Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam proses perkembangan untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan
hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang ingin diinginkannya.
Pernikahan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dimaksudkan bahwa pernikahan
itu hendaknya berlangsung seumur hidup dan tidak boleh berakhir begitu saja. Pernikahan
pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang pada profesi, agama,
suku bangsa, miskin atau kaya,tinggal di desa atau di kota.
Usia perkawinan yang terlalu muda mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena
kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawabdalam kehidupan berumah tangga bagi suami-
istri. Meskipun batas umur perkawinan telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) UU No. I Tahun
1974, yaitu perkawian hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan
pihak wanita sudak mencapai umur 16 tahun. Namun dalam prakteknya masih banyak kita
jumpai perkawinan pada usia muda atau di bawah umur, padahal perkawianan yang sukses
membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara fisik maupun mental untuk bisa
mewujudkangarapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga. Peranan orang tua sangat
besar artinya bagi psikologis anak-anaknya. Mengingat keluarga adalah tempat pertama bagi
tumbuh perkembangan anak sejak lahir hingga dengan dewasa maka pola asuhanak dalam
perlu disebar luaskan pada setiap keluarga

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian pernikahan dan pernikahan dini ?
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya pernikahan dini?
3. Apa dampak dari pernikahan dini ?
4. Apa saja resiko pernikahan dini ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pernikahan dini
2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya pernikahan dini
3. Untuk mengetahui dampak dari pernikahan dini
4. Untuk mengetahui resiko pernikahan dini

1.4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk referensi peneliti selanjutnya mengenai pernikahan dini
menurut islam. Meskipun makalah ini belum sempurna seutuhnya, tetapi dapat bermanfaat
bagi siswa, mahasiswa atau orang yang sedang mencari pandangan islam mengenai
pernikahan dini

2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Pernikahan
Kata “nikah” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perjanjian suci antara
laki laki dan perempuan untuk berusami istri dengan resmi. Pernikahan menurut UU
No.1/1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri
untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa1.
Menurut Saxton pernikahan memiliki dua makna, yaitu:
a. Sebagai suatu institusi sosial. Suatu solusi kolektif terhadap kebutuhan sosial.
Eksistensi dari pernikahan itu memberikan fungsi pokok untuk kelangsungan hidup suatu
kelompok dalam hal ini adalah masyarakat.
b. Makna individual. Pernikahan sebagai bentuk legitimisasi (pengesahan) terhadap
peran sebagai individual, tetetapi yang terutama, pernikahan di pandang sebagai sumber
kepuasan personal.
Menurut Kartono (1992), pengertian pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang
diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda,
tetetapi praktek-prakteknya pernikahan dihampir semua kebudayaan cenderung sama
pernikahan menunujukkan pada suatu peristiwa saat sepasang calon suami-istri dipertemukan
secara formal dihadapan ketua agama, para saksi, dan sejumlah hadirin untuk kemudian
disahkan secara resmi dengan upacara dan ritual-ritual tertentu.
Menurut Bachtiar (2004) defenisi pernikahan adalah pintu bagi bertemunya dua hati dalam
naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di dalamnya
terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak
untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan.
Pernikahan itu merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat
mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup bergaul guna memelihara kelangsungan
manusia di bumi.

3
Menurut Abdul Jumali pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita, hidup bersama dalam rumah tangga, melanjutkan keturunan menurut
ketentuan hukum syariat Islam.
Berdasarkan berbagai definisi tentang pernikahan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri
yang memiliki kekuatan hukum dan diakui secara sosial dengan tujuan membentuk keluarga
sebagai kesatuan yang menjanjikan pelestarian kebudayaan dan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan inter-personal.

2.2 Pengertian Pernikahan Dini


Pernikahan Usia Muda (Dini) adalah Pernikahan yang dilakukan oleh remaja di bawah
umur (antara 13-18 tahun) yang masih belum cukup matang baik fisik maupun psikologis,
karena berbagai faktor antara lain faktor ekonomi, sosial, budaya, penafsiran agama yang
salah, pendidikan, dan akibat pergaulan bebas. Individu yang menikah pada usia muda akan
cenderung bergantung pada orangtua secara finansial maupun emosional.
Pernikahan dini yaitu merupakan intitusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang
masih remaja dalam satu ikatan keluarga (Lutfiati, 2008).
Pernikahan dini adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk
melaksanakan pernikahan (Nukman, 2009).
Di Indonesia pernikahan usia muda berkisar 12-20% yang dilakukan oleh pasangan baru.
Biasanya, pernikahan usia muda dilakukan pada pasangan usia rata-rata umurnya antara 16-
20 tahun. Secara nasional pernikahan usia muda dengan usia pengantin di bawah usia 16 tahun
sebanyak 26,95%2
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pernikahan dini adalah sebuah bentuk ikatan/pernikahan
yang salah satu atau kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun atau sedang mengikuti
pendidikan di sekolah menengah atas. Jadi sebuah pernikahan di sebut pernikahan dini, jika
kedua atau salah satu pasangan masuk berusia di bawah 18 tahun (masih berusia remaja).
Masa remaja, boleh di bilang baru berhenti pada usia 18 tahun. Dan pada usia 20 - 24 tahun
dalam psikologi, dikatakan sebagai usia dewasa muda. Pada masa ini, biasanya mulai timbul

4
transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka, kalau pernikahan
dilakukan di bawah 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin bertualang menemukan jati
dirinya.

2.3 Faktor Penyebab Pernikahan Dini


Dalam melangsungkan suatu pernikahan maka perlu mempunyai persiapan dan
kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi. Hasil penelitian Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kependudukan BKKBN tahun 2011 menemukan bahwa
beberapa faktor yang mempengaruhi median usia pernikahan pertama perempuan adalah
faktor sosial, ekonomi, budaya dan tempat tinggal (desa/kota).
Di antara faktor-faktor tersebut, faktor ekonomi merupakan faktor yang paling dominan
terhadap median usia nikah/kawin pertama perempuan. Hal ini ditengarai disebabkan oleh
kemiskinan yang membelenggu perempuan dan orang tuanya. Karena tidak mampu
membiayai anaknya, maka orang tua menginginkan anaknya tersebut segera menikah
sehingga mereka terlepas dari tanggung jawab dan berharap setelah anaknya menikah mereka
akan mendapatkan bantuan ekonomi.
(https://www.bkkbn.go.id/search/pernikahan diakses pukul 22:05 WIB,28 Oktober 2018)

Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dalam usia muda yakni menurut
RT. Akhmad Jayadiningrat, sebab-sebab utama dari pernikahan usia muda adalah:
a. Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga
b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk pernikahan terlalu muda, baik bagi
mempelai itu sendiri maupun keturunannya.
c. Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat.

Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan anaknya begitu
muda hanya karena mengikuti adat kebiasaan saja. Selain menurut para ahli di atas, ada
beberapa faktor yang mendorong terjadinya pernikahan usia muda yang sering dijumpai di
lingkungan masyarakat kita yaitu faktor ekonomi, pendidikan, keluarga, kemauan sendiri,
media masa dan hamil diluar nikah

5
2.3.1 Faktor Ekonomi
Mencher (dalam Siagian, 2012) mengemukakan kemiskinan adalah gejala penurunan
kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya
dukung hidup seseorang atau sekelompok orang, dimana pada suatu titik waktu secara nyata
mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Sehingga dapat kita katakan bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah tingkat ekonomi keluarga.
Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk menikah diusia yang
tergolong muda untuk meringankan beban orang tuanya. Dengan si anak menikah sehingga
bukan lagi menjadi tanggungan orang tuanya ( terutama untuk anak perempuan ), belum lagi
suami anaknya akan bekerja atau membantu perekonomian keluarga maka anak wanitanya
dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu.

