Anda di halaman 1dari 11

Focus:

ISSN: 2620-3367 Vol. 3 No: 1 Hal: 29 - 38 Juli 2020


Jurnal Pekerjaan Sosial

ANALISIS DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP PSIKOLOGIS


REMAJA

Elprida Riyanny Syalis1, Nunung Nurwati2

Program Sarjana Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
1,2

Universitas Padjadjaran
elprida18001@mail.unpad.ac.id1, nngnurwati@yahoo.co.id2

ABSTRAK

Pernikahan merupakan salah satu prinsip dasar kehidupan yang paling penting dalam asosiasi atau masyarakat
yang sempurna. Namun ada satu fenomena dalam pernikahan ini yaitu pernikahan dini. Fenomena ini banyak
ditemui di negara negara berkembang salah satunya Indonesia. Penyebab dari fenomena ini diantaranya
karena kesulitan ekonomi, pendidikan yang rendah, paksaan dari orang tua, karena kecelakaan, dan karena
adat istiadat dari masyarakat setempat. Pernikahan dini memberikan dampak pada aspek biologis maupun
psikologis. Namun pada artikel ini kami akan membahas mengenai dampak pada aspek psikologis . Tujuan
dari kajian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai dampak dari pernikahan usia dini terhadap aspek
psikologis remaja. Fokus kajian ini pada remaja dengan alasan bahwa masa remaja merupakan masa
mencarian identitas diri.
Kajian ini menggunakan metode kajian literatur, data yang berasala dari penelusuran literatur dan dokumen
dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menimbulkan terjadinya
pernikahan dini yaitu: 1) Faktor ekonomi, 2) Orang tua, 3) Kebiasaan dan adat istiadat masyarakat setempat.
Dampak pernikahan dini pada remaja dari aspek psikologis yaitu timbul kecemasan dan stres. Kecemasan
yang dialami keluarga pernikahan dini remaja yang melakukan pernihakan dini akan merasa ketakutan dan
kekhawatiran dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam keluarganya. Sedangkan stres juga bisa
menyebabkan neuritis depresi karena mengalami proses kekecewaan yang berlarut-larut dan karena ada
perasaan-perasaan tertekan yang berlebihan.

Kata Kunci: Pernikahan, Dampak, Aspek Psikologis, Pernikahan Dini

ABSTRACT

Marriage is one of the most important fundamental principles of life in an association or perfect society. But
there is one phenomenon in this marriage that is early marriage. This phenomenon is widely encountered in
developing countries one of Indonesia. Causes of this phenomenon are due to economic difficulties, low
education, coercion of parents in perpetuation of marriages, married by accident, and because of the customs
of the local community. Early marriage has an impact on both biological and psychological aspects. But in this
article we will discuss the impact on the psychological aspects of. The purpose of this study is to provide an
overview of the impact of early marriage on the psychological aspects of adolescents. The focus of this study
is on adolescents on the grounds that adolescence is a time of searching for self-identity. This study uses the
literature review method, data derived from literature searches and documents are analyzed descriptively. The
results showed that the factors that led to early marriage were: 1) Economic factors, 2) Parents, 3) Customs
and customs of the local community. The impact of early marriage on adolescents from psychological aspects
that arises anxiety and stress. Anxiety experienced by adolescent early marriage families who do premature
marriage will feel fear and anxiety in dealing with problems that arise in the family. While stress can also cause
depressive neuritis due to a prolonged process of disappointment and because there are feelings of excessive
stress.

Key Words: Marriage, Impact, Psychological Aspects, Young Marriage

29
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 3 No: 1 Hal: 29 - 39 Juli 2020
Sosial

