. 16, No. 1. 2021.
10