2.3.2 Faktor Pendidikan


Rendahnya tingkat pendidikan cenderung melakukan aktivatas sosial ekonomi yang turun
temurun tanpa kreasi dan inovasi. Akibat lanjutnya produktivitas kerjanyapun sangat rendah
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara memadai. Karena terkadang
seorang anak perempua nmemutuskan untuka menikah diusia yang tergolong muda.
Pendidikan dapat mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usia untuk menikah.
Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka secara teoritis makin tinggi
pula usia kawin pertamanya. Seorang wanita yang tamat sekolah lanjutan tingkat pertamanya
berarti sekurang-kurangnya ia menikah pada usia di atas 16 tahun ke atas, bila menikah diusia
lanjutan tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila
menikah setelah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berarti sekurang-kurangnya
berusia di atas 22 tahun.

2.3.3 Faktor Keluarga/ Orang tua


Biasanya orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya untuk menikah secepatnya padahal
umur mereka belum matang untuk melangsungkan pernikahan, karena orang tua dan keluarga
khawatir anaknya melakukan hal-hal yang tidak di inginkan karena anak perempuannya
berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera menikahkan anaknya. Hal

6
ini merupakan hal yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai
anak gadis tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah.

2.3.4 Faktor kemauan sendiri


Hal ini disebabkan karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan adanya
pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media yang lain, sehingga bagi mereka
yang telah mempunyai pasangan atau kekasih terpengaruh untuk melakukan pernikahan di
usia muda.

2.3.5 Faktor Media massa


Media cetak maupun elektronik merupakan media massa yang paling banyak digunakan
oleh masyarakat kota maupun desa. Oleh karena itu, media masa sering digunakan sebagai
alat menstransformasikan informasi dari dua arah, yaitu dari media massa ke arah masyarakat
atau menstransformasi diantara masyarakat itu sendiri.
Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini yang dikenal dengan
era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di
Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berdampak positif tetapi di sisi lain juga berdampak
negatif. Dampak posifitnya, munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara
pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaualan bebas dan
pornografi. Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan bebas dan
seks bebas.
Menurut Rohmahwati (2008) paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku
porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara langsung
maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah.

2.3.6 Faktor MBA (Marriage By Acident)


Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah bisa disaksikan
dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Pernikahan pada usia remaja pada
akhirnya menimbulkan masalah tidak kalah peliknya. Jadi dalam situasi apapun tingkah laku

7
seksual pada remaja tidak pernah menguntungkan, pada hal masa remaja adalah periode
peralihan ke masa dewasa. Selain itu, pasangan yang menikah karena “kecelakaan” atau hamil
sebelum menikah mempunyai motivasi untuk melakukan pernikahan usia muda karena ada
suatu paksaan yaitu untuk menutupi aib yang terlanjur terjadi bukan atas dasar pentingnya
pernikahan.
Berdasarkan data penelitian disejumlah daerah menunjukkan adanya trend peningkatan
perilaku seks di luar nikah. Beberapa penelitian menunjukkan 21- 30% remaja Indonesia
dikota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta, telah melakukan hubungan seks
pranikah dikalangan remaja
(http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Artikel/075.%20Menyelamatkan%20Generasi%20
Muda%20(5%20November%202008).pdf diakses pukul 23:10 WIB,27 Oktober 2018)
Data hasil penelitian Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di kota besar (Medan,
Jakarta Pusat, Bandung dan Surabaya) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa 35,9% remaja
mempunyai teman yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah dan 6,9%
responden telah melakuka hubungan sex pranikah.

2.4 Dampak Pernikahan Dini


2.4.1 Dampak Positif
Berbagai dampak positif pernikahan dini atau perkawinan dibawah umur dapat
dikemukakan sebagai berikut.:
a. Dukungan emosional
Dengan dukungan emosional maka dapa tmelatih kecerdasan emosional dan
spiritual dalam diri setiap pasangan (ESQ).
b. Dukungan keuangan
Dengan menikah di usia dini dapat meringankan beban ekonomi menjadi lebih
menghemat.
c. Kebebasan yang lebih
Dengan berada jauh dari rumah maka menjadikan mereka bebas melakukan hal
sesuai keputusannya untuk menjalani hidup mereka secara finansial dan emosional.
d. Belajar memikul tanggung jawab di usia dini

8
Banyak pemuda yang waktu masa sebelum nikah tanggung jawabnya masih
kecildikarenakan ada orang tua mereka, disini mereka harus dapatmengatur urusan
mereka tanpa bergantung pada orang tua.
e. Terbebas dari perbuatan maksiat seperti zina dan lain-lain

2.4.2 Dampak Negatif


Berbagai dampak positif pernikahan dini atau perkawinan dibawah umur dapat
dikemukakan sebagai berikut.:
a. Dampak biologis
Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju
kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan
jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru
akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan
organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak. Patut dipertanyakan apakah
hubungan seks yang demikian atas dasar kesetaraan dalam hak reproduksi antara
isteri dan suami atau adanya kekerasan seksual dan pemaksaan (penggagahan)
terhadap seorang anak.
b. Dampak psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga
akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit
disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada
perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan
perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan (Wajar 9
tahun), hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang
melekat dalam diri anak.
c. Dampak sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat
patriarki, yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya
dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan
ajaran agama apapun termasuk agama Islam (Rahmatan lil Alamin) yang sangat

9
menghormati perempuan. Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang
akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.
d. Dampak perilaku seksual menyimpang
Adanya prilaku seksual yang menyimpang yaitu prilaku yang gemar berhubungan
seks dengan anak-anak yang dikenal dengan istilah pedofilia. Perbuatan ini jelas
merupakan tindakan ilegal (menggunakan seks anak), namun dikemas dengan
perkawinan seakan-akan menjadi legal. Hal ini bertentangan dengan UU.No.23 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak khususnya pasal 81, ancamannya pidana penjara
maksimum 15 tahun, minimum 3 tahun dan pidana denda maksimum 300 juta dan
minimum 60 juta rupiah. Apabila tidak diambil tindakan hukum terhadap orang yang
menggunakan seksualitas anak secara ilegal akan menyebabkan tidak ada efek jera
dari pelaku bahkan akan menjadi contoh bagi yang lain.
e. Dampak terhadap suami
Tidak bisa dipungkiri bahwa pada pasangan suami istri yang telah melangsungkan
perkawinan di usia muda tidak bisa memnuhi atau tidak mengetahui hak dan
kewajibannya sebagai suami istri. Hal tersebut timbul dikarenakan belum matangnya
fisik maupun mental mereka yang cenderung keduanya memiliki sifat keegoisan
yang tinggi.
f. Dampak terhadap anak-anaknya
Masyarakat yang telah melangsungkan perkawinan pada usia muda atau di bawah
umur akan membawa dampak. Selain berdampak pada pasangan yang
melangsungkan perkawinan pada usia muda, perkawinan usia muda juga berdampak
pada anak-anaknya. Karena bagi wanita yang melangsungkan perkawinan di bawah
umur 20 tahun, bila hamil akan mengalami gangguan pada kandungannya dan
banyak juga dari mereka yang melahirkan anak yang prematur.
g. Dampak terhadap masing-masing keluarga
Selain berdampak pada pasagan suami-istri dan anak-anaknya perkawinan di
usia muda juga akan membawa dampak terhadap masing-masing keluarganya.
Apabila perkawinan di antarta anak-anak mereka lancar, sudah barang tentu akan
menguntungkan orang tuanya masing-masing. Namun apabila sebaliknya keadaan

10
rumah tangga mereka tidak bahagia dan akhirnya akan terjadi perceraian. Hal ini
akan mengkibatkan bertambahnya biaya hidup mereka dan yang palinng parah lagi
akan memutuskan tali kekeluargaan diantara kedua belah pihak.