PENDAHULUAN bukan saja merupakan salah satu jalan yang amat


Manusia merupakan makhluk yang mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga
berkembang, di mulai dari fase bayi, anak-anak, dan keturunan, tapi juga dapat dipandang sebagai
remaja, dewasa awal, dewasa akhir, hingga lanjut satu kaum dengan kaum lain yang hal ini tentunya
usia. Pada salah satu fase nya manusia menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan
berkeinginan untuk melanjutkan keturunannya antara yang satu dengan yang lain tentu saja
sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Salah pelaksanaannya harus berdasarkan dengan
satu jalan yang sah menurut norma di negara kita peraturan-peraturan yang telah ditentukan. Rasyid
untuk menghasilkan keturunan ialah dengan (Rahman, 2012: 1).
melakukan perkawinan, agar terwujudnya suatu Seperti yang terkandung dalam Undang-
rumah tangga yang kekal dan bahagia. Jalan Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974
tersebut akan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang menegaskan bahwa perkawinan itu adalah ikatan
Maha Esa, sesuai norma, dan sah diakui oleh lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
pemerintah. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
Suatu kenyataan dalam keberadaan mahluk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
hidup di muka bumi adalah mereka terdiri dari dua ketuhanan Yang Maha Esa yang ditegaskan pada
jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Kedua mahluk ketentuan pasal 2 ayat (1) dan (2) undang-undang
hidup itu, baik segi fisik maupun psikis mempunyai nomor 1 tahun 1974 sebagai berikut
sifat yang berbeda, namun secara biologis kedua 1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan
mahluk tersebut saling membutuhkan sehingga menurut masing-masing agamanya dan
berpasang-pasangan dan berjodoh secara harfiah kepercayaannya.
disebut perkawinan. Perkawinan merupakan 2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
sunnatullah yang berlaku pada makhluk Tuhan perundang-undangan.
(Sabiq, 1990: 9). Menurut pasal 7 ayat (1) UU No. 1 Tahun
Perkawinan adalah suatu ikatan kehidupan 1974 seorang dapat menikah adalah harus
bersama pria dan perempuan yang dihalalkan Allah memenuhi syarat, yaitu pihak pria sudah berumur
SWT, untuk mendapatkan kebahagiaan dan 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur
kesejahteraan serta anak dan keturunan yang 16 tahun. Oleh karena itu, apabila ada orang yang
shaleh dan shalehah (Basri, 1996:130). belum berumur 19 tahun (laki-laki) dan 16 tahun
Perkawinan merupakan cara untuk (perempuan) maka harus meminta dispensasi
membolehkan atau menghalalkan hubungan kepada pengadilan atau pejabat lain yang
antara seorang laki-laki dengan seorang ditunjukkan oleh kedua orang tua pihak laki-laki
perempuan untuk hidup bersama dalam membina dan perempuan.
keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah. Oleh sebab itu perkawinan dilangsungkan
Perkawinan adalah salah satu asas pokok hidup dengan tujuan yaitu membentuk keluarga (rumah
yang paling utama dalam pergaulan atau tangga) yang bahagia dan sejahtera. Untuk itu
masyarakat yang sempurna dan perkawinan itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi,

30
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 3 No: 1 Hal: 29 - 39 Juli 2020
Sosial

agar masing-masing dapat mengembangkan


kepribadian yang selaras sehingga akan mencapai Adapun faktor-faktor dari pernikahan dini
kesejahteraan material dan spiritual. yaitu:
Namun masalahnya sekarang masih banyak 1. Faktor Ekonomi
masyarakat yang menikah pada usia muda. Hal ini Kesulitan ekonomi menjadi salah satu faktor
sering kali dijumpai di Negara berkembang salah penyebab terjadinya pernikahan dini, keluarga
satunya Indonesia. Fenomena pernikahan dini yang mengalami kesulitan ekonomi akan
tidak hanya pada kalangan masyarakat adat saja cenderung menikahkan anaknya pada usia
melainkan merambah ke masyarakat umum muda untuk melakukan pernikahan dini.
khususnya pelajar sekolah, yang semestinya Pernikahan ini diharapkan menjadi solusi
diharuskan untuk fokus menuntut ilmu serta supaya beban ekonomi dalam keluarga bisa
mengembangkan bakat. berkurang. Selain itu masalah ekonomi yang
Pernikahan dini ialah pernikahan pada rendah menyebabkan orang tua tidak mampu
remaja dibawah usia 20 tahun yang seharusnya memenuhi segala kebutuhnnya termasuk
belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa biaya sekolah sehingga dengan menikahkan
remaja juga merupakan masa yang rentan resiko tanggung jawab untuk membiayai kehidupan
kehamilan karena pernikahan dini (usia muda). ankanya sudah lepas dengan harapan
Diantaranya adalah keguguran, persalinan anaknya bisa memiliki kehidupan yang lebih
prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), baik.
kelainan bawaan, mudah terjadi infeksi, anemia 2. Orang Tua
pada kehamilan, keracunan kehamilan dan Terjadinya pernikahan dini juga bisa
kematian. Dampak dari pernikahan dini yang disebabkan paksaan dari orang tua. Alasannya
dilakukan remaja yakni akan mengalami tekanan utamanya tentunya saja faktor ekonomi,
psikis yang berakibat pada pernikahannya maupun namun selain itu rasa khawatir orang tua akan
kepada anaknya jika kelak ia memiliki anak. Lebih terjerumusnya pergaulan bebas dan berakibat
jauh lagi, pernikahan dini akan mempengaruhi hal negatif kepada anaknya; menjodohkan
kualitas keluarga dan berdampak langsung pada anaknya dalam rangka melanggengkan
rendahnya kesejahteraan keluarga. Di kalangan hubungan dengan relasi.
remaja pernikahan dini dianggap sebagai jalan 3. Kebiasan dan adat istiadat masyarakat
keluar untuk menghindari dosa yaitu seks bebas. setempat.
Ada juga yang melakukannya karena terpaksa dan Adat istiadat yang diyakini masyarakat
hamil diluar nikah. Fenomena tersebut sering kita tertentu semakin menambah prosentase
dengar di masyarakat, namun bukankah pernikahan dini di Indonesia.Misalnya
pernikahan itu tidak hanya sekedar ijab qabul dan keyakinan bahwa tidak boleh menolak
menghalalkan yang haram. Melainkan kesiapan pinangan seseorang pada putrinya walaupun
moril dan materil untuk mengarungi dan berbagi masih dibawah usia 18 tahun terkadang
apapun kepada pasangan tercinta (Kusmiran, dianggap menyepelekan dan menghina
2011). menyebabkan orang tua menikahkan

