Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
Badruddin Nasir
Program Studi Psikologi, Universitas Mulawarman
email: nasirbadruddin@yahoo.com
Abstract. The purpose of this study was to describe and determine the factors that cause the
divorce the couple in the River District Kunjang. This research is a descriptive study. What
the research office of the Religious Samarinda and the subject of this study are the couple
was going through a divorce. The results found that the causes of divorce include level of
education, occupation, economic level, the existence of a moral crisis, domestic violence, and
forced marriage. This research also found that the cause of the divorce when viewed from the
education factor, couples with high school level most experienced divorce. When viewed from
the spouses age range, mostly aged 25-3 years (husband) and 18-24 years (wife), while when
seen from a job, a husband who has a job as a laborer and a wife who works as a private
sector employee here most of the trigger divorce. divorce can occur in the age range of young
marriage that is 0-5 years of marriage. However, economic factors play an important role in
the household, so many factors that cause couples to file for divorce.
Keywords: divorce, education, occupation, economic, moral crisis, domestic violence, forced
marriage
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengetahui faktor-
faktor penyebab terjadinya perceraian pasangan suami isteri di Kecamatan Sungai Kunjang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Lokasi penelitian dikantor Pengadilan Agama
Samarinda dan subyek penelitian ini adalah pasangan suami isteri yang mengalami
perceraian. Hasil penelitian mendapatkan bahwa penyebab timbulnya perceraian meliputi
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat ekonomi, adanya krisis moral, kekerasan dalam
rumah tangga, dan kawin paksa. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa penyebab
perceraian jika dilihat dari faktor pendidikan, pasangan yang dengan tingkat sekolah
menengah umum paling banyak mengalami perceraian. Jika dilihat dari rentang usia suami
isteri, kebanyakan berusia 25 – 3 tahun (suami) dan 18 – 24 tahun (isteri), sedangkan jika
dilihat dari pekerjaan, suami yang memiliki pekerjaan sebagai buruh dan isteri yang
berprofesi sebagai karyawan swasta disini paling banyak menjadi pemicu perceraian.
Perceraianpun dapat terjadi pada rentang usia pernikahan yang masih muda yaitu 0 – 5 tahun
usia pernikahan. Namun faktor ekonomi sangat berperan dalam rumah tangga, sehingga
faktor inilah yang banyak menjadi penyebab pasangan dapat mengajukan perceraian.
Kata kunci: perceraian, pendidikan, jenis pekerjaan, ekonomi, krisis moral, kekerasan dalam
rumah tangga, kawin paksa
32
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
33
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
sesuai dengan ketentuan agama islam yang Perceraian itu sendiri juga dapat
antara lain adalah apabila ada terjadi karena beberapa faktor penyebab,
kesalahpahaman diantara suami istri dan menurut UU Nomor 1 tahun 1974 tentang
terjadi penyimpangan-penyimpangan perkawinan yang dijelaskan dalam pasal
perilaku dan tidak mengorbankan anak 38 bahwa “Perkawinan dapat putus karena
sebagai hasil perkawinan karena akan kematian, perceraian, dan atas keputusan
banyak sekali dampak yang timbul dengan pengadilan.”
terjadinya perceraian yang sangat nyata Permasalahan dalam rumah tangga
yang dapat dilihat dan akan langsung sulit untuk dipecahkan dan kadang-kadang
terasa pada anak. berakibat hubungan ikatan perkawinan
Pengadilan agama juga berusaha suami istri. Faktor penyebab retaknya
untuk mendamaikan kedua belah pihak hubungan ikatan suami istri seperti
terlebih dahulu dengan harapan untuk kurangnya kedewasaan pasangan suami
mengembalikan keutuhan rumah tangga istri, ekonomi, keluarga yang dirasa
suami istri yang mengajukan perceraian itu kurang mendukung kebutuhan keluarga,
bahkan antara kedua belah pihak diberi sering terjadi kesalahpahaman pemikiran
waktu selama beberapa hari untuk pasangan suami istri dan faktor-faktor
memikirkan kembali tentang keputusan sosial lainnya.