2.5 Resiko Kesehatan Pernikahan Dini


Resiko kesehatan terutama terjadi pada pasangan wanita pada saat mengalami kehamilan
dan persalinan. Kehamilan mempunyai dampak negative terhadap kesejahteraan seorang
remaja. Sebenarnya ia belum siap mental untuk hamil, namun karena keadaan ia terpaksa,
menerima kehamilan resiko tinggi. Berikut ini beberepa resiko tinggi kehamilan dan
persalinan yang dapat di alami oleh remaja (usia kurang dari 20 tahun):
1. Kurang darah (Anemi) pada masa kehamilan dangan akibat yang buruk bagi janin yang
di kandungnya seperti pertumbuhan janin yang terlambat, kelahiran premature(tidak
cukup bulan).
2. Kurang gizi pada masa kehamilan yang dapat mengakibatkan perkembangan biologois
dan kecerdasan janin terhambat. Bayi lahir dengan berat badan rendah.
3. Penyulit pada saat melahirkan seperti perdarahan dan persalinan lama.
4. Keracunan kehamilan, yang di tandai bengkak teruta,ma di kaki dan tangan serta
tekanan darah tinggi. Bila ini tidak mendapat pengobatan yang baik dan benar, maka
keadaan ini dapat menimbulkan kejang-kejang yang pada gilirannya dapat membawa
maut baik pada bayi maupun ibunya.
5. Ketidakseimbangan besar bayi dengan lebar panggul. Biasanya ini akan menyebabkan
macetnya persalinan. Bila tidak diakhiri dengan operasi Caesar maka keadaan ini akan
menyebabkan kematian ibu maupun janinya.
6. Pasangan yang kurang siap untuk menerima kehamilan cenderung untuk mencoba
melakukan pengguguran kandungan (Aborsi) yang dapat berakibat kematian bagi
wanita.
7. Karena kurang pengetahuan dan perawatan kesehatan reproduksi, pernikahan dini
beresiko tinggi untuk tertular penyakit menular seksual, seperti keputihan yang tidak
normal, kencing sakit dll.

11
8. Kemungkinan terjadinya kanker serviks (kanker dari leher Rahim wanita) pada
perkawinan usia muda lebih besar dari pada mereka yang kawin pada usia kira-kira dua
kali lipat untuk mendapatkan kanker di bandingkan dengan wanita yang menikah pada
umur yang lebih tua.
9. Resiko kematian ibu dan janin pada saat persalinan 2-4 kali lebih tinggi dari persalinan
wanita usia 20 sampai 35 tahun.
10. Anak-anak yang di lahirkan oleh ibu remaja mengalami beberapa masalah antara lain:
Perkembangan yang terhambat, premature (berat badan lahir rendah). Hal ini
selanjutnya akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan fisik
maupun mental anak.

Pernikahan dini bukanlah satu-satunya solusi, karena pernikahan dini justru bisa menimbulkan
perkara lain. Berikut ini adalah alasan pernikahan dini sebaiknya tidak terjadi, di antaranya:
 Risiko penyakit seksual meningkat
Di dalam sebuah pernikahan, pasti terjadi hubungan seksual. Sedangkan hubungan seksual
yang dilakukan oleh seseorang di bawah usia 18 tahun akan cenderung lebih berisiko
terkena penyakit menular seksual, seperti HIV. Begitu Hal ini karena pengetahuan
tentang seks yang sehat dan aman masih minim.
 Risiko kekerasan seksual meningkat
Studi menunjukkan bahwa dibandingkan dengan wanita yang menikah pada usia dewasa,
perempuan yang menikah pada usia di bawah 18 tahun lebih cenderung mengalami
kekerasan dari pasangannya. Alasannya karena pada usia ini, ditambah dengan kurangnya
pengetahuan dan pendidikan, seorang perempuan di usia muda akan lebih sulit dan
cenderung tidak berdaya menolak hubungan seks.
Meski awalnya pernikahan dini dimaksudkan untuk melindungi diri dari kekerasan
seksual, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Risiko kekerasan semakin tinggi,
terutama jika jarak usia antara suami dan istri semakin jauh.
 Risiko pada kehamilan meningkat
Kehamilan di usia dini bukanlah hal yang mudah dan cenderung lebih berisiko. Deretan
risiko yang mungkin terjadi pun tidak main-main dan bisa membahayakan bagi ibu maupun

12
janin. Pada janin, risiko yang mungkin terjadi adalah bayi terlahir prematur dan berat badan
lahir yang rendah. Bayi juga bisa mengalami masalah pada tumbuh kembang karena
berisiko lebih tinggi mengalami gangguan sejak lahir, ditambah kurangnya pengetahuan
orang tua dalam merawatnya.
Sedangkan ibu yang masih remaja juga lebih berisiko mengalami anemia dan preeklamsia.
Kondisi inilah yang akan memengaruhi kondisi perkembangan janin. Jika preeklamsia
sudah menjadi eklamsia, kondisi ini akan membahayakan ibu dan janin bahkan dapat
mengakibatkan kematian.
 Risiko mengalami masalah psikologis
Tidak hanya dampak fisik, gangguan mental dan psikologis juga berisiko lebih tinggi
terjadi pada wanita yang menikah di usia remaja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
semakin muda usia wanita saat menikah, maka semakin tinggi risikonya terkena gangguan
mental, seperti gangguan kecemasan, gangguan mood, dan depresi, di kemudian hari.
 Risiko memiliki tingkat sosial dan ekonomi yang rendah
Tidak hanya dari segi kesehatan, pernikahan dini juga bisa dikatakan merampas hak masa
remaja perempuan itu sendiri. Di mana pada masa itu seharusnya dipenuhi oleh bermain
dan belajar untuk mencapai masa depan dan kemampuan finansial yang lebih baik. Namun
kesempatan ini justru ditukar dengan beban pernikahan dan mengurus anak. Sebagian dari
mereka yang menjalani pernikahan dini cenderung putus sekolah, karena mau tidak mau
harus memenuhi tanggung jawabnya setelah menikah. Begitu juga dengan remaja pria yang
secara psikologis belum siap menanggung nafkah dan berperan sebagai suami dan ayah.
(https://www.alodokter.com/ini-alasan-pernikahan-dini-tidak-disarankan diakses pukul
23.30 WIB, 27 Oktober 2018)
 Menurut Ahli
Ahli pertama, konsultan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi dokter Julianto
Witjaksono menerangkan banyak terjadi resiko penyakit dan kelainan terutama saat
kehamilan muda. “Karena secara biologis perempuan di bawah usia 20 tahun belum siap,
sehingga resikonya sangat tinggi bagi ibu dan bayi,”
Ahli kedua, dokter Kartono Mohamad, mengatakan kehamilan dan kelahiran merupakan
penyebab utama kematian remaja usia 15-19 tahun secara global. Bahkan, kehamilan pada

13
usia remaja meningkatkan resiko kematian bagi ibu dan janinnya di negara berkembang.
bayi yang dilahirkan oleh ibu di bawah usia 20 tahun mempunyai risiko 50 persen lebih
tinggi untuk meninggal saat lahir. “Selain itu, bayi yang dilahirkan ibu remaja cenderung
lahir dengan berat badan rendah dan resiko kesehatan lainnya yang dapat berdampak
jangka panjang,”
Ahli lain, anggota Dewan Pembina Yayasan Kesehatan Perempuan Indonesia Saparinah
Sadli meyakini konstitusi tidak menentukan batas usia perkawinan antara laki-laki dan
perempuan. Tetapi UU Perkawinan justru membuat batasan yang justru merugikan bagi
perempuan.
“Karena itu, tingginya angka kematian ibu di Indonesia dan tertinggi di Asia (akibat nikah
muda) berarti menghilangkan hak kesehatan perempuan,” ujar Guru Besar Emeritus
Fakultas Psikologi UI ini.

