Anda di halaman 1dari 5

PENULISAN ILMIAH

(PSPS601002)
Tugas 2: Tinjauan Kepustakaan

Perubahan Tingkat Keterbukaan Anak dengan Orang Tua

Hubungan orang tua dengan anak adalah hubungan primer yang dilakukan manusia sejak ia
dilahirkan. Sangat penting bagi seorang anak untuk mendapat arahan (coba diganti) dan kasih
sayang dari sosok orang tua. Namun, hal tersebut harus diiringi dengan komunikasi yang baik
antara keduanya. Dalam perkembangannya, kedekatan anak dengan orang tua dapat berubah.
Dalam hal ini, faktor yang berpengaruh (menurut gue, biat gak terlalu panjang : “ dalam hal ini,
salah satu faktor yang berpengaruh yaitu …”) yaitu kejujuran dan keterbukaan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa ketidakterbukaan anak dengan orang tua telah banyak terjadi
(kalau bisa ditambahin penelitian apa yang membuktikan hal ini atau teori pendukungnya biar
lebih akurat) Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor
internal yaitu perubahan dalam diri sang (diilangin aja) anak dan pola asuh keluarga. Faktor
eksternal adalah faktor lingkungan dan perkembangan zaman.

Penelitian menunjukkan bahwa pada dasarnya anak - anak menyadari bahwa berbohong adalah
hal yang salah, namun mereka tetap melakukannya. Mereka berbohong untuk menghindari
konflik. Tingkat kebohongan yang dilakukan pun dapat berbeda, misalnya perbandingan antara
berbohong kepada guru dan kepada orang tua (Gingo, 2017). Anak cenderung lebih mudah
berbohong kepada guru dibanding dengan orang tua. Anak menyadari bahwa berbohong kepada
guru mengacu kepada hukuman, sedangkan orang tua mengacu kepada keterpercayaan. Dapat
disimpulkan bahwa tingkat kebohongan dipengaruhi oleh faktor kepada siapa ia berbohong.
Dalam konteks ini, anak pun menyadari bahwa berbohong kepada orang tua sangat berpengaruh
kepada kedekatan hubungan orang tua dan anak. Intensitas kebohongan yang dilakukan pada
setiap keluarga pun berbeda - beda. Hal tersebut terjadi karena berbeda pula sifat setiap orang
tua.
Ketidakterbukaan anak terhadap orang tua dapat disebabkan oleh pola asuh orang tua yang
berbeda – beda. Anak dengan orang tua yang fokus (berfokus) pada kontrol (kontrol terhadap hal
apa beb?) dan hukuman, akan cenderung memilih berbohong untuk menghindari konflik.
Sementara jika orang tua bersifat terbuka, anak pun akan cenderung jujur.(Arnett Jensen, Jensen
Arnett, & Shirley Feldman, 2004). Orang tua dengan fokus hukuman (agak di perjelas gaksi)
biasanya (akan) banyak menekan sang anak atas perbuatannya, atau menganggap pendapat
anaknya salah. Anak yang menghindar dari orang tuanya akan mengambil keputusan sendiri,
menyebabkan hubungan antara anak dengan orang tua akan semakin jauh. Sedangkan (gimana
kalo “Namun, apabila…”) bila saling terbuka anak akan merasa nyaman bercerita, merasa
mendapatkan dukungan, dan solusi bila ia sedang kesulitan.

Di samping perbedaan pola asuh antar keluarga, kejadian dan peristiwa yang dialami setiap
keluarga pun berbeda – beda. Peristiwa yang unik dan mendalam (contohnya seperti apa
zheyenk), akan menimbulkan bekas dalam hubungan anak dengan orang tua. Jika setelah suatu
kejadian, terjadi perubahan dalam kedekatan anak dengan orangtua, maka kejadian itu bisa
disebut sebagai ‘titik balik’(Golish, 2000) Perubahan tersebut bisa mengarah kepada hal positif,
yaitu bertambah eratnya hubungan karena rasa saling memiliki, ataupun menjadi semakin jauh
karena adanya konflik. Titik balik yang banyak terjadi diantaranya krisis keuangan, hubungan
jarak jauh, kekerasan, perceraian, dan sebagainya. Sebagai kelompok primer dalam hidupnya,
anak akan banyak membentuk kepribadian dari keluarga. Maka dari itu, peristiwa besar dalam
keluarga akan sangat penting bagi dirinya, dan memengaruhi sifatnya baik menjadi terbuka atau
sebaliknya.

Bukan hanya dari faktor keluarga, ada pula faktor eksternal seperti perkembangan zaman.
Perkembangan zaman adalah hal yang tidak dapat kita hindari (diilangin aja). Teknologi seperti
“smartphone kini sudah sangat melekat kepada anak (tambahin akibat perkembangan zaman”),
(Trumello, Babore, Candelori, Morelli, & Bianchi, 2018). Hal ini dapat menjauhkan yang dekat
dan mendekatkan yang jauh. Hal ini sangat berpengaruh kepada kedekatan anak dengan orang
tua. Meskipun banyak manfaatnya, tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi langsung dengan
orangtua pun semakin berkurang, dan kedekatan orangtua dan anak pun juga semakin menurun,
sehingga anak cenderung tidak peduli dan kurang memikirkan orang tua mereka. Kurangnya
komunikasi inilah yang menyebabkan ketidakterbukaan anak (tambahin : dan membuat) Anak
merasa (lebih) nyaman untuk berbagi cerita di media sosial. (Hal tersebut) Tidak hanya pada
anak, kini banyak kita temui orang tua yang sibuk dengan gawainya, baik itu urusan pekerjaan,
maupun media sosial, dan hal ini membuat sang anak mencontoh perilaku orang tuanya, anak
jadi cenderung(tambahin kata penghubung ya beb) tidak mendengarkan orang tua, atau mungkin
(kayaknya kata “mungkin” nya gausah dipake dah chik) bisa saja memberontak.

