Anda di halaman 1dari 8

Siti Salwa Ratu Ghaisa E-ISSN : 2686-178X

MUTAKALLIMIN; Jurnal Ilmu Komunikasi


Vol 3 No 1 Mei 2020

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANGTUA DAN ANAK PASCA


PERCERAIAN
(Studi Kasus di Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin)

Siti Salwa Ratu Ghaisa1)

Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin

Email: uwacantik11@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pasca
perceraian. Dan juga untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat komunikasi interpersonal
antara orang tua dan anak pasca perceraian di Banjarmasin Utara. Metode penelitian menggunakan pendekatan
kualitatif dengan tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Data dikumpulkan dengan cara
observasi, wawancara dan dokumentasi kepada dua keluarga yang telah bercerai di kecamatan Banjarmasin
Utara. Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan, setelah melakukan
itumembuat transkrip hasil wawancara, dengan cara memutar kembali rekaman hasil wawancara, mendengarkan
dengan seksama, kemudian menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada direkaman tersebut,
setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkrip, selanjutnya peneliti harus membaca secara
cermat untuk kemudian dilakukan reduksi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan bentuk
komunikasi interpersonal diantara informan 1 dan informan 2. Pada informan 1 komunikasi interpersonal yang
ada didalam keluarga tersebut terlihat baik dan harmonis, tidak ada hambatan saat berkomunikasi kepada anak-
anaknya. Sedangkan informan 2 komunikasi interpersonal yang terjalin termasuk gagal dan penuh amarah, serta
banyak hambatan yang terjadi dalam berkomuniasi antara orang tua dan anak. Penelitian ini menunjukan bahwa
teori yang sesuai dengan komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pasca perceraian yaitu, teori
pengungkapan diri, teori peran dan teori kebutuhan hubungan.

Kata kunci : Komunikasi Interpersonal;Komunikasi Pasca Perceraian; Komunikasi Orangtua dan Anak.

PENDAHULUAN asuh anak, juga biaya kewajiban untuk mengurus


Komunikasi Interpersonal yang harmonis anak.
antara suami dan istri menjadi sangat penting bagi Berdasarkan data yang telah peneliti himpun
kelangsungan kehidupan berumah tangga, namun dari salah satu sumber detik news (14 Maret 2013),
demikian tentunya tidak selamanya sesuai dengan menyebutkan bahwa angka perceraian di Indonesia
apa yang telah direncanakan,namun ternyata ada terjadi peningkatan dari tahun 2011-2012.
beberpa faktor lain yang secara sengaja atau tidak Berdasarkan data yang diperoleh dari kasus-kasus
sengaja menghambat keharmonisan hubungan perceraian yang ditangani pemerintah, bahwa pada
keluarga tersebut. Banyak faktor yang membuat tahun 2012 pengadilan agama termasuk Mahkamah
keharmonisan keluarga terpecah yaitu seperti gagal Syariah menangani perkara 476.961 kasus.
komunikasi, ketidak setiaan, ketidak jujuran, Presentse kasus perceraian ini naik 11,52 persen
masalah finalsial, kesalah pahaman yang enggan dari tahun sebelumnya yang menerima 363.041
diselesaikan secara langsung, adanya orang ketiga kasus perceraian. Jumlah keseluruhan perkara yang
serta kekerasan dalam rumah tangga. Salah satu ditangani itu paling banyak adalah gugat cerai yang
akibat yang ditimbulkan dengan adanya faktor dan dilayangkan istri sebanyak 238.666 atau 58,95
konflik tersebut yaitu adalah perceraian. persen, sedangkan perceraian yang dilayangkan
Perceraian adalah berakhirnya suatu suami berupa cerai talak sebanyak 107.780 perkara
hubungan rumah tangga seseorang yang di daasari (26,62 persen) atau setengah dari gugatan yang
atas esepakatan bersama ataupun sepihak. Ketika dilayangkan istri (sumber: Detik News) .
kedua pasangan tidak ingin melanjutkan kehidupan Awal juni 2018 tingkat perceraian di kota
berumah tangganya, mereka bisa meminta Banjarmasin meningkat 5-7 persen dari jumlah
pmerintah untuk memisahkan. Selama perceraian, perkara pada tahun 2017. Menurut Kepala
pasangan tersebut memutuskan bagaimana Pengadilan Agama kelas IA Banjarmasin Dr H
membagi harta yang didapatkan saat menikah, hak Murtadlo SH.MH dari 708 perkara perceraian di
tahun 2018, tercatat 545 (70%) perkara cerai gugat