cerai tersebut. Apabila kata sepakat Asumsi tentang perceraian itu dapat
kembali tidak tercapai maka pengadilan dijelaskan bahwa perceraian itu
agama memberikan keputusan cerai. disebabkan karena krisis akhlak yang
Apabila kedua belah pihak telah resmi menimpa salah satu pasangan suami istri
bercerai, maka anak-anak yang akan seperti perbuatan seorang dengan
mengalami kekecewaan. Perpisahan dan perempuan atau laki-laki lain. Perbuatan
perceraian menimbulkan masalah bagi semena-mena terhadap istri baik berupa
anak-anak dan orang tuanya dimana anak- ucapan-ucapan, berupa kekerasan dalam
anak juga akan mengalami perubahan rumah tangga yang dapat menyebabkan
dalam hidup mereka. Setelah perceraian, penderitaan dan juga karena ditinggal
hubungan antara orang tua dan anak akan suami selama beberapa tahun itu juga
semakin tidak harmonis karena tidak lagi merupakan faktor penyebab perceraian
berkumpul dengan keluarga inti mereka, yang diterangkan dalam undang-undang
yang ada hanya salah satu dari mereka. perkawinan.
34
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
35
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
Berdasarkan tabel tersebut diatas itu lebih banyak dari tingkah pendidikan
dapat diketahui bahwa informan lebih SMU (Sekolah Menengah Umum).
banyak berpendidikan SMU (Sekolah Kemudian jumlah pasangan suami istri
Menengah Umum) dibandingkan tingkat berdasarkan pada tahap golongan umur
pendidikan lainnya. Jadi dapat diketahui dapat kita lihat pada Tabel 2 berikut ini.
bahwa pasangan suami istri yang bercerai
Tabel 2. Jumlah Suami dan Istri yang Bercerai Dilihat Berdasarkan
Pada Golongan Umur/Usia.
Golongan Umur/Usia Suami Istri
18 – 24 Tahun 2 Orang 7 Orang
25 – 31 Tahun 6 Orang 3 Orang
32 – 38 Tahun 5 Orang 3 Orang
39 – 45 Tahun 2 Orang 2 Orang
Berdasarkan pada tabel 2 tersebut di antara 18-24 tahun, dimana pada tingkat
atas, diketahui bahwa usia dari 15 orang usia tersebut emosional seseorang dapat
informan pasangan suami istri yang digolongkan masih sangat labil, lincah dan
bercerai, khususnya dari pihak suami, masih mengutamakan egoisme masing-
kebanyakan usia mereka antara 25-31 masing individu. Apabila dilihat
tahun, dimana di usia tersebut masih berdasarkan jenis pekerjaan, maka suami
sangat emosional. Sedangkan dari pihak isteri yang bercerai dapat dilihat pada tabel
istri kebanyakan rata-rata usia mereka 3 berikut ini:
Tabel 3. Jumlah Suami dan Istri yang Bercerai Dilihat Berdasarkan Pada Jenis
Pekerjaan.
Pekerjaan Suami Istri
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3 Orang 3 Orang
Ibu Rumah Tangga - 4 Orang
Buruh 7 Orang -
Karyawan Swasta 5 Orang 8 Orang
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan terpenuhi. Lebih lanjut bila dilihat dari
dan diketahui bahwa pada pihak suami, lamanya hubungan suatu pernikahan pada
informan yang banyak mengalami suatu pasangan yang menikah dapat dilihat
perceraian itu ialah informan yang bekerja pada Tabel 4 berikut ini.
sebagai buruh. Hal ini dapat dikarenakan
faktor pendapatan atau penghasilan dari
pekerjaan mereka dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari tindak dapat
36
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
Tabel 4. Jumlah Suami Istri yang karena gangguan pihak ketiga atau tidak
Bercerai Dilihat Berdasarkan Pada
harmonis.
Lamanya Usia Pernikahan.
