Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH INTERNALISASI NILAI KEBAIKAN MELALUI FUNGSI KEAGAMAAN

DAN PENGKONDISIAN LINGKUNGAN TERHADAP KARAKTER ANAK

Sri Dermawan1*), Euis Sunarti2, Tin Herawati2

1
Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor
16680, Indonesia
2
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680,
Indonesia

*)
E-mail: sriderma1@gmail.com

Abstrak

Perkembangan karakter anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan seorang anak menjadi
baik dan buruk. Mengajari anak tentang kualitas dan sifat yang berkerakter baik adalah fungsi terpenting dari
sebuah keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh internalisasi nilai kebaikan melalui
fungsi keagamaan dan pengkondisian lingkungan terhadap karakter anak dengan ibu bekerja dan ibu tidak
bekerja. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study, dengan pemilihan tempat secara
purposive di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Populasi penelitian ini adalah keluarga
dengan anak usia 9-11 tahun yang ibunya bekerja dan tidak bekerja. Sampel penelitian ini berjumlah 121 pasang
ibu dan anak. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa istri bekerja memiliki capaian fungsi keimanan yang lebih tinggi dibandingkan istri yang tidak
bekerja. Anak dengan ibu bekerja memiliki capaian lebih tinggi pada semua dimensi variabel karakter
dibandingkan anak dengan ibu tidak bekerja. Hasil uji pengaruh menemukan bahwa karakteristik keluarga dan
fungsi keagamaan berpengaruh langsung positif terhadap karakter anak sedangkan pengkondisian lingkungan
berpengaruh langsung negatif terhadap karakter anak.

Kata kunci: fungsi keagamaan, internalisasi nilai kebaikan, karakter anak, pengkondisan lingkungan

……………………..

Abstract

There was range of influential factors that affect the development of character capabilities in children, leading to
better and worse life chances for children. Teach the children about the quality and traits of good character was
the most important of family function. The aim of this research was analyze the effect of kindness value
internalization through religious function and the environmental conditioning toward the children’s characters
among the working mothers and non-working mothers. The design used was cross-sectional study, and the place
of study was taken using purposive method in Babakan Village, Bogor Regency. The population were families
with kids between nine to eleven years old and the sample were 121 pairs of mothers and their kids. The data
were gathered through interview with questionnaire. The result of the research shows that the working mothers
have higher belief than those non-workings. Kids belong to the working mothers have higher attainment in all
characters’ dimension compared with those belong to non-working mothers. The effect test result reveals that the
family characteristics and religious function have direct positive effect toward the children’s characters, while the
environmental conditioning has a direct negative effect toward the children’s characters.

Keyword: Children’s character, environmental conditioning, kindness value internalization, religious function

PENDAHULUAN memikul tanggung jawab untuk meneruskan


tongkat estafet pembangunan bangsa, para
Karakter yang baik merupakan fondasi penting generasi tersebut mereka telah siap.
terbentuknya bangsa yang beradab. Kemajuan Pembentukan karakter yang baik pada anak
suatu bangsa bergantung pada generasi muda adalah salah satu tugas dan fungsi keluarga,
atau anak bangsa. Karakter yang baik tidak khususnya ayah dan ibu. Salah satu fungsi
terbentuk dalam jangka waktu yang pendek, tersebut adalah melalui fungsi keagamaan
tetapi butuh waktu bertahun-tahun. Oleh (Sunarti, 2013). Fungsi keagamaan keluarga
karena itu, sangat perlu dilakukan penanaman artinya keluarga merupakan tempat di mana
karakter yang baik kepada anak bangsa sejak seluruh anggotanya memelihara nilai agama
dini, sehingga nanti ketika telah dewasa dan dan menjalankan aktivitas keagamaan
(BKKBN, 1996). Banyak penelitian tentang Pengaruh lingkungan sosial dapat
pentingnya fungsi keagamaan keluarga yang menyebabkan masalah pada karakter anak.
di antaranya menyatakan bahwa keyakinan Salah satu pengaruh negatif yang gencar saat
beragama (iman) memegang peranan penting ini adalah banyaknya ada saat ini banyak
untuk ibu dalam menjalani perannya untuk diberikan oleh media informasi. Hasil penelitian
mengasuh anaknya (Madden, Aguiniga, & menunjukkan bahwa semakin sering anak
Zellman, 2014) sehingga seorang ibu wajib mengakses media sosial berhubungan dengan
menanamkan nilai-nilai keagamaan yang baik rendahnya karakter yang dimilikinya