28
Siti Salwa Ratu Ghaisa E-ISSN : 2686-178X
MUTAKALLIMIN; Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 3 No 1 Mei 2020

(istri), dan 163 (30%) perkara cerai talak (suami) lain serta memberikan contoh yang baik akan
sejak bulan Januari-Mei 2018. Sementara pada memberikan pandangan yang positif pada anak
tahun 2017, dari 2.361 perkara yang diputus dalam membentuk kepercayaan dirinya kembali.
oleh Pengadilan Agama Kelas IA Peran keluarga sangat dibutuhakan untuk anak
Banjarmasin, (1.175 perkara cerai gugat, dan 305 paska perceraian, keluarga yang positif akan
perkara cerai talak). (Sumber: Data Kementerian melahirkan anak yang positif pula.
Kota Banjarmasin, Tribun Banjarmsin). Sebuah keluarga yang bercerai pasti
Dengan melihat data tersebut peneliti menimbulkan dampak negatif dan positif terhadap
merasa tertarik untuk meneliti model stategi perkembangan anak mereka. Dampak negatif yang
komunikasi interpersonal antara orang tua kepada timbul pasca perceraian dapat diminimalkan
anak. Berdasarkan studi pendahuluan peneliti dengan memberikan perhatian atas perkembangan
dengan cara wawancara pada warga di anak. Perkembangan anak pasca perceraian dapat
Banjarmasin, terdapat beberapa kasus perceraian terganggu, maka dari itu peran orangtua sangat
yang terjadi antara orang tua sehingga diperlukan dalam fase ini. Walaupun orang tua
mengakibatkan berbagai dampak negatif pada sudah bercerai tetapi alangkah baiknya masih
anak-anak mereka seperti menjadi pemarah, menjaga kounikasi dengan anak, orang tua harus
pemurung dan penyendiri. lebih mementingkan mental anak dari pada dirinya,
Kondisi perceraian menuntut anak untuk karna pasca perceraian anak akan dikejutkan
menyesuaikan diri dengan keadaan keluarganya. dengan ketidak lengkapan keluarga yang sekarang
Perceraian adalah transisi kehidupan yang penuh ia miliki.
stress bagi anak dalam menyesuaikan diri. Anak Banyak cara yang bisa dilakukan para
harus beradaptasi dengan perubahan dalam orangtua pasca perceraian untuk meningkatkan
keluarga barunya. Tidak semua anak-anak korban harga diri anak yang menurun pasca perceraian.
perceraian mengalami permasalahan dalam Berdasarkan pemaparan di atas sehingga peneliti
perkembangannya terlepas, dari banyaknya anak tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
korban dari perceraian orangtuanya memilih untuk “Komunikasi interpersonal antara Orang Tua
berprilaku tidak baik, ada juga anak yang kepada Anak Pasca Perceraian (di Kecamatan
menjadikan hidup barunya sebagai motivasi untuk Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin).
menjadi pribadi yang lebih baik dari dirinya dulu. Tujuan Penelitian
Hal ini terjadi karena berbeda cara pandang dan Tujuan dari penelitian ini yaitu :
berbeda pengalaman yang dirasakan oleh tiap anak 1. Untuk mengetahui komunikasi
korban perceraian kedua orang tuanya. interpersonal antara orang tua kepada anak
Cara pandang dan cara berkomunikasi dapat pasca perceraian.
menuntun anak bagaimana menyikapi percerian 2. Untuk mengetahui apa saja yang
yang terjadi pada kedua oang tuannya. Banyak mendukung komunikasi interpersonal
anak yang merasa perceraian orang tuanya adalah antara orang tua kepada anak pasca
kesalahan dari anak tersebut, itulah salah satu perceraian.
faktor yang membuat anak terpuruk dan larut 3. Untuk mengetahui faktor yang
dalam perceraian itu. Sikap dan tingkah laku orang menghambat komunikasi interpersonal
tua juga menjadi cerminan untuk anak, jika orang antara orang tua kepada anak pasca
tua tidak dapat mengatasi secara positif perceraian.
perceraiannya itu akan berdampak kepada
kesehatan mental anak. Komunikasi
Penelitian ini akan berfokus kepada Komunikasi menurut Harold Laswell adalah
komunikasi interpesonal antara orang tua kepada gambaran mengenai siapa mengatakan apa, melalui
anak pasca perceraian yang terjadi di dalam media apa, kepada siapa, dan apa efeknya. Cara
keluarganya. Banyak cara yang dapat dilakukan yang baik menggambarkan komunikasi adalah
orang tua untuk terus mengembangkan dan dengan menjawab pertanyaan (Who says What in
meningkatkan diri anak agar tetap berkembang Which channel to Whom With What Effect?).
kearah yang positif. Perkembangan seorang anak Berdasarkan definisi Laswell ini dapat diturunkan
sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu
disekitar. Kepercayaan diri merupakan sesuatu sama lain, yaitu sumber, pesan, media, penerima,
yang terbentuk dari interaksi seorang anak dengan dan efek. Menurut Fisher (2002:6), dalam situasi
orang lain terutama keluarga sebagai orang terdekat tertentu, komunikasi menggunakan media tertentu
dengan cara mempunyai suatu hubungan untuk mencapai sasaran yang jauh tempatnya atau
interpersonal yang tercipta dari adanya komunikasi banyak jumlahnya. Dalam situasi tertentu pula
interpersonal yang berlangsung. Apabila dalam komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap,
keluarga diciptakan hubungan yang erat satu sama pendapat, tingkah laku seseorang atau sejumlah
lain, harmonis, dan saling menghargai satu sama orang, sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.