Usia Pernikahan Jumlah Faktor Moral (Zina/Judi/Mabuk/ dan
0 – 5 Tahun 6 pasang Cemburu)
0 – 10 Tahun 4 pasang
0 – 15 Tahun 4 pasang Merupakan salah satu bentuk emosi,
> 20 Tahun 1 pasang perwujudannya adalah perasaan sakit hati,
iri hati, dendam, marah dan benci terhadap
Kemudian untuk mengetahui jumlah
orang lain karena orang lain itu dianggap
suami istri yang bercerai ditinjau dari
memperoleh hak-hak yang seharusnya
lamanya pernikahan yang dilaksanakan
menjadi miliknya.
dan faktor penyebab terjadinya perceraian
Hal ini dialami salah seorang
dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini :
informan, karena rasa cemburu yang
Tabel 5. Jumlah Suami dan Istri yang
Bercerai Dilihat Berdasarkan Pada berlebihan mengakibatkan suaminya tidak
Lamanya Pernikahan Faktor mengontrol diri sehingga akhirnya harus
Penyebabnya.
Faktor Penyebab Jumlah ditahan karena penganiayaan terhadap
Perceraian orang yang dicemburuinya, berikut
Pendidikan 3 pasang
Pekerjaan 4 pasang penuturan informan;
Ekonomi 6 pasang Dengan usia pernikahan kami selama
KDRT 2 pasang
kurang lebih empat tahun, suami saya
HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki kebiasaan yang sukar untuk
Hasil Penelitian merubahnya yakni seringnya memiliki
Berdasarkan data yang penulis rasa cemburu kepada saya isterinya,
peroleh dalam penelitian ini, di Kantor Suami saya dulu memiliki sifat yang
Pengadilan Agama Samarinda, penulis tidak terpuji yakni sering mabuk-
mendapatkan informasi bahwa masyarakat mabukan. Sejak kelahiran anak
yang mengalami perceraian di wilayah pertama saya sifat tidak terpuji itu
Kecamatan Sungai Kunjang pada tahun mulai berkurang padanya. Suami saya
2010 sebanyak 196 orang pasang suami sangat ringan tangan dan pemarah dan
isteri. Berdasarkan hasil pengamatan saya sering dimarahi bila saya
penulis, bahwa perceraian itu terjadi berbincang-bincang dengan pria
karena faktor-faktor moral, poligami, walaupun dia tetangga. Saya sudah
meninggalkan kewajiban, ekonomi, dan tidak keluar rumah kecuali ada hal-hal
yang penting, saya berusaha menjaga
37
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
agar suami saya tidak marah. Tetapi dengan hati nurani pasangan suami istri
suami memang sering tidak memiliki tersebut, seperti yang diungkapkan
akal sehat karena rasa cemburu dan informan;
prasangka yang bukan-bukan sampai- Seorang gadis yang berumur 25 tahun,
sampai suami saya memukul orang dan saya telah menikah selama 2
yang bersalah dan orang tersebut tahun, akan tetapi selama dia
masuk rumah sakit, padahal orang menjalankan pernikahan tersebut dia
tersebut berniat membantu saya tidak pernah merasakan kebahagiaan
memperbaiki listrik yang rusak. dan itu menimbulkan suatu masalah
Karena saya sudah tak tahan lagi terus-menerus pada pernikahan kami
sebab suami saya sering juga ringan ini, karena pernikahannya dipaksa
tangan kepada saya isterinya demikian oleh kedua orang tuanya dimana
pula kepada anak-anak saya. Saya mereka tidak saling suka. Walaupun
lebih baik bercerai daripada saya dan sudah menjalankan hampir 2 tahun
anak-anak tersiksa. (Sumber: tetapi rasa kebahagiaan itu tidak
Wawancara informan 10 Maret 2011) dirasakannya seperti pasangan-
Selain karena itu pemabuk dan pasangan lainnya. (Sumber:
penjudi yang dijadikan bagi pasangan Wawancara informan 10 Maret 2011
suami istri yang bercerai cukup banyak. Dalam pada itu perkawinan dengan
Bukan hanya pihak istri yang menggugat cara poligami itu dilakukan karena
suaminya karena mempunyai kebiasaan masing-masing mempertahankan ego
buruk, tetapi tidak sedikit pula pihak suami masing-masing, sehingga dengan
menggugat istrinya yang mempunyai demikian rumah tangga tidak dapat
kebiasaan berjudi. dipertahankan lagi. Terjadinya perceraian
Poligami dan Kawin Paksa dengan cara poligami ini terjadi dengan
Pada dasarnya dalam suatu dasar suka sama suka mengingat dengan
perkawinan seorang pria hanya boleh mempertahankan ego masing-masing.
