KELOMPOK V
PERCERAIAN DALAM KELUARGA
TIM PENYUSUN:
1. IRFAWANDY
2. MUHAMMAD RIFQI PRATAMA
3. MUHAMMAD JUSMIRAD
4. ANISA
5. ARDIANTY
6. ST. HADIJA
BAB V
PERCERAIAN DALAM KELUARGA
Kehidupan rumah tangga atau sering disebut berkeluarga bukanlah hal yang saat
dijalani dan akan slalu berjalan mulus dan lurus. Kadang yang bisa kita lihat adalah hal
yang begitu romantic penuh dan kasmaran seakan akan masalah hidup tidak akan ada lagi
setelah kita menikah, mungkin bagi yang belum menikah kadang membayangkan tentang
suami/istri yang pengertian sesui dengan kriteria masing masing serta memiliki buah hati
yang yang di damba-dambakan, pada saat itu pemikiran bagi yang belum tahu menahu
tentang sejatinya pernikahan hanya akan membayangkan yang baik baiknya (Puspitaorini,
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
A. Definisi Perceraian
Dari (Dr. Hj. Ulfiah, 2016) Perceraian merupakan carai hidup diantara pasangan
suami istri karena kegagalan dalam menjalankan obligasi yang telah mereka lakukan
sebagai kewajiban serta peran dari masing – masing pihak. Didalam kondisi ini suatu
perceraian dapat dilihat sebagai babak akhir dalam hubungan yang bersumber dari
masalah ketidakstabilan perkawinan. Kemudian pasangan suami istri ini menjalanin hidup
terpisah dengan dukungan ketetapan hukum yang sedang berlaku. Karena kedua atau salah
satu pasangan mengambil keputusan agar saling mengakhiri dan meninggal kemudian
berhenti untuk melakukan kewajiban suami istri merupakan akibat dari perceraian yaitu
dengan terputusnya keluarga. Sedangkan menurut (Imron, 2016) suatu perceraian atau
thalak adalah solusi terakhir dalam memecahkan problematika perkawinan.
Dalam sosiologi sendiri terdapat teori pertukaran yang melihat perkawinan sebagai
suatu proses pertukaran hak dan kewajiban serta penghargaan dan kehilangan yang terjadi
diantara sepasang suami istri. Anggapan ini ada karena perkawinan itu sendiri merupakan
proses integrasi dua individu yang hidup dan tinggal bersama, sementara latar belakang
sosial budaya, keinginan serta kebuthan mereka berbeda, maka prose pertukaran dalam
perkawinan ini harus senantiasa dirundingkan dan disepakati bersama.
Ada beberapa penyebab terjadinya perceraian seperti perselingkuhan, ekonomi,
ketidakcocokan, kekerasan dalam rumah tangga. Menurut catatan PA tanjung pati sekitar
181 keluarga becerai karena tidak ada keharmonisan, 45 pasangan yang tidak bertanggung
jawab, 41 gangguan pihak ketiga, 18 karna masalah ekonomi, 7 karena cemburu, 3 karena
poligami, dan 2 karena kurang akhlak (Nini Anggraini, Dwiyanti Hanandini, 2019).
Perceraian Dalam Islam
Talak atau yang biasa disebut dengan perceraian merupakan pemutusan hubungan
dua belah pihak antara suami dan istri dari pernikahnya yang sah menurut aturan negara
dan islam. Penyelesaian masalah yang menjadi opsi terakhir pilihan mereka yaitu dengan
cara perceraian. Tidak menutup kemungkinan justru dari keputusan perceraian yang
mereka ambil akan membawa masalah baru kedepanya, salah satu masalah baru yang akan
timbul yaitu mengenai hak asuh anak. Sehingga sebaiknya kita berusaha untuk
menghindari terjadinya perceraian.
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
b. Perselingkuhan
Dapat memiliki kehidupan hubungan rumah tangga yang bahagia serta harmonis
adalah impian semua orang yang membinah rumah tangga. Namun, layaknya pada seuntai
cita-cita hal ini tentu saja wajib dilengkapi dengan kerja keras yang besar, komitmen,
kesabaran, dan kuat pada masing masing pihak, hal ini karena pada bathera rumah tangga
akan banyak sekali badai yang akan menguji rumah tangga sepanjang usia pernikahan
sehingga kedua belah pihak harus siap dan bisa menjaga rumah tangga dengan baik.