29
Siti Salwa Ratu Ghaisa E-ISSN : 2686-178X
MUTAKALLIMIN; Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 3 No 1 Mei 2020

Proses penyampaian lambang berlangsung dengan Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
menggunakan bahasa sebagai lambang yang komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar
mewakili sesuatu, baik yang berwujud maupun komunikator dengan komunikan yang melibatkan
yang tidak. Kadang-kadang digunakan lambang dua orang atau lebih terhadap dialog yang terbuka,
lain, diantaranya gerak isyarat anggota tubuh jujur, dan hangat.
seperti mata, bibir, tangan, gambar, warna.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan Perceraian
bahwa komunikasi adalah usaha untuk Perceraian (divorce) merupakan suatu
menyampaikan pesan atau informasi, baik secara peristiwa perpisahan secara resmi antara pasangan
verbal atau non verbal kepada satu atau lebih suami-istri dan mereka berketetapan untuk tidak
peneima dengan tujuan untuk mempengaruhi menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-
penerima pesan. istri. Mereka tidak lagi hidup dan tinggal serumah
bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi.
Komunikasi Interpersonal Namun mereka yang telah memiliki keturunan,
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, tentu saja perceraian menimbulkan masalah psiko-
interpersonal adalah hubungan antar pribadi. emosional bagi anak-anak. Di sisi lain, mungkin
Komunikasi interpersonal disebut juga komunikasi saja anak-anak yang dilahirkan selama mereka
antarpribadi, yang berarti komunikasi yang hidup sebagai suami-istri, akan diikutsertakan
berlangsung antar dua orang. Menurut Deddy kepada salah satu orang tuanya apakah mengikuti
Mulyana (2007:46), komunikasi ini dianggap ayah atau ibunya, menurut Olson & DeFrain
sebagai yang paling ampuh dalam kegiatan (2003:160).
mengubah sikap jika dibandingkan dengan bentuk Faktor penyebab perceraian, menurut Turner
komunikasi yang lain, alasannya karena & Helms (1995:95) :
komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, atau 1. Ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Alasan
interaksi secara langsung sehingga jika akan tersebut adalah alasan yang paling kerap
merujuk pada konsep feedback, maka feedback dikemukakan oleh pasangan suami-istri yang
akan langsung terjadi. Menurut Effendy (1990:11), akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa
komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis
berlangsung pada umumnya antara dua orang keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang
secara dialogis. Komunikasi interpersonal oleh ketiga. Dengan kata lain, istilah keharmonisan
Devito dalam Liliweri (1991, 112) didefinisikan terlalu umum sehingga memerlukan perinci
sebagai pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan yang lebih mendetail.
diterima oleh orang lain atau sekelompok orang 2. Krisis moral dan akhlak. Selain
dengan efek dan umpan balik secara langsung. ketidakharmonisan dalm rumah tangga,
Selanjutnya bahwa komunikasi interpersonal, perceraian juga sering memperoleh landasan
individu selain menunjukkan perhatian juga berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat
menunjukkan seberapa jauh perhatian itu diberikan. dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami
Semakin besar interaksi interpersonal yang ada ataupun istri, poligami yang tidak sehat,
menunjukkan semakin besar perhatian seseorang penganiayaan, pelecehan dan keburukan
pada orang lain yang diajak komunikasi, sebaliknya lainnya yang dilakukan oleh suami ataupun
semakin sedikit komunikasi interpersonal yang istri, misalnya mabuk, berzinah, terlibat tindak
terjadi semakin kecil orang memperhatikannya. kriminal, bahkan utang piutang.
Pace dan Faules (2010:171), mengatakan bahwa 3. Perzinahan. Disamping itu, masalah lain yang
komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap dapat mengakibatkan terjadinya perceraian
muka antara dua orang atau lebih. adalah perzinahan, yaitu hubungan seksual di
Jenis komunikasi ini dianggap paling liar nikah yang dilakukan oleh suami maupun
efektif untuk mengubah sikap pendapat, atau istri.
perilaku manusia berhubung prosesnya yang 4. Pernikahan tanpa cinta. Alasan lainnya yang
dialogis. Sifat dialogis itu ditunjukkan melalui kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk
komunikasi lisan dalam percakapan yang mengakhiri sebuah perawinan adalah bahwa
menampilkan arus balik yang langsung. Jadi perkawinan mereka telah berlangsung tanpa
komunikator mengetahui tanggapan komunikan dilandasi adanya cinta. Untuk mengatasi
pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta,
pasti apakah pesan-pesan yang dia kirimkan itu pasangan harus merefleksi diri untuk
diterima atau ditolak, berdampak positif atau memahami masalah sebenarnya, juga harus
negatif. Jika tidak diterima maka komunikator akan berupaya untuk mencoba menciptakan
memberi kesempatan seluasluasnya kepada kerjasama dalam mengambil keputusan yang
komunikator yang bertanya. terbaik.

