Anda di halaman 1dari 6

JURNAL ILMIAH MAHASISWA SYARIAH

“PASANGAN SUAMI DAN ISTRI MEMUTUSKAN


PISAH RUMAH”
Dina Septiana, Fatin Umi Mardliyyah dan Izzudin Nur Aziz
Institut Agama Islam Negeri Kudus
Email :

ABSTRAK
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, penelitian ini
memiliki tujuan untuk mengetahui bentuk kronologi suami istri yang pisah
tempat tinggal dan mengetahui pandangan Tokoh Masyarakat tentang
kohesitas suami istri yang pisah tempat tinggal di Desa Gondang Manis
kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Jenis penelitian ini bersifat Kualitatif
jenis deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber primer yaitu,
informasi yang bersumber dari pengamatan langsung ke lokasi penelitian
dengan cara observasi dan wawancara. Subjek penelitian adalah Istri dari
korban pisah rumah, anak dari korban pisah rumah, tokoh masyarakat dan
respon Kepala Desa Gondangmanis Bae Kudus mengenai pisah rumah.
Sedangkan sumber sekunder yaitu, data yang diperoleh dari buku, jurnal
dan artikel untuk melengkapi data-data primer.
Mengemukakan tiga rumusan masalah yaitu, Bagaimana bentuk
kronologi
Faktor yang mendukung pada keutuhan keluarga yaitu dengan adanya
interaksi dan komunikasi yang baik dan pemenuhan fungsi-fungsi
keluarga yang dilakukan secara berhati-hati dan terperinci karena tidak
dipungkiri bahwa keluarga yang hidup terpisah cenderung rentang
terjadinya ketidak harmonisan dalam rumah tangga hingga dapat
terjadinya perceraian. Serta, di dalam Agama Islam telah dijelaskan pula
bagaimana agama memperbolehkan hubungan pisah tempat tinggal
tersebut tetapi masing-masing pasangan harus mengikuti aturan yang
telah di tetapkan dalam agama dan pasangan yang menjalani pisah tempat
tinggal harus mengatur pertemuan dengan kurung waktu 4 bulan sekali
suami harus pulang ke kampung minimal 6 bulan sekali suami bisa
bertatap muka dengan istri dan anak-anaknya.

Kata Kunci : Suami, istri, pisah rumah


PENDAHULUAN
Perkawinan merupakan jalan yang diberikan Allah SWT
kepada Manusia untuk melestarikan keturunan. Dengan perkawinan
hubungan laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat, legal
dan halal, dengan didahului ijab dan qabul sebagai lambang dari
adanya rasa saling ridha-meridhai, dan sebagai akad yang
mebolehkan hubungan suami dan istri.1
Pernikahan akan berfungsi apabila masing-masing pasangan
siap melakukan peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan
dari pernikahan itu sendiri. Adapun calon suami,syarat-syaratnya
adalah beragama islam, laki-laki,jelas orangnya, dapat memberikan
persetujuan, dan tidak terdapat halangan pernikahan,dan calon istri,
syarat-syaratnya adalah beragama islam, perempuan, jelas orangnya,
dapat dimintai persetetujuannya dan tidak terdapat halangan
perkawinan.2
Perkawinan yang sah, baik menurut agama maupun
ketentuan perundangundangan yang berlaku merupakan wadah
kehidupan berkeluarga. Berkaitan dengan hal tersebut maka tercipta
kehidupan yang harmonis, tentram, sejahtera lahir batin yang
didambakan oleh setiap insan manusia. Perjalanan sesungguhnya,
kondisi keluarga tidak selalu seperti yang diharapkan, goncangan
atau kekacauan dalam keluarga dapat saja terjadi setiap saat. Ketika
goncangan atau kekacauan telah melanda keluarga,
mengindikasikan bahwa ketahanan keluarga sedang diuji. Dalam
menghadapi kekacauan ini ada keluarga yang bisa bertahan dan ada
juga keluarga yang tidak tentram atau tidak damai dalam rumah
tangga, akhirnya perkawinan berujung pada perceraian.
Permasalahan yang dihadapi keluarga secara kualitas
(pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian
keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang
merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera) dan kuantitas
(banyak keluarga atau jumlah keluarga) mengalami peningkatan.
Hal ini bisa dilihat dari semakin banyak dan kompleksnya masalah
yang timbul. Misalnya meningkatnya masalah perceraian dan
perselingkuhan.