Untuk saat ini sudah banyak rumah tangga yang terkena badai masalah
perselingkuhan bahkan sering terjadi. Disini dapat kita ketahui bahwa perselingkuhan
adalah penyebab salah satu permasalahan retaknya rumah tangga sepasang suami istri.
Walaupun tidak semua perselingkuhan berujung perceraian namun dapat diketahui
menimbulkan kerugian pada orang – orang yang dikecewakan contohnya adalah kurang
rasa cinta, merusak keharmonisan rumah tangga, bahkan berkurangnya kepercaya.
Menurut (Muhajarah, 2017)Perselingkuhan biasanya di tandai dengan perubahan
sikap pada pasangan perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan sikap suka
berbohong terhadap pasangan, cenderung bertindak defensive atau slalu bertahan dengan
opininya dan tak mau disalahkan dan yang paling menonjol adalah keseringan
merahasiakan sesuatu
Adapun factor factor yang menyebabkan terjadinya perselingkuhan di dalam
kehidupan rumah tangga sebagai berikut:
Faktor internal.
Factor internal merupakan factor yang berasal dari dalam yang membuat terjadinya
perselingkuhan dalam ikatan rumah tangga yang bisa menyebabkan perceraian,
1. Tipisnya nilai agama
Agama sudah mengatur tentang bermacam sisi kehidupan manusia. Termasuk
didalamnya urusan rumah tangga. Apa saja yang diperintahkan dan apa saja yang dilarang
semestinya hendak ditaati oleh mereka yang mempunyai kandungan keimanan besar.
Dalam agama apapun, perselingkuhan merupakan perihal yang dilarang sehingga untuk
mereka yang memgang teguh nilai keagamaan tidaka hendak melaksanakan serta malahan
memilah metode memlihara rumah tangga dengan baik. Kebalikannya, bila seorang tidak
memiliki pondasi agama yang kokoh, hendak hendak sangat gampang untuk dirinya buat
berlaku selingkuh. Perihal ini didukung oleh (Matondang, 2014) dengan melaporkan kalau
tanpa agama, manusia tidak bisa jadi merasakan kebahagian serta ketenangan hidup serta
tanpa agama, mustahil bisa dibina keluarga yang nyaman serta tentram
2. Miskin komitmen
Komitmen merupakan modal besar kala mempunyai rumah tangga ataupun mau
menikah buat membentuk keluarga, walaupun tidak mempunyai banyak pengetahuan
tentang agama seorang yang mempunyai komitmen kokoh hendak senantiasa setia pada
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Faktor eksternal
Factor eksternal merupakan factor dari luar yang menjadi penyebab terjadinya
perselingkungan dalam rumah tangga dan sangat lebih rentan karena lebih banyak
pengaruh dari luar.
1. Sering menghabiskan waktu kerja bersama bersama partner lawan jenis
Sering menghabiskan waktu kerja bersama partner lawan jenis. Terdapat pepatah
jawa yang berkata“ Tresno jalaran soko kulino”. Pepatah ini kerap terjalin pada dua orang
muda mudi yang berinterkasi dalam waktu yang lumayan lama, apalagi tidak menutup
mungkin untuk mereka yang telah menikah. ( Saadhiyah, 2018) dalam atmosfer tempat
kerja perempuan serta laki- laki berkenalan serta tidak terdapat batas dalam berteman
antar sesame, keterbiasaan ini yang hendak memunculkan rasa kenyaman yang berlebih
daripada yang dapat didapatkan dalam keluarganya sendiri sehingga merangsang
perselingkuhan
kesabaran bagi masing masing pasangan dengan mencari solusi dari masalah maka
selingkuh atau bahkan terang terangan mencari pasangan lain bisa saja menjadi jalan
pintas.