mempunyai seorang istri. Pengadilan dapat Karena tidak bisa lagi mempertahankan
member izin kepada seorang suami untuk rumah tangga dengan baik, apalagi
beristri lebih dari seorang. Selain juga seringnya melakukan pertengkaran, dan
kawin paksa juga merupakan penyebab tidak adanya saling tidak percaya masing-
dari perceraian itu dimana kawin paksa itu masing pihak. Seperti yang dikemukakan
merupakan tindakan yang bertentangan oleh informan:
38
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
39
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
muda mudah naik pitam, karena suami istri yang bercerai karena faktor
mungkin ia juga dikejar target tertentu ekonomi ini.
dalam pendidikannya. Atau bisa saja Faktor ekonomi sebenarnya juga
seorang ibu muda yang terpaksa berhubungan erat dengan faktor
berhenti sekolah karena menikah dan pendidikan dan pekerjaan. Hal ini
mempunyai anak merasa frustasi berkaitan satu sama lain. Sehingga
setiap kali ia menghadapi masalah dan biasanya faktor ekonomi yang baik ini
tidak jarang ia mengkambing harus didukung oleh pendidikan yang
hitamkan perkawinannya sebagai baik juga pekerjaan yang layak/baik
penyebab kegagalan dalam sehingga dapat memperoleh
pendidikan sekolah. penghasilan/pendapatan yang dapat
3. Latar Belakang Keluarga memenuhi kebutuhan hidup sehari-
Perkawinan tidak saja melibatkan dua hari rumah tangga.
orang yang saling menikah tetapi juga Meninggalkan Kewajiban
berarti pertalian baru antara dua Kasus perceraian dengan alasan
keluarga. Tidak mudah menyesuaikan bahwa salah satu pasangan suami istri
diri terhadap kebiasaan-kebiasaan meninggalkan kewajibanya dari data yang
baru dari pihak masing-masing ada adalah paling banyak. Alasan ini
pasangan terutama jika aturan-aturan diberikan karena masih banyak diantara
atau kebiasaan tersebut sangat pasangan suami istri yang mengajukan
berbeda dengan kebiasaan yang telah gugatan cerai terhadap pasangannya yang
dianut sejak kecil. meninggalkannya tanpa ada
Sedangkan jika dilihat pada tabel 7, pemberitahuan dan tidak diketahui
lamanya pernikahan pasangan suami keberadaannya.
istri jika ditinjau dari faktor Meninggalkan kewajiban diakibatkan
penyebabnya, kebanyakan informan karena keadaan rumah tangga yang tidak
yang akhirnya memilih perceraian harmonis, salah satu pasangan suami istri
sebagai jalan akhir dari rumah tangga pergi meninggalkan pasangannya, masalah
mereka adalah disebabkan dari faktor ketidakpuasan dalam rumah tangga, salah
ekonomi. Faktor ekonomi saat ini satu pasangan menikah lagi tanpa adanya
memang merupakan faktor terbesar persetujuan dari pasangannya dan dapat
dalam rumah tangga yang sangat juga karena salah satu pasangan suami istri
harus diperhatikan. Banyak pasangan itu berzina atau karena pihak ketiga.
40
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
41
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
42
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
43
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
Hal dapat dilihat dari beberapa faktor- Suami dapat mengajukan permohonan
faktor penyebab perceraian: izin untuk beristri lagi dengan syarat-
a. Faktor Moral (Zina/Judi/Mabuk dan syarat sebagai berikut:
Cemburu) 1. Adanya persetujuan dari istri
Faktor moral (cemburu) ini adalah 2. Adanya Kepastian bahwa suami
salah satu bentuk emosi dan rasa mampu menjamin keperluan-
cemburu ini selalu ditujukan kepada keperluan hidup istri dan anak-
orang lain tetapi tidak semua. Rasa anaknya.
tidak puas ini juga kadang berwujud 3. Adanya jaminan bahwa suami akan
rasa marah atau rasa benci pada orang berlaku adil terhadap istrinya.
