Anda di halaman 1dari 7

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016 http://doi.org/10.

21009/JPPP

KONFLIK PERAN GANDA DAN KEBERFUNGSIAN KELUARGA


PADA IBU YANG BEKERJA

Zarina Akbar* Kharisma Kartika**

*Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Jakarta


**Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Jakarta

DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.052.02

Alamat Korespondensi:
zarina_akbar@unj.ac.id
kharismatika15@gmail.com

ABSTRACT
This research aimed to determine the influence of work-family conflict to the family functioning between
working mother. The research using quantitative. The sample were 100 working mother (n = 100) by using the
method purposive sampling . The data using a questionnaire with an instrument work- family conflict scales
(40 item) and family assessment device (52 item). Statistical data is done by using Rasch Model in the form of
software Winstep and SPSS 23.0. Results of research indicate that there is influence of work-family conflict to
the family functioning between working mother. The value of Fhit> Ftabel (59,08> 3,94) and R square value
equal to 0,376.

Keywords:
work-family conflict, family functioning, working mother

1. Pendahuluan anak dari umur 0-18 tahun dan menjadi tenaga


kerja. Adanya tekanan dari faktor ekonomi serta
Secara tradisional pada konteks budaya negara-
adanya keinginan psikologis untuk mengembang-
negara di Asia, wanita yang sudah menikah diha-
kan self identity telah mendorong wanita untuk
rapkan untuk dapat tinggal di rumah dan menjaga
bekerja di luar rumah mengembangkan karir serta
kesejahteraan anak-anak dan keluarga mereka.
berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan ber-
Seiring dengan perkembangan zaman, wanita
masyarakat (Kusumaning & Suparmi, 2002).
dituntut untuk memberikan sumbangan lebih,
Salah satu tujuan ibu yang bekerja adalah suatu
tidak hanya terbatas pada pelayanan terhadap
bentuk aktualisasi diri guna menerapkan ilmu
suami, perawatan anak, serta menjadi pengurus
yang telah dimiliki dan menjalin hubungan sosial
rumah tangga. Saat ini, posisi wanita yang sudah
dengan orang lain dalam bidang pekerjaan yang
menikah telah berubah secara signifikan dan
dipilihnya (Santrock, 2007).
memasuki dunia pekerja menjadi wanita pekerja
Pekerjaan bagi seorang wanita dapat mem-
yang sukses dan ibu serta istri pada saat yang
berikan dampak positif maupun negatif. Dampak
bersamaan. Menurut Encyclopedia of Children’s
positifnya adalah melalui pekerjaannya, wanita
Health, ibuyang bekerja adalah seorang ibu yang
dapat membantu suami dalam hal finansial, men-
memiliki pekerjaan di luar rumah untuk
cari penghasilan yang layak untuk menghidupi
mendapatkan penghasilan di samping membesar-
diri dan keluarganya, meningkatkan rasa percaya
kan dan mengurus anak di rumah. Menurut Lerner
diri dan kesempatan untuk mendapatkan kepuasan
(2001) ibu yang bekerja adalah ibu yang memiliki
hidup (Istiani, 1989). Nyoman (2003) menyatakan

63
Zarina Akbar Konflik Peran Ganda dan Keberfungsian Keluarga
Kharisma Kartika pada Ibu yang Bekerja

adanya perubahan demografi tenaga kerja seperti sebuah ketahanan keluarga, yaitu kemampuan ke-
peningkatan jumlah wanita yang bekerja dan luarga mengelola sumber daya baik yang dimiliki
pasangan suami-istri yang keduanya bekerja telah ataupun tidak dimiliki namun dapat diakses
meningkatkan hubungan ketergantungan antara keluarga, serta mengelola masalah yang dihadapi
pekerjaan dan keluarga serta mendorong konflik keluarga untuk memenuhi tujuan keluarga
antara tuntutan peran pekerjaan maupun peran (Sunari, 2010).
keluarga. Perubahan sosial yang berlangsung cepat,
Keluarga adalah sekelompok orang dengan industrialisasi, dan urbanisasi dipandang sebagai
ikatan perkawinan, darah, atau adopsi; terdiri dari faktor yang dapat menyebabkan disorganisasi
satu orang kepala rumah tangga, interaksi dan keluarga (Thomas & Wilcox dalam Sussman &
komunikasi satu sama lainnya dalam peran suami Steinmetz, 1987). Menurut Gutek (dalam Aycan
istri yang saling menghormati, ibu dan ayah, anak & Eskin, 2005), faktor dalam pekerjaan akan
laki-laki dan perempuan, saudara laki-laki dan memengaruhi kehidupan keluarga dan sebaliknya
perempuan, dan menciptakan serta mempertahan- faktor dalam keluarga akan memengaruhi peker-
kan kebudayaannya Burgess & Locke (dalam jaan. Menurut penelitian Apperson (2002) mayo-
Duvall & Miller, 1985). Keluarga merupakan ritas pria dan wanita sekarang ini, mempunyai
suatu sistem sosial yang terbuka, karena itu sistem kedudukan ganda, sebagai orang tua dan juga
yang berada di luar keluarga sangat berpengaruh sebagai karyawan dengan jenis pekerjaan full-
terhadap kehidupan keluarga, baik berpengaruh time. Primastuti (2000) menjelaskan bahwa
terhadap struktur keluarga maupun pola interaksi banyak dari mereka yang memainkan peranan
yang berada di dalamnya. Sebagai suatu sistem ganda dalam dunia kerja untuk mendapatkan
sosial, keluarga merupakan subsistem dari sistem- penghasilan ataupun kepuasan. Konflik antara
sistem yang lebih luas, yaitu lingkungan tetangga, pekerjaan dan keluarga dapat terjadi baik pada
komunitas, dan masyarakat yang lebih besar wanita maupun pria.
(Bronferenbrenner, 1979). Keluarga memainkan PenelitianApperson (2002) menemukan bahwa
peranan penting dalam membangun kesejahtera- ada beberapa perbedaan tingkatan konflik peran
an, pengasuhan dan pendidikan dasar kepada ganda antara pria dan wanita, bahwa wanita
anggota-anggota keluarga (Fahrudin, 2005). mengalami konflik peran ganda pada tingkat yang
Interaksi dalam keluarga sangat berkaitan lebih tinggi dibandingkan pria. Hal tersebut
dengan keberfungsian keluarga karena dalam dikarenakan wanita memandang keluarga merupa-
interaksi itulah keluarga menjaga pertumbuhan kan suatu kewajiban utama mereka dan harus
dan kesejahteraan dari masing-masing anggotanya mendapatkan perhatian lebih dibanding pada
(Walsh, 2003). Keberfungsian keluarga adalah peranan pekerja mereka. Di sisi lain, wanita
sejauh mana sebuah keluarga dapat menjalankan dituntut untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya
tugas-tugasnya dengan tetap dapat mengupayakan dengan baik dan tentu saja wanita yang sudah
kesejahteraan dan perkembangan sosial, fisik, dan berumah tangga membutuhkan perhatian kepada
psikologis masing-masing anggotanya (Epstein, hal yang lainnya, yaitu keluarga. Pada saat keti-
Ryan, Bishop, Miller, & Keitner, 2003; DeFrain, dakseimbangan ini terjadi maka akan mengaki-
Asay, & Olson, 2009). McArthur (2000) menam- batkan adanya konflik peran ganda. Konflik peran
bahkan definisi keberfungsian keluarga sebagai ganda pada wanita terjadi ketika wanita dituntut
keluarga yang dapat menjalankan fungsinya untuk memenuhi harapan perannya dalam kelu-
dengan benar. Keberfungsian keluarga menjadi arga dan dalam pekerjaan, dimana masing-masing
tempat individu dapat tumbuh menjadi dirinya membutuhkan waktu, energi, maupun komitmen
sendiri, di dalamnya terdapat rasa cinta dan keber- dari wanita tersebut (Netemeyer, 1996).
samaan antara anggota keluarga. Antar anggota Wanita pekerja yang sudah menikah dan
keluarga memberikan waktu dan dukungan antara memiliki anak akan menghadapi tantangan dalam
satu dengan yang lain, peduli terhadap keluarga, peran ganda. Di satu sisi, wanita pekerja yang
dan membuat kesejahteraan anggota keluarga telah menikah memiliki kewajiban untuk berperan
menjadi prioritas dalam kehidupan.Kesejahteraan sebagai ibu, untuk mengurus pekerjaan rumah
keluarga merupakan output dari berjalannya tangga, dan di sisi lain berperan sebagai karyawati

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 5, No. 2, Oktober 2016 64


Zarina Akbar Konflik Peran Ganda dan Keberfungsian Keluarga
Kharisma Kartika pada Ibu yang Bekerja

yang memiliki kewajiban untuk memenuhi tuntu- disadari merupakan masalah bagi pria maupun
tan tugas karyawan. Hal-hal tersebut mungkin wanita, masalah tersebut tetap saja memberikan
menjadi kecemasan tersendiri bagi mereka teru- tanggung jawab tambahan bagi wanita yang
tama dari faktor lingkungan. Saat kedua peran pe- memiliki keluarga dan bekerja. Seorang wanita
kerjaan tidak berjalan dengan selaras maka dikha- profesional yang telah menikah dan memiliki
watirkan akan menimbulkan kecemasan serta status karir yang sama dengan suaminya, tetap
masalah terhadap keluarga. menghadapi pola tradisional yang tidak seimbang
Greenhaus & Beutell (dalam Bellavia & Frone, dalam tugas menjaga anak dan pekerjaan rumah
2005) menjelaskan bahwa konflik peran ganda tangga sehari-hari (Vinokur, Pierce, & Buck,
adalah suatu bentuk konflik antar peran dimana 1999). Sehubungan dengan peran tradisional
peran dari ranah pekerjaan dan keluarga saling tersebut, sumber utama konflik peran ganda yang
mengalami ketidakcocokan dalam beberapa hal. dihadapi oleh wanita bekerja pada umumnya
Higgins, Duxbury & Lee (1994) menggambarkan adalah usahanya dalam membagi waktu atau
bahwa gender memengaruhi peran ganda dalam menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan tuntutan
hal yang berbeda. Di sisi lain, wanita menghadapi keluarganya.
lebih banyak konflik dari domain keluarga dan Ammons dan Beutell (dalam Hartini, 2009)
pria menghadapi lebih banyak konflik dari menyatakan bahwa individu dengan pendidikan
domain pekerjaan (Jaros, 1993). Hochschild, rendah cenderung mengalami konflik dari kelu-
Arlie, & Machung (1989) memastikan bahwa arga kemudian memengaruhi pekerjaan sedang-
wanita menghabiskan banyak waktu pada tang- kan individu yang memiliki pendidikan tinggi
gung jawab keluarga dibandingkan pria dan hal cenderung mengalami konflik dari pekerjaan yang
tersebut menjadikan wanita menghabiskan lebih memengaruhi keluarga karena hal ini terkait
banyak waktu dalam memanage antara tanggung dengan strategi dalam mengatur tanggung jawab
jawab pekerjaan serta keluarga. Pleck, Staines, antara pekerjaan dan keluarga. Masalah yang
and Lang (1980) menambahkan bahwa terdapat dihadapi oleh wanita yang bekerja adalah ketika
faktor-faktor spesifik misalnya, jam kerja yang kedua peran yang dimiliki sebagai istri atau ibu
panjang dan kesalahan kepengurusan jadwal rumah tangga serta peran sebagai wanita pekerja
menambah konflik pekerjaan-keluarga, dan mengalami tekanan. Peran ganda yang dimiliki
wanita menikah menghadapi konflik peran ganda oleh ibu bekerja di satu sisi menjadi ibu yang
karena jadwal yang tidak kompatibel dan pria sabar dan bijaksana untuk anak-anak serta
yang menikah menghadapi konflik peran ganda menjadi istri yang baik bagi suami serta menjadi
karena jam kerja yang berlebihan. ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas
Perubahan demografi tenaga kerja seperti keperluan dan urusan rumah tangga. Di tempat
peningkatan jumlah wanita bekerja dan pasangan kerja, ibu bekerja juga memiliki komitmen dan
suami-isteri yang keduanya bekerja telah mening- tanggung jawab atas pekerjaan yang dipercayakan
katkan hubungan ketergantungan antara pekerjaan pada mereka hingga mereka harus menunjukkan
dan keluarga serta mendorong konflik antara prestasi kerja yang baik (Rini, 2002).
tuntutan pekerjaan dan keluarga. Perubahan ini Greenhaus & Beutell (1985) mendefinisikan
juga meningkatan perhatian publik dan menuntut konflik peran ganda antara pekerjaan dan keluarga
pemilik perusahaan untuk mengadaptasi kebija- sebagai sebuah bentuk dari konflik antar peran
kan-kebijakan yang berhubungan dengan peker- dimana tekanan dari peran dalam pekerjaan dan
jaan dan keluarga (Goodstein,1994). keluarga saling bertentangan, yaitu menjalankan
Konflik peran ganda berhubungan sangat kuat peran dalam pekerjaan menjadi lebih sulit karena
dengan depresi dan kecemasan yang diderita oleh juga menjalankan peran dalam keluarga, begitu
wanita dibandingkan pria (Frone, 2000). Hal ini juga sebaliknya, menjalankan peran dalam kelu-
berhubungan dengan peran tradisional wanita arga menjadi lebih sulit karena juga menjalankan
yang hingga saat ini tidak bisa dihindari, yaitu peran dalam pekerjaan.
tanggung-jawab dalam mengatur rumah tangga Herman & Gyllstrom (1985) menemukan bah-
dan membesarkan anak. Menurut Abbott, Cieri, & wa orang yang telah menikah mengalami konflik
Iverson (1998) meskipun konfik peran ganda peran ganda yang lebih tinggi dibandingkan

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 5, No. 2, Oktober 2016 65


Zarina Akbar Konflik Peran Ganda dan Keberfungsian Keluarga
Kharisma Kartika pada Ibu yang Bekerja

dengan orang yang belum menikah, apalagi jika psikologis masing-masing anggotanya. Keber-
memiliki anak. Hal tersebut didukung oleh fungsian keluarga adalah ketika keluarga dapat
pernyataan Fuchs (dalam Nichols, 1994), bahwa mengupayakan kesejahteraan dan perkembangan
wanita yang mempunyai anak cenderung berada sosial, fisik, dan psikologis anggota keluarganya.
di bawah tekanan yang besar, terlebih lagi jika Secara umum keberfungsian keluarga merujuk
harus bekerja. Menurut Bohen dan Viveros-Long pada kualitas kehidupan keluarga, baik pada level
(dalam Greenhaus & Beautell, 1985) tanggung sistem maupun subsistem, dan berkenaan dengan
jawab utama dalam rumah tangga yaitu mengasuh kesejahteraan, kompetensi, kekuatan, dan kelema-
anak mungkin menjadi kontributif yang signifikan han keluarga (Sheck dalam Lestari, 2012). Keber-
pada konflik peran ganda. fungsian keluarga dapat dinilai dari tingkat kelen-
Dalam studi Greenhaus dan Beautell (dalam tingan (resiliency) atau kekukuhan (strength)
Willis, O’Conner, & Smith, 2008), konflik peran keluarga dalam menghadapi berbagai tantangan
ganda didefinisikan sebagai konsekuensi dari (Lestari, 2012).
tuntutan yang tidak konsisten antara peran di Menurut Encyclopedia of Children’sHealth,
tempat kerja dan keluarga. Dengan kata lain, ibu bekerja adalah seorang ibuyang bekerja di luar
konflik peran ganda terjadi ketika harapan yang rumah untuk mendapatkan penghasilan disamping
berkaitan dengan peran tertentu tidak memenuhi membesarkan dan mengurus anak di rumah.
persyaratan pada peran lainnya dan menghambat Lerner (2001), ibu bekerja adalah ibu yang
kinerja efisien dari peran itu (Greenhaus, Tammy, memiliki anak dari umur 0-18 tahun dan menjadi
& Spectors, 2006). tenaga kerja.
The National Institutefor Occupational Safety Menurut Baron & Byrne (2004) peran adalah
and Health mengidentifikasikan konflik peran suatu set perilaku yang diharapkan dilakukan oleh
ganda sebagai satu dari sepuluh sumber tekanan individu yang memiliki posisi spesifik dalam
utama di tempat kerja (dalam Robbins, 2004). suatu kelompok. Myers (1996) mendefinisikan
Penelitian dari Berk (dalam Gutek, 1991) mene- peran sebagai suatu set norma yang menjelaskan
mukan bahwa wanita cenderung menghabiskan bagaimana individu yang menyandang posisi ter-
lebih banyak waktu dalam hal urusan keluarga tentu harus bersikap. Peran ganda dapat didefi-
sehingga wanita dilaporkan lebih banyak meng- nisikan dimana seseorang memiliki jabatan atau
alami konflik peran ganda khususnya family inter- posisi atau keadaan yang lebih dari satu sehingga
ference with work. membuat orang tersebut memiliki tanggung jawab
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, yang lebih banyak (Indriyani, 2009). Dengan
peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh konflik banyaknya peran yang dimiliki seseorang, maka
peran ganda terhadap keberfungsian keluarga timbullah konflik peran ganda. Secara umum
pada ibu yang bekerja. konflik dapat diartikan sebagai kondisi dimana
McArthur (2000) menjelaskan definisi keber- terjadi ketidakcocokan antara nilai dan tujuan
fungsian keluarga sebagai keluarga yang dapat yang ingin dicapai, baik nilai atau tujuan yang ada
menjalankan fungsinya dengan benar. Perpaduan di dalam diri sendiri maupun dalam hubungan
dan interaksi nilai keluarga, keterampilan dan dengan orang lain (Wijono, 2010). Irwanto (dalam
pola interaksi yang positif menjadikan keluarga Rahmadita, 2013) menjelaskan konflik dapat
memiliki keberfungsian dalam menghadapi per- terjadi pada saat muncul dua kebutuhan atau lebih
soalan, mampu mengurus sumber, menyusun secara bersamaan.
tujuan dan melihat tantangan sebagai peluang Menurut Gibson dkk. (1990) konflik peran
untuk mempertahankan dan meningkatkan terjadi apabila seseorang dihadapkan pada suatu
kualitas kehidupan dan kesejahteraan anggota- situasi dimana terdapat dua atau lebih persyaratan
anggotanya (Fahrudin, 2012). untuk melaksanakan peran yang satu dan dapat
Menurut Epstein, Levin, dan Bishop (dalam menghalangi pelaksanaan peran yang lain.
Walsh, 2003) keberfungsian keluarga adalah Greenhaus dan Beutell (dalam Bellavia dan
sejauh mana keluarga dapat menjalankan tugas- Frone, 2005) menjelaskan bahwa konflik peran
tugasnya dengan tetap dapat mengupayakan kese- ganda adalah suatu bentuk konflik antar peran di
jahteraan dan perkembangan sosial, fisik, dan mana peran dalam pekerjaan dan keluarga saling

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 5, No. 2, Oktober 2016 66


Zarina Akbar Konflik Peran Ganda dan Keberfungsian Keluarga
Kharisma Kartika pada Ibu yang Bekerja

mengalami ketidakcocokan dalam beberapa hal. konflik peran ganda yang diungkap oleh
Seseorang akan menghabiskan waktu yang lebih Greenhaus dan Beutell (1985), yaitu: time-based
untuk digunakan dalam memenuhi peran yang conflict, strain-based conflict, dan behavior-based
penting bagi mereka, oleh karena itu bisa keku- conflict. Skor ini merepresentasikan sejauh mana
rangan waktu untuk peran yang lainnya. konflik peran ganda yang dialami oleh ibu yang
Greenhaus dan Beutell menyatakan bahwa sese- bekerja dan terdiri dari 48 aitem. Kuesioner untuk
orang yang mengalami konflik peran ganda akan variabel keberfungsian keluarga menggunakan
merasakan ketegangan dalam bekerja. Konflik Family Assessment Device (FAD) yang disusun
peran ini bersifat psikologis, gejala yang terlihat oleh Prof. Adi berdasarkan Epstein, Levin, dan
pada individu yang mengalami konflik peran ini Bishop (1976). Instrumen ini mengukur bagai-
antara lain adalah rasa bersalah, kegelisahan, mana keluarga dapat memenuhi fungsinya yang
keletihan dan frustasi. Frone dan Bellavia (2005) dilihat melalui skor total yang dihasilkan dari
mendefenisikan konflik pekerjaan-keluarga seba- setiap dimensi, yaitu dimensi penyelesaian
gai konflik peran yang terjadi pada karyawan, di masalah, komunikasi, peran, tanggapan afektif,
mana di satu sisi ia harus melakukan pekerjaan di keterlibatan afektif, dan pengendalian perilaku,
tempat kerja dan di sisi lain ia harus memper- serta dimensi umum yang mengukur keseluruhan
hatikan keluarga secara utuh, sehingga sulit keberfungsian keluarga. Skor ini merepresen-
membedakan antara pekerjaan mengganggu kelu- tasikan sejauh mana keluarga dapat berfungsi
arga dan keluarga mengganggu pekerjaan. dengan efektif dan terdiri dari 61 aitem.

2. Metode Penelitian 3. Hasil dan Diskusi


Berdasarkan tipe pendekatan, penelitian ini Setelah dilakukan uji coba validitas dan
menggunakan metode pendekatan kuantitatif. reliabilitas pada alat ukur konflik peran ganda dan
Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti keberfungsian keluarga, peneliti tidak memasuk-
penelitian ini menggunakan tipe penelitian kausal kan beberapa item yang memiliki koefisien kore-
komparatif (causal-comparative research) karena lasi rendah. Kemudian aitem-aitem lainnya diben-
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tuk menjadi satu set instrumen penelitian yang
fakta atau peristiwasebagai variabelyang dipenga- terdiri dari skala konflik peran ganda dan skala
ruhi (dependent variable) dan melakukan penyeli- keberfungsian keluarga.
dikan terhadap variabel-variabel yang memenga- Pelaksanaan penelitian dilakukan di beberapa
ruhinya (independent variable) (Sangadji & wilayah di Cilegon, Banten seperti Krakatau
Sopiah, 2010). Populasi dalam penelitian ini Junction, dan Ramayana Cilegon. Teknik peng-
adalah ibu yang bekerja di Cilegon. ambilan sampel yang digunakan adalah metode
Subjek penelitian ini memiliki karakteristik purposive sampling. Peneliti melakukan penye-
sebagai berikut: ibu yang bekerja, berusia di baran instrumen sebanyak 102 instrumen. Penye-
antara 18-40 tahun, memiliki suami yang juga baran instrumen dilakukan pada bulan Juni
bekerja, dan memiliki anak minimal satu. Teknik sampai Juli 2017. Dari 102 instrumen, hanya 100
sampling yang dilakukan dalam penelitian ini instrumen yang dapat diolah. Dengan demikian
adalah teknik non probabilitas sampling. Teknik jumlah subjek pada penelitian ini adalah sebanyak
non probabilitas sampling yang digunakan adalah 100 orang. Proses penyebaran instrumen ini selain
jenis purposive sampling. Jumlah sampel dalam peneliti lakukan sendiri dengan mendatangi bebe-
penelitian ini adalah 100 orang. rapa tempat di atas, namun ada juga yang disebar
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilaku- dengan bantuan teman di tempat kerjanya.
kan dengan kuesioner konflik peran ganda dan Peneliti juga menggunakan jejaring sosial berupa
keberfungsian keluarga. Kuesioner untuk variabel Facebook dan Google Docs untukmenyebar ins-
konflik peran ganda menggunakan alat ukut work- trumen penelitian pada teman-teman yang peneliti
family conflict scales yang dikembangkan oleh anggap memenuhi kriteria sebagai subjek dalam
Hotmaida Elfrida Silalahi dari Universitas HKBP penelitian ini.
Nommensen Medan pada tahun 2015. Instrumen Data mengenai konflik peran ganda yang di-
tersebut disusun berdasarkan dimensi-dimensi alami oleh ibu yang bekerja terdiri dari 40 item.

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 5, No. 2, Oktober 2016 67


Zarina Akbar Konflik Peran Ganda dan Keberfungsian Keluarga
Kharisma Kartika pada Ibu yang Bekerja

Dari hasil penelitian dan pengolahan data Skor konflik peran ganda yang diperoleh dari
diperoleh skor minimum adalah -3,71 dan skor penelitian ini akan dikategorikan menjadi dua
maksimum adalah 0,45. Skor rata-rata adalah - yaitu kategori tinggi dan rendah.
1,15 dengan standar deviasinya adalah 0,91.

Tabel 1. Kategorisasi Skor Konflik Peran Ganda


Kategorisasi Jumlah Subjek Persentase
Tinggi (> -1,15) 53 53
Rendah (< -1,15) 47 47

Berdasarkan proses perhitungan pengkategori- 47% yang termasuk dalam kategori konflik peran
sasian skor konflik peran ganda yang dihitung ganda rendah. Hal ini membuktikan bahwa lebih
maka dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian banyak subjek yang mengalami konflik peran
yang memiliki skor konflik peran ganda lebih ganda tinggi.
besar dari -1,15 dikategorikan memiliki konflik Data mengenai keberfungsian keluarga yang
peran ganda tinggi sedangkan subjek penelitian dialami oleh ibu yang bekerja terdiri dari 52
yang memiliki skor konflik peran ganda kurang aitem. Dari hasil penelitian dan pengolahan data
dari atau sama dengan -1,15 dikategorikan diperoleh skor minimum adalah -2,21 dan skor
memiliki konflik peran ganda rendah. maksimum adalah 0,85. Skor rata-rata adalah -
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 0,37 dengan standar deviasinya adalah 0,53.
terdapat 53 subjek dengan persentase 53% yang Skor keberfungsian keluarga yang diperoleh
termasuk dalam kategori konflik peran ganda dari penelitian ini akan dikategorikan menjadi dua
tinggi dan terdapat 47 subjek dengan persentase yaitu kategori tinggi dan rendah.

Tabel 2. Kategorisasi Skor Keberfungsian Keluarga


Kategorisasi Jumlah Subjek Persentase
Tinggi (> -0,37) 52 52
Rendah (< -0,37) 48 48

Berdasarkan proses perhitungan pengkategori- keluarga pada ibu yang bekerja. Hal ini dapat
sasian skor keberfungsian keluarga yang dihitung dilihat dari nilai F = 59,08 ; p = 0,000 < 0,05.
maka dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan
yang memiliki skor keberfungsian keluarga lebih analisis regresi linear, diperoleh nilai konstanta
besar dari -0,37 dikategorikan memiliki keber- variabel keberfungsian keluarga sebesar 0,032.
fungsian keluarga tinggi sedangkan subjek peneli- Hasil koefisien regresi 0,353. Persamaan regresi
tian yang memiliki skor konflik peran ganda berdasarkan data yang ada, yaitu: Y = 0,032 +
kurang dari atau sama dengan -0,37 dikategorikan 0,353X. interpretasi dari persamaan tersebut
memiliki keberfungsian keluarga rendah. adalah jika tidak ada nilai konflik peran ganda
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa maka nilai keberfungsian keluarga adalah sebesar
terdapat 52 subjek dengan persentase 52% yang 0,032. Konstanta regresi X sebesar 0,353 menya-
termasuk dalam kategori keberfungsian keluarga takan bahwa setiap penambahan 1 nilai konflik
tinggi dan terdapat 48 subjek dengan persentase peran ganda, maka nilai keberfungsian keluarga
48% yang termasuk dalam kategori keberfungsian bertambah sebesar 0,353. Hal ini berarti bahwa
keluarga rendah. Hal ini membuktikan bahwa dalam hubungan antara konflik peran ganda dan
lebih banyak subjek yang mengalami keberfung- keberfungsian keluarga pada ibu yang bekerja
sian keluarga tinggi. Berdasarkan hasil pengujian terjadi hubungan dengan arah yang positif.
dengan analisis regresi sederhana, diperoleh hasil Berdasarkan hasil perolehan data, dapat disim-
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pulkan bahwa konflik peran ganda memiliki
konflik peran ganda terhadap keberfungsian pengaruh yang signifikan terhadap keberfungsian

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 5, No. 2, Oktober 2016 68


Zarina Akbar Konflik Peran Ganda dan Keberfungsian Keluarga
Kharisma Kartika pada Ibu yang Bekerja

keluarga pada ibu yang bekerja. Besar sumbangan Fahrudin, A. (2012). Keberfungsian Keluarga:
konflik peran ganda terhadap keberfungsian kelu- Konsep dan Indikator Pengukuran dalam
arga diketahui dengan melihat nilai RSquare yang Penelitian. Jurnal Informasi. 17: 75-81
diperoleh dari penelitian ini,yaitu sebesar 0,376%
atau sebesar 37,6 %. Hal tersebut menunjukkan Herawaty, Y., Wulan, R. (2013). Hubungan
bahwa ada faktor lain sebesar 62,4% yang meme- antara Keberfungsian Keluarga dan Daya
ngaruhi keberfungsian keluarga pada ibu yang Juang dengan Belajar berdasar Regulasi
bekerja. Diri pada Remaja.

4. Kesimpulan Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga:


Penanaman Nilai dan Penanganan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
Konflik dalam Keluarga, Edisi Pertama.
diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
antara konflik peran ganda terhadap keberfung-
sian keluarga pada ibu yang bekerja.
McArthur, J. D. (2005). Marriage and Family.
Utah: School of FamilyLife at Brigham
5. Daftar Pustaka
Young University
Anafarta, N. (2010). The Relationship Between
Work-Family Conflict and Job Satisfac- Meidah, E. (2013). Pengaruh Konflik Peran
tion: A Structural Equation Modeling Ganda, Kecerdasan Emosional, dan
(SEM Approach). Turkey. Komitmen Organisasi terhadap Kinerja
Perawat Wanita. Jakarta.
Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta. Puspitawati, H. (2012). Fungsi Keluarga,
Pembagian Peran dan Kemitraan Gender
Epstein, N. B., Baldwin, L. M. & Duane, B. S. dalam Keluarga. IPB Press, Bogor.
(1983). The Mc Master Family Assess-
ment Device. Journal of Marital and Rangkuti, A. A. (2012). Konsep dan Teknik Anali-
Family Therapy, 9: 171-180. sis Data Penelitian Kuantitatif Bidang
Psikologi dan Pendidikan. FIP Press,
Epstein, N. B., Bishop, D. S. & Levin, S. (1978). Jakarta.
The Mc Master Model of Family Functi-
oning. Journal of Marriage and Family Sangadji, E. M., & Sopiah. (2010). Metodologi
Counseling, 4: 19-31. Penelitian. C.V. Andi Offset, Yogyakarta.

Fahrudin, A. (2012). Keberfungsian Keluarga: Silalahi, H. E. (2015). Pengaruh Konflik Peran


Konsep Dan Indikator Pengukuran Dalam Ganda terhadap Produktivitas Karyawati
Penelitian. (Functioning Family: Concept yang Berkeluarga pada PT. Sarimakmur
And Measurement Indicator In Research). Tunggal Mandiri. Medan.
Jurnal Informasi, 17,75-81.
Sugiono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan.
Alfabeta, Bandung.

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 5, No. 2, Oktober 2016 69

Anda mungkin juga menyukai