31
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 3 No: 1 Hal: 29 - 39 Juli 2020
Sosial

putrinya. Hal menarik dari prosentase lebih masak, akan lebih matang lagi psikologisnya
pernikahan dini di Indonesia adalah terjadinya (Walgito, 2000:28).
perbandingan yang cukup signifikan antara di Pada dasarnya memang kedewasaan pribadi
pedesaan dan perkotaan. Berdasarkan seseorang tidak tergantung pada umur, tetapi
Analisis survei penduduk antar sensus masa remaja ialah masa peralihan dari masa
(SUPAS) 2005 dari Badan Koordinasi Keluarga kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa
Berencana Nasional (BKKBN) didapatkan remaja ini umumnya remaja belum memiliki
angka pernikahan di perkotaan lebih rendah kepribadian yang mantap dan kematangan berfikir.
dibanding di pedesaan, untuk kelompok umur Perkawinan pada usia belia tidaklah
15-19 tahun perbedaannya cukup tinggi yaitu menguntungkan bahkan jelas merepotkan kaum
5,28% di perkotaan dan 11,88% di pedesaan. perempuan, dalam usia yang masih muda, remaja
Hal ini menunjukkan bahwa wanita usia muda putri dituntut untuk mengurus rumah tangga,
di perdesaan lebih banyak yang melakukan melayani suami, harus mengandung dan
perkawinan pada usia muda. (http://imfatul- melahirkan, kemudian merawat dan membesarkan
triafkm13. web.unair.ac.id) nya. Sedangkan mengandung dan melahirkan
Usia remaja menimbulkan berbagai pada usia muda sangat beresiko tinggi bagi
persoalan dari berbagai sisi seperti masa remaja kesehatan, bagi ibu bisa menimbulkan kanker leher
yang selalu ingin mencoba -coba sesuatu yang rahim.
menantang adrenalin, walaupun kadang mereka Menurut Basri dalam bukunya yang berjudul
kurang mengetahui dampak akibat perbuatan merawat cinta kasih mengatakan secara fisik
tersebut dapat mempengaruhi masa depan biologis yang normal seorang pemuda atau pemudi
mereka. Pendidikan rendah, pengetahuan yang telah mampu mendapatkan keturunan, tetapi dari
minim, dan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang segi psikologis remaja masih sangat hijau dan
layak akan mempengaruhi pendapatan ekonomi kurang mampu mengendalikan bahtera rumah
keluarga. Terlebih jika mereka menikah di usia tangga di samudra kehidupan. Berapa banyak
muda karena keterlanjuran berhubungan seksual keluarga dan perkawinan terpaksa mengalami
yang menyebabkan suatu kehamilan, adanya nasib yang kurang beruntung dan bahkan tidak
penolakan keluarga karena rasa malu, hal ini dapat berlangsung lama karena usia terlalu muda dari
menimbulkan stress berat pada ibu hamil muda. para pelakunya, baik salah satu atau keduanya
Dalam kehidupan rumah tangga pasti tidak (Basri, 1996:76)
luput dari permasalahan-permasalahan. Salah satu Secara biologis pada masa remaja terjadi
penyebab utama permasalahan dalam rumah proses awal kematangan organ reproduksi
tangga adalah pasangan–pasangan yang belum manusia, dampaknya apabila di usia remaja ini
dewasa. Faktor ketidak dewasaan ini lebih nyata terjadi kehamilan maka akan banyak resiko
terdapat dalam pernikahan usia remaja. Dilihat dari kesehatan yang akan dihadapi seperti abortus,
segi psikologi perkembangan, dengan semakin anemia, kurang gizi, preeklamsi dan eklamsi.
bertambahnya umur seseorang, diharapkan akan Sedangkan pada saat persalinan dapat
menimbulkan, persalinan lama, ketuban pecah