14
BAB III
HASIL PENELITIAN

15
Dari beberapa responden yang telah mengisi kuisioner mengenai pernikahan diketahui
bahwa dampak Positif terbesar yaitu Menghindari zina. Dan untuk dampak negatif yaitu
kurang sempurnya dalam fisik, pemikiran, psikis dan materi/financial.

16
BAB IV
TINJAUAN ISLAMI
4.1. Pengertian menurut etimologi
Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, pernikahan disebut dengan berasal dari kata an-nikh
dan azziwaj yang memiliki arti melalui, menginjak, berjalan di atas, menaiki, dan
bersenggema atau bersetubuh. Di sisi lain nikah juga berasal dari istilah Adh-dhammu, yang
memiliki arti merangkum, menyatukan dan mengumpulkan serta sikap yang ramah. adapun
pernikahan yang berasalh dari kata aljam’u yang berarti menghimpun atau mengumpulkan.
Pernikahan dalam istilah ilmu fiqih disebut ( ‫ ) نكاح‬,( ‫ ) زواج‬keduanya berasal dari bahasa arab.
Nikah dalam bahasa arab mempunyai dua arti yaitu ( ‫ ) الوطء والضم‬baik arti secara hakiki ( ‫الضم‬
) yakni menindih atau berhimpit serta arti dalam kiasan ( ‫ ) الوطء‬yakni perjanjian atau
bersetubuh.
4.2. Pengertian Menurut Istilah
Adapun makna tentang pernikahan secara istilah masing-masing ulama fikih memiliki
pendapatnya sendiri antara lain :
1. Ulama Hanafiyah mengartikan pernikahan sebagai suatu akad yang membuat
pernikahan menjadikan seorang laki-laki dapat memiliki dan menggunakan perempuan
termasuk seluruh anggota badannya untuk mendapatkan sebuah kepuasan atau kenikmatan.
2. Ulama Syafi’iyah menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad dengan
menggunakan lafal ‫ ُح حاكَكنِن‬, atau ‫ كَ ز كَ وا ُح ج‬, yang memiliki arti pernikahan menyebabkan
pasangan mendapatkan kesenanagn.
3. Ulama Malikiyah menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad atau
perjanjian yang dilakukan untuk mendapatkan kepuasan tanpa adanya harga yang dibayar.
4. Ulama Hanabilah menyebutkan bahwa pernikahan adalah akad dengan
menggunakan lafal ‫ان ْن ن كَ كا ُح ح‬
ِ atau ‫ كَ ْن ِن و ْن ُح ج‬yang artinya pernikahan membuat laki-
laki dan perempuan dapat memiliki kepuasan satu sama lain.
5. Saleh Al Utsaimin, berpendapat bahwa nikah adalah pertalian hubungan antara
laki-laki dan perempuan dengan maksud agar masing-masing dapat menikmati yang lain dan
untuk membentuk keluaga yang saleh dan membangun masyarakat yang bersih

17
6. Muhammad Abu Zahrah di dalam kitabnya al-ahwal al-syakhsiyyah, menjelaskan
bahwa nikah adalah akad yang berakibat pasangan laki-laki dan wanita menjadi halal dalam
melakukan bersenggema serta adanya hak dan kewajiban diantara keduanya.

Menurut hukum Islam, pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki

dan seorang perempuan untuk hidup bersama dalam suatu keluarga atau untuk berketurunan,

yang dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan hukum. 2 Kemudian dalam buku " Fiqih

Islam " dijelaskan bahwa perkawinan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan

membatasi hak dan kewajiban serta bertolong-tolongan antara laki- laki dan perempuan yang

antara keduanya bukan muhrim. Perkawinan atau pernikahan adalah cara yang baik untuk

menjaga kelestarian manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi yang mempunyai

kewajiban untuk menjaga dan memanfaatkan hasil alam untuk kehidupannya. Pernikahan juga

menjaga manusia dari sifat kebinatangan yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan

berhubungan antara jantan dan betinanya secara bebas tanpa ada aturan yang mengaturnya,

sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara baik dan berdasarkan rasa

saling ridha dengan upacara ijab qabul sebagai lambang adanya rasa saling suka dan dihadiri

oleh para saksi yang menyaksikan kedua mempelai telah menjalin suatu ikatan suci.

Perkawinan atau pernikahan bukan khusus bagi makhluk manusia semata, setiap makhluk

ciptaan Allah semuanya mempunyai naluri yang melahirkan dorongan seksual. Setiap

makhluk hidup di muka bumi ini diciptakan secara berpasangan dan masing-masing berusaha

untuk mencari dan menemukan pasangannya untuk saling melangkapi demi memelihara

eksistensinya.3 Tidak ada satu naluri yang lebih kuat melebihi naluri dorongan pertemuan dua

makhluk yang berlainan jenis, karena itu adalah ciptaan dan pengaturan Ilahi.

18
"Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
kebesaran Allah." Q.S al-Dzariyat (51): 49

Perkawinan adalah sunatullah dalam arti "ketetapan Tuhan yang diberlakukan

terhadap semua makhluk. Sedangkan menurut Quraish Shihab, perkawinan adalah

"aksi dari satu pihak yang diterima oleh reaksi dari pihak lain, yang satu

mempenngaruhi dan yang lain dipengaruhi."5 Perkawinan atau (meminjam istilah

Quraish) 'keberpasangan' sudah dikenal umat manusia sejak awal sejarah

kehadirannya di pentas alam raya ini dan hingga kini tersebar di semua masyarakat

manusia.

Kebersamaan dalam ikatan perkawinan, merupakan puncak penyatuan jiwa, akal,

harapan, dan cita-cita sebelum penyatuan badan. Itu sebabnya perkawinan dinamai

dengan istilah nikah yang secara harfiah berarti 'penyatuan'. Dengan demikian, maka

kebersamaan dalam hidup rumah tangga adalah bentuk kebersamaan yang paling

mendukung lahirnya ketenangan dan ketentraman hidup.

Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan tersebut diketahui bahwa sebagai

suatu ibadah yang berupa ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang

perempuan maka pernikahan mempunyai beberapa syarat dan rukun yang telah

ditetapkan berdasarkan ketentuan hukum syari'ah.6

19
4.3 Dalil Pernikahan
Sebagaimana ibadah lainnya, pernikahan memiliki dasar hukum yang menjadikannya
disarankan untuk dilakukan oleh umat islam. Adapun dasar hukum pernikahan berdasarkan
Al Qur’an dan Hadits adalah sebagai berikut :

‫اس أ َي ُّ َه ا ي َ ا‬ ُ َّ ‫ال َّ ِذ ي َر ب َّ كُ مُ ا ت َّق ُوا ال ن‬ ‫ن َ فْ س ِم ْن َخ ل َ ق َ كُ ْم‬ ‫اح د َة‬


ِ ‫ق َو‬ َ َ ‫ِم نْ َه ا َو َخ ل‬
‫ث زَ ْو َج َه ا‬ َّ َ ‫ال ِم نْ ُه َم ا َو ب‬ً ‫ير ا ِر َج‬ ً ِ ‫كَ ث‬ ‫َو ا ت َّق ُوا ۚ َو ن ِ سَ ا ًء‬ َّ ‫ت َسَ ا َء ل ُو َن ال َّ ِذ ي‬
َ ‫ّللا‬
َ ‫اْل َ ْر َح‬
‫ام ب ِ ِه‬ ْ ‫ّللا َ إ ِ َّن ۚ َو‬
َّ ‫َر ق ِ ي ب ً ا عَ ل َ يْ كُ ْم كَ ا َن‬
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. (Q.S. An-Nisaa’ : 1).

‫اْل َي َ ا َم ى َو أ َنْ ِك ُح وا‬ ْ ‫ي َ كُ و ن ُ وا إ ِ ْن ۚ َو إ ِ َم ا ئ ِ كُ ْم ِع ب َ ا ِد كُ ْم ِم ْن َو ال صَّ ا لِ ِح ي َن ِم نْ كُ ْم‬


‫ّللا ُ ي ُ غْ ن ِ ِه مُ ف ُ ق َ َر ا َء‬
َّ ‫ض لِ ِه ِم ْن‬
ْ َ ‫ّللا ُ ۚ ف‬ َّ ‫عَ لِ يم َو ا ِس ع َو‬
”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu,dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.
dan Allah Maha Luas (pemberian- Nya) lagi Maha mengetahui” .(Q.S. An-Nuur : 32)

20
‫ق أ َ ْن آ ي َ ا ت ِ ِه َو ِم ْن‬ َ َ ‫َخ ل‬ ‫س كُ ن ُوا أ َ ْز َو ا ًج ا أ َنْ ف ُ ِس كُ ْم ِم ْن ل َ كُ ْم‬ْ َ ‫َو َج ع َ َل إ ِ ل َ يْ َه ا لِ ت‬
‫ۚ َو َر ْح َم ة ً َم َو د َّة ً ب َ يْ ن َ كُ ْم‬ ‫ك ف ِ ي إ ِ َّن‬ َ ِ‫ي َ ت َف َ كَّ ُر و َن لِ ق َ ْو م ََل ي َ ات ذ َ ل‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan- Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Q.S. Ar-Ruum : 21).

”Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah memiliki kemampuan untuk
menikah, hendaklah dia menikah; karena menikah lebih menundukkan pandangan dan lebih
menjaga kemaluan. Adapun bagi siapa saja yang belum mampu menikah, hendaklah ia
berpuasa; karena berpuasa itu merupakan peredam (syahwat)nya”.

4.4 Hukum Pernikahan


Dalam agama islam pernikahan memiliki hukum yang disesuaikan dengan kondisi atau
situasi orang yang akan menikah. Berikut hukum pernikahan menurut islam
 Wajib, jika orang tersebut memiliki kemampuan untuk menikah dan jika tidak
menikah ia bisa tergelincir perbuatan zina (baca zina dalam islam)
 Sunnah, berlaku bagi seseorang yang memiliki kemampuan untuk menikah namun
jika tidak menikah ia tidak akan tergelincir perbuatan zina
 Makruh, jika ia memiliki kemampuan untuk menikah dan mampu menahan diri dari
zina tapi ia memiliki keinginan yang kuat untuk menikah
 Mubah, jika seseorang hanya menikah meskipun ia memiliki kemampuan untuk
menikah dan mampu menghindarkan diri dari zina, ia hanya menikah untuk kesenangan
semata
 Haram, jika seseorang tidak memiliki kemampuan untuk menikah dan
dikhawatirkan jika menikah ia akan menelantarkan istrinya atau tidak dapat
memenuhi kewajiban suami terhadap istri dan sebaliknya istri tidak dapat
memenuhi kewajiban istri terhadap suaminya. Pernikahan juga haram hukumnya apabila
menikahi mahram atau pernikahan sedarah.

21
4.5 Rukun dan Syarat Pernikahan
Pernikahan dalam islam memiliki beberapa syarat dan rukun yang harus dipenuhi agar
pernikahan tersebut sah hukumnya di mata agama baik menikah secara resmi maupun nikah
siri. Berikut ini adalah syarat-syarat akad nikah dan rukun yang harus dipenuhi dalam sebuah
pernikahan misalnya nikah tanpa wali maupun ijab kabul hukumnya tidak sah.
4.5.1 Rukun Nikah
Rukun pernikahan adalah sesuatu yang harus ada dalam pelaksanaan pernikahan,
mencakup :
1. Calon mempelai laki-laki dan perempuan
2. Wali dari pihak mempelai perempuan
3. Dua orang saksi
4. Ijab kabul yang sighat nikah yang di ucapkan oleh wali pihak perempuan dan
dijawab oleh calon mempelai laki-laki.
4.5.2 Syarat Nikah
Adapun syarat dari masing-masing rukun tersebut adalah
1. Calon suami dengan syarat-syarat berikut ini
 Beragama Islam
 Berjenis kelamin Laki-laki
 Ada orangnya atau jelas identitasnya
 Setuju untuk menikah
 Tidak memiliki halangan untuk menikah
2. Calon istri dengan syarat-syarat
 Beragama Islam
 Berjenis kelamin Perempuan
 Ada orangnya atau jelas identitasnya
 Setuju untuk menikah
 Tidak terhalang untuk menikah
3. Wali nikah dengan syarat-syarat wali nikah sebagai berikut (baca juga urutan wali
nikah).
 Laki-laki

22
 Dewasa
 Mempunyai hak perwalian atas mempelai wanita
 Adil
 Beragama Islam
 Berakal Sehat
 Tidak sedang berihram haji atau umrah
4. Saksi nikah dalam perkawinan harus memenuhi beberapa syarat berikut ini ;
 Minimal terdiri dari dua orang laki-laki
 Hadir dalam proses ijab qabul
 mengerti maksud akad nikah
 beragama islam
 Adil
 dewasa
5. Ijab qobul dengan syarat-syarat, harus memenuhi syarat berikut ini :
 Dilakukan dengan bahasa yang mudah dimengerti kedua belah pihak baik oleh
pelaku akad dan penerima aqad dan saksi. Ucapan akad nikah juga haruslah jelas dan dapat
didengar oleh para saksi.
Fikih pernikahan atau munakahat adalah salah satu ilmu yang mesti dipelajari dan
diketahui umat islam pada umumnya agar pernikahan dapat berjalan sesuai dengan tuntunan
syariat agama dan menghindarkan hal-hal yang dapat membatalkan pernikahan.

4.6 Keutamaan Menikah Muda

1. Romantis
Menikah adalah bukti cinta sejati. Ia adalah lambang dari romantisme yang hakiki.
Perlu diketahui muda-mudi yang suka tebar pesona sok romantis, supaya tidak ada lagi yang
tertipu sama gombalan dan modus.
Jangan percaya kalau ada orang yang bilang cinta, kalau gak ada progres dari ucapannya.
Buktikan, setidaknya dengan melamar.