yang dicemburuinya. Cemburu juga Persetujuan dari istri tidak diperlukan
berkaitan dengan rasa takut dan kuatir bagi suami apabila istrinya tidak mungkin
akan kehilangan perhatian atau kasih dimintai persetujuan dan tidak dapat
saying dari orang tertentu. Karena itu menjadi pihak dalam perjanjian atau
dapat dipahaqmi bahwa orang yang apabila tidak ada kabar dari istrinya selama
sedang cemburu seringkali diamuk sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun atau
berbagai perasaan sehingga akhirnya karena sebab-sebablain yang perlu
lupa diri dan sulit untuk bertindak mendapat penilaian dari hakim pengadilan.
rasional. Persetujuan dari istri itu pun apabila
b. Poligami dan Kawin Paksa merupakan persetujuan lisan yang harus
Dalam poligami ini, bahwa suami diucapkan didepan sidang pengadilan,
dapat menikah lagi apabila pengadilan sedangkan sebagai bukti yaituadanya
itu sendiri memberikan izin apabila kemampuan suami untuk menjamin
dipenuhi syarat-syarat sebagai keperluan hidup istri dan anak-anaknya.
berikut: Mengenai jaminan bahwa suami akan
1. Istri tidak dapat menjalankan berlaku adil terhadap istri dan anak-
kewajibannya sebagai istri anaknya dilaksanakan dengan pernyataan
2. Istri mendapat cacat badaan atau atau janji dari suami yang dibuat dalam
penyakit yang tidak dapat bentuk yang telah ditetapkan.
disembuhkan Kawin paksa juga merupakan salah
3. Istri/suami yang tidak dapat satu faktor penyebab perceraian yang
memberikan keturunan terjadi di Samarinda. Karena kawin paksa
merupakan tindakan yang bertentangan
44
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
dengan hati nurani pasangan yang menikah salah satu pasangan suami istri itu
sehingga akan menimbulakan berbagai berzina atau karena pihak ketiga.
macam masalah dalam menjkalani b. Ekonomi
kehidupan berumah tangga karena tidak Kecukupan termasuk diantara sarana
ada keikhlasan hati, rasa mencintai dan yang bisa menunjang tercapainya apa
rasa menghargai dari salah satu pasangan yang diinginkan setiap rang, untuk
suami istri tersebut. memenuhi kebutuhan materi atau
Tujuan perkawinan baik berdasarkan untuk kepuasan. Bahkan secara
UU No.1 tahun 1974 maupan syariat lahiriah, orang sering diukur dengan
agama dalah untuk membina rumah tangga keadaan ekonominya. Jika keadaan
(keluarga) yang bahagia dan kekal. Untuk ekonominya. Jika keadaan
mencapai tujuan tersebut antara suami istri ekonominya kacau/lemah, maka
yang bersangkutan harus ada saling keadaan kehidupannya pun cenderung
pengertian sebagai salah satu unsure untuk lemah atau kurang stabil sehingga
menumbuhkan rasa saling mencintai diantara hal-hal yang menjadi
antara kedua belah pihak. Karenanya maka pertimbangan sebelum perkawinan
dalam pelaksanaan perkawinan itu tidak adalah soal ekonomi.
dibenarkan adanya paksaan. Hal ini Kestabilan ekonomi suatu keluarga
ditegaskan dalam pasal 6 ayat 1 UU No.1 mempunyai kaitan dengan kebahagian
tahun 1974 bahwa perkawinan harus dalam rumah tangga seperti hal nya
didasarkan atas persetujuan kedua calon kelancaran usaha dan penghasilan
mempelai. tersebut mempunyai pengaruh akan
a. Meninggalkan Kewajiban lancarnya kehidupan rumah tangga.
Meninggalkan kewajiban disini ini Usaha-usaha yang penghasilannya
bahwa diakibatkan karena keadaan berjalan secara teratur, kemungkinan
rumah tangga yang tidak harmonis, lebih besar untuk tercapainya
salah satu pasangan suami istri pergi kabahagian, disbanding usaha-usaha
meninggalkan pasangannya, masalah yang penghasilannya tidakteratur.
ketidakpuasan dalam berumah tangga, Dengan demikian jelaslah bahwa
salah satu pasangan menikah lagi faktor ekonomi sering menjadi salah
tanpa adanya persetujuan dari satu problema dalam kehidupan
pasangannya dan dapat juga karena berumah tangga.
c. Penganiayaan
45
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
46
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
47
Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 1/Juni 2012, hlm. 31-48
48