32
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 3 No: 1 Hal: 29 - 39 Juli 2020
Sosial

dini, ketidakseimbangan kepala bayi dengan lebar dengan kontek ajian ini. Analisa dilakukan secara
panggul, persalinan prematur, berat badan bayi deskriptif kualitatif.
lahir rendah dan perdarahan yang dapat
mengancam keselamatan jiwa ibu maupun bayinya PEMBAHASAN
(Manuaba,2009). Remaja Sebagai Pelaku Pernikahan Dini
Dari segi psikologis, wajar bila banyak yang Remaja seringkali banyak didefinisikan
merasa khawatir bahwa pernikahan dini akan sebagai periode transisi Antara masa kanak-kanak
menghambat studi dan rentan konflik yang ke masa dewasa, atau bisa dikatakan masa usia
berujung perceraian, karena kurang kesiapan belasan tahun, atau apabila seseorang
mental kedua pasangan yang belum dewasa. menunjukkan tingkah laku tertentu seperti mudah
Kecemasan dalam menghadapi masalah – masalah terangsang perasaannya, susah diatur dan lain
yang timbul dalam keluarga membuat pasangan sebagainya.
remaja mudah mengalami goncangan jiwa yang Muangman (1980) mengemukakan bahwa
dapat mengakibatkan stress dan depresi, bila remaja merupakan suatu masa dimana, pertama
keadaan ini tidak mendapatkan perhatian dan individu berkembang dari saat pertama kali ia
penanganan dengan baik akan terjadi goncangan menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya
jiwa yang lebih berat lagi bahkan bisa menjadi gila sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
(Dariyo, 1999). Kedua, Individu mengalami perkembangan
Pernikahan dini melanggar hak anak, psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak
terutama bagi anak perempuan sebagai pihak yang menjadi dewasa dan ketiga Terjadi peralihan dari
paling rentan menjadi korban dalam sebuah ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
pernikahan dini. Plan Indonesia sebagai organisasi kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. (Dariyo,
kemanusiaan yang fokus pada perlindungan dan 1999)
pemberdayaan anak menyampaikan hasil Definisi ini semakin berkembang konkrit ke
penelitian mengenai pernikahan dini di delapan arah operasional. Ditinjau dari WHO, masalah yang
kabupaten menemukan sebanyak 33,5 persen utama dirasakan mengenai kesehatan remaja yaitu
anak usia 13 sampai 18 tahun pernah menikah, kehamilan yang terlalu awal. Oleh karena itu WHO
dan rata - rata mereka menikah pada usia 15 menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai
sampai 16 tahun selama bulan Januari - April 2011 batasan usia yang mana bisa dikatakan bahwa usia
yang menjadi gambaran kasus pernikahan dini 10 tahun adalah remaja awal dan pada usia 20
secara umum di Tanah Air (kompas, 2011). tahun adalah remaja akhir. Kehamilan dalam usia-
usia tersebut memang mempunyai resiko yang
METODE lebih tinggi (kesulitan waktu melahirkan,
Metode yang digunakan dalam kajian ini yaitu sakit/cacat/kematian bayi/ibu) daripada kehamilan
berdasarkan kajian literatur. Data yang dalam usia-usia di atasnya (Sanderowitz &
dikumpulkan berdasarkan penelusuran beberapa Paxman, 1985: dalam Hanifah, 2000, 27).
hasil dokumen, leteratur, jurnal ilmiah yang terkait Definisi-definisi diatas tidak memperhatikan
aspek social-psikologisnya melainkan hanya

33
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 3 No: 1 Hal: 29 - 39 Juli 2020
Sosial

penggolongan remaja semata-mata berdasarkan kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan


usia saja dan tidak membedakan remaja yang yang satu terkait dengan pengetahuan yang lain,
keadaan sosial-psikologisnya dari setiap masa pada yang jelas berhubungan dengan perasaan atau
tahapan ini. sikap.
Csikszentmihalyi & Larson (1984:19) Di sisi lain, masa remaja seringkali dikenal
menyatakan bahwa remaja adalah “restrukturisasi dengan masa mencari jati diri, Erickson
kesadaran”. Dari sini Csikszentmihalyi & Larson menyebutnya dengan identitas ego (ego identity)
meninjau remaja dalam perkembangan jiwanya (Bischof, 1983 dalam Hanifah, 2000 ) ini terjadi
dari berbagai sudut, bahwa remaja merupakan karena masa remaja merupakan peralihan antara
masa penyempurnaan dari perkembangan pada masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan
tahap-tahap sebelumnya. Hal ini terlihat dalam orang dewasa. Ditinjau dari segi fisiknya, mereka
Teori Piaget tentang perkembangan kognitif sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah
(kesadaran, intelegensi), teori Kohlberg tentang seperti orang dewasa, tetapi jika mereka
perkembangan moral, maupun teori Freud tentang diperlakukan sebagai orang dewasa, mereka belum
perkembangan seksual. Csikszentmihalyi & Larson bisa menunjukkan sikap dewasa.
menyatakan bahwa puncak perkembangan jiwa itu Oleh karenanya, ada sejumlah sikap yang
ditandai dengan adanya proses perubahan dari sering ditunjukkan oleh remaja:
kondisi entropy ke kondisi negentropy. 1. Kegelisahan
Entropy ialah keadaan manusia dimana Sesuai dengan fase perkembangannya,
kesadarannya masih belum tersusun rapi. remaja mempunyai banyak idealisme angan-
Walaupun isinya sudah banyak (pengetahuan, angan, atau keinginan yang hendak
perasaan, dan sebagainya), namun isi-isi tersebut diwujudkan di masa depan. Namun
belum saling terkait dengan baik, sehingga belum sesungguhnya remaja belum memiliki banyak
bisa berfungsi secara maksimal. Dalam teori kemampuan yang memadai untuk
informasi entropy berarti keadaan dimana tidak mewujudkan semua itu. Seringkali angan-
ada pola tertentu dari rangsangan-rangsangan angan dan keinginannya jauh lebih besar
(stimulus) yang diterima seseorang sehingga dibandingkan dengan kemampuannya. Tarik
rangsang-rangsang tersebut kehilangan artinya. menarik antara angan-angan yang tinggi
Secara psikologis entropy berarti isi kesadaran dengan kemampuannya yang masih belum
masih saling bertentang, saling tidak berhubungan mamadai mengakibatkan mereka diliputi
sehingga mengurangi kapasitas kerjanya dan perasaan gelisah. (Ali, 2005: 16)
menimbulkan pengalaman yang kurang 2. Pertentangan
menyenangkan bagi orang yang bersangkutan. Sebagai individu yang sedang mencari jati diri,
Kondisi entropy selama masa remaja, secara remaja berada pada situasi psikologis antara
bertahap disusun, diarahkan, distrukturkan ingin melepaskan diri dari orang tua dan
kembali sehingga lambat laut terjadi kondisi perasaan masih belum mampu untuk mandiri.
negative entropy atau negentropy. Adapun kondisi Oleh karena itu, pada umumnya remaja sering
negentropy merupakan keadaan dimana isi mengalami kebingungan.Pertentangan yang

34
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 3 No: 1 Hal: 29 - 39 Juli 2020
Sosial

sering terjadi itu menimbulkan keinginan 4. Aktivitas berkelompok Kebanyakan remaja


remaja untuk melepaskan diri dari orang tua menemukan jalan keluar dari kesulitannya
kemudian ditentangnya sendiri karena dalam setelah mereka berkumpul dengan teman
diri remaja ada keinginan untuk memperoleh sebayanya untuk melakukan kegiatan
rasa aman. Remaja sesungguhnya belum bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan
berani mengambil resiko dari tindakan dengan cara berkelompok sehingga berbagai
meninggalkan lingkungan keluarganya yang kendala dapat diatasi bersama-sama.
jelas aman bagi dirinya. Disamping itu, 5. Keinginan mencoba segala sesuatu
keinginan melepaskan diri itu belum disertai Namun ada umumnya, remaja memiliki rasa
dengan kesanggupan untuk berdiri sendiri ingin tahu yang tinggi. Karena didorong oleh
tanpa bantuan orang tua dalam soal rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung
keuangan. Akibatnya, pertentangan yang ingin berpetualang, menjalankan segala
sering terjadi akan menimbulkan kebingungan sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang
dalam diri remaja sendiri maupun pada orang belum pernah dialaminya. Selain itu, didorong
lain. juga oleh keinginan seperti orang dewasa
3. Menghayal menyebabkan remaja ingin mencoba
Sebagai usia yang berada pada masa melakukan apa yang sering dilakukan orang
peralihan dari anak-anak ke dewasa, remaja dewasa.
memiliki banyak perbedaan dengan orang Akibatnya tidak jarang para remaja secara
dewasa, diantaranya adalah suka menghayal. sembunyi-sembunyi melakukan sesuatu seperti
Keinginan untuk menjelajah dan berpetualang orang dewasa, contohnya remaja pria, dia
tidak semuanya tersalurkan. Biasanya mencoba merokok karena mereka sering melihat
hambatannya dari segi keuangan atau biaya. orang dewasa melakukannya. selain remaja pria
Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang remaja putri pun sering mencoba melakukan
luas akan membutuhkan biaya yang banyak, sesuatu yang orang dewasa lakukan salah satunya
padahal kebanyakan remaja hanya mencoba menggunakan kosmetik pada saat jam
memperoleh uang dari pemberian orang sekolah, walaupun sudah dilarang mereka tetap
tuanya. Akibatnya, mereka lalu menghayal, menggunakannya. Mereka menganggap bahwa
mencari kepuasan bahkan menyalurkan sebenarnya mereka mampu melakukan sesuatu
khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan seperti yang dilakukan oleh orang dewasa (Ali,
remaja putra biasanya berkisar pada 2005:18)
persoalan prestasi dan jenjang karier, Dalam hal ini penting bagi remaja untuk
sementara remaja putri lebih mengkhayalkan selalu diberikan bimbingan supaya rasa ingin
romantika hidup. Khayalan ini tidak selamanya tahunya dapat diarahkan kepada kegiatan-
bersifat negatif. Sebab kadang-kadang kegiatan yang positif, kreatif dan produktif.
khayalan menghasilkan sesuatu yang bersifat Dari perspektif perkembangan intelek,
konstruktif, misalnya timbul ide-ide tertentu remaja berada pada masa tahap operasional
yang dapat direalisasikan. formal, karena berada pada usia 11 tahun ke atas.