ke dalam dirinya sendiri sebelum menanamkan (Rahmawati, Hastuti, & Herawati, 2014).
nilai-nilai keagamaan kepada anak-anaknya
kelak. Keluarga yang memiliki kekuatan dalam Kondisi lingkungan yang baik, termasuk
penerapan nilai agama akan memiliki kondisi keagamaan dapat membantu keluarga
hubungan sosial yang sehat sehingga akan dalam menerapkan nilai-nilai yang baik. Allport
kuat dalam menghadapi masalah dalam & Michael (1967) mengemukakan bahwa nilai
keluarga (Sunarti & Fitriani, 2010). (value) adalah keyakinan yang membuat
seseorang bertindak atas dasar pilihannya.
Ketidakberfungsian pada keluarga dapat Internalisasi nilai-nilai kebaikan yakni proses
terjadi karena masalah pemenuhan ekonomi penanaman kebaikan ke dalam diri anak
(Raharjo, Puspitawati, & Krisnatuti, 2015). melalui pembinaan, bimbingan dan pemberian
Peningkatan level pendidikan wanita dan contoh, agar anak menguasai secara
semakin luasnya kesempatan kerja membuat mendalam nilai kebaikan tersebut serta
semakin banyak wanita yang memasuki menghayati dan mengamalkannya, sehingga
lapangan pekerjaan (Hakim, Sunarti, & dapat tercermin dalam sikap dan tingkah laku
Herawati, 2014). Fenomena ibu bekerja yang baik.
mengindikasikan adanya perbedaan
penanaman nilai melalui fungsi keluarga yang Berbuat baik kepada sesama manusia dapat
diterapkan kepada anak antara ibu bekerja dilakukan melalui lima aspek nilai (value) yang
dengan ibu yang tidak bekerja (Sunarti, 2004). dikemukakan oleh Schwartz (1994), yakni;
Motif ekonomi yaitu untuk pemenuhan universalism atau nilai tentang pemahaman
kebutuhan keluarga menjadi alasan utama ibu terhadap orang lain seperti apresiasi, toleransi,
untuk bekerja sehingga harus membagi waktu serta peduli terhadap manusia dan makhluk
antara peran domestik dengan peran publik ciptaan Tuhan lainnya. Benevolence adalah
(Sunarti et al., 2013). Kondisi ibu yang bekerja nilai tentang berbagi dan peningkatan
dalam sektor publik mengakibatkan intensitas kesejahteraan orang lain. Tradition adalah nilai
waktu yang diberikan oleh ibu kepada anak kepercayaan yang mengandung penghargaan,
akan semakin sedikit (Rizkillah, Sunarti, & komitmen, dan penerimaan, terhadap tradisi
Herawati, 2015; Eliana & Ratina, 2007). Fokus dan gagasan budaya tradisional. Conformity
dan profesionalitas ibu dalam pekerjaan adalah nilai yang terkait dengan pengekangan
membuat waktu untuk keluarga berkurang diri terhadap dorongan dan tindakan yang
(Sunarti, 2013). Hal ini sangat merugikan, merugikan orang lain, serta security atau nilai
karena Padahal banyak hasil studi yang yang mengandung keselamatan,
menemukan bahwa karakter anak akan keharmonisan, kestabilan masyarakat dalam
semakin baik dengan semakin besarnya berhubungan dengan orang lain dan
alokasi waktu yang diberikan keluarga memperlakukan diri sendiri. Lima macam nilai
(Elmanora, Muflikhati, & Alfiasari, 2012; sosial yang melekat pada seseorang tersebut
Rahmiati & Puspitawati, 2013). dapat menjadi perekat sosial (social glue)
dalam masyarakat.
Seorang istri harus mampu menyusun suatu
strategi yang dapat menjembatani peran di Dalam konteks kehidupan sosial, internalisasi
tempat kerja dan peran dalam rumah tangga nilai dimulai dari keluarga, lingkungan atau
sehingga dapat lebih optimal dalam kelompok masyarakat yang lebih luas (Sunarti,
pelaksanaan fungsinya. Hal ini harus dilakukan 2015). Apabila pembagian peran dan waktu
agar tidak memicu terjadinya penyimpangan tidak dikelola dengan baik, maka akan
sosial anak karena berada pada kondisi berakibat tidak tercapainya pemenuhan peran
kurangnya pengawasan dari orangtua (Meliani, dan fungsi istri pada keluarga sehingga dapat
Sunarti, & Krisnatuti, 2014). Cara yang efektif menurunkan kualitas kehidupan keluarga dan
untuk mengubah dan mengontrol karakter ini lebih mengarahkan orangtua kepada praktik
adalah dengan melakukan penguatan pengkondisian lingkungan anak yang negatif,
(reinforcement) berupa pengkondisian sehingga anak adalah anggota keluarga yang
lingkungan. sangat dirugikan (Alam, Sattar & Chaudhury,
2011). Peran ganda yang dimiliki oleh wanita karakter anak dengan pada ibu bekerja dan ibu
atau ibu bekerja menyebabkannya mendapat tidak bekerja. Selain itu, penelitian ini juga
tuntutan baik dari sektor domestik dan sektor bertujuan serta mengetahui menganlisis
publik. Hal tersebut dapat menyebabkan pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik
terjadinya kesulitan pada ibu terlebih ketika ia anak, internalisasi nilai kebaikan melalui fungsi
memiliki jam kerja yang panjang, perjalanan keagamaan dan pengkondisian lingkungan
yang cukup lama, dan pengalaman bekerja terhadap karakter anak dengan pada ibu
yang sedikit (Almasitoh, 2011). bekerja dan ibu tidak bekerja.

