BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dikemukakan teori-teori, konsep dan kerangka konsep yang
Konsep Dasar Toilet Training, 3) Konsep Dasar Anak Usia Toddler, 4) Kerangka
2008).
relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seorang yang
atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh
individu di dalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan diri atau orang
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua individu atau
individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok, dan
bahwa beberapa peran dasar laki-laki sebagai ayah dan wanita sebagai ibu
yang mempunyai posisi sosial sebagai pemberi layanan, yaitu peran penjaga
keseimbangan keluarga dan bisa juga tidak, tetapi lebih bersifat adaptif dan
9
(Friedman, 2010).
dalam menjalankan peran adalah dengan terlibat aktif dalam setiap upaya
3. Jumlah anak
Jumlah anak yang banyak dan jarak yang terlalu dekat akan
menjalankan peran.
6. Stres Orang Tua
Stres yang dialami orang tua akan mempengaruhi kemampuan
tua dan merawat anak serta mengasuh anak dengan penuh rasa
kebahagiaan karena satu sama lain dapat saling memberi dukungan dan
2013).
Peran dapat dipelajari melalui proses sosialisasi selama tahapan
(hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan di luar keluarga
perkembangan anak.
mengasuh, atau merawat dan memberikan kasih sayang, dan diharapkan dapat
12
ditiru oleh anaknya. Peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak,
1. Pemberi pendorong
Pendorong memuji, setuju dengan menerima kontribusi dari orang
lain, akibatnya dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa
dalam hal toilet training yaitu mengenalkan tentang sarana yang harus
dicapai sang anak, orang tua harus memberi pujian, hadiah, dan lain-lain
agar anak merasa senang. Contohnya dalam hal toilet training yaitu
tidak dalam hal kasih sayang dari orang tua. Oleh karena itu luangkanlah
berhasil dalam suatu hal seperti dapat memberitahu bila anak mau
BAB/BAK.
4. Pengharmonisan
Pengharmonisan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para
apakah anak perlu bantuan saat hendak BAB/BAK dan melatih prosedur
Positif Negatif
Selalu :4 Selalu :1
14
Sering :3 Sering :2
Jarang :2 Jarang :3
T = 50 + 10
Keterangan :
n = jumlah responden
15
Dalam penilaian peran dikatakan positif jika skor lebih dari standar
(skor T) mean T > 50 dan dikatakan negatif atau bila skornya kurang dari skor
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak
agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air
besar. Toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu
umur 18 bulan sampai 3 tahun. Dalam melakukan latihan buang air kecil dan
Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang
training tergantung pada kesiapan yang ada pada diri anak dan keluarga,
seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan
16
mampu. Hal ini dapat ditunjukkan anak mampu duduk atau berdiri sehingga
memudahkan anak untuk dilatih buang air besar dan kecil, demikian juga
mampu mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk buang air besar
atau kecil. Persiapan intelektual pada anak juga dapat membantu dalam
proses buang air besar dan kecil sangat memudahkan proses dalam
pengontrolan, anak dapat mengetahui kapan saatnya harus buang air kecil dan
kapan saatnya harus buang air besar, kesiapan tersebut akan menjadikan diri
kecil dan buang air besar (toilet training). Pelaksanaan toilet training dapat
dimulai sejak dini untuk melatih respons terhadap kemampuan untuk buang
anak usia toddler. Tahapan usia 18 bulan sampai 3 tahun atau usia toddler
mengontrol buang air besar akan lebih dulu dibanding dengan kemampuan
buang air kecilnya. Sensasi untuk buang air besar lebih besar dirasakan oleh
17
Latihan buang air besar atau kecil pada anak atau dikenal dengan
nama toilet training merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada orang
kemampuan sendiri dalam melaksanakan buang air besar atu kecil tanpa
yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih toilet training kepada
anaknya diantaranya :
1. Teknik lisan
Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan
instruksi pada anak dengan kata – kata sebelum atau sesudah buang air besar
atau kecil. Cara ini kadang – kadang menjadi hal yang biasa di lakukan pada
orang tua akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa tehnik lisan ini
buang air besar atau kecil di mana dengan lisan ini persiapan psikologis anak
akan semakin matang dan akhirnya anak akan mampu dengan baik dalam
air besar dengan cara meniru untuk buang air besar atau memberi contoh.
Cara ini juga dapat dilakukan dengan memberikan contoh –contoh buang air
18
kecil dan buang air besar atau membiasakan buang air besar dan kecil secara
benar. Dampak yang jelek pada cara ini adalah apabila contoh yang diberikan
salah sehingga akan dapat diperlihatkan pada anak akhirnya anak juga
beberapa hal yang dapat dilakukan seperti melakukan observasi waktu pada
saat anak merasakan buang air besar atau kecil, tempatkan anak diatas pispot
atau ajak ke kamar mandi, berikan pispot dalama posisi aman dan nyaman,
ingatkan pada anak bila akan melakukan buang air besar atau buang air kecil,
dudukan anak di atas pispot atau orang tua duduk atau jongkok di hadapannya
sambil mengajak bicara atau bercerita, berikan pujian jika anak berhasil
jangan disalahkan dan dimarai, biasakan anak pergi ke toilet pada jam-jam
tertentu dan beri anak celana yang mudah dilepas dan dipakai kembali
(Hidayat, 2012).
diantaranya:
1. Kesiapan Fisik
1) Usia telah mencapai 18 sampai 24 bulan
2) Dapat duduk atau jongkok kurang lebih 2 jam
3) Ada gerakan usus yang reguler
4) Kemampuan motorik kasar (seperti duduk, berjalan)
5) Kemampuan motorik halus (membuka baju)
2. Kesiapan Mental
1) Mengenal rasa yang datang tiba-tiba untuk berkemih dan defekasi
19
dan defekasi
3) Keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan meniru perilaku
orang lain
3. Kesiapan Psikologis
1) Dapat duduk atau jongkok di toilet selama 5-10 menit tanpa berdiri
dulu
2) Mempunyai rasa penasaran atau rasa ingin tahu terhadap kebiasan
1. Lingkungan Internal
Meliputi :
1) Kesiapan Fisik
Kesiapan fisik anak sangat penting, pada usia anak mencapai 18-24
bulan volume anal dan uretra sudah dapat dikontrol oleh anak,
pakaian sendiri.
20
2) Kesiapan Mental
Mental anak juga berperan dalam kemampuan toilet training.
jatuh.
4) Kesiapan Parental
Anak berkeinginan untuk meluangkan waktu untuk toilet training,
rumah.
Lingkungan keluarga mencakup keadaan rumah dan ruang tempat
belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah,
sering terjadi dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana
rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor
21
yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh, ramai dan semrawut tidak
dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya.
(Hidayat, 2012).
yang harus diperhatikan sebelum anak melakukan buang air kecil dan buang
air besar, mengingat anak yang melakukan buang air besar atau baung air
22
kecil akan mengalami proses keberhasilan dan kegagalan, selama buang air
kecil atau besar. Proses tersebut akan dialami oleh setiap anak, untuk
1. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik yang harus diperhatikan pada anak yang akan
melakukan buang air kecil dan besar dapat meliputi kemampuan motorik
mendapat perhatian karena kemampuan untuk buang air besar ini lancar
dan tidaknya dapat ditunjang dari kesiapan fisik sehingga ketika anak
berkeinginan untuk buang air kecil dan besar sudah mampu dan siap untuk
melaksanakannya. Selain itu, yang harus dikaji adalah pola buang air besar
yang sudah teratur, sudah tidak mengompol setelah tidur, dan lain-lain.
2. Pengkajian Psikologis
Pengkajian psikologis yang dapat dilakukan adalah gambaran
psikologis pada anak ketika akan melakukan buang air kecil dan besar
seperti anak tidak rewel ketika akan buang air besar, anak tidak menangis
kegembiraan dan ingin melakukan secara sendiri, anak sabar dan sudah
mau tetap tinggal di toilet selama 5-10 menit tanpa rewel atau
orang tuanya.
3. Pengkajian Intelektual
Pengkajian intelektual pada latihan buang air kecil dan besar antara
lain kemampuan anak untuk mengerti buang air kecil atau besar,
menyadari timbulnya buang air besar dan buang air kecil, mempunyai
kemampuan kognitif untuk meniru prilaku yang tepat seperti buang air
kecil dan besar pada tempatnya serta etika dalam buang air kecil dan
yang kita ingin ia lakukan dengan bahasa yang sederhana. Ajari kata-
kata untuk dipakai saat ingin buang air. Beritahukan bahwa sangat baik
untuk pup atau pipis di pispot. Boleh juga jika ia dibiarkan untuk
juga akan lebih cepat mengerti jika melihat kita duduk di atas toilet.
24
karena saat pertama lebih mudah dilakukan sambil duduk. Jika ia ingin
semangat tetapi jangan berlebihan, supaya jika lain kali tidak berhasil,
ia tidak terlalu kecewa. Jangan berharap si kecil cepat bisa dan jangan
minggu atau sampai anak sudah siap. Jangan pernah memarahi anak
adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya
dimana anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir. Hal ini dapat
dilakukan orangtua apabila sering memarahi anak pada saat buang air besar
atau kecil, atau melarang anak saat bepergian. Bila orang tua santai dalam
memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami
maka kemampuan toilet training dinilai dari setiap pertanyaan yang dijawab
oleh responden jika ya mendapatkan nilai 1 dan jika tidak mendapatkan nilai
nol.
Kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
P : Presentase
F : Jumlah jawaban benar
N : Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar
Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria standar penilaian
meliputi :
1. Kemampuan Baik : 76 - 100%
2. Kemampuan Cukup : 56 – 75%
3. Kemampuan Kurang : < 56%
Anak usia toddler adalah anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun). Pada usia
keras kepala. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan
pakaian termasuk melepas celana pada anak akan buang air besar atau buang
26
air kecil, dan perkembangan kontrol spingter uretra dan spingter ani
2010).
Menurut Erick Ericson dalam Kyle (2014) anak usia toddler akan
kemauannya sendiri. Misalnya anak akan puas jika bisa berjalan, mampu
terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungan
dengan orang tua yang bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri.
rasa malu dan rasa ragu yang timbul jika anak merasa tidak mampu untuk
dukungan dari kedua orang tua dan lingkungan, misalnya orang tua selalu
27
untuk memilih satu atau dua pilihan dari berbagai alternatif pilihan yang
ada.
2. Fase anal (Umur 1-3 tahun)
Fungsi tubuh yang memberikan kepuasan terpusat pada anus.
Misalnya, anak akan melakukan buang air besar dan buang air kecil sendiri.
Orang tua jangan memarahi anak jika dia tidak bersih menyiram WC, atau
Jika hal tersebut terjadi berikan pengertian dan contohkan dimana dia harus
buang air kecil dan buang air besar serta bagaimana cara menyiram bekas
kencing dan BAB dan bagaimana cara bercebok yang baik. Apabila ibu
memarahi anak akibatnya dilain hari jika anak ingin buang air besar dan
buang air kecil dia akan menahannya dan tidak memberitahukan orang tua,
atau dia akan buang air kecil dan buang air besar setelah selesai akan
dan aktivitas motorik. Semua gerakan pada masa ini akan diarahkan
egosentrik seperti anak akan memilih sesuatu atau ukuran yang besar
maka semua pria adalah ayah, pikiran yang kedua adalah pikiran
terbentur benda mati maka anak akan memukulnya kearah benda tersebut.
2.3.3 Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan pada anak usia 1-3 tahun adalah :
1. Belajar berjalan
2. Belajar makan makanan padat
3. Belajar berbicara
4. Belajar mengendalikan pembuangan sampah tubuh
5. Belajar membedakan jenis kelamin dan kesopanan sosial
6. Mencapai stabilitas fisiologis
7. Membentuk konsep sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik
8. Belajar berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara
nurani
10. Pada usia 3 tahun toilet training yang baik (tepat pada tempatnya) dapat
proses tumbuh kembang anak. Yang termasuk faktor genetik antara lain
adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin,
konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar
dibagi menjadi :
1) Pranatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih
embrio.
2) Postnatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
hormon).
b) Faktor fisik (cuaca, sanitasi, keadaan rumah dan sanitasi).
c) Faktor psikososial (stimulasi, motivasi belajar, ganjaran, kelompok
(Soetjiningsih, 2013).
30
31
Kesiapan Orang
32
kemampuan toilet training tergantung pada kesiapan yang ada pada diri anak dan
keluarga, seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat
dan mampu. Hal ini dapat ditunjukkan anak mampu duduk dan berdiri sehingga
memudahkan anak untuk dilatih buang air besar dan kecil, demikian juga kesiapan
mental pada anak juga dapat membantu dalam proses buang air besar dan kecil
Faktor-faktor
sangat memudahkan proses yang
dalam pengontrolan, mempengaruhi
anak dapat mengetahui kapan
Kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet besi
saatnya harus buang air kecil dan kapan saatnya buang air besar. Kesiapan
(Fe):
a. Pemahaman
psikologis anak juga membutuhkan tentangyang
suasana instruksi
nyaman agar mampu
b. Kualitas Interaksi
mengontrol dan konsentrasic.dalam
Isolasi sosial dan untuk
merangsang keluarga
buang air besar atau kecil.
d. Keyakinan, sikap dan kepribadian
e. Pengetahuan
Dari kesiapan-kesiapan tersebut tentunya ada faktor lain yang mempengaruhi
f. Tingkat Pendidikan
g. Pemeriksaan ANC
33
kemampuan toilet training pada anak usia toddler, yaitu peran orangtua terutama
ibu. Dalam proses tumbuh kembang anak menjadi optimal jika orangtua terutama
ibu yang ikut berperan terhadap proses tumbuh kembang anak, sehingga tidak
2012).
2.6 Hipotesis
H1 : Ada hubungan peran ibu dengan kemampuan toilet training pada anak usia
Ho : Tidak ada hubungan peran ibu dengan kemampuan toilet training pada anak
usia toddler di Dusun Rangka Desa Sumberjati Kec. Mojoanyar Kab. Mojokerto.