35
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 3 No: 1 Hal: 29 - 39 Juli 2020
Sosial

Pada masa ini, anak sudah mampu mewujudkan 6. Individu mulai mampu membayangkan
suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang peranan-peranan yang akan diperankan
merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaan sebagai orang dewasa
serta moralnya juga telah berkembang sehingga 7. Individu mulai mampu untuk menyadari diri
dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. mempertahankan kepentingan masyarakat di
Pada tahap ini Piaget sebagaimana dikutip lingkungan dan seseorang dalam masyarakat
Ali (2005: 29) menyampaikan bahwa interaksinya modern.
dengan lingkungan sudah amat luas, menjangkau
banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha Dampak Pernikahan Dini Terhadap
untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa. Kesehatan Mental
Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan Menurut Walgito dalam bukunya yang
masalah dalam interaksinya dengan orang tua. berjudul Bimbingan Konseling Islam bahwa
Namun, sebenarnya secara diam-diam mereka perkawinan yang masih terlalu muda banyak
masih mengharapkan perlindungan dari orang tua mengundang masalah yang tidak diharapkan
karena belum sepenuhnya mampu memenuhi karena segi psikologisnya belum matang seperti
kebutuhan dirinya sendiri. Jadi, pada tahap ini cemas dan stress (Walgito, 2000:20). Sedangkan
terjadi tarik menarik antara ingin bebas dan ingin menurut Dariyo dalam bukunya yang berjudul
dilindungi. Hal ini terjadi karena pada tahap ini “Psikologi Perkembangan Dewasa Muda”
anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran pernikahan bisa berdampak cemas, stress dan
formalnya, mereka juga mampu mencapai logika depresi (Dariyo, 1999:105)
dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Arti 1. Cemas
simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti. Kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai
Seperti yang dikemukakan oleh proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi
Csikszentimihalyi, M. & Larson,R (1984), manakala seseorang sedang mengalami tekanan
karakteristik lain pada tahap operasional formal atau ketegangan dan pertentangan batin
adalah: (Prasetiyono, 2007: 11). Gejala-gejala pada
1. Individu dapat mencapai logika dan rasio kecemasan ada yang bersifat fisik dan ada pula
serta dapat menggunakan abstraksi yang bersifat psikologis. Gejala fisik yaitu, ujung-
2. Individu mulai mampu berpikir logis dengan ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur,
objek-objek yang abstrak keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu
3. Individu mulai mampu memecahkan makan hilang, kepala pusing, nafas sesak, dan lain-
persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis lain.
4. Individu bahkan mulai mampu membuat Gejala psikologis seperti sangat takut
perkiraan (forecasting) di masa depan merasakan akan ditimpa bahaya atau kecelakaan,
5. Individu mulai mampu untuk hilang kepercayaan, tidak bisa memusatkan
mengintropeksikan diri sendiri sehingga perhatian, ingin lari dari kenyataan, dan lain-lain.
kesadaran diri tercapai. Adapun kecemasan yang terjadi dalam keluarga
pernikahan dini disebabkan karena takut akan

36
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 3 No: 1 Hal: 29 - 39 Juli 2020
Sosial