4. Hubungan jarak jauh
Kadangkala pekerjaan membuat sejoli suami istri bersedia buat berpisah tempat
tinggal dengan mempercayakan system ikatan jarak jauh ataupun kerap diketahui oleh
orang- orang Hubungan jarak jauh. Jelas saja untuk pendamping yang tidak mempunyai
komitmen serta pegangan agama yang kokoh sangat rentan buat terbentuknya
perselingkuhan sebab perihal ini diakibatkan sangat minimnya pengawasan serta cuma
berlandaskan kepercyaan satu sama lain (Nurwijaya, 2011).
gambar.1
Keterangan:
1. Ketegangan, pada fase ini pelaku menimbulkan insiden insiden kecil, atau kekrasan
kekerasan lisan, seperti memaki, mengancam, dan kekerasan fisik kecil kecilan. Pada
kejadian ini karena korban sering mengalami ketegangan, sikorban akan slalu berusaha
menyabarkan pelaku yang menurutnya membawa hasil.
2. Ledakan Kekerasan, pada tahap ini terjadi ledakan emosi dan penganiayaan pelaku
terhadap korban. Control emosi dan perbuatan sudah tidak terkendali, pelaku dengan niat
memberi pelajaran pada korban dengan bentuk penganiayaan seperti tamparan, pukulan,
tendangan, cekikan, bahkan menyerang dengan senjata atau alat alat yang tajam ataupun
tumpul
3. Minta Maaf, setelah melakukan penganiayaan terhadap korban pelaku biasanya merasa
menyesal atas perbuatanya dan meminta maaf kepada si korban dan tidak mengulangi
perbuatannya kepada korban
4. Bulan Madu, setelah minta maaf pelaku terhadap korban hubungan kemabli lepas dari
puncak ketengangan dan malahan merasakan kemesraan antara suami istri selayaknya
keluarga yang damai.
Perminta maafan pelaku terhadap korban sering membuat korban untuk
memaafkan si pelaku denfan berharap bahwa pelaku tidak akan mengulangi lagi
perbuatannya dan kemudian membuat relasi baru yang harmonis serta melupakan
masalah sebelumnya. Namun jika tida didasari kesadaran kuat dari si pelaku situasi
harmonis ini hanya berthan seberntar saja dan mencul ketegangan sehingga akan terulang
lagi.
Cinta ( rasa cinta dan sayang kepada suami/istri, memaklumi, mencoba untuk mengerti.
Harapan ( berharap hubungan yang dibinahnya bisa menjadi lebih baik)
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Terror (rasa anacama setiap kali akan di pukuli, ditinggal, dapat menjalani kehidupan
sendiri tapi sakit hati dan takut atas perlakuan pasangannya)
Adapun factor factor penyebab terjadinya KDRT adalah sebagai berikut:
1. Perselingkuhan, dalam hal ini adalah perselingkungan suami dengan perempuan lain
ataupun suami menikah dan mempunyai istri lagi. Perselingkuhan ini akan menjadi salah
satu timbulnya KDRT dikarenakan suami mulai terpengaruh dengan wanita lain yang bisa
saja menghasutnya untuk meninggalkan istri lama, apalgi jika istri lama kekeh dalam
pendiriannya dan kerap kali melawan maka suami yang tergoda ini kadang tidak tanggung
tanggung melakukan kekerasan pisik,psikis dan bahkan penelantaran.
2. Budaya Patriarkhi, patriarkhi artinya ayah adalah pemegang segala kekuasaan dan
didalam masyrakat dijelaskan bahwa laki laki berkuasa terhadap istri dan anak anaknya.
Dalam relasi gender masyrakat patriakhi, laki laki akan diberi tempat yang lebih utama dan
laki laki akan berkuasa terhadap perempuan, oleh karena pandangan seperti ini kadang
menimbulkan kekerasan jika laki laki merasa tertandingi atau tidak suka dengan kelakuan
perempuan dia akan semena-mena.
3. Perbedaan prinsip, prinsip hidup seseorang adalah hal yang dasar dari dalam dirinya dan
berusaha untuk melakukan hal hal sesui dengan prinsip hidupnya tersebut. Apabilah ada
orang yang berusaha atau mencoba prinsip tersebut maka seseorang akan tersinggung dan
tidaka kan terima dengan hal tersebut, tidak terkecuali hal ini terjadi dalam kehidupan
rumah tangga suami istri walaupun mereka sudah menyatu dalam ikatan pernikahan
namun tidak ada yang mempungkiri perbedaan prinsip dalam keduanya. Hal ini berpotensi
besar memicuh perselisihan/pertengkaran atau bisa saja berujung dalam kekerasan.
D. Dampak Perceraian
Penafsiran perceraian merupakan cerai hidup antara pendamping suami istri selaku
akibat dari kegagalan mereka melaksanakan obligasi kedudukan tiap- tiap. Dalam perihal
ini perceraian dilihat selaku akhir dari sutau ketidakstabilan pernikahan dimana pasnagan
suami istri setelah itu hidup terpisah secara formal diakui oleh hukum yang berlaku.
Perceraian ialah terputusnya keluarga sebab salah satu ataupun kedua pendamping
memutuskan buat silih meninggalkan sehingga mereka menyudahi melaksanakan
kewajibannya selaku suami istri (Nasution, 2019). Untuk anak dari keluarga yang berpisah,
penafsiran perceraian dimaknai selaku“ ciri kematian” keutuhan keluarga, rasanya“
setengah diri” anak sudah lenyap, hidup tidak hendak sama lagi sehabis orang tua mereka
berpisah serta mereka wajib menerima kesedihan serta perasaan kehabisan yang
mendalam. Contohnya, anak wajib memendam rasa rindu yang mendalam terhadap bapak/
bunda yang seketika tidak tinggal bersama lagi.
Howard Friedman dalam Gottman and DeClaire meyakinkan kalau perceraian serta
perpisahan orang tua mempunyai pengaruh lebih besar terhadap masalah- masalah
kejiwaan di setelah itu hari daripada pengaruh kematian orang tua. Perceraian
membagikan pengaruh yang lebih mendalam kepada anak (Widiastuti, 2015). Dalam
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
wajib dipecah serta atensi yang diberikan kepada keluarga spesialnya kanak- kanak
jadi ketidakpastian akibat yang ditimbulkan dari perceraian tersebut. Ketidak
pastian ini spesialnya hendak lebih sungguh- sungguh apabila permasalahan
keselamatan serta pemeliharaan anak jadi bahan sengketa antara bapak serta
bunda, sehingga seseorang anak akan merasa takut serta bimbang buat
mendapatkan atensi yang optimal laykanya kanak- kanak yang yang lain.
a. Masalah pengasuhan anak
Dalam keadaan berpisah akibat perceraian menyebabkan salah satu diantara
orangtua akan memiliki peran yang ganda. Perlu adanya penyesuaian dan
pemahaman bagi anak-anak yang merasa dirinya tidak mendapatkan perhatian oleh
kedua orangtuanya secara baik. Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah karena ada
banyak hal lain yang harus dipikirkan seorang diri. Peran ganda yang dilakukan oleh
seorang single parent harus mampu menjaga dan mengarahkan anak-anaknya
sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Dampak dari perceraian yang berpengaruh bagi anak-anak khususnya mengenai hal
penyesuai dirinya. Karena dengan melihat keadaan tersebut bahwa anak
mempunyai pandangan adanya perceraian yang terjadi diakibatkan kehidupan
keluarganya selama ini sangat bahagia, dapat menjadi situasi yang mengacaukan
kognitifnya dari seorang anak. Masa ketika perceraian terjadi merupakan masa
kritis buat anak, terutama menyangkut hubungan dengan orang tua yang tinggal
bersama-sama. Karena pada masa ini, anak-anak harus mulai beradaptasi dengan
perubahan hidupnya yang baru yakni mendapatkan perhatian oleh seorang ayah
ataupun ibunya.
b. Gangguan emosional
Terjadinya perceraian yang masih membutuhkan penyesuaian waktu dengan
meykakinan bahwa hubungan diantara suami dan istri sudah tidak bersama lagi.