23
Jangan tergoda hanya dengan puisi dan bunga, sebenarnya dia gak benar-benar punya rasa.
Buktinya, dia gak pernah berikrar dan membawa mahar.
Tepat sekali jika Rasulullah -alaihis shalatu was salam- berkata, mengenai romantisme
pernikahan ini:

ِ ‫ ِل ْل ُمت َ َحابِينَ ِمثْ ُل النِك‬-‫لَ ْم ن ََر – ي َُر‬


‫َاح‬
“Tidak ada romantisme yang lebih indah bagi dua orang yang saling mencintai selian
menikah.” (Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi dan dishahihkah oleh Albani)
2. Membangun Keseimbangan Awal
Usia muda adalah masa ketika gejolak jiwa mulai bertumbuh, dan merupakan masa dimana
Anda butuh seseorang untuk menopang diri dan hidup agar masa depan kita lebih teratur,
terarah, dan seimbang.
Adalah sangat bermanfaat ketika masa muda disibukkan dalam karir, meskipun lelah
menghadapi kesulitan dan tantangan, namun selalu ada seseorang yang mendampingi Anda
menghadapi itu semua.
Ia akan menjadi tempat mengungkapkan setiap keluh kesah yang Anda alami dalam hidup.
Ia juga merupakan penerang ketika Anda mendapati jalan yang gelap lagi buntu.
3. Saat Terbaik Untuk Saling Menyesuaikan
Jika kita perhatikan, akhir-akhir ini di daerah perkotaan sangat marak perceraian, belum
lagi perceraian ini dialami para selebritis kemudian disiarkan media.
Sebenarnya apakah yang menyebabkan hal ini bisa terjadi?
Pasalnya, banyak pemuda-pemudi yang ikutan alergi terhadap pernikahan sweet
seventeen. Tentu saja berimbas pada jumlah remaja pacaran, segan menikah, takut sama orang
tua, akibat minim kedewasaan, dengan alasan ingin mengenal calon pasangan terlebih dahulu.
Padahal, paling asyik mengenal pasangan itu setelah akad nikah. Toh pacaran diluar nikah
tidak menjamin kita mengenal pasangan. Buktinya, banyak orang dewasa yang bercerai
meskipun sudah pacaran 5-10 tahun. Toh pacaran bisa berkedok, sok baik, sok rajin,
pakai makeup.
Bayangkan sebaliknya, jika dua individu yang telah kuat dalam suatu prinsip, kemudian
disatukan dalam rumah tangga. Lantas ternyata setelah menikah ditemukan ketidak cocokan

24
pada prinsip masing-masing, bukankah hal ini akan lebih mudah menghancurkan sebuah
pernikahan?
Menikah di usia muda itu bagai membentuk sebuah adonan kue, Anda akan belajar
bagaimana caranya untuk lebih saling mengerti dan memahami. Witing tresno jalaran soko
kulino.
Menyesuaikan karakter akan lebih mudah dilakukan saat usia masih muda, karena suami-
istri masih lebih terbuka untuk belajar. Shaleh Abdul Qudus berkata,
ْ
ُ‫ وال يلينُ ِإذا قَ َّو ْمتَهُ ال َخشَب‬# ‫اعتدلت‬ ‫صونَ ِإذا قَ َّو ْمت َها‬
ُ ُ‫إن الغ‬
RANTING MUDA ITU MUDAH SEKALI DILURUSKAN, JIKA KAU MAU. TIDAK SESULIT
DAHAN POHON TUA YANG KAKU.
4. Mencari Pasangan Sempurna
Tidak sulit mencari pasangan yang sempurna. Selama kita tidak memperumit diri kita
dengan bejibun kriteria.
Ketahuilah, ketika kesempurnaan adalah syarat sesorang boleh menikah dengan kita, maka
kita telah menjadi orang yang egois. Karena kita hanya menuntut orang lain, sedangkan diri
sendiri tidak sempurna.
Dalam perjalanannya, rumah tangga tidak akan selalu indah seperti pengantin baru. Seiring
dengan waktu, sifat asli pasangan pun akan kelihatan.
Yang awalnya sempurna bagi kita, sangat mungkin berubah menjadi sosok yang paling
menjengkelkan di dunia.
Yang awalnya biasa-biasa saja, tidak menutup kemungkinan akan jadi lebih baik, bahkan
membangun chemistry (baca: kemistri) terpendam hingga kita merasa “dialah jawaban atas
doaku”.
Selama mengarungi bahtera rumah tangga, setiap pihak akan belajar bagaimana karakter
yang disukai dan dibenci oleh pasangannya.
Hakikatnya, kesempurnaan hanyalah milik Allah . Karenanya, kalau mau pasangan
sempurna harus dibangun di atas standar Rabbul Alamin yakni aqidah dan agama.
Perlu ditekankan, jangan karena kita berbicara tentang kesempurnaan, lantas kita
berperinsip “gak sempurna gak apa” termasuk dalam hal agama.
5. Berjuang Menjaga Kesucian

25
Tak dapat dipungkiri, kebutuhan seksual adalah fitrah manusia yang harus terpenuhi. Siapa
saja, pria atau wanita boleh mendapatkannya. Tentu saja melalui prosedur KUA, yakni
penikahan yang sah menurut agama.
Makanya, Islam tidak pernah melarang siapapun untuk menikah. Mau itu ustadz, profesor,
ulama, guru, pengurus masjid, semuanya boleh nikah tanpa terkecuali.
Dengan pernikahan, hasrat seksual akan lebih mudah diatasi. Tentu saja lebih melindungi
diri dari maksiat kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallalahu `alahi wassalam:
‫ ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له‬، ‫ وأحصن للفرج‬، ‫ من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه أغض للبصر‬، ‫يا معشر الشباب‬
‫وجاء‬
Wahai para pemuda! Siapa saja di antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka
menikahlah, karena pernikahan itu dapat menundukkan pandangan dan lebih membentengi
farji (kemaluan). Siapa saja yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu
perisai bagi dirinya. (al-Bukhari)
ۚSecara otomatis, melalui pernikahan, potensi untuk melakukan maksiat akan berkurang.
Jangankan zina, melamun saja sudah menjauhkan kita dari mengingat Allah, terlebih
ngelamunin lawan jenis. Kalau sudah punya pasangan kan bisa ngelamunin suami/istri.
Dengan menikah, nilai ketakwaan kita di hadapan Allah juga bertambah. Secara tidak
langsung, pernikahan menjaga diri kita sekaligus agama Islam.
Sebagaimana sabda Rasulullah :
‫من تزوج فقد أحرز شطر دينه فليتق هللا في الشطر الثاني‬
Siapa saja menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Hendaklah ia
bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (Thabarani dan Hakim)
Meskipun hadits di atas dianggap dhaif atau hasan li ghairihi, tapi kandungan maknanya
benar. Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumiddin berkomentar:
“Ini adalah isyarat tentang keutamaan menikah, dalam rangka melindungi diri dari
penyimpangan, agar terhindar dari kerusakan. Karena pada umumnya yang sering merusak
agama manusia adalah kemaluan dan perutnya. Dengan menikah, maka salah satunya telah
terpenuhi.”
Al-Qurthubi menlanjutkan:
“Makna hadits ini bahwa nikah akan melindungi orang dari zina.”