adanya bahaya yang mengancam dan persepsi itu a. Biologis, stress yang muncul karena keadaan
akan menghasilkan perasaan tertekan bahkan biologis seseorang yang dipengaruhi oleh
panik. tingkah laku orang tersebut. Menurut
Jadi kecemasan yang dialami keluarga Giordano stress bioekologis terdiri dari
pernikahan dini dapat diartikan sebagai perasaan bioritme, biasanya makan, minum, obat-
campur berisikan ketakutan dan kekhawatiran obatan, dan perubahan cuaca
dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul (http://shkva/122.multipeli.).
dalam keluarganya. b. Psikososial, stress yang muncul karena
keadaan lingkungan. Stress psikososial adalah
2. Stress setiap keadaan atau peristiwa yang
“Stres” bisa diartikan berbeda tergantung menyebabkan perubahan dalam kehidupan
dari masig-masing individu mengartikannya. seseorang (anak, remaja, dewasa). Sehingga
Namun sebagian individu mengartikan stres orang tersebut terpaksa mengadakan
sebagai tekanan, desakan atau respon emosional. adaptasi atau mengadakan penanggulangan
Para psikolog juga mengartikan stres dalam terhadap stressor yang muncul. Namun tidak
berbagai bentuk. Stres bisa mengagumkan, tetapi semua orang mampu mengadakan adaptasi
bisa juga fatal. Semuanya tergantung kepada para dan mampu menanggulanginya (Hawari,
penderita. Lazarus dan Folkman, 1984 (dalam 1997: 45). Sedangkan pada umumnya
Hanifah, 2000), menyatakan, stres psikologis stressor psikososial dapat digolongkan
adalah sebuah hubungan antara individu dengan sebagai berikut: faktor dari perkawinan,
lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut problem orang tua, pekerjaan, lingkungan
sebagai hal yang membebani atau sangat hidup, keuangan (Hawari, 1997:48)
melampaui kemampuan seseorang dan c. Kepribadian, stres yang muncul akibat
membahayakan kesejahteraannya. kepribadian orang tersebut
Menurut Robert S. Feldman,1989 (dalam Sumber Stres Stressor adalah semua kondisi
Mohammad Ali, Mohammad Asrori, 2005) stress stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi
adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa stres, misalnya jumlah semua respons fisiologik
sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam
ataupun membahayakan dan individu merespon sistem biologis. Stres reaction acute (reaksi stres
peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, akut) adalah gangguan sementara yang muncul
kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan pada seorang individu tanpa adanya gangguan
stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan
perkawinan) atau negatif (contoh: kematian atau mental yang sangat berat, biasanya mereda
keluarga). dalam beberapa jam atau hari.
Penyebab stress (stressor) dapat dibagi 3 Dan pernikahan yang terlalu muda juga bisa
kelompok besar yaitu, biokologis, psikososial, dan menyebabkan neuritis depresi karena mengalami
kepribadian. proses kekecewaan yang berlarut-larut dan karena
ada perasaan-perasaan tertekan yang berlebihan.

37
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 3 No: 1 Hal: 29 - 39 Juli 2020
Sosial

Kematangan sosial-ekonomi dalam perkawinan mengalami goncangan jiwa yang dapat


sangat diperlukan karena merupakan penyangga mengakibatkan stress dan depresi.
dalam memutarkan roda keluarga sebagai akibat Remaja, Individu yang mengalami
perkawinan. Pada umumnya umur yang masih perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
muda belum mempunyai pegangan dalam hal kanak-kanak menjadi dewasa sebagai pelaku
sosial ekonomi. Padahal individu itu dituntut untuk pernikahan dini memungkinkan mereka untuk
memenuhi kebutuhan keluarga (Walgito, 2000: memasuki fase kehamilan. Ditinjau dari WHO,
32). masalah yang utama dirasakan mengenai
kesehatan remaja yaitu kehamilan yang terlalu
KESIMPULAN awal. Oleh karena itu WHO menetapkan batas usia
Perkawinan adalah salah satu asas pokok 10-20 tahun sebagai batasan usia yang mana bisa
hidup yang paling utama dalam pergaulan atau dikatakan bahwa usia 10 tahun adalah remaja awal
masyarakat yang sempurna dan perkawinan itu dan pada usia 20 tahun adalah remaja akhir.
bukan saja merupakan salah satu jalan yang amat Kehamilan dalam usia-usia tersebut memang
mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga mempunyai resiko yang lebih tinggi (kesulitan
dan keturunan, tapi juga dapat dipandang sebagai waktu melahirkan, sakit/cacat/kematian bayi/ibu)
satu kaum dengan kaum lain yang hal ini tentunya daripada kehamilan dalam usia-usia di atasnya
menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan (Sanderowitz & Paxman, 1985: dalam Hanifah,
antara yang satu dengan yang lain tentu saja 2000, 27). Di sisi lain, masa remaja seringkali
pelaksanaannya harus berdasarkan dengan dikenal dengan masa mencari jati diri, Erickson
peraturan-peraturan yang telah ditentukan. menyebutnya dengan identitas ego (ego identity)
Adapun faktor-faktor pernikahan dini yaitu: ini terjadi karena masa remaja merupakan
1) Faktor ekonomi, 2) Orang tua, 3) peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan
Kebiasaan dan adat istiadat masyarakat setempat. masa kehidupan orang dewasa.
Secara biologis pada masa remaja terjadi proses 1) : Kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai
awal kematangan organ reproduksi manusia, proses emosi yang bercampur baur, yang
dampaknya apabila di usia remaja ini terjadi terjadi manakala seseorang sedang
kehamilan maka akan banyak resiko kesehatan mengalami tekanan atau ketegangan dan
yang akan dihadapi seperti abortus, anemia, pertentangan batin (Prasetiyono, 2007: 11).
kurang gizi, preeklamsi dan eklamsi. Dari segi Kecemasan yang dialami keluarga pernikahan
psikologis, wajar bila banyak yang merasa khawatir dini dapat diartikan sebagai perasaan campur
bahwa pernikahan dini akan menghambat studi berisikan ketakutan dan kekhawatiran dalam
dan rentan konflik yang berujung perceraian, menghadapi masalah-masalah yang timbul
karena kurang kesiapan mental kedua pasangan dalam keluarganya.
yang belum dewasa. Kecemasan dalam 2) Stress, Stress terbagi menjadi 3 kelompok
menghadapi masalah – masalah yang timbul dalam biolologis, psikososial, dan kepribadian.
keluarga membuat pasangan remaja mudah Menurut Giordano (dalam Dariyo. 1999,
)stress biopsikologis terdiri dari bioritme,

