Anda di halaman 1dari 7

PERCERAIAN DALAM KELUARGA

Ikbar Zaidaan

a Fakultas Agama Islam/program Studi Hukum Keluarga(Ahwal


Syakhshiyah),sikbarzaidaan3@gmail.com, Universitas Islam Sultan Agung semarang

Meilan Arsanti

b Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/Program Studi Pendidikan Bahasa dan


Sastra Indonesia,meilanarsanti@unissula@ac.id , Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Abstrak

semua orang pasti ingin hidup dengan nyaman dan damai di keluarga,tidak ada yang berharap
perceraian terhadap keluarga mereka.semua orang pasti akan hidup berbahagia dengan
keluarga mereka.Dalam berkeluarga pasti menginginkan keluarganya yang baik baik saja dan
membangun kehidupan yang baru,harus pandai pandai mengatur suasana dalam bekeluarga.
jika mereka memiliki konflik emosional, masalah keluarga,Pendidikan,keuangan,Kesehatan
dll,pasangan harus mendiskusikan bagai mana cara jika menghadapi semua itu karena semua
harus di selesaikan secara berdiskusi jika memilih tanpa berdiskusi akan menyebabkan hal
yang menurutnya benar tetapi tidak tau semuanya,jika sudah berdiskusi sama pasangan tetapi
masih ragu bisa di tanyakan dengan tetangga terdekat atau bisa langsung bertanya dengan
orang yang lebih tau.dengan berkomunikasi pasti akan mendapatkan jalan keluar.tapi kadang
kadang keluarga ada yang tidak bisa memcahkan masalahnya sendiri dan akhirnya memilih
jalan sendiri padahal jalan itu belum tentu benar atau sslahnya,mereka dapat memutuskan
pendapatnya sendiri dan akhirnya mereka memutuskan perceraian.artikel ini membahas
tentang pengertian,proses perceraian dan dampaknya.

PENDAHULUAN

Sebuah keluarga adalah dua atau lebih orang yang berkomitmen yang berbagi kasih
sayang, penghidupan, tanggung jawab pengambilan keputusan dan nilai-nilai. Keluarga
berfungsi sebagai suatu kelompok atau sistem. Segala sesuatu yang terjadi pada satu anggota
keluarga mempengaruhi semua anggota keluarga lainnya (Mohammed dan Yehualashet,
2016). Tingkat perceraian yang tinggi umum terjadi di sebagian besar masyarakat industri,
dan oleh karena itu banyak penelitian berupaya mengidentifikasi faktor penentu
ketidakstabilan perkawinan (Maslauskaite et al., 2015). Angka perceraian di Indonesia
semakin meningkat setiap tahunnya. Angka perceraian di Indonesia adalah 353.843 pada
tahun 2015. Jumlah perceraian di Indonesia meningkat menjadi 365.654 pada tahun 2016.
Jumlah perceraian di Indonesia meningkat menjadi 37.516 pada tahun 2017. Angka
perceraian di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 408.202 kasus. Jumlah perceraian di
Indonesia meningkat menjadi 439.002 pada tahun 2019 dengan 112.616 proses perceraian
dan 326.386 proses pengadilan. Angka perceraian di Jawa Timur sebanyak 84.839 kasus pada
tahun 2017. Angka perceraian di Jawa Timur meningkat menjadi 88.955 kasus, perceraian
26.790 kasus dan perceraian 62.165 kasus pada tahun 2018. Angka perceraian di Jawa Timur
meningkat menjadi 95.007 kasus pada tahun 2019, 66.95 kasus perceraian sebesar talak, dan
28.053 kasus perceraian (BPS Provinsi Jawa Timur, 2019, 2020). Perceraian tidak sesuai
dengan fungsi keluarga,yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi dan fungsi kesehatan atau
pemeliharaan. Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan sejahtera yang meliputi kesejahteraan
fisik,mental dan sosial dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan.
Inkompatibilitas Fungsi KeluargaMengacu pada promosi kesehatan sebagai proses dimana
orang dapat mengelola dan meningkatkan kesehatan mereka. Untuk mencapai kesehatan
fisik, mental dan sosial yang utuh,individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan
mewujudkan aspirasi,mampu menanggapi kebutuhan, mampu mengubah atau beradaptasi
dengan lingkungan (World Health Organization,1986)

Rumusan Masalah

Artikel ini bertujuan untuk mencegah agar tidak berbuat seperti ini lagi kepada
istri.menjalani hubungan yang sudah sah tidak baik jika suami bertingkah yang terlalu
bebas .karena jika sudah berhubungan suami istri akan setia menemani selamanya.jika
memang antara suami istri sudah tidak sanggup lagi bisa dibahas barsama sama dan jika
suami istri sudah setuju antara pendapat masing bisa langsung datang ke pengadilan agar bisa
resmi sah dan tidak menyakiti satu sama lain.