26
6. Kesiapan
Demi Allah! Orang yang menunggu untuk menjadi seseorang yang benar-benar sempurna
baik di bidang agama, sosial, atau materi sama saja tidak mau menikah. Karena kesempurnaan
adalah milik Allah.
Merupakan hal yang sangat terpuji jika seseorang berusaha semaksimal mungkin
memantaskan dirinya agar kelak dapat menjadi orang yang ideal bagi pasangan hidupnya.
Sangatlah mulia seorang hamba yang belajar al-Quran, memahami Hadist, menguasai
bahasa arab, mencari kekayaan, dan memupuk kedewasaan sebagai persiapan menikah.
Namun sangat disayangkan, jika kemapanan harta dan jenjang pendidikan dijadikan alasan
untuk menunda pernikahan. Apalagi dianggap sebagai satu-satunya kunci sukses
berumahtangga.
Sahabatku yang dicintai Allah, hidup itu seluruhnya adalah proses, proses mendewasakan
dan proses yang menjadikan seseorang lebih pantas.
Keputusan yang tepat adalah menikah meskipun masih miskin harta dan ilmu. Pernikahan
itu pun akan membuat amal dan ilmu lebih sempurna, selama pernikahan itu dipenuhi
semangat menuntut ilmu.
Janji suci itu pun juga akan membuatmu lebih kaya dan berkecukupan, sebagaimana firman
Allah azza wa jalla:
‫وأنكحوا األيامى منكم والصالحين من عبادكم وإمائكم إن يكونوا فقراء يغنهم هللا من فضله وهللا واسع عليم‬
Nikahkanlah orang-orang yang sendirian (jomblo) di antara kamu, dan orang-orang yang
patut (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan erempuan. Jika
mereka miskin, Allah akan cukupkan mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (an-Nur : 32)
7. Puncak Kebahagiaan
Pastinya semua manusia ingin bahagia. Walaupun bahagia itu sendiri berbeda-beda
menurut persepsi orang.
Bagi sebagian, bahagia itu sederhana, asal bisa beribadah walaupun miskin. Menurut yang
lain, bahagia adalah kepuasan meraih sukses (pendidikan tinggi, karir menanjak, nama baik,
penghargaan dll).

27
Terserah yang mana, apapun itu. Kalau Anda kelompok pertama, menikahlah. Karena
pernikahan adalah ibadah dan menyejukkan.
Jika Anda golongan kedua, menikahlah. Karena dengan menikah, Anda akan merasakan
kesuksesan meskipun belum meraih cita-cita yang Anda targetkan. Menikah juga dapat
membimbing agar lebih cepat sampai tujuan. Karena pernikahan itu membuat kita jadi fokus.
Allah –subhanahu wa ta’ala– berfirman:
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri,2 supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Ia
menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian. Sungguh pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (ar-Rum : 21).
8. Gerbang Memiliki Keturunan
Jujur saja, sering kali kita dibuat tertawa lucu dan gemas saat melihat anak-anak dan balita.
Kita juga merasa bangga ketika menonton acara anak-anak berprestasi di TV dan lomba.
Tidak jarang kita membayangkan betapa bahagianya kita jika anak-anak itu adalah anak
kandung kita sendiri.
Semua orang baik, pasti ingin punya momongan. Dalam surat Ali Imran: 4, Allah
menyatakan bahwa anak-anak adalah penghias hidup manusia. Mereka mewarnai dengan
keindahan.
Mengenai anak ini Allah mengajarkan pada kita sebuah doa dalam al-Quran, agar
diberikan istri dan keturunan shalih yang menyejukkan hati:
‫ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما‬
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan (anak-cucu)
yang dapat menyenangkan hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa. (al-Furqan: 74)
Secara tidak langsung, ada 2 makna pada aya di atas:
Pertama, “kalau mau mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan, carilah dari anak-anak
kalian, mereka adalah tempat yang tepat”.
Kedua, “kalau mau punya anak, nikah dulu, punya pasangan dulu.”
Dalam tafsir as-Sam’ani, al-Qurazi berkata:

28
“TIDAK ADA YANG DAPAT MENYEJUKKAN MATA SEORANG MUKMIN SELAIN
MELIHAT ISTRI DAN KETURUNANNYA YANG BERTAKWA.”
9. Ibadah Yang Menyenangkan
Ceritanya ada 3 pemuda yang bertanya pada istri Nabi, bagaimana ibadah Rasul. Setelah
diberitahu, mereka merasa bahwa ibadah mereka masih sangat kurang jika dibandingkan
Rasul. Mereka termotivasi ingin beribadah semaksimal mungkin.
Salah satu diantara mereka akhirnya memutuskan untuk tekun ibadah dan menjauhi
pernikahan. Menurutnya, menikah dan memiliki pasangan hanya akan menambah beban
kehidupan. Setelah mengetahui kabar tiga sahabatnya ini, bukannya memberikan dorongan
dan semangat, justru Nabi Muhammad melarangnya dan mengatakan bahwa beliau beribadah,
juga menikah. (al-Bukhari: 5063, Muslim: 1401)
Hadits ini menunjukkan bahwa, lebih baik kurang ibadah tapi menikah, daripada bertahan
membujang meskipun tekun ibadah.
Lagi pula, siapa kita? Apa bisa ibadah 24 jam penuh tanpa tidur dan makan karena puasa
dan tahajjud?
Makanya, kalau gak bisa ibadah 7X24 jam, lebih baik menikah aja. Tidak mengekang diri,
ibadah lebih longgar karena nilainya lebih baik dari ibadah seharian penuh.
Bagaimana tidak asyik dan menyenangkan; menatap pasangan dapat rahmat Allah
berpegangan tangan menghapus dosa, suap-suapan dapat pahala.
10. Stamina dan Vitalitas yang Prima
Ketika Anda menikah di usia muda, maka kebugaran tubuh Anda sedang mencapai
puncaknya.
Bagi seorang wanita telah diketahui bawa menikah di atas usia 30 tahun akan menyebabkan
kurangnya kesempatan bagi mereka untuk dapat hamil dan memperoleh keturunan.
Selain itu, tubuh masih bisa diajak kompromi untuk bekerja keras dalam mencari nafkah
dan mendidik anak.
Bayangkan, seorang lelaki menikah di berusia 35 tahun. Saat anaknya baru masuk SMP,
umur sang bapak sudah hampir setengah abad, akan sangat sulit baginya dapat bekerja keras
lagi demi memenuhi kebutuhan anak dan rumah tangganya.

29
Kebalikannya, seseorang menikah di usia muda, misalkan 20 tahun. Esimasinya, ketika
berumur 21 atau 22 tahun, ia sudah memiliki keturunan. Ketika anaknya memasuki jenjang
kuliah dan hampir tamat, ia baru berusia 40 tahun.
Di usia 50 tahun, sudah bisa menimang cucu dan tidak perlu memeras otak terlalu keras
hanya untuk membiayai sekolah anak. Menikah muda, merasakan masa muda dan tua
bersama. Menikah tua, tidak akan merasakan masa muda bersama.
11. Indahnya Masa Muda Akan Hilang Karena Mengasuh Anak?
Banyak yang menyangka bahwa memiliki anak di usia muda, hanya akan melenyapkan
indahnya masa muda, karena direpotkan dalam mengasuh bayi.
Ini adalah pola pikir pengecut dan pemalas, karena menyerah sebelum mencoba.
Jika logika kita dipenuhi oleh hegemoni hura-hura, keluyuran, dan buang waktu. Tentu,
masa muda yang berisi kesenangan sesaat akan pudar. Tapi kalau pikiran kita berisi visi dan
misi ke depan, mengasuh anak tidak akan menghilangkan masa muda. Sebagai mana
dijelaskan dalam poin-poin di atas.
Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak tidak boleh dijadikan beban. Bahkan
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menganjurkan kita untuk memperbanyak anak.
Nikahilah perempuan yang penyayang lagi subur. Sungguh aku akan berbangga dengan
sebab banyaknya jumlah kalian (Ummat Nabi Muhammad) dihadapan para Nabi nanti pada
hari kiamat. (Shahih riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Sa’id bin Manshur dari jalan Anas bin
Malik)
Banyak anak, adalah sunnah Nabi. Kalau mau banyak anak, menikahlah selagi muda.
Juga, Rasulullah menerangkan akan keutamaan yang paling agung dari mempunyai anak,
yakni:
“Ketika manusia mati maka terputuslah dari semua amal kebaikannya kecuali tiga:
 Shadaqah jariyah [sedekah jangka panjang]
 ilmu yang bermanfaat [diamalkan], dan
 Anak shalih yang mendo’akannya” (Imam Muslim)
Sekali lagi tentang anak, bagaimana mungkin meraih doa anak shaleh, anak saja tidak
punya. Nikah saja ngak, gimana mau punya anak.3