38
Focus:
Jurnal Pekerjaan ISSN: 2620-3367 Vol. 3 No: 1 Hal: 29 - 39 Juli 2020
Sosial

biasanya makan, minum, obat-obatan, dan Hanifah, 2000, Faktor Yang Mendasari Hubungan
perubahan cuaca Seks Pranikah Remaja di PKBI Yogya,
(http://shkva/122.multipeli.). Stress Thesis, Jakarta: FKM UI
psikososial adalah setiap keadaan atau Hawari, Dadang. 1997. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran
peristiwa yang menyebabkan perubahan Jiwadan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Dana
dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, Bhakti Primayasa.
dewasa). Sehingga orang tersebut terpaksa Kusmiran, E. (2011).Kesehatan Reproduksi Remaja
mengadakan adaptasi atau mengadakan Dan Wanita.Jakarta: Salemba Medika
penanggulangan terhadap stressor yang Kompas, 2011. Pernikahan Dini.PT Gramedia.
muncul. Namun tidak semua orang mampu Jakarta
mengadakan adaptasi dan mampu Manuaba, IBG. 2009. Memahami Kesehatan
menanggulanginya. Sedangkan, kelompok Reproduksi. Arcan. Jakarta.
kepribadian stresnya muncul akibat Mohammad Ali, Mohammad Asrori, 2005, Psikologi
kepribadian orang tersebut. Dan pernikahan Remaja, Petkembangan Peserta Didik,
yang terlalu muda juga bisa menyebabkan Jakarta: PT. Bumi Aksara.
neuritis depresi karena mengalami proses Prasetyo, Dwi, Sunar, Metode Mengatasi Cemas
kekecewaan yang berlarut-larut dan karena dan Depresi, Yogyakarta: Oryza, 2007
ada perasaan-perasaan tertekan yang Rahman, 2012. Perkawinan Di Bawah Tangan Pada
berlebihan. Kematangan sosial-ekonomi Masyarakat Teluk Tiram Darat Kelurahan
dalam perkawinan sangat diperlukan karena Telawang Kota Banjarmasin. Skripsi
merupakan penyangga dalam memutarkan Program Studi PPKN FKIP Unlam
roda keluarga sebagai akibat perkawinan. Banjarmasin. Tidak diterbitkan
Pada umumnya umur yang masih muda belum Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 6, Bandung: PT.
mempunyai pegangan dalam hal sosial Al Ma’arif, 1990, hal.9.
ekonomi. Padahal individu itu dituntut untuk Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun
1974. Tentang Perkawinan. Penerbit
memenuhi kebutuhan keluarga (Walgito,
Pustaka Tina Mas.Surabaya.
2000: 32). Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling
Perkawinan, Yogyakarta: Yayasan
penerbitan fak. Psikologi. UGM
DAFTAR PUSTKA
http://imfatul-triafkm13.
Basri, Hasan, Merawat Cinta Kasih, Yogyakarta:
web.unair.ac.id/artikel_detail-92162-
Pustaka Pelajar, 1996 sosial%20kesehatan-
Pernikahan%20dini%20sebagai%20masalah%20s
Csikszentimihalyi, M. & Larson,R (1984), Being
osialk esehatan%20masyarakat
Adolescent, Conflict and Growth in the %20Indonesia.html)
Teenage Years. N.Y.: Basic Books Inc. Publ
Dariyo. 1999. Psikologi Perkembangan Dewasa
Muda. Jakarta.

39

Anda mungkin juga menyukai