30
Siti Salwa Ratu Ghaisa E-ISSN : 2686-178X
MUTAKALLIMIN; Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 3 No 1 Mei 2020

5. Adanya masalah-masalah dalam perkawinan. Peneliti akan mencari responden atas kriteria yang
Dalam sebuah perkawinan pasti tidak akan telah ditetapkan untuk melengkapi informasi
lepas dari yang namanya masalah. Masalah mengenai bagaimana komunikasi interpersonal
dalam perkawian itu merupakan suatu hal yang orang tua terhadap anak pasca perceraian.
biasa, tapi percecokan yang berlarut-larut dan Keriteria informan penelitian ini, adalah :
tidak dapat didamaikan lagi secara otomatis a. Pasangan bercerai yang memiliki anak, sebagai
akan disusul dengan pisah ranjang. informan kunci
b. Kasus perceraian di daerah Banjarmasin Utara
METODE PENELITIAN c. Anak dari pasangan bercerai yang berusia 9
Pendekatan Penelitian tahun, sampai dengan usia 21 tahun
Pendekatan penelitian ini menggunakan d. Kerabat dekat, yang menjadi informan
pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan pendukung penelitian
metode penelitian kualitatif ini karena berangkat 2. Data Sekunder
dari judul yang peneliti angkat, yaitu “Komunikasi Untuk infomasi tambahan didalam
Interpersonal Antara Orangtua dan Anak Pasca penelitian ini, peneliti juga mengumpulkan data-
Perceraian”. Penelitian kualitatif adalah proses data yang bersumber dari website yang berupa
pencarian data untuk memahami masalah sosial artikel, jurnal, dan hasil pra survei peneliti.
yang didasari pada penelitian yang menyeluruh,
dibentuk oleh kata-kata dan diperoleh dari situasi PEMBAHASAN
yang alamiah. Pada penelitian ini peneliti membuat Komunikasi yang intensif, yang pernah
suatu gambaran kompleks, laporan terperinci dari dilakukan ibu Siah hangat, terbuka, dan sarat akan
pandangan responden dan melakukan studi pada norma dan nilai kehidupan yang disertai dengan
situasi yang alami (Creswell 1998:48). contoh riil (pola komunikasi konsensual) yang
dilakukan antara orang tua yang bercerai dengan
Tipe Penelitian anak mereka seperti yang dilakukan oleh ibu Siah
Jenis penelitian yang digunakan dalam dan mantan suaminya, dapat membentuk konsep
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan diri positif, anak seperti menerima diri sendiri
metode kualitatif. Peneliti mengembangkan dengan bijaksana, menghargai orang lain, pemaaf,
pertanyaan pertanyaan kepada informan. Penelitian sabar, dan tidak minder walaupun mereka berasal
ini bertujuan untuk menggambarkan sifat peristiwa dari keluarga yang tidak utuh.
yang sedang berlangsung pada saat studi yang akan Dan sebaliknya, apabila kedua orang tua
menghasilkan deskriptif berupa kata kata tertulis yang bercerai menjalin komunikasi interpersonal
atau lisan dari informan atau perilaku yang diamati. dengan anak secara tidak baik, jarang, tertutup,
sarat muatan negatif seperti kemarahan, kebencian
Subjek Penelitian dan Informan dan bahkan memberikan contoh yang tidak baik
Informan adalah orang yang berada pada dalam kehidupan sehari-hari di dalam keluarga
lingkup penelitian, artinya orang yang dapat seperti pada keluarga bapa Rama, maka anak-anak
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi korban perceraian menjadi anak yang tidak
latar penelitian. Jadi ia harus secara sukarela dan menyukai dirinya sendiri, minder, tertutup,
harus banyak memiliki pengetahuan dan pemarah, dan memiliki konsep diri yang negatif
pengalaman tentang yang akan di teliti. Kemudian lainnya. Anak juga menjadi tidak percaya kepada
menjadi anggota tim meskipun tidak secara formal, keluarga dan orang – orang disekitar lagi, anak –
mereka dapat memberikan pandangannya dari anak menutup diri dengan dunia luar dan merasa
dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dirinya menjadi seseorang yang tidak diinginkan.
dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian
setempat.
Yang menjadi subjek penelitian dalam
penelitian ini adalah keluarga yang bercerai di Peran (Role Theory) Komunikasi Interpersonal
Kecamatan Banjarmasin Utara kota Banjarmasin. Orang Tua Dan Anak Pasca Perceraian
Informan yang mendukung dalam penelitian ini Menurut Kozier Barbara (1995:21), Peran
adalah keluarga Ibu Siah dan keluarga Bapa Rama. adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
Sumber Data kedudukannya dalam, suatu sistem. Peran
Data pada penelitian ini terbagi atas dua, dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam
yaitu : maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah
1. Data Primer bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
Peneliti berusaha mendapatkan data dalam seesorang pada situasi sosial tertentu. Sedangkan,
bentuk informasi dan pesan melalui sebuah Abu Ahmadi (1982:129-130) mendefinisikan peran
wawancara kepada orang tua yang bercerai. sebagai suatu kompleks pengharapan manusia