Harapan yang dimiliki oleh suami dan istri yang ingin membangun keluarga hingga
sampai tua akan tetap bersama sebagai pasangan hidup, akan tetapi menjadi kandas
akibat perceraian, sehingga hal ini akan menyebabkan perasaan yang sangat kecewa
dan menyakitkan diantara pihak-pihaknya. Perasaan lain yang mungkin dialami
adalah perasaan terhina atau perasaan marah dan cenderung emosional akbat sikap
buruk yang dilakukan pasangannya. Menyiapkan diri untuk mampu hidup secara
kesepian karena sudah tidak ada lagi pasangan yang sebelumnya menjadi teman
hidupnya untuk bercerita, berbagi dan lain sebagainya.
c. Perubahan status dan peran
Akibat dari kejadian perceraian yang sangat jelas merupakan mengganti peranan
serta status seorang ialah istri jadi janda serta suami jadi duda, dan mereka hidup
secara sendiri serta terpisah. Orang yang berpisah kerapkali memperhitungkan
kegagalan dari ikatan pernikahan selaku kesalahan personal. Kondisi ini untuk mereka
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2. Tujuan Khusus
a. Idiocynratic ways yaitu cara cara yang istimewa agar dapat meningkatkan serta
mendorong toleransi pada setiap anggota keluarga.
b. Menumbuhkan toleransi kepada anggota – anggota keluarga dengan pengalaman
yang telah dialami seperti konflik, kecewa/frustasi dan rasa sedih karena faktor
sistem keluarga
c. Mengembangkan potensi – potensi dan motif dengan upaya mengsuport atau
mendorong, meningkatkan anggota tersebut dan memberi semangat.
d. Meningkatkan keberhasilan pada presepsi diri seorang orang tua sesuai dengan
anggota – anggota keluarga yang lainnya dan tentunya secara realistic.
Dengan adanya konseling keluarga bertujuan untuk pencegahan konflik, terjadinya
pertengkaran dan ketidak harmonisan yang menimbulkan suatu permasalahan didalam
keluarga yaitu perceraian. Tujuan konseling keluarga yang lainya adalah untuk menjadikan
suatu keluarga yang bahagia, harmonis, sakkinah, mawaddah, serta warahma.
Selain pola pencegahan yang dipaparkan diatas, adapun yang takkala pentingnya
harus ditanamakan dalam masyrakat terlebih kepada anak anak atau remaja untuk bekal
membina keluarga, karena pada kenyataanya masih banyak yang membinah keluarga
hanya karena sebatas cinta dan modal niat padahal tanpa kita sadari bekal pengetahuan
untuk membinah keluarga juga sangat urgen untuk ditanamakan akan remaja atau anak-
anak yang akan menjalani fase pernikahan suatu saat tidak akan mudah untuk melakukan
perceraian. Karena dengan perceraian akan menimbulkan masalah baru setelah bercerai.
Pada kenyataannya pernikahan dini merupakan salah satu factor pemicu perceraian
meskipun lebih minim namun hal ini tetap harus di waspadai karean hal tersebut juga
sangat melawan hokum, lalu apakah yang harus dilakukan untuk menjegah factor tersebut?
Seperti yang di jelaskan dengan sangat jelas oleh (Awaru, 2020) bahwa pendidikan
seks pada remaja akan membuat mereka lebih bertanggung jawab dan tidak akan
melakukan seks yang tidak sehat dan memebrikan bekal pranikah. Ini artinya penaman
pendidikan seks adalah salah satu langkah untuk memberikan bekal luar biasa kepada
anak dan memberikan cahaya baru untuk membinah keluarga yang lebih matang
sehingnga umur pernikahan bisa bertahan lama dan meminimalisir kasus perceraian.
DAFTAR PUSTAKA
Alfina sari, Taufik, A. sano (2016) ‘Konseling Keluarga untuk Mencegah Perceraian’, Jurnal
Pendidikan Indonesia, 2(1).
Awaru, A. O. T. (2020) ‘Konstruksi Sosial Pendidikan Seksual pada Orangtua dalam
Keluarga Bugis-Makassar’, 8(1), pp. 182–199.
Azizah, L. (2000) ‘Dalam Kompilasi Hukum Islam’, Jurnal hukum, pp. 415–422.
Badriyah Khaleed, S. H. (2015) PENYELESAIAN HUKUM KDRT. 1st edn. Edited by Alex.
Yogyakarta: Medpress Digital.
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR