Pengasuhan Anak
Reina Vitasari
Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya
(corresponing authtor : reinavita230@gmail.com)
ABSTRAK
Dual Earner Family merupakan fenomena umum yang sudah sering terjadi
di dalam masyarakat modern sekarang ini. Dual Earner Family adalah situasi
ketika ayah dan ibu bekerja untuk bersama mencukupi kebutuhan keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana Dual Earner Family
berdampak pada pola pengasuhan anak ketika sudah sampai pada tahap work
conflict family atau konflik peran ganda. Peneliti menggunakan metode
penelitian studi literatur review yang menggunakan artikel, data atau hasil
penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan dual earner family.
Dari penelusuran tersebut terdapat beberapa hal yang didapat : 1) Dual earner
Family memiliki sisi positif yakni dapat menghasilkan pendapatan rumah tangga
yang baik 2) sisi negatif dalam pola keluarga dual earner ini adalah akan muncul
konflik peran ganda yang membuat ketegangan peran terutama pada
perempuan antara mengurus pekerjaan dan anak di rumah. 3) Altenatif
penyelesaian terbaik untuk menghindari munculnya berbagai masalah sebagai
dampak dari risiko yang ditimbulkan adalah suami dan istri melakukan
kolaborasi yang baik agar anak dapat terarah.
Keywords: Dual Earner Family; work conflict family; Pola asuh
PENDAHULUAN
Dual Earner Family merupakan istilah bagi pasangan yang menikah
namun tetap konsisten dengan karier masing-masing baik laki-laki maupun
perempuan. Menurut Harpel dalam (Widiningtyas, 2022)“Dual earner family
merupakan suatu kondisi di mana suami dan istri, keduanya bekerja untuk
mencari penghasilan.” Pasangan yang seperti ini sudah sangat umum di
temui di dalam masyarakat kita. Fenomena pasangan seperti ini merupakan
salah satu bentuk kemajuan pemikiran dan menandakan telah tercapainya
kesetaraan gender di masyarakat. Meskipun demikian masih banyak pro
dan kontra dalam masyarakat mengenai pola Dual Earner family.
Dual career couple atau biasa juga disebut sebagai dual earner
family dianggap memiliki segi positif yang perlu banyak orang ketahui.
Kepositifan tersebut dapat terlihat dalam segi finansial keluarga. Umumnya
keluarga ini akan tercukupi kebutuhan ekonominya dengan baik karena
masing-masing pasangan memiliki kontribusi dalam menghasilkan uang.
Namun di sisi lain ada permasalahan yang ditimbulkan akibat kesibukan
masing-masing pasangan. “Dual earner family memang memberikan
dampak positif bagi peningkatan income keluarga (membantu
perekenomian keluarga). Namun di sisi lain, dual earner family juga
mendatangkan situasi pelik terhadap kondisi keluarga” (Rustham, 2019).
Sering kali kita menemukan pendapat yang pro dan kontra akan pola
pernikahan seperti ini. Selama ini peran dalam mengurus rumah tangga dan
anak memang lebih ditekankan pada istri atau perempuan di dalam
keluarga. Sementara peran mencari nafkah lebih ditujukan pada seorang
suami sebagai kepala rumah tangga. Pembagian peran tersebut memang
sudah disepakati oleh seluruh lapisan masyarakat. Berangkat dari sini,
mulailah muncul pertanyaan bagaimana nasib anak-anak jika orang tuanya
lebih memilih sibuk dengan pekerjaan daripada fokus pada mendidik buah
hati di rumah terutama pada perempuan yang sudah berstatus sebagai ibu.
Dari sini muncullah konsep peran ganda antara pekerjaan dan orang tua.
Tidak mudah bagi orang-orang untuk menjalankan dua peran tersebut
sekaligus.
Dalam pembagiannya Work family conflict terbagi dalam tiga aspek
di antaranya a) time based conflict keadaan di mana waktu yang dibagikan
pada salah satu peran akan mendapatkan porsi yang lebih banyak
dibandingkan dengan peran yang lain, sehingga membuat peran lain
tersebut akan sulit dilaksanakan. b) Strain based conflict, kondisi yang
muncul saat seseorang merasakan tekanan berlebihan dari peran yang
dijalankan kemudian akan berdampak pada kinerjanya di peran yang lain.
c) Behavior based conflict, terjadi saat perilaku pada salah satu peran tidak
pas jika diterapkan pada peran yang lain (Greenhaus & Beutell, 1985). Hal ini
berarti saat seseorang sudah mengemban dua peran sekaligus maka akan
ada peran lain yang baik sengaja ataupun tidak sengaja terabaikan.
Berbagai risiko dapat saja terjadi dalam pola keluarga yang seperti
ini, apalagi pada pasangan yang telah memiliki anak. Akan timbul berbagai
masalah sosial jika orang tua lalai dalam peran pengasuhannya.
Kemungkinan terburuk adalah anak akan terjerumus dalam kenakalan
remaja. Kenakalan remaja sekarang ini banyak bentuknya seperti seks
bebas, narkoba, dan ugal-ugalan di jalan. Karena hal-hal inilah peran orang
tua harus diperhatikan.
METODE PENELITIAN
Penguraian pembahasan dalam karya ilmiah ini didapatkan dari hasil
studi literatur review. Metode studi literatur review digunakan dengan cara
mengumpulkan sumber referensi yang berkaitan tentang teori, konsep dan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian. “Studi literatur merupakan
rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan metode pengumpulan data,
membaca, dan mencatat serta mengolah bahan penelitian”(Zed, 2014). Penelitian
ini dilakukan dengan mengumpulkan hasil penelitian terdahulu dengan peran
orang tua dalam mengasuh anak pada Dual Earner Family, sementara itu juga
dicari beberapa bacaan yang berkaitan dengan Pola pengasuhan anak dan Work
Family Conflict.
Kenakalan Remaja
Anak terabaikan
Kontrol Keluarga
yang lemah
Gambar 1.1
Dari gambar di atas sudah menjelaskan bahwasanya kesibukan atau
aktivitas orang tua dapat mempengaruhi peran mereka dalam
melaksanakan peran pengasuhan anak. Ketika orang tua sudah tenggelam
dalam kegiatannya maka mereka sudah terjebak dalam work family conflict
kondisi di mana mereka tidak dapat mengimbangi antara dua peran yang
mereka miliki. Dari situ kemudian terdapat inti yang menjadi fokus di sini
yakni anak akan merasa terabaikan sehingga mereka akan merasa lebih
bebas tanpa memikirkan aturan baik atau tidaknya sesuatu. Dengan kata
lain keluarga yang terjebak dalam situasi work family conflict ini membuat
fungsi afeksi dan fungsi sosialisasi di dalam keluarga menjadi tidak berjalan.
Padahal kedua fungsi tersebut sangat penting bagi pertumbuhan karakter
mereka. Hal yang paling disoroti adalah ketika anak sudah memasuki fase
remaja. Fase tersebut merupakan fase di mana mereka akan mudah
terpengaruh oleh lingkungan luar. Jika orang tua tidak dapat mengimbangi
waktu mereka untuk menjalin hubungan yang baik dengan anak maka
remaja akan dengan mudah masuk ke dalam masalah atau persoalan
kenakalan remaja.
Dari analisis di atas, adapun hal yang harus dilakukan untuk
penyelesaian masalah tersebut. Sebagaimana strategi penyelesaian
konflik, yang paling sesuai dengan masalah di atas adalah dengan
menggunakan strategi berkompromi & kolaborasi. Kolaborasi yang
dimaksud adalah ayah dan ibu bersama-sama mengalah untuk
meluangkan waktu mereka agar tidak melupakan peran sebagai orang tua.