31
Siti Salwa Ratu Ghaisa E-ISSN : 2686-178X
MUTAKALLIMIN; Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 3 No 1 Mei 2020

terhadap caranya individu harus bersikap dan tetapi hubungan kedua orang tua mereka tidak ada
berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status yang berubah.
dan fungsi sosial individu tersebut. Sedangkan pada keluarga bapa Rama dapat
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan diketahui bahwa orang tua Yudi tidak menjalankan
pengertian teori peran menurut John E Farley perannya sebagai orang tua dengan baik pasca
(1992:88-89) adalah perspektif dalam sosiologi dan perceraian, hal ini dapat dilihat dari ungkapan Yudi
psikologi sosial yang menganggap sebagian besar yang menyebutkan bahwa walaupun tinggal satu
kegiatan sehari-hari menjadi pemeran dalam rumah dengan ayah mereka sangat jarang dan
kategori sosial (misalnya ibu, manajer, guru). hampir tidak pernah terjadi komunikasi dan ibunya
Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, yang sekarang jauh dan hanya sibuk memikirkan
kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang dirinya sendiri. Sehingga melupakan peran mereka
untuk menghadapi dan memenuhi. Peran adalah sebagai orang tua yaitu memberikan anak-anak
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh mereka perhatian, kasih saying, kepercayaan dan
orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya rasa aman. Yudi mengaku ia merasa sangat kecewa
dalam, suatu hubungan. Peran dipengaruhi oleh dengan orang tua mereka yang melupakan peran
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar mereka sebagai orang tua.
dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari Orang tua sangat berperan penting bagi
perilaku yang diharapkan dari seesorang pada kelangsungan pertumbuhan anak –anak. Jika orang
situasi sosial tertentu .Orang tua yang tetap tua menjalankan perannya sebagai mana mestinya
menjalin komunikasi interpersonal dengan anak akan berdampak baik bagi anak mereka. Orang tua
akan membuat anak merasa bahagia dengan orang berperan untuk melindungi, mengasihi dan
tua walaupun orang tua berpisah. Komunikasi yang memberikan perhatian kepada anaknya, jika orang
dilakukan dianggap paling berpengaruh dalam tua melupakan peran mereka itu akan berdampak
membentuk hubungan interpersonal. Maka peran bagi pertumbuhan anak. Anak-anak yang
orang tua sangat berpengaruh dalam kehidupan terbengkalai akan mudah masuk kedalam pergaulan
anak . yang salah, ditambah orang tua mereka yang tidak
Seperti halnya yang diungkapkan oleh ibu Siah peduli akan membuat anak menjadi hancur.
bahwa tidak ada yang berubah drastis pasca
perceraian dirinya dan suaminya, yang berubah Kebutuhan Hubungan Interpersonal Orang Tua