Parveen (2009) menyatakan bahwa apabila METODE PENELITIAN


pekerja adalah seorang istri dan seorang ibu
maka kesulitan dalam pembagian peran dan Desain penelitian yang digunakan dalam
waktu dapat terjadi. Hasil studi Herawati penelitian ini adalah cross-sectional study,
(2012) terhadap keluarga di Kabupaten Bogor yaitu pengambilan data penelitian dilakukan
menemukan bahwa tidak sepenuhnya dalam satu kali waktu secara bersamaan pada
orangtua menerapkan fungsi keagamaan obyek yang berbeda. Pemilihan tempat
terhadap anak karena orangtuanya sendiri dilakukan secara purposive di Desa Babakan,
jarang mengamalkan keagamaan. Tidak heran Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
jika saat ini kondisi karakter anak usia sekolah dengan alasan bahwa daerah tersebut
dasar di Kabupaten Bogor cukup termasuk salah satu daerah dengan jumlah
memprihatinkan. Puspitasari, Hastuti, dan penduduk usia 9-11 tahun terbanyak (BPS
Herawati (2016) menyatakan bahwa 2015). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan di
berdasarkan data Kapolsek Kabupaten Bogor, perdesaan dengan alasan hasil penelitian
ada kasus tindak pidana yang dilakukan oleh terdahulu menemukan bahwa karakter anak di
anak usia sekolah dasar setiap tahun di perdesaan memerlukan perhatian yang lebih
antaranya pencabulan, persetubuhan, dan intens dibandingkan dengan anak-anak di
perkosaan. perkotaan (Puspitasari, Hastuti & Herawati,
2016). Rentang waktu penelitian yang terdiri
Kondisi lain tentang masalah lemahnya fungsi dari kegiatan persiapan, pengumpulan data,
keagamaan keluarga terdeteksi melalui pengolahan data, analisis data, dan penulisan
peningkatan pekerja wanita yang laporan terhitung mulai bulan Desember 2016
menyebabkan peningkatan peran orangtua hingga Juli 2017.
tunggal bahkan perceraian. Menurut Badan
Urusan Peradilan Agama Mahkamah Agung Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga
menyatakan dari 2 juta perkawinan pada yang memiliki anak dengan usia antara 9
Tahun 2010. Terjadi 285 184 perceraian (782 sampai dengan 11 tahun yang sebagian
perceraian per hari) di mana 70 persen ibunya bekerja dan sebagiannya lagi tidak
diajukan oleh perempuan. Sementara itu, bekerja. Teknik penarikan contoh pada
Catatan Komnas Perempuan terjadi penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
peningkatan kasus kekerasan (psikis, teknik disproportional random sampling.
ekonomi, fisik) terhadap perempuan dari 119 Jumlah contoh yang diambil untuk penelitian
107 pada tahun 2011 menjadi 293 200 pada ini adalah 121 pasang ibu dan anak yang
tahun 2014. Selain itu, informasi yang ditentukan berdasarkan rumus yang diacu dari
terkumpul dari kegiatan seleksi motivator Slovin (1960). Sebanyak 60 pasang anak dan
ketahanan keluarga (Motekar) di 200 desa dari ibu diambil dari keluarga dengan ibu bekerja,
27 kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat sedangkan 61 pasang lainnya berasal dari
mengungkap besarnya masalah moral keluarga dengan ibu tidak bekerja.
(perselingkuhan dan kekerasan) yang terjadi
dalam lingkungan keluarga dan masyarakat Data yang dikumpulkan merupakan data
(Sunarti, 2015). primer dan sekunder. Data sekunder berupa
gambaran umum penelitian menurut lokasi
Oleh karena itu, orangtua harus melakukan penelitian yang diambil dari pemerintah Desa
peningkatan fungsi keagamaan keluarga agar Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
kesadaran moral keluarga pun meningkat, Bogor. Data primer diperoleh dari hasil
sehingga penanaman karakter yang baik pada penggalian informasi dari responden baik ibu
anak dapat terjadi secara optimal. Tujuan maupun anak, dengan teknik wawancara
penelitian ini adalah untuk menganalisis menggunakan kuesioner yang meliputi
perbedaan karakteristik keluarga, karakteristik karakteristik keluarga (usia suami dan istri,
anak, internalisasi nilai kebaikan melalui fungsi lama pendidikan suami dan istri, jenis
keagamaan, pengkondisian lingkungan, dan pekerjaan suami dan istri, pendapatan per
kapita dan besar keluarga), karakteristik anak bertanggung jawab terhadap pengembangan
(usia dan jenis kelamin anak), internalisasi nilai kontrol sistematis terhadap pembuatan,
kebaikan melalui fungsi keagamaan, penyimpanan, penelusuran juga pemeliharaan
pengkondisian lingkungan, dan karakter anak. dan penempatan data. Manajemen data
merupakan bagian dari manajemen sumber
Karakteristik keluarga responden terdiri dari daya informasi yang mencakup semua
usia suami dan istri, lama pendidikan suami kegiatan yang memastikan bahwa sumber
dan istri, pekerjaan istri, pendapatan per kapita daya informasi yang akurat, mutakhir, aman
dan besar keluarga. Usia ayah dan ibu diukur dari gangguan dan tersedia bagi pemakai.
berdasarkan tahun, lalu dikelompokkan Tahapan manajemen data adalah sebagai
berdasarkan kategorisasi yang dikemukakan berikut:
oleh Santrock (2012) yaitu dewasa awal (20–
30an), dewasa menengah (40–60), dewasa 1. Menyunting data (data editing); dilakukan
akhir (>60). Data pendidikan orangtua sebelum proses pemasukan data.
dikelompokkan berdasarkan lamanya Penyuntingan data dilakukan di lapangan,
pendidikan yang ditempuh oleh orangtua. sehingga apabila terdapat data yang belum
Pekerjaan orangtua dikelompokkan menjadi lengkap dapat ditelusuri kembali kepada
kelompok tidak bekerja dan bekerja. responden yang bersangkutan. Data editing
Penentuan pendapatan perkapita keluarga juga dilakukan setelah seluruh kuesioner
ditentukan berdasarkan acuan dari BPS terkumpul agar mengetahui apakah isi
Kabupaten Bogor (2015) yang kuesioner dapat dibaca, semua pertanyaan
mengelompokkan pendapatan keluarga terisi (lengkap), terdapat ketidakserasian
menjadi dua kategori, yaitu kategori miskin antara jawaban yang satu dengan yang lain
(penghasilan ≤Rp271.970,00) dan kategori (konsistensi) dan terdapat kesalahan yang
tidak miskin (penghasilan >Rp271.970,00). akan mengganggu proses pengolahan
Besar keluarga dikelompokkan menjadi empat data.
kategori, yatu keluarga kecil (jumlah anggota 2. Mengkode data (data coding)
keluarga ≤4), keluarga sedang (jumlah Membuat kode; tujuannya mengklasifikasi
anggota keluarga 5–7), dan keluarga besar data dan memberi kode untuk masing-
(jumlah anggota keluarga >7). Karakteristik masing jawaban di kuesioner, sehingga
anak meliputi usia dan jenis kelamin anak. memudah untuk memasukkan data ke
komputer. Data coding sebaiknya dipikirkan
Kuesioner internalisasi nilai kebaikan melalui pada saat mengembangkan kuesioner.
fungsi keagamaan keluarga berjumlah 22 Jenis pertanyaan tertutup sudah dapat
pertanyaan yang kemudian dimodifikasi diterapkan kodenya saat kuesioner dibuat.
menjadi 30 pertanyaan menggunakan Sedangkan untuk pertanyaan terbuka
instrumen Multidimensional Measure of pembuatan kode dilakukan setelah seluruh
Religiousity (Glocks & Stark, 1968), dengan data terkumpul. Membuat buku kode; buku
skala Likert dan nilai Cronbach’s alpha adalah kode bermanfaat sebagai pedoman dalam
0,835. Kuesioner pengkondisian lingkungan proses coding, entry dan cleaning,
berjumlah 28 pertanyaan yang kemudian pedoman dalam melakukan analisis data
dimodifikasi menjadi 30 pertanyaan dan pedoman bagi peneliti lain yang akan
menggunakan instrumen Family Environment menggunakan data.
Scale (Felton, Brooks, & Robert, 1994), 3. Memasukkan data (entry data); kegiatan ini
dengan skala Guttman dan nilai Cronbach’s meliputi pemindahan data dari kuesioner ke
alpha adalah 0,857. Kuesioner karakter anak microsoft excel di komputer. Data yang
dimodifikasi dari instrumen Values in Action dimasukkan ke tabel sesuai dengan kode
Youth oleh Peterson dan Seligman (2004) yang telah dibuat sebelumnya.
yang berjumlah 24 pertanyaan menjadi 35 4. Membersihkan data (data cleaning); salah
pertanyaan, dengan skala Likert dan nilai satu cara melakukan pembersihan data
Cronbach’s alpha adalah 0,871. yaitu dengan melihat distribusi frekuensi
dari variabel-variabel dan menilai
Pengolahan data dilakukan dengan melalui kelogisannya. Jenis data kontinyu (interval
beberapa tahap kegiatan yaitu editing dan rasio) dapat dilihat sebarannya untuk
(penyuntingan data), coding (pengkodean melihat ada tidaknya pencilan (outlier).
data), entering (memasukkan data), cleaning
(pembersihan data), scoring (pemberian skor) Sebagai kontrol terhadap kualitas data, maka
dan analysis (analisis data yang meliputi dilakukan uji realibilitas dan validitas terhadap
analisis (deskriptif dan inferensia). Manajemen kuesioner. Reliabilitas atau keterandalan
data adalah fungsi organisasi yang instrumentasi adalah konsistensi dari
serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ibu berada pada usia dewasa awal (62,8%).
ukur. Realibilitas adalah istilah yang dipakai Secara umum, rata-rata usia ayah adalah
untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil 41,80 tahun dan rata-rata usia ibu 37,72 tahun.
pengukuran relatif konsisten apabila Rentang usia ayah pada penelitian ini antara
pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Suatu 32 sampai dengan 63 tahun dan usia ibu pada
instrumen dianggap sudah cukup reliabel rentang usia 28 sampai dengan 53 tahun.
(reliabel internal) jika nilai α ≥ 0,6. Kuesioner Kurang dari separuh lama pendidikan ayah
telah diuji sebelum melakukan wawancara (48,8%) dan ibu (47,1%) memiliki lama
penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa pendidikan yang setara dengan tamatan
semua item pertanyaan dalam kuesioner Sekolah Menengah Atas (SMA). Rata-rata
dinyatakan valid dan reiabel sehingga layak lama pendidikan ayah adalah 12,05 tahun dan
digunakan dalam penelitian. Validitas lama pendidikan ibu adalah 11,37 tahun.
menunjukkan sejauh mana ketepatan dan Rentang lama pendidikan ayah pada penelitian
kecermatan suatu instrument dalam ini antara 6 sampai dengan 19 tahun dan lama
melakukan fungsinya untuk mencapai tujuan pendidikan ibu pada rentang 6 sampai dengan
yang diinginkan. 18 tahun. Lebih dari separuh (60,3%) besar
keluarga berada pada kelompok keluarga
Pengkategorian untuk internalisasi nilai kecil, dengan rata-rata jumlah anggota
kebaikan melalui fungsi keagamaan, keluarga sebanyak 4 orang. Rentang besar
pengkondisian lingkungan, dan karakter anak keluarga pada penelitian ini antara 3 sampai
dilakukan berdasarkan nilai skor kemudian dengan 10 orang.
ditransformasikan ke dalam bentuk indeks.
Skor indeks yang dicapai dikategorikan Lebih dari separuh usia ayah anak dengan
berdasarkan rentang kelas. Cut-off point ibunya bekerja berada pada kelompok usia
(Yimer, Abera, & Mulu, 2013) yang digunakan dewasa menengah (63,3%) dengan rata-rata
dalam pengkategorian yakni; rendah (skor usia ayah 42,15 tahun. Lebih dari seperdua
<600,00-60,00), sedang (skor = 60,00–80,00) usia ibu berada pada kelompok usia dewasa
dan tinggi (skor >80,00-100,00). awal (56,7%) dengan rata-rata usia ibu 38,53
tahun. Sebagian besar lama pendidikan ayah
Analisis inferensia yang digunakan dalam anak yang ibunya bekerja memiliki tingkat
menjawab tujuan penelitian sebagai berikut: pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)
dengan rata-rata lama pendidikan 12,30 tahun.
1. Uji beda T-test. Uji beda T-test digunakan
untuk melihat apakah terdapat perbedaan Lebih dari separuh lama pendidikan ayah anak
antara karakteristik keluarga, karakteristik yang ibunya tidak bekerja memiliki tingkat
anak, penanaman nilai-nilai kebaikan pendidikan yang setara dengan Sekolah
melalui fungsi keagamaan, pengkondisian Menengah Atas (SMA) dengan rata-rata lama
lingkungan dan karakter anak usia pendidikan ayah adalah 11,80 tahun. Sekitar
sekolah dengan ibu bekerja dan ibu tidak 38,3 persen lama pendidikan ibu bekerja dan
bekerja 55,7 persen lama pendidikan ibu tidak bekerja
2. Uji korelasi Rank Spearman. Uji korelasi memiliki tingkat pendidikan yang setara
digunakan untuk melihat hubungan dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Rata-
variabel penanaman nilai-nilai kebaikan rata lama pendidikan ibu bekerja adalah 12,45
melalui fungsi keagamaan, pengkondisian tahun dan lama pendidikan ibu anak
lingkungan dengan karakter anak usia perempuan adalah 10,31 tahun.
sekolah.
3. Uji pengaruh menggunakan Smart Partial Lebih dari separuh besar keluarga ibu bekerja
Least Square. Uji ini digunakan untuk (65,50%) dan ibu tidak bekerja (55,7%) berada
mengetahui pengaruh penanaman nilai- pada kelompok keluarga kecil, dengan rata-
niali kebaikan dalam fungsi keagamaan rata jumlah anggota keluarga anak laki-laki
dan pengkondisian lingkungan terhadap dan perempuan sebanyak empat orang.
karakter anak. Gambaran besar keluarga menunjukkan
bahwa keluarga berada pada kategori keluarga
HASIL PENELITIAN kecil (Hurlock 1994).

Karakteristik Keluarga dan Anak Separuh ayah dari keluarga ibu bekerja
(56,7%) dan keluarga ibu tidak bekerja (54,1%)
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta.
separuh usia ayah (59,5%) berada pada Pekerjaan selanjutnya yang dimiliki oleh ayah
kelompok usia dewasa menengah, sementara dari keluarga ibu bekerja (13,3%) dan keluarga
ibu tidak bekerja (24,6%) adalah buruh. Capaian keseluruhan internalisasi nilai
Pekerjaan ayah yang lainnya sebagai Pegawai kebaikan melalui fungsi keagamaan keluarga
Negeri Sipil (PNS), guru, buruh, pembantu terkategori sedang untuk ibu bekerja (75,87).
rumah tangga dan tidak bekerja. Capaian tersebut lebih tinggi jika dibandingkan
dengan capaian ibu tidak bekerja (72,49). Hal
Kurang dari separuh ibu bekerja (35,0%) ini menunjukkan cukupnya pelaksanaan fungsi
memilih menjadi wiraswasta dan guru (26,7%). keagamaan keluarga yang dilakukan. Ibu
Selebihnya pekerjaan ibu yang lainnya sebagai bekerja memiliki capaian tertinggi pada semua
Pegawai Negeri Sipil (PNS), buruh dan dimensi fungsi keagamaan keluarga, baik pada
pembantu rumah tangga. Hal ini dimensi keimanan (87,30), pengetahuan
memperlihatkan bahwa pencari nafkah utama (77,22), pengalaman (82,33), ritual (85,46)
keluarga dalam penelitian ini bukan hanya maupun konsekuensi sosial (46,20).
ayah saja tetapi juga ibu.
Tabel 1 Sebaran responden berdasarkan
Pendapatan perkapita yang dimiliki oleh capaian fungsi keagamaan (indeks)
keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dan uji beda berdasarkan status
berada di kisaran Rp 70 000 sampai dengan pekerjaan ibu
Rp 2 375 000. Tidak terdapat perbedaan yang Rata-rata
Fungsi
signifikan pada pendapatan keluarga ibu Tidak P-value
keagamaan Bekerja
bekerja dan ibu tidak bekerja. Rata-rata bekerja
pendapatan keluarga ibu bekerja berada pada Keimanan 87,30 80,43 0,007*
Pengetahuan 77,22 73,22 0,214
kisaran Rp 1 000 000 sampai dengan Rp 2
Pengalaman 82,33 81,96 0,901
375 000, sedangkan rata-rata pendapatan Ritual 85,46 83,51 0,427
keluarga ibu tidak bekerja berada pada kisaran Konsekuensi 46,20 43,53 0,414
Rp 70 000 sampai dengan kisaran Rp. 2 333 sosial
333. Berdasarkan nilai pengelompokkan Total fungsi 75,87 72,49 0,106
pendapatan keluarga oleh BPS Kabupaten keagamaan
Bogor tahun 2015, lebih dari tiga perempat Keterangan: **) signifikansi 0,01; *) signifikansi 0,05
(76,9%) dari seluruh keluarga tergolong tidak
miskin. Internalisasi Nilai Kebaikan melalui
Pengkondisian Lingkungan
Penelitian ini melibatkan 121 anak yang terdiri
atas 31 (25,63%) anak laki-laki dan 30 Tabel 2 menunjukkan bahwa istri yang bekerja
(24,79%) anak perempuan dari keluarga ibu memiliki capaian lebih tinggi pada dimensi
tidak bekerja serta 30 (24,79%) anak laki-laki lingkungan sosial (72,02%) dibandingkan istri
dan 30 (24,79%) anak perempuan dari yang tidak bekerja (71,84%), Sebaliknya pada
keluarga ibu bekerja. Rata-rata usia anak dimensi media informasi, istri yang tidak
secara keseluruhan adalah 10,12 tahun. bekerja memiliki capaian lebih tinggi (89,92%)
dibandingkan istri yang bekerja (87,61%),
Dari hasil total uji beda karakteristik keluarga, Tidak ada perbedaan yang signifikan pada
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang hasil uji beda variabel, ditunjukkan dengan nilai
signifikan (p-value= 0,001**) pada pendidikan total pengkondisian lingkungan (p=0,823). Hal
ibu, namun tidak terdapat perbedaan yang ini berarti meskipun ibu bekerja, namun tetap
signifikan pada karakteristik anak dari memiliki kemampuan untuk mengontrol dan
kelompok ibu bekerja dan tidak bekerja. mengkondisikan lingkungan anak, seperti
halnya dilakukan oleh kelompok ibu tidak
Internalisasi Nilai Kebaikan melalui Fungsi bekerja.
Keagamaan
Tabel 2 Sebaran capaian pengkondisian
Tabel 1 menunjukkan bahwa istri yang bekerja lingkungan (%) dan uji beda
memiliki capaian lebih besar pada semua berdasarkan status pekerjaan ibu
dimensi fungsi keagamaan dibandingkan istri Pengkondisian Rata-rata P-value
tidak bekerja. Hasil uji beda dimensi fungsi lingkungan Bekerja Tidak
bekerja
keagamaan menunjukkan bahwa terdapat
Sosial 72,02 71,84 0,925
perbedaan yang signifikan pada dimensi Media informasi 87,61 89,92 0,406
keimanan (α=0,007), dengan istri bekerja Total 75,66 76,06 0,823
memiliki fungsi keimanan yang lebih tinggi pengkondisian
(87,30%) dibandingkan istri yang tidak bekerja lingkungan
(80,43%). Keterangan: **) signifikansi 0,01; *) signifikansi 0,05
Karakter Anak pengaruh tidak langsung terhadap variabel
karakter anak.
Tabel 3 menunjukkan bahwa anak yang ibunya
bekerja memiliki capaian lebih tinggi pada Tabel 4 Pengaruh antar variabel
semua dimensi variabel karakter dibandingkan Pengaruh langsung
ibu tidak bekerja. Hasil uji beda total variabel Karakter
Variabel Nilai loading
karakter menunjukkan bahwa terdapat anak
perbedaan yang signifikan antara anak yang T-hitung
Karakteristik 3,412* 0,334
ibunya bekerja dan tidak bekerja (αp=0,000)
keluarga
dengan capaian ibu bekerja lebih tinggi Karakteristik anak 1,093 -0,121
(72,39%) dibanding ibu tidak bekerja (63,87%). Fungsi keagamaan 1,986* 0,177
Capaian pada dimensi kejujuran (αp=0,000) Pengkondisian 3,079* -0,245
dan kepedulian (αp=0,001). lingkungan
Pengaruh tidak langsung
Baik anak dari kelompok ibu bekerja maupun Karakter
Variabel Nilai loading
tidak bekerja, keduanya memiliki capaian yang anak
rendah pada dimensi bekerjasama dan T-hitung
Karakteristik 0,504 0,020
kemauan untuk berbagi. Hal ini dapat dilihat
keluarga
dari skor capaian anak dari kelompok ibu Karakteristik anak 0,622 -0,016
bekerja dan ibu tidak bekerja masing-masing Fungsi keagamaan 0,760 -0,017
(51,11 dan 44,58) serta (49,31 dan 43,23). Pengkondisian
lingkungan - -
Tabel 3 Sebaran capaian kategori karakter R2 0,207
anak (%) dan uji beda berdasarkan Adj, R2 0,179
status pekerjaan ibu N 121
Rata-rata Keterangan: *) signifikansi t> 1,96
P-
Karakter anak Tidak
Bekerja value PEMBAHASAN
bekerja
Kejujuran 84,68 55,58 0,000**
Kepedulian 76,80 67,00 0,001** Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa
Bekerjasama 51,11 49,31 0,496 karakteristik keluarga (lama pendidikan istri,
Kemauan 44,58 43,23 0,589 usia istri dan status pekerjaan istri) dan fungsi
berbagi keagamaan keluarga berpengaruh langsung
Menyelesaikan 70,13 71,24 0,729
masalah
positif signifikan terhadap karakter anak. Hal
Total karakter 72,39 63,87 0,000** ini berarti semakin tinggi pendidikan istri dan
anak semakin matang usianya, maka pengetahuan
Keterangan: **) signifikansi 0,01; *) signifikansi 0,05 dan pengalaman istri akan semakin baik (Sari
& Sunarti, 2013) sehingga karakter anak juga
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Karakter akan semakin baik (Tsania, Sunarti, &
Anak Krisnatuti, 2015). Hal ini juga sejalan dengan
hasil penelitian Parveen (2009) yang
Hasil uji pengaruh model karakteristik menyatakan bahwa pendidikan dan usia istri
keluarga, penanaman nilai kebaikan melalui dapat menjadi faktor yang berpengaruh dalam
fungsi keagamaan dan pengkondisian praktik pengasuhan, termasuk di dalamnya
lingkungan terhadap karakter anak pelaksanaan fungsi keagamaan keluarganya.
menunjukkan angka R-square adalah 0,207
(Tabel 4) yang menjelaskan bahwa 20,7% Penanaman nilai kebaikan melalui fungsi
model variabel-variabel memengaruhi karakter keagamaan keluarga berpengaruh langsung
anak dan sisanya 79,3% dipengaruhi oleh positif signifikan terhadap karakter anak.
variabel lain. Tabel 4 menunjukkan bahwa Menurut Vygotsky, seorang anak tidak terlepas
karakteristik keluarga (lama pendidikan istri, dari aktivitas sosialnya (Santrock, 2012).
usia istri dan status pekerjaan istri) ( β =0,334; Orangtua melalui interaksi sosial terkecil
t>1,96), penanaman nilai kebaikan melalui memberikan kasih sayang atau kehangatan
fungsi keagamaan keluarga ( β =0,177; t>1,96) yang menumbuhkan kebaikan di dalam diri
berpengaruh langsung positif signifikan anak (Megawangi, 2009). Sheldrake (1987)
terhadap karakter anak. Penanaman nilai menyatakan bahwa orangtua memberikan
kontribusi terhadap bidang morfik anak.
kebaikan melalui pengkondisian lingkungan ( β
Sunarti (2005) menjelaskan lebih lanjut bahwa
=-0,245; t>1,96) berpengaruh langsung negatif bidang morfik berisi informasi yang apabila
signifikan terhadap karakter anak. Tidak ada orangtua mengisinya dengan kegiatan
sosialisasi karakter, misalnya melalui
penggalian kekuatan cerita dengan nilai dipengaruhi oleh umur kepala keluarga dan
kebaikan yang terus-menerus dilakukan, maka istri, usia saat menikah, status pekerjaan istri,
akan menjadi pola kebiasaan yang akhirnya jenis pekerjaan utama, besarnya keluarga,
akan membentuk karakter anak tesebut jumlah pendapatan keluarga, usia anak, jenis
(Sunarti, 2005). kelamin anak, dan nomor urut kelahiran anak
dalam keluarga. Gilbert, Parton & Skivenes
Bert (2011) mengemukakan bahwa ibu yang dalam Welbourne dan Dixon (2015)
memiliki nilai keagamaan tinggi berpengaruh menyatakan bahwa perbedaan ekonomi, sosial
positif terhadap karakter anak. Beberapa hasil budaya, agama dan keadaan politik memiliki
penelitian juga mengungkapkan hal yang efek yang berbeda-beda terhadap cara
sama, bahwa orangtua yang memiliki pandang masyarakat dalam praktik
religiusitas tinggi berhubungan dengan pengasuhan anak yang baik.
pengasuhan yang penuh kebaikan yang
nantinya akan berpengaruh positif terhadap Hasil uji pengaruh menemukan bahwa
karakter anak (Reinert, 2005; Tabitha, 2014). pengkondisian lingkungan berpengaruh
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aquino, langsung negatif signifikan terhadap karakter
Laven dan McFerrant (2011) menunjukkan anak. Hurlock (1994) menyatakan bahwa
bahwa orangtua dengan kebaikan identitas pengkondisian lingkungan harus disesuaikan
moral yang tinggi, memiliki pandangan dengan mempertimbangkan pengaruh
kemanusiaan yang lebih positif, dan lebih pengkondisian tersebut terhadap peningkatan
berkeinginan untuk menjadi orang yang lebih status anak dalam kelompok teman sebaya,
baik. karena jika tidak maka akan menimbulkan efek
negatif terhadap karakter anak.
Orangtua memainkan peran secara harmonis
dan holistik untuk anak (Runcan & Goian, Karakter anak terbentuk dari kualitas
2014). Hasil uji beda menemukan bahwa anak lingkungan pengasuhan keluarga, yaitu
yang ibunya bekerja memiliki karakter yang dengan memberikan penguatan lewat stimulasi
lebih baik dibanding ibu tidak bekerja. Hal ini dan kontrol, serta penghargaan dan
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan kehangatan (Dewanggi, Hastuti, & Herawati,
oleh Almani, Abro, & Mugheri (2012); 2015. Kelompok ibu tidak bekerja memiliki
Wardhani, Sunarti, dan Muflikhati (2017) yang alokasi waktu pengasuhan anak dan
menemukan bahwa ibu yang bekerja mampu pengelolaan rumah tangga yang seimbang,
membangun nilai yang baik dalam diri anak. sehingga memungkinkan ibu untuk melakukan
Selanjutnya Dechant dan Schulz (2014) pengasuhan dengan pengkondisian
menyatakan bahwa keluarga dengan tingkat lingkungan yang lebih intens dibanding ibu
pendidikan yang tinggi dan pekerjaan yang bekerja yang waktunya harus terbagi antara
baik akan menunjukkan nilai-nilai karakter keluarga dan pekerjaan. Namun status
yang baik dalam kehidupan sosialnya serta pendidikan yang rendah mengakibatkan ibu
menanamkan nilai pengasuhan yang tidak bekerja memiliki pengetahuan yang
seharusnya, meskipun tidak semua pasangan terbatas dalam mengorganisasikan lingkungan
mampu menerapkan nilai-nilai ini dalam anak (Sunarti, 2014). Hal inilah yang kemudian
kehidupan nyata mereka . menyebabkan karakter anak dari kelompok ibu
tidak bekerja lebih rendah dibanding ibu
Karakteristik anak (usia dan jenis kelamin) bekerja.
tidak memiliki pengaruh terhadap karakter
anak. Hasil penelitian ini berbeda dengan Pengkondisian lingkungan harus disesuaikan
temuan sebelumnya yang menyatakan bahwa dengan mempertimbangkan pengaruhnya
karakter anak perempuan lebih baik terhadap peningkatan status anak dalam
dibandingkan anak laki-laki (Puspitasari, kelompok teman sebaya. Sunarti (2004)
Hastuti dan Herawati, 2016). Usia dan jenis menyatakan bahwa keluarga tidak boleh
kelamin anak diduga tidak kuat untuk menjadi menuntut kepatuhan total anak, hanya mau
prediktor karakter anak. Hal ini disebabkan menerima, menyayangi dan mengakui anak
oleh kondisi dari karakteristik anak yang relatif atas dasar syarat-syarat normatif tertentu,
homogen dalam penelitian ini. yaitu asal anak mau mematuhi perintah atau
peraturan dalam keluarga dan menjauhi
Pengkondisian lingkungan anak antara larangan tertentu, juga bersedia mengingkari
keluarga yang satu dengan keluarga yang impuls-impuls dorongan tertentu.
lainnya berbeda-beda. Sa’adiyyah (1998)
dalam penelitiannya mengemukakan bahwa Sensitivitas untuk mengetahui dengan tepat
pengkondisian anak dalam sebuah keluarga kapan saatnya berkata “tidak” kepada anak
sangat diperlukan (Sunarti, 2004). Hal tersebut orangtua saling membantu dalam pelaksanaan
dikemukakan juga oleh Effendy (1981), yang peran, memperkuat pemahaman tentang
menjelaskan bahwa dengan larangan dan keagamaan melalui pengajian, diskusi atau
peraturan yang ketat, anak akan kajian keagamaan serta aktif dalam kegiatan
mengembangkan mekanisme penangkal atau keagamaan lainnya sehingga dapat
penolakan, dan mekanisme pelarian diri yang mendekatkan diri kepada Tuhan.
membuat anak tertekan. Adanya sikap otoriter
orang tua menyebabkan sang anak tidak DAFTAR PUSTAKA
mampu menemukan jalan hidupnya sendiri,
karena harus patuh secara total pada Alam, M. S., Sattar, A., & Chaudhury, S. I. N.
pembatasan yang dilakukan orang tua. Hal A. (2011). Work family conflict of women
tersebut akan memunculkan agresi dan managers in Dhaka. Journal Asian
penolakan pada diri anak, juga terjadi konflik Social Science, 7(7).
intrapsikis antara kepatuhan total untuk
merebut perhatian dan kasih sayang orang Allport, G. W., & Michael, S. R. (1967).
tua, dengan keinginan bebas yang menjadi Personal religious orientation an
kenakalan dan memberontak. Hal inilah yang prejudice. Journal of Personality and
akan terakumulasi menjadi karakter yang tidak Social Psychology. Vol. 4.
baik jika terus dibiarkan berlarut-larut dalam Almani, A, S., Abro, A., & Mugheri, R. A.
jangka waktu yang lama. (2012). Study of the effects of working
mothers on the development of children
SIMPULAN DAN SARAN in Pakistan. International Journal of
Humanities and Social Science, 42(11),
Simpulan 164-171.
Almasitoh, U. H. (2011). Stres kerja ditinjau
Keluarga dengan istri bekerja memiliki tingkat
dari konflik peran ganda dan dukungan
pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan
sosial pada perawat. Jurnal Psikologi
keluarga dengan istri tidak bekerja. Istri
Islam, 8(1), 63-82.
bekerja memiliki capaian fungsi keimanan
yang lebih tinggi dibandingkan istri yang tidak Aquino, K., Laven, M., & McFerrant, B. (2011).
bekerja. Anak yang ibunya bekerja memiliki Moral Identity and the experience of
capaian lebih tinggi pada semua dimensi moral elevation in response to acts of
variabel karakter dibandingkan anak dengan uncommon goodness. Journal of
ibu tidak bekerja. Personality and Social Psychology.
100(4), 703-718. doi: 10.1037/a0022540.
Hasil uji pengaruh menemukan bahwa
Bert, S. (2011). The influence of religiosity and
karakteristik keluarga (lama pendidikan istri,
spirituality on adolescent mothers and
usia istri dan status pekerjaan istri) dan
their teenage children. J Youth
internalisasi nilai kebaikan melalui fungsi
Adolescence, 40(1), 72–84.
keagamaan berpengaruh langsung positif
terhadap karakter anak, sedangkan [BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga
pengkondisian lingkungan memiliki pengaruh Berencana Nasional. (1996). Badan
langsung negatif terhadap karakter anak. kebijakan program keluarga berencana
nasional. Jakarta, ID: BKKBN.
Saran
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor.
(2015). Kabupaten Bogor dalam angka
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat
2015. Bogor, ID: BPS.
diberikan adalah: (1) pemerintah diharapkan
dapat melaksanakan kebijakan terkait Dechant, A., & Schulz, F. (2014). Scenarios
pendidikan pranikah dan pascanikah sehingga for the equal division of paid and unpaid
semua wanita mendapatkan pengetahuan dan work in the transition to parenthood in
keterampilan dalam menginternalisasikan nilai- Germany. Comparative Population
nilai kebaikan kepada anaknya kelak; (2) Studies-Zeitschrift für
perguruan tinggi dan LSM diharapkan dapat Bevölkerungswissenschaft, 39, 615-644.
memberikan penyuluhan dan arahan tentang doi: 10.4232/10.CPoS-2013-06en.
praktik pengasuhan yang baik berupa
Dewanggi, M,, Hastuti, D., & Herawati, T.
pelaksanaan fungsi keluarga khususnya yang
(2015). Pengaruh kelekatan, kualitas
berhubungan dengan peningkatan karakter
pengasuhan, dan kualitas lingkungan
anak; (3) keluarga diharapkan dapat
pengasuhan terhadap karakter pada
mengoptimalkan kebersamaan dengan anak,
anak pedesaan dan perkotaan di Bogor.
Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Peterson, C., & Seligmen, M. E. (2004).
6(1), ISSN: 1907–6037. Character strengths and virtues: a
handbook and classification. New York,
Effendy, O. U. (1981). Kepemimpinan dan
US: Oxford Univ Press.
komunikasi. Bandung, ID: Alumni.
Puspitasari, R., Hastuti, D., & Herawati, T.
Eliana, N,, & Ratina, N. (2007). Faktor-faktor
(2016). Pengaruh kecerdasan spiritual
yang mempengaruhi curahan waktu
ibu terhadap karakter anak usia sekolah
kerja wanita. Jurnal EPP, 4(2),11-18.
dasar di perdesaan. Jurnal Ilmu
Elmanora, Muflikhati, I., & Alfiasari. (2012). Keluarga dan Konsumen, 9(2), 101-112.
Kesejahteraan keluarga petani kayu
Raharjo, T. I, Puspitawati, H., & Krisnatuti, D.
manis. Jurnal Ilmu Keluarga dan