Pada umumnya remaja adalah masa dimana banyak pemberontakan terjadi. Bukan hanya karena
faktor eskternal di atas, namun karena perubahan dalam diri remaja. (Gao & Mark Cummings,
2019). Seorang remaja mengalami banyak hal baru, yang diikuti dengan emosi yang cenderung
belum stabil. Di samping itu, dari sudut pandang orang tua terlihat (ini rancu deh kata-katanya)
anak yang sudah bertumbuh dewasa, dan sudah bertambah tanggung jawab dan kewajibannya.
Sementara itu, anak banyak berharap akan (kalo menurut gue lebih cocok “berharap banyak
terhadap) pengertian dari lingkungan, dan orang tuanya. Anak melihat orang tua dengan
gambaran sesuai sifat yang ia inginkan. Di sini terjadi bentrokan antara emosi anak yang belum
stabil dengan harapan orang tua(coba jelasin lg beb seperti apa harapannya). Selain karena
bentrokan kepentingan, anak yang bertumbuh dewasa juga akan memasuki pergaulan yang lebih
luas. Mereka bertemu dengan orang – orang baru dengan karakteristik dan latar belakang
keluarga yang berbeda. Hal ini dapat pula memengaruhi ekspektasi anak terhadap orang tua.

Bila tidak terpenuhi ekspektasi(coba jelasin beb ekspetasinya siapa) tersebut, maka dapat
menyebabkan pemberontakan dalam diri anak. Ia merasa mendapatkan lebih banyak dukungan
dari pertemanannya. Ia merasa(coba ganti dengan kata lain drpd di ulang2 kan beb) tidak sesuai
dengan sifat dan pemikiran orang tua sehingga mendukungnya untuk menjadi tertutup.
Hubungan anak dengan orang tua pun menjadi renggang.

Dari beberapa artikel yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor yang
memengaruhi keterbukaan dan kejujuran anak terharap orang tua. Keterbukaan dan kedekatan
orang tua dengan anak, adalah hal yang berhubungan satu sama lain. Dapat kita lihat pula bahwa
faktor kejujuran sangat berpengaruh pada kedekatan hubungan antara anak dan orang tua. (coba
deh di dalam kesimpulan ini bnr2 km ringkas apa yang km jelasin diatas)

Catatan keseluruhan :
Ni maap ni kalo salah-salah, menurut gue lo harus lebih mengurutkan dengan lebih spesifik lagi
bagian definisi  dampak yang akan terjadi  cara penanggulangannya atau cara yang dapat
dilakukan untuk mengurangi permasalahan ini, soalnya dari yang gue baca, tinjauan pustaka lo
belum terlalu urut dan masih sedikit ngacak gitu. Terus coba kalimatnya jangan terlalu panjang +
masih ada kata-kata yang rancu.

Tambahan lagi : Maap y saying kalo salah, tapi coba kalimatnya disambung pake koma jangan
langsung dipenggal sama titik, biar lebi rapi terus kesannya ga putus-putus (kepotong-potong)
terus jangan lupa dikasi kata penghubung okeh? Oiya jangan lupa double spacing sesuai format
APA.

Notes :

Dikhususuin remaja aja.

Keterbukaan seperti apa yang dimaksud : cerita apa aka, hal hal esensial .

Pola asuh seperti apa yang diperluin.

Kumpulin semua sumber dulu jangan terlalu dikerucutin.

Kirim ke email : lathifah.hanum08@ui.ac.id

Maksimal jumat jam 4

Judul email : Draft Literature Review Penil D


DAFTAR PUSTAKA

Arnett Jensen, L., Jensen Arnett, J., & Shirley Feldman, S. (2004). The Right to Do Wrong:
Lying to Parents Among Adolescents and Emerging Adults. In Journal of Youth and
Adolescence (Vol. 33).
Gao, M., & Mark Cummings, E. (2019). Understanding Parent-Child Relationship as a
Developmental Process: Fluctuations Across Days and Changes Over Years.
https://doi.org/10.1037/dev0000680.supp
Gingo, M. (2017). Children’s Reasoning About Deception and Defiance as Ways of Resisting
Parents’ and Teachers’ Directives. Developmental Psychology, 53.
https://doi.org/10.1037/dev0000350
Golish, T. D. (2000). Changes in closeness between adult children and their parents: A turning
point analysis. COMMUNICATION REPORTS, 13 no. 2, 79. Retrieved from
https://www.mendeley.com/viewer/?fileId=78f8f145-eada-176d-4ea3-
3bcadf086ff5&documentId=f236192c-55e1-31c9-842f-ebac10d7bcd6
Trumello, C., Babore, A., Candelori, C., Morelli, M., & Bianchi, D. (2018). Relationship with
Parents, Emotion Regulation, and Callous-Unemotional Traits in Adolescents’ Internet
Addiction. https://doi.org/10.1155/2018/7914261

Anda mungkin juga menyukai