30
Jangan pernah terbesit di pikiran kita bahwa banyaknya anak akan membuat sempit
kehidupan ekonomi, karena tidaklah Allah menciptakan seorang manusia ke permukaan bumi
melainkan telah Allah jamin rezekinya, Allah ta`ala berfirman:
Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah yang akan
memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka
adalah dosa yang besar. (al-Isra : 31)
Banyak anak, banyak rezeki adalah fakta. Karena setiap anak dilahirkan bersama rizkinya
masing-masing. So, jangan takut punya banyak anak.4
Menikah sakinah, mawaddah, wa rahmah
12. Menjauh Dari Zina
Telah diketahui bersama, dorongan seksual adalah fitrah manusia yang juga dimengeri
dalam ilmu biologi. Islam tidak memerintahkan untuk membuhuh nafsu, melainkan
mengendalikannya.
Sedangkan mengendalikan itu semua sangatlah sulit. 16, 17, 18, 19 tahun usia kita, makin
bertambah, makin bergejolak. Tentunya sangat berbahaya.
Dorongan tersebut lama-kelamaan tidak akan dapat ditahan, terlebih di zaman teknologi
ini. Di mana-mana banyak wanita berpakaian minim, ketat, bahkan telanjang. Akhirnya,
seorang dapat terjerumus dalam perzinaan. Inilah yang ingin dijaga oleh Agama Islam.
Sungguh, pernikahan akan semakin menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan, serta
menjauhkan dari perbuatan zina yang sangat dimurkai oleh Allah.
Jika hasrat muncul, orang yang sudah menikah dapat kembali pada pasangannya. Kalau
jomblo, bisa berbuat apa?
Rabb ta’ala berfirman:
Janganlah kamu mendekati zina; sungguh zina itu adalah perbuatan yang keji lagi jalan
yang buruk. (al-Isra: 32)
13. Keutamaan Dari Allah
Dalam surat al-Isra, Allah menjelaskan bebagai perintah dan larangannya. Termasuk
pernikahan dan kehidupan berumahtangga, yang kemudian ditutup dengan sebuah ayat yang
berbunyi:

31
Itulah (nikah) hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Janganlah kamu mengadakan
tuhan yang lain di selain Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka
secara hina lagi dijauhkan dari rahmat Allah. (al-Isra: 39)

4.7 Pernikahan yang dilarang Islam

1. Nikah Mut’ah.
Nikah mut’ah adalah nikah yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan hanya untuk
melampiaskan hawa nafsu dan bersenang-senang untuk sementara waktu. Nikah mut’ah
pernah diperbolehkan oleh Nabi Muhammad Saw. Namu pada perkembangan selanjutnya
Nabi Muhammad SAW melarangnya untuk selama-lamanya.
2. Nikah Syighar.
Nikah syighar adalah nikahnya seorang perempuan yang dinikahkan walinya dengan laki-
laki lain tanpa adanya mahar, dengan perjanjian bahwa laki-laki itu akan menikahkan wali
perempuan tersebut dengan wanita yang berada di bawah perwaliannya. Rasulullah secara
tegas telah melarang jenis pernikahan ini.
3. Nikah Tahlil.
Nikah tahlil ialah nikahnya seorang suami yang menthalaq istrinya yang sudah ia jima’,
agar bisa dinikahi lagi oleh suami pertamanya yang pernah menjatuhkan thalaq tiga (thalaq
bain) kepadanya. Nikah tahlil merupakan bentuk kerjasama negatif antara muhallil (suami
pertama) dan muhallal (suami kedua).
4. Nikah Berbeda Agama.
Allah Swt berfirman yang Artinya: “Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik
daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan
orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman.
Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik
meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke
surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat ayat-Nya kepada manusia
agar mereka mengambil pelajaran. (QS. AL-Baqarah : 221)

32
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pernikahan dini tentunya bersifat individual-relatif. Artinya ukuran kemaslahatan
dikembalikan kepada pribadi masing-masing. Jika dengan menikah usia muda
mampumenyelamatkan diri dari kubangan dosa dan lumpur kemaksiatan, maka menikah
adalah alternatif terbaik. Sebaliknya, jika dengan menunda pernikahan sampai pada usia
”matang” mengandung nilai positif, maka hal itu adalah yang lebih utama. Wallahu A’lam
Kebijakan pemerintah maupun hukum agama sama-sama mengandung unsu rmaslahat.
Pemerintah melarang pernikahan usia dini adalah dengan berbagai pertimbangan di atas.
Begitu pula agama tidak membatasi usia pernikahan, ternyata juga mempunyai nilai positif.
Sebuah permasalahan yang cukup dilematis.
5.2 Saran
Agar Pernikahan dini yang terjadi di masyarakat tidak semakin meningkat, sebagai orang
tua perlu terus menerus melakukan pendampingan pada anak agar dapattumbuh dan
berkembang sesuai dengan usianya. Selain itu juga para orang tua tidak membiarkan anak-
anak perempuannya yang masih belia, dipinangpria pujaan walau diiming-imingi
“anginsurga,” yang kemudian ternyata menghancurkan masa depan anak perempuan itu.

34
Daftar Pustaka
Aaqir. Bahaya Pergaulan Bebas. tanggal 18 oktober 2008, diakses dari
http://remaja.suaramerdeka.com/?p=265.
Abu Zahra, Al-Ahwa>l al-Syah{siyyah. Dar: al-Fikr al-'Arabi, tth.
Adhim, Muhmmad Fauzil. Diambang Pernikahan. Jakarta: Gema
Insani Press, 2002.
https://www.openulis.com/keutamaan-menikah-muda/
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3536550/menikah-di-usia-
remaja-apa-dampaknya-dari-sisi-kesehatan
https://almanhaj.or.id/3565-anjuran-untuk-menikah.html
https://www.alodokter.com/ini-alasan-pernikahan-dini-tidak-disarankan
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt542a69f1b601b/tiga-ahli-
benarkan-resiko-nikah-dini
http://darunnajah.com/hukum-hukum-pernikahan-dalam-islam/
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/fiqih-pernikahan
http://novaikayusa.blogspot.com/2015/05/makalah-resiko-pernikahan-
dini-di-usia.html
https://www.academia.edu/34297318/makalah_pernikahan_dini.docx
http://digilib.uin-suka.ac.id/3192/1/BAB%20I%2CV.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39469/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=66189FA69BF12D0446E5418FEC2D5E8E?sequ
ence=4
Menikah Bukan Sekedar Memadu Cinta, diakses dari
http://artikelkita.blogspot.com/2005/04/menikah-bukan-sekedar-
memadu-cinta.html
Sausan, Meriahkan Dunia dengan Menikah, diakses dari http://boemi-
islam.com/?q=node/658

35

Anda mungkin juga menyukai