METODE PENELITIAN

Meskipun pada prinsipnya hukum Islam tidak mensyaratkan perceraian di muka


pengadilan karena ketentuan ini terutama lebih membawa kebaikan bagi kedua belah pihak,
namun semua warga negara, termasuk warga Muslim ,wajib mengikuti ketentuan ini.
Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974membedakan antara perceraian menurut
kehendak suami dan perceraian menurut kehendak istri. Perceraian menurut kehendak suami
disebut talak dan perceraian menurut kehendak istri disebut cerai gugat. Landasan hukum
agama adalah di undangkannya undang undang nomor 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan
Agama,ysng kemudian di ubah dengan undang undang nomor 3 tahun 2006 mengubah
undang undang nomor 7 tahun 1989 tentang peradilan agama,dan dengan undang undang
nomor.7.50 tahun 2009.1989.perubahan kedua UU no.7tahun.

PEMBAHASAN

Definisi perceraian

Perceraian merupakan putusnya ikatan dalam hubungan suami istri berarti putusnya
hukum perkawinan sehingga keduanya tidaklagi berkedudukan sebagai suami istri dan tidak
lagi menjalani kehidupan Bersama dalam suatu rumah tangga.

Perceraian adalah sebuah fakta

Perceraian adalah sebuah fakta antara suami istri,akibat perbedaan suatu pikiran yang tidak
bisa di satukan lagi melalui berbagai cara dalam kehidupan keluarga.masing masing pendapat
pasti memegang pendapatnya itu yang pasti benar menyebabkan masalah sepele menjadi
masalah besar jika melakukan hal itu pasti akan berakhir perceraian.

Walaupun secara agama dilarang bercerai tetapi jika hal itu di terus teruskan maka orang
pasti tidak akan nyaman,jika pasangan yang sudah sah melakukan hal yang tidak boleh di
lakukan di keluarga,meskipun dulunya tidak tau dia bekas pasangan siapa tetapi jika sudah
menjalankan hubungan yang remi dan sah kita harus pandai pandai memikirkan yang
sekarang karena sudah kewajiban pasangan yang sudah resmi menikah,meskipun dulunya
belum memikirkan sampai sini karena pasangan sudah menjalani nikah siap tidak siap
pasangan harus siap menjalani berbagai masalah yang akan datang nantinya.sepanjang
manusia perceraian itu tidak bisa dihentikan karena manusia berbeda beda sifat dan berbeda
beda mendapatkan pasangan berbagai pasangan pasti akan mendapatkan masalah sendiri
sendiri dan berbobot sendiri sendiri semua tergantung pasangan masing masing.

Faktor faktor terjadinya perceraian

Perselingkuhan pasangan yang mengkhianati janji perkawinan,Ketika ada masalah masalah


dalam hubungan perkawinan mereka tak dapat diselesaikan dengan baik.perceraian adalah
bukan tujuan akhir dari suatu perkawinan,akan tetapi sebuah bencana yang melanda suami
istri.ada bebrapa faktor penyebab perceraian sebagai berikut:

1. Kekerasan verbal

Kekerasan verbal merupakan sebuah penganiayaan yang dilakukan oleh seorang


pasangan dengan pasangan lainnya.Dengan omongan yang kasar,tidak bisa menghargai
satu sama lain.akibat mendengarkan dan merasakan perilaku pasangan hidup yang seperti
ini,membuat perasaan satu sama lain sama sama terluka dan kesewa karena saling
membantah omongan yang saling jawab dan saling mengejek satu sama lain.

2. Masalah ekonomi

Salah satu keberlangsungan pasangan yang sudah siap menikah tetapi kondisi ekonomi
yang terkadang masih ada yang kurang satu sama lain.terkadang kebutuhan suami dan
istri berbeda dan kebutuhan rumah juga di pikirkan,terkadang istri atau suami sedang
mengalami sakit pasti akan mengeluarkan uang jika sakitnya parah pasti akan
mengeluarkan banyak biaya lagi,terkadang suami yang bekerja tetapi menafkahi istri
sangat lah terbatas itu akan menjadi konflik dan akan terjadi pertukaran.jika suami yang
gajinya lebih dari cukup tetapi suami membatasi pemberian uang untuk kegiatan ekonomi
rumah tangga sehingga keluarga masih merada kekurangan dan menderita.

3. Perselingkuhan

Perselingkuhan adalah sebuah perzinaan yang dilakukan seseorang dengan orang lain
yang bukan menjadi pasangan hidup yang syah secara syariat islam.secara umat islam
suami dan istri yang telah menikah secara syah sudah pasti melewati berbagai rintangan
yang sudah pernah di lakukan sebelumnya.jadi perselingkuhan sebagai hubungan sexual
di luar perkawinan.oleh karena itu seorang akan merasa sangat sakit hati dan kecewa
setelah mengetahui pasangan hidupnya melakukan perselingkuhan (Satiadarma,2001).