hanya dirinya dan mantan suami tidak lagi tinggal Dan Anak Pasca Perceraian
dalam satu rumah. Kasih sayang, perhatian, Tujuan hubungan antar pribadi (Human
tanggung jawab, serta kewajiban ibu Siah dan Relations) adalah saling terjadi kepuasan antar
mantan suaminya sebagai orang tua anak- anak yang terlibat dalam komunikasi, artinya interaksi
mereka tetap sama seperti sebelumnya tidak ada komunikasi berjalan dengan baik agar tercapai
yang berubah, yang berubah hanya orang tua suatu tujuan. Dalam melaksanakan proses interaksi
menjadi saling berjauhan dan tidak tinggal dengan komunikasi manusia berusaha agar terjadi saling
anak-anak. adanya pengertian, saling merasakan, saling
Hal ini dibuktikan dengan ibu Siah yang menyadari kebutuhan masing-masing baik biologis
tidak melarang anak-anaknya bertemu dengan ayah maupun psikologis. Hubungan antar manusia dapat
mereka, dan dirinya yang tetap menjalankan terjadi dalam situasi dan kondisi bermacam-macam
komunikasi yang baik dengan mantan suaminya. serta berbagai lapangan kehidupan, namun
Pada hal ini ibu Siah dan mantan suaminya tujuannya adalah kepuasan bersama antar pelaku
menjalankan perannya yang baik sebagai ibu dan komunikasi.
ayah bagi anak-anak mereka. Tidak ada kata Hubungan interpersonal antara orang tua
berpindah peran atau pun menggantikan peran dan anak sangat penting untuk menjaga komunikasi
masing-masing, ibu Siah dan mantan suami tetap yang baik antara orang tua dan anak. komunikasi
dalam peran menjadi kedua orang tua bagi kedua yang terjalin antara orang tua dan anak dalam suatu
anak mereka. Dan sebagai orang tua yang berperan ikatan keluarga dimana orang tua bertanggung
untuk menyayangi, mendidik dan memberikan jawab memenuhi kewajibannya untuk memberikan
kasih sayang seperti layaknya orang tua yang tidak kasih sayang, perlindungan, pendidikan kepada
mengalami perceraian. anak-anak mereka sehingga meningkatkan rasa
Karena menurut sjarkawi (2008:18) percaya diri kepada anak.
perceraian merupakan momok yang sangat Dalam kasus keluarga bapa Rama, adanya
menakutkan bagi seluruh anak di dunia ini. Namun kekurangan hubungan komunikasi interpersonal
apabila kedua orang tua yang bercerai tersebut dalam antara orang tua dengan anak membuat
tetap menjalankan perannya sebagai ibu dan ayah pertumbuhan menjadi kurang berkembang.
sebagai mana mestinya tentu saja anak- anak Perceraian yang terjadi pada kedua orang tuanya
tersebut tidak akan merasa rendah diri, karna ia tau membuat Yudi merasakan kekurangan kasih
walaupun ayah dan ibunya tidak tinggal bersama sayang. Hubungan orang tua dan Yudi semakin

32
Siti Salwa Ratu Ghaisa E-ISSN : 2686-178X
MUTAKALLIMIN; Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 3 No 1 Mei 2020

menjauh dan membuat kepercayaan Yudi akan Kesimpulan


kasih sayang dan perhatian semakin hilang. Berdasarkan hasil analisis terhadap
Sedangkan untuk keluarga ibu Siah, komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak
walaupun ibu Siah sudah bercerai, tetapi ibu Siah pasca perceraian di Banjarmasin Utara dapat
selalu memastikan bahwa komunikasi interpersonal disimpulkan yaitu :
antara anak-anak dan orang tua selalu terjaga. 1. Komunikasi interpersonal yang dilakukan
Hubungan ibu Siah dengan anak selalu ia jaga agar oleh keluarga ibu Siah dan bapa Rama
anak merasakan kepercayaan akannya kasih sayang terbilang sangat bertolak belakang.
dan tidak menjadikan anak kekurangan rasa Komunikasi interpersonal di dalam
percaya diri. Mantan suami ibu Siah pun tetap keluarga ibu Siah berjalan sesuai yang ia
menjalin hubungan yang baik dengan anak – anak harapkan. Bantuan dari mantan suami ibu
tanpa mengurangi sedikitpun kasih sayang. Siah pun menjadikan komunikasi dengan
anak-anak menjadi lebih baik. Dengan
Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Orang Tua adanya komunikasi yang baik menjadikan
Dan Anak anak-anak ibu Siah mempercayai
keputusan orang tuanya. Berbeda dengan
Pengungkapan diri (self-disclosure) adalah orang tua Yudi, komunikasi interpersonal
proses menghadirkan diri yang terhadap anak-anaknya terbilang gagal,
diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan karena setelah perceraian anak kurang
informasi dengan orang lain (Wrightsman, berkembang dengan baik, dan merasa
1987:56). Menurut Morton (dalam Sears, dkk., tidak percaya diri juga tertutup.
1999:24) pengungkapan diri merupakan kegiatan 2. Faktor yang mendukung komunikasi
membagi perasaan dan informasi yang akrab interpersonal di keluarga ibu Siah yaitu
dengan orang lain. Pada kasus keluarga ibu Siah adanya kepercayaan dari orang tua kepada
dimana adanya keterbukaan antara ibu Siah, anaknya, bahasa yang mudah dimengerti
mantan suaminya dan anak-anaknya, ibu Siah anak-anak, kasih sayang danjuga empati
menjelaskan alasan dirinya dan ayah anak- anak yang dapat mendukung kelancaran
harus bercerai tanpa menjatuhkan harga diri berkomunikasi. Sedangkan pada orang tua
ayahnya. Yudi tidak ada faktor yang mendukung
Berbeda dengan kasus keluarga bapa Rama dikarenakan minimnya penjelasan dan
dimana tidak adanya keterbukaan antara Yudi komunikasi terhadap anak-anaknya.
dengan kedua orang tuanya, Yudi bahkan tidak 3. Faktor yang meghambat komunikasi
mengetahui bahwa orang tuanya akan bercerai, interpersonal di keluarga ibu Siah
tidak ada keterbukaan didalam hubungan orang tua terbilang tidak ada, karena ibu Siah
dengan anak, Yudi mengatakan ”Mereka tidak mampu berkomunikasi dengan baik
pernah menceritakan tentang perceraian kepada terhadap anak-anaknya dan membuahkan
saya dan adik saya. “ hasil yang baik yaitu seperti kepercayaan
Yudi dan adiknya tidak dapat anak-anaknya dan keterbukaan. Pada
mengungkapkan perasaannya mengenai kemarahan orang tua Yudi terdapat hambatan dalam
dan kekesalannya akan perceraian orang tuanya komunikasi interpersonal. Faktor yang
karena kurangnya keterbukaan berkomunikasi menghambat komunikasi interpersonal
antara dirinya dengan ayah ibunya. orang tua Yudi yaitu adanya perbedaan
Menurut Laswell (1987:47) bahwa status didalam keluarga dan juga
keterbukaan sebagai salah satu aspek komunikasi perbedaan cara pandang serta pendapat.
interpersonal merupakan aspek yang sangat penting Yang akhirnya menjadikan gagalnya
dalam kualitas komunikasi karena tingkat komunikasi interpersonal anak dan orang
keterbukaan antara individu yang satu dengan yang tua.
lainnya membuka kesempatan bagi individu
tersebut memahami satu sama lain. Saran
Seperti halnya dengan keluarga ibu Siah Dari hasil Penelitian terhadap kedua keluarga
yang memberikan pemahaman kepada kedua tersebut terlihat perbedaan cara berkomuikasi.
anaknya tentang bagaimana alasan orang tua Peneliti memberikan saran yaitu :
mereka harus bercerai sehingga anak mereka akan 1. Komunikasi yang dilakukan oleh orang
mengerti bahwa walaupun orang tua mereka tidak tua Yudi seharusnya dilakukan secara
lagi tinggal bersama namun kasih sayang dan intensif dan terbuka agar komunikasi
perhatian yang diberikan kepada mereka tidak akan berjalan lancar. Orang tua Yudi terlihat
pernah berubah. melakukan komunikasi dengan terang-
terangan menunjukkan rasa kebencian dan
PENUTUP kemarahan kepada anak.

33
Siti Salwa Ratu Ghaisa E-ISSN : 2686-178X
MUTAKALLIMIN; Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 3 No 1 Mei 2020

2. Orang tua Yudi seharusnya dapat lebih Merton, Robert. K. (1993). Social Theory and
sering berkomunikasi secara lebih terbuka Social Structure. New York: The Free Press.
dalam hal masalah – masalah agar anak Morissan. (2010). Psikologi komunikasi. Bogor :
merasa dibutuhkan juga dihargai. Ghalia Indonesia.
3. Diharapkan adanya penelitian baru tentang Mulyana, Deddy. (2005). Human Communication.
tema yang sama atau lanjutan yang lebih Bandung : Remaja Rosdakarya. , (2007).
mendalam berkenaan dengan tema Suatu pengantar Komunikasi. Bandung :
penelitian ini agar para orang tua yang Rosdakarya.
bercerai, anak korban perceraian, maupun Olson, D. H., & DeFrain, J. (2003). Marriage
kalangan akademisi dapat lebih Family: Intimacy, Diversity, and Strengths.
mengetahui dan mempelajari komunikasi New York: McGraw Hill.
interpersonal pasca perceraian. Purwanto. (1998). Komunikasi interpersonal dan
keluarga. Yogyakarta : Adikarya Nusa.
REFERENSI Rakhmat, Jalaludin. (2012). Metode Penelitian
Buku Komunikasi. Bandung : Remaja
Ahmadi, Abu. (1992). Psikologi Umum. Jakarta : Rohim, Syaiful. (2009). Teori Komunikasi:
Rineka Cipta. Persfektif, Ragam Dan Aplikasi. Jakarta:
Alvonco, Johnson. (1998). Practical Rineka Cipta.
Communication Skill. Jakarta: Elex Sambas, Saeful. (2013). Komunikasi Interpersonal.
Media Komputindo. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Amato, P. R. (2000). The Consequences Of Sarwono, S.W. (1999). Psikologi Sosial. Jakarta :
Divorce For Adult And Children. Balai Pustaka (2009). Teori-Teori Psikologi
Bandung : Eresco. Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Baxter, L. A. (1988). A dialectical perspective of Sears, D.O., Freedman, J.L. & Peplau, L.A. (1999).
communication strategies in relationship Psikologi Sosial. Jilid I.Jakarta: Erlangga.
development. New York: Wiley. Sjarkawi. (2008). Pembentukan Kepribadian Anak.
Creswell, John W. (1998). Research Design: Jakarta : Bumi Aksara
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Supratiknya, A. (1995). Komunikasi Antar Pribadi.
Komunikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Yogyakarta : Kanisius. (2000). Tinjauan
Devito, Josep. A. (1992). Komunikasi Psikologis Komunikasi Antarpribadi.
Antarmanusia. Jakarta : ProfessionalBooks. Yogyakarta: Kanisius..
Effendy, Onong Uchjana. (1990). Ilmu Wayne, R. Pace dan Don F. Faules, (2010),
Komunikasi, Teori dan Praktek. Komunikasi Organisasi. Bandung : PT.
Bandung : Rosdakarya. (1993). Ilmu, Remaja Rosdakarya.
Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung
: PT Citra Aditya Bakti.
Farley, John E., 1992. Sociology. New Jersey: Jurnal Ilmiah :
Prentice Hall.
Fisher, B. A., & Adams, K. L. (2006). Arif, I. Muhammad. (2012). Pengaruh Komunikasi
Interpersonal Communication: Interpersonal dan Lingkungan
Pragmatics Of Human Relationsip. New Keluarga. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol.4. No.2.
York : McGeaw-Hill, Inc. hlm. 136-156.
Gunarsa. 2000. Psikologi Praktis: Anak Remaja Ramadhany. Rio. (2013). Komunikasi
dan Keluarga. Jakarta: PT BPK Gunung Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam
Mulia Membentuk Perilaku Positif Anak. Jurnal Ilmu
Kozier, Barbara, (1995), Peran dan Mobilitas Komunikasi. Vol.1. No.3. hal. 112-121.
Kondisi Masyarakat, Jakarta : Gunung Setyowati, Yuli. (2005). Pola Komunikasi
Agung. Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak. Jurnal
Laswell. Harol. D. (1987). The Stucture and Ilmu Komunikasi. Vol.2. No.1. hlm. 67-78.
Function of Communication in Society. Perempuan Bercerai. Jurnal Ilmiah Psikologi
New York : Harper & Co. Arkhe. Vol.2. No.2. hlm 41
Lunandi. (2000). Komunikasi Mengena.
Yogyakarta: Kanisus. A.G., 1994, Rujukan Internet
Komunikasi Mengenai : Meningkatkan
Efektivitas Komunikasi antar Pribadi, http://www.ssbelajar.net/2012/11/pengolahan-data-
Kanisius, Yogyakarta. kualitatif.html

34
Siti Salwa Ratu Ghaisa E-ISSN : 2686-178X
MUTAKALLIMIN; Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 3 No 1 Mei 2020

http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/06/06/per
ceraian-di-banjarmasin
https://www.academia.edu/7440214/ANALISIS_P
ENELITIAN_KUALITATIF_MODEL_MILES_da
n_HUBERMAN

35

Anda mungkin juga menyukai