(2015). Tekanan ekonomi, manajemen
Konsumen, 5(1), 128-137.
keuangan, dan kesejahteraan keluarga
Felton, J,, Brooks, J,, & Robert, S. (1994). muda. Jurnal Ilmu Keluarga dan
Family environment scale. Michigan, US: Konsumen, 8(1), 38-48.
Chicago Press.
Rahmawati, S., Hastuti, D., & Herawati, T.
Firdaus, S,, & Sunarti, E. (2009). Hubungan (2014). Analisis akses media sosial;
antara tekanan ekonomi dan mekanisme hubungannya dengan pekembangan
koping dengan kesejahteraan keluarga karakter siswa sekolah menengah
wanita pemetik teh. Jurnal Ilmu Keluarga kejuruan di Bogor. Jurnal Ilmu Keluarga
dan Konsumen, 2(1):21-31. dan Konsumen, 7(2), 67-74.
Glocks, Y., & Stark, R. (1968). A taxonomy of Rahmiati, T. S. A., & Puspitawati, H. (2013).
religious experience. Journal for the Hubungan antara investasi dan kualitas
Scientific Study of Religion, 5(3), 97-116. anak usia sekolah pada keluarga petani.
Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen,
Hakim, F. A., Sunarti, E., & Herawati, T. 6(2), 154-162.
(2014). Manajemen keuangan dan
kepuasan keuangan istri pada keluarga Reinert, D, F. (2005). Self-representations, and
dengan suami istri bekerja. Jurnal Ilmu attachment to parents: a longitudinal
Keluarga dan Konsumen, 7(3), 174-182. study of Roman Catholic College
seminarians. Journal Spirituality
Herawati, T. (2012). Manajemen sumber daya Counseling and Values, 49(3), 226.
keluarga dan ketahanan keluarga
peserta program pemberdayaan Rizkillah, R., Sunarti, E., & Herawati, T. (2015).
masyarakat dan perdesaan (kasus di Kualitas perkawinan dan lingkungan
Kabupaten Bogor) (Disertasi), Institut pengasuhan pada keluarga dengan
Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia. suami istri bekerja. Jurnal Ilmu Keluarga
dan Konsumen, 8(1), 10-19.
Hurlock. (1994). Psikologi perkembangan
(Terj.). Jakarta, ID: Erlangga. Runcan, P. L., & Goian, C. (2014). Parenting
practices and the development of trait
Madden, E. E. Aguiniga, D. M., & Zellmann, K. emotional intelligence: a study on
T., (2014). Religious faith and romanian senior high schoolers. Journal
depression among child welfare involved Revista de Asistent Sociall, anul XIII, nr.
mothers with young children. Journal of 1/2014, pp. 67-78.
Family Strengths, 14(7),1-20.
Sa’adiyyah, (1998). Pengaruh karakteristik
Megawangi. (2009). Pendidikan karakter. keluarga dan pola pengasuhan terhadap
Depok, ID: Indonesia Heritage pertumbuhan dan perkembangan anak
Foundation. (Tesis). Institut Pertanian Bogor, Bogor,
Meliani, F., Sunarti, E., & Krisnatuti, D. (2014). Indonesia.
Faktor demografi, konflik kerja-keluarga, Santrock, J. W. (2012). Life span development
dan kepuasan perkawinan istri bekerja. (terj, perkembangan masa hidup.
Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Jakarta, ID: Erlangga.
7(2), 133-142.
Sari, F., & Sunarti, E. (2013), Kesiapan
Parveen, N. (2009). Investigating occupational menikah pada dewasa muda dan
stress among married and unmarried pengaruhnya terhadap usia menikah.
working women in Hyderabad City. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen,
Bahria Journal of Professional 6(3), 143-153.
Psychology, 5, 21-37.
Schwartz, J. C. (1994). Effects of peer T. (2013). Family vulnerability, family
familiarity on the behavior of child. resource management, and family
Journal of Personality and Social strength of aging family members, Paper
Psychology, 24, 276-284. presented at 5th International Work and
Family Conference, University of
Sheldrake, R. (1987). Society, spirit & ritual:
Sydney, Sidney.
morphic resonance and the collective
unconscious-part II. Journal Sunarti, E., Simanjuntak, M., Rahmatin, I., &
Psychological Perspectives, 18(2), 320- Dianeswari, R. (2012). Kesiapan
331. menikah dan pemenuhan tugas keluarga
pada keluarga dengan anak usia
Slovin, M. J. (1960). Sampling. New York, US:
prasekolah. Jurnal Ilmu Keluarga dan
Simon and Schuster, Inc.
Konsumen, 5 (2), 110-119.
Sunarti, E. (2004), Mengasuh dengan hati
Tabitha, N. (2014), A study of the link between
tantangan yang menyenangkan. Jakarta,
self-esteem and spiritual experience of
ID: PT. Elex Media Komputindo.
parents living in the “city of sadness‟ of
________. (2005). Menggali kekuatan cerita. Hong Kong. Journal of the North
Jakarta, ID: PT. Elex Media Komputindo. American Association of Christians in
Social Work & Christianity, 41(1), 45–59.
________. (2013). Tipologi keluarga di wilayah
perdesaan dan perkotaan. Jurnal Ilmu Tsania, N., Sunarti, E., & Krisnatuti, D. (2015).
Keluarga dan Konsumen, 6(2), 73-81. Karakteristik keluarga, kesiapan menikah
dan perkembangan anak usia 3-5 tahun.
________. (2014). Empowering the care of Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, 8
family members to improve child (1), 28-37.
nutritional status. International
Federation for Home Economic. Wardhani, R. H., Sunarti, E., & Muflikhati, I.
(2017). Ancaman, faktor protektif,
________. (2015). Ketahanan keluarga aktivitas, dan resiliensi remaja: analisis
Indonesia. Bogor, ID: IPB Press. berdasarkan tipologi sosiodemografi.
Sunarti, E., & Fitriani. (2010). Kajian modal Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen,
sosial, dukungan sosial dan ketahanan 10(1), 47-58.
keluarga nelayan di daerah rawan Welbourne, P., & Dixon J. (2015). Child
bencana. Jurnal Ilmu Keluarga dan protection and welfare. European
Konsumen, 3(2), 93-100. Journal of Social Work, 19(6), 827-840.
Sunarti, E., & Syahrini, J. S. (2011). Yimer, M., Abera, B., & Mulu W. (2013).
Pengelolaan stress pada keluarga Knowledge, attitude and practices of
korban bencana longsor di Kabupaten high risk population on louse-borne
Bogor. Jurnal Ilmu Keluarga dan relapsing fever. Science Journal of
Konsumen, 4(2):111-120. Public Health, doi:
Sunarti, E., Kholifah, I., Vidiastuti, F., 10.11648/j.sjph.20130201.13.
Kharisma, N., Rochimah, N., & Herawati,

Anda mungkin juga menyukai