Orang tua dapat berdiskusi tentang bagaimana pola asuh terbaik yang
harus dijalankan oleh kedua belah pihak. Orang tua dapat bergantian
memberikan perhatian kecil pada anak jika sudah memiliki waktu luang
setelah bekerja. Menyempatkan waktu quality time bersama keluarga agar
terjalin kedekatan yang baik di antara orang tua dan anak. Dari komunikasi
itu pula akan berjalan fungsi afeksi dan fungsi sosialisasi sehingga
tanggung jawab orang tua dalam pengasuhan anak tidak terbengkalai
begitu saja.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa dual
earner family dapat saja menimbulkan risiko yang buruk bagi suatu
keluarga. Risiko buruk tersebut bisa dalam bentuk masalah di keluarga
seperti kenakalan remaja. Hal ini dapat terjadi karena orang tua terjebak
dalam konflik peran ganda, jadi sangat besar kemungkinannya orang tua
akan lebih fokus pada pekerjaannya daripada tanggung jawab mengurus
anak di rumah. Namun, kemungkinan di atas tidak akan terjadi jika orang
tua mampu mengatur waktu mereka dengan anak supaya dapat
menjalankan peran yang sudah seharusnya dilakukan. Jika orang tua
mampu berkolaborasi satu sama lain untuk mendidik dan memberikan kasih
sayang sebagaimana harusnya, maka permasalahan seperti kenakalan
remaja di atas dapat dihindari.
REFERENSI
Fajrin, N. P., & Purwastuti, L. A. (2022). Keterlibatan Orang tua dalam Pengasuhan
Anak pada Dual Earner Family: Sebuah Studi Literatur. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 6(4), 2725–2734.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i4.1044
Greenhaus, J. H., & Beutell, N. J. (1985). Sources of Conflict between Work and
Family Roles. The Academy of Management Review, 10(1), 76.
https://doi.org/10.2307/258214
Harpell, Cindy. (1985). An analysis of dual-earner families in Canada. Industrial
Relations Centre, Queen’s University at Kingston.
Mulyandini, A. D. (2015). SELF EFFICACY SEBAGAI MEDIASI PENGARUH
WORK FAMILY CONFLICT DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA
KARYAWATI PERBANKAN ( STUDI PADA DUAL CAREER COUPLE DI
BANK BRI DAN BANK BTN CABANG JEMBER) SELF EFFICACY AS
MEDIATION THE EFFECT OF WORK FAMILY CONFLICT AND WORK
CLIMATE ON JOB PERFORMANCE OF BANK’S FEMALE EMPLOYEE
(STUDY ON DUAL CAREER COUPLE IN BRI BANK AND BTN BANK
BRANCH JEMBER). Universitas Jember.
Purnama, Y., Surya, A., & Bima, M. (2020). FAKTOR PENYEBAB SEKS BEBAS
PADA REMAJA. 5(2).
Rustham, T. P. (2019). DUAL EARNER FAMILY DAN PENGARUHNYA PADA
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS ANAK : SEBUAH STUDI LITERATUR
DUAL-EARNER FAMILY AND ITS EFFECT ON CHILDREN’S
PSYCHOLOGICAL WELL-BEING: A LITERATURE STUDY. InSight, 21(1).
Sebanyak 57 Persen Remaja Coba Pakai Narkoba. (2021, June 8). DINAS
KOMINFO Provinsi Jawa Timur.
https://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/sebanyak-57-persen-remaja-
coba-pakai-narkoba
Widiningtyas, K. (2022). DINAMIKA KONFLIK PERAN GANDA IBU BEKERJA
YANG MENJALANI DUAL EARNER FAMILY DUAL ROLE CONFLICT OF
WORKING MOTHER ON DUAL EARNER FAMILY. Psyche: Jurnal Psikologi
Universitas Muhammadiyah Lampung, 4(2), 2686–0430.
http://journal.uml.ac.id/TIT
Zed, M. (2014). Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.