4. Perceraian Hukum

Perceraian yang resmi harus di tandai dengan hukum melalui pengadilan.jika yang
beragama muslim pengadilan agama sudah menyiapkan telak 1,2,3sebagai landasan
perceraian anatara suami istri.pasangan yang non muslim seperti
Kristen,katolik,hindu,budha bisa ke pengadilan umum negara atau di kantor catatan sipil
yang berberan memutuslan hubungan atau mengesahkan hubungan.
5. Perceraian secara fisik

Perpisahan secara fisik adalah suatu di mana suami istri tidak lagi tinggal satu rumah dan
masing masing akan berjauhan sejauh mungkin agar tidak bisa bertemu lagi.mereka
benar benar tidak mau lagi bertemu secara fisik dan tidak mau berkomunikasi lewat
apapun itu.dengan hal ini hubungan suami istri tidak bisa melakukan hubungan sexual
dengan bekas pasangannya.perpiasahan fisik terjadi setelah hubungan suami dan istri
secara hukum melalui pengadilan.Proses perpisahan ini terjadi karena dalam hubungan
suami dan istri ada masalah yang tidak bisa saling memaafkan dan sering melakukan
kesalahan tersebut,jika antara suami dan istri sering melakukan kesalahan tersebut pasti
akan terjadi suatu permasalahan yang susah akan di selesaikan secara bersama.

6. Faktor budaya

Perceraian dianggap sebagai keputusan yang mengubah hidup yang melibatkan banyak
cara untuk mengatasi tantangan yang mengarah pada perceraian sebelum perceraian
dapat ditegakkan secara hukum. Perceraian didasarkan pada gagasan bahwa pernikahan
adalah institusi sosial. Keyakinan dan norma budaya tertentu, seperti komitmen jangka
panjang. Mengurus anak dan suami sebagai pencari nafkah adalah kewajiban
perkawinan. Jika keyakinan dan normadilanggar, perempuan atau laki-laki tersebut lebih
cenderung pergi karena kurangnya dukungan sosial atau karena pasangan tidak bahagia
karena melanggar norma (Sayer, LC, Englan, P, Allison, P, Kangas, 2011).

Pernikahan dianggap sebagai ikatan seumur hidup dalam masyarakat Afrika (Arugu,
2014). Secara tradisional, perceraian tidak dianggap sebagai pilihan. Anggota keluarga
menyelesaikan semua perselisihan dengan menilai kasus berdasarkan kemampuannya
dan mempertimbangkan semua konsekuensi dari hasilnya. Pernikahan dianggap sebagai
ikatan seumur hidup dalam masyarakat Afrika (Arugu, 2014). Secara tradisional,
perceraian tidak dianggap sebagai pilihan. Anggota keluarga menyelesaikan semua
perselisihan dengan menilai kasus berdasarkan kemampuannya dan mempertimbangkan
semua konsekuensi dari hasilnya. Perceraian, yang pada dasarnya dianggap sebagai dosa
terhadap Tuhan, alam, dan masyarakat (Arugu, 2014), hanya dapat diizinkan dalam
masyarakat tradisional Afrika ketika pernikahan telah disempurnakan dan terlepas dari
upaya untuk mempertahankan pasangan atau memisahkan mereka. Ini merupakan
keuntungan bagi pasangan dari latar belakang budaya yang sama karena membantu
mereka menyesuaikan diri. Memiliki anak adalah alasan paling umum untuk menikah
karena dalam budaya Afrika pernikahan tanpa anak dianggap tidak mencapai tujuan
pernikahan. Katakanlah jika pasangan tersebut tidak memiliki anak,tidak ada yang
mengingatkan mereka,keluarga mereka menghilang. Selain itu, dalam beberapa budaya
khususnya perempuan yang melahirkan anak perempuan dapat bercerai karena anak
perempuan tidak dapat membawa nama belakang ayah.

Kesimpulan

Perceraian adalah suatu hal yang sudah biasa di dalam lingkup masyarakat sekitar,sering
kali perceraian sering di temui meskikun akan di bahas sebaik baiknya pasti ada masalah
yang tidak bisa di selesaikan secara bersama.Suami dan istri pasti akan memikirkan
segala resiko yang sudah dia perbuat dan jika masih belum bisa pasti salah satunya cara
bercerai.Mereka akan mencadi duda atau janda,dan kasihan anaknya jika orang tuanya
yang bercerai karena memiliki orang tua yang tidak utuh karena sudah bercerai.
Daftar Pustaka

Olson, D. H & DeFrain, J, “Marriage and family: Intimacy, diversity and strengths”, (4"' edition),
McGrawH

Satiadarma, M. P, ”Menyingkapi perselingkuhan”, Pustaka Populer Obor, Jakarta, 2001

Papalia, D. E, Olds, S. W & Feldman, R. D, “Human development”, (9"' edition), McGraw-Hill, Boston,
2004.

Sayer, LC, Englan,P, Allison,P, Kangas, N. (2011) ‘She left, He left: How Employment and Satisfaction

Affect Men’s and Women’s Decisions to Leave Marriages’, American Journal of Sociology, 116(6),

pp. 1982–2018. Available at: 6 Tahun’, Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, 2, pp. 76–149

Anda mungkin juga menyukai