1
Beni Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat 1, 8 ed. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), hlm.
16.
2
Mardani,hukum perkawinan islam(yogyakarta:graha ilmu,2011),hlm.10
Dalam penelitian ini ada beberapa alasan yang membuat
peneliti merasa tertarik untuk membahas suami istri pisah tempat
tinggal, yaitu dengan melihat interaksi antar pasangan maupun
interaksi antara ayah (sebagai pihak terpisah) kepada anak dan
bagaimana pasangan tersebut dapat memenuhi fungsi keluarga
dalam kondisi hidup terpisah.
Sesuatu yang menarik dalam penelitian ini adalah suatu
kehidupan dan pandangan keluarga yang berbeda dari keluarga
pada umumnya yaitu hidup terpisah, belum lagi dengan berbagai
masalah yang dihadapi, seperti masalah cemburu dari pihak istri
yang hidup jauh dari suami, perselingkuhan, tidak adanya interaksi
dan komunikasi yang baik terhadap anak, hingga tidak adanya
komitment untuk menjaga ikatan suci pernikahan dengan
memberikan izin kepada masing-masing pasangan untuk melakukan
perselingkuhan dengan dalih pasangan tidak mengetahuinya. Hal
ini yang membuat peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian, agar peneliti dapat mengetahui bagaimana pasangan
suami istri yang tinggal terpisah dalam menghadapi berbagai
masalah dan mempertahankan keutuhan keluarga mereka.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif jenis deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah
sumber primer yaitu, informasi yang bersumber dari pengamatan
langsung ke lokasi penelitian dengan cara observasi dan wawancara
dengan subjek penelitian istri dari korban pisah rumah, anak dari
korban, tanggapan masyarakat dan kepala desa Gondangmanis Bae
kudus. Sedangkan sumber sekunder yaitu, data yang diperoleh dari
buku, jurnal dan artikel untuk melengkapi data-data primer.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor Bercerai Karena Banyaknya Perbedaan Pendapat


Penyebab dari pisah ranjang salah satunya adalah banyaknya
perbedaan pendapat. Sebagai seorang istri terkadang ingin di dengar
oleh suami tapi bagaimana bisa jika sang suami dan istri ternyata
berbeda pendapat hingga menyebabkan acuhnya suami kepada istri.
Sebelumnya suami istri ini memiliki 3 orang anak dan salah satunya
adalah anak laki-laki yang sudah cukup usia untuk menikah, namun
karena ada kendala maka si suami melarangnya untuk menikah
dengan perempuan tersebut, tetapi pendapat sang istri ibu dari anak
tersebut tetap mengizinkan anak laki-lakinya tersebut untuk
menikah, tentu perbedaan pendapat sudah jelas adanya, seorang
ayah menginginkan masa depan anaknya lebih baik menurut weton
sedangkan si ibu menginginkan anaknya memilih apa yang ia pilih
daripada anak tersebut mengalami trauma.
Faktor kuat dari pisah rumah adalah hasil wawancara kami dengan
NT yang memiliki permasalahan dalam perbedaan pendapat.
“waktu itu kami berdebat karena berbeda pendapat tentang pilihan anak,
Namanya seorang ibu pasti ingin anaknya bahagia dengan pilihanya
sendiri tetapi pendapat itu disanggah oleh suami saya dikarenakan ada
masalah weton”
Oleh karena itu pentingnya sebuah komunikasi dalam rumah tangga
dan didiskusikan Bersama lalu dicari jalan keluarnya.
Dampak pada Anak dari Korban Pisah Rumah
Sangat disayangkan korban dari pisah rumah yang paling dominan
adalah berdampak kepada anak. Dari hasil wawancara kami dari
salah satu korban adalah AN.
“Saya sangat tidak menginginkan hal tersebut terjsdi tapi bagaimanapun
keputusan dari orang tua adalah yeng terbaik, karena setiap harinya pasti
aka nada problem jika disatukan, waktu itu saya tertekan karena diusia saya
yang masih belasan tahun tidak bisa berkata apa-apa selain menerima
keputusan mereka untuk pisah rumah, disisi lain pelajaran saya terganggu
hingga nilai yang saya dapatkan waktu itu cukup rendah”
Tanggapan Masyarakat Umum Mengenai Pisah Rumah
Sebagai masyarakat sekitar yang juga tidak jauh dari rumah rumah
warga tentu memiliki respon tersendiri mengenai tetangga ataupun
warga sekitar yang mengalami pisah rumah, seperti halnya yang
kami wawancari sedikit yaitu berinisial MS, beliau mengatakan,
”bahwasanya setiap rumah tangga memiliki problem sendiri-sendiri, jadi
jika kok ada warga sekitar atau mungkin orang terdekat saya, ya mungkin
saya tidak bisa melakukan apa-apa dikarenakan memang setiap rumah
tangga memiliki privasi masing-masing dimana kita tidak bisa untuk ikut
campur di dalamnya”.
Pendapat tersebut juga diutarakan oleh Kades Gondangmanis Bae
kudus, dengan tambahan,
“Karena Privasi, mungkin saya juga tidak akan ikut campur kecuali orang
tersebut datang kemari dan ingin diberikan masukan maupun saran”.

SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai