Anda di halaman 1dari 30

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual
1. Peranan Orangtua
a. Pengertian Peran Orangtua
Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia

menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah

untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan

karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya, dan peranan

didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang

yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran

(role-set). Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari

hubunganhubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena

menduduki statusstatus sosial khusus.1

Arti peranan dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah bagian yang

dimainkan seorang pemain. Atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam

suatu peristiwa.2

Yang disebut orangtua adalah ayah dan atau ibu kandung, atau orang yang

dianggap orang tua atau dituakan (cerdik, pandai,ahli dan sebagainya) atau

orangorang yang disegani dan dihormati di kampung/kota. Dengan demikian

1
Dirno Kaghoo,Teori Sosiologi, 2010, p.1, http://kaghoo.blogspot.com/2010/11/pengertianperanan.html,
2
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan ,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai
Pustaka .2007),ed.3, cet-4, h.654
dapat dikatakan bahwa yang disebut orang tua adalah ayah dan ibu atau anggota

masyarakat secara keseluruhan.3

Orangtua merupakan orang yang menjadi pendidik dan membina yang

berada di lingkungan keluarga (Arifin, 2005). Orangtua merupakan orang yang

pertama dan utama yang memberikan pendidikan di dalam rumah. Peran orangtua

sangat penting dalam mempersiapkan segi perkembangan sosial anak yang secara

tidak langsung menerapkan unsur-unsur pendidikan, yaitu suatu proses dimana

orang tua menggunakan semua kemampuan yang ada guna keuntungan mereka

sendiri dan program yang dijalankan anak tersebut, orang tua, anak dan program

sekolah semua merupakan bagian dari suatu proses. Dengan demikian semakin

tinggi peran orang tua dalam pendidikan seorang anak, maka pendidikan anak

tersebut juga akan semakin baik.4

Orang tua merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama

dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, orang tua

bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh

dan

berkembang dengan baik. Bahwa perkembangan kehidupan seorang anak salah satunya

ditentukan oleh orang tua, maka tanggung jawab orang tua terhadap anak sangatlah

penting bagi masa depan anak, karena seorang anak pertama tumbuh dan berkembang

bersama orang tua dan sesuai tugas orang tua dalam melaksanakan perannya sebagai

penyelenggara pendidikan yang bertanggung jawab mengutamakan pembentukan pribadi

anak.5

3
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta :UIN Jakarta Press, 2005),
h.233.
4
Raras Titi Kusuma Nugraheni, 2015 Pengaruh Peran Orangtua Motivasi Belajar Dan Lingkungan Keluarga
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Iii Sd Se-Gugus Sinduharjo Sleman
5
Wahidin, Peran Orang Tua Dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Pada Anak Sekolah Dasar e-ISSN : 2550-
0619
Kenyataannya orang tua merupakan salah satu sumber yang mampu

memberikan informasi tentang bakat anak sudah lama menjadi bahasan para ahli.

Sehubungan dengan hal ini, sebaiknya ada kerja sama antara keluarga dengan

sekolah. Pengamatan orang tua terhadap prilaku anaknya di rumah yang tidak

tampil di sekolah, misalnya minatnya untuk bidang-bidang tertentu dapat,

memberikan petunjuk yang berharga bagi sekolah atau bagi yang bertanggung

jawab dalam penelusuran anak berbakat.

b. Peran orangtua dalam pendidikan


Di lihat dari segi pendidikan, keluarga/orang tua merupakan satu kesatuan

hidup (system sosial), dan mengkondisikan rumah tetap dalam situasi belajar.

Sebagai salah satu kesatuan hidup bersama (system sosial), keluarga terdiri dari

ayah, ibu, dan anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkansifat

persahabatan, cinta kasih, hubungan antara pribadi, kerja sama, disiplin, tingkah

laku yang baik, serta pengakuan akan kewibawaan. Sementara itu, yang

berkenaandengan keluarga mnyediakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa bayi

dan anak-anak sangat bergantung kepada orang tua, baik karena keadaan

jasmaniyah maupun keadaan intelektual,sosial, dan moral. Bayi dan anak-anak

belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua. Sumbangan

keluarga/orang tua bagi pendidikan anak adalah sebagai berikut:

1) Cara melatih anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara

makan, buang air, berbicara, berjalan, berdoa, sunguh-sungguh membekas

dalam diri anak karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai

pribadi.

2) Sikap orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sikap menerima

atau menolak, sikap kasih sayang, atau acuh tak acuh, sikap sabar atau
tergesa-gesa, sikap melindungi atau membiarkan secara langsung

mempengaruhi reaksi emosional anak.6

Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan

kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain, karena anak adalah

darah dagingnya kecuali berbagai keterbatasan kedua orang tua ini. Maka

sebagian tanggung jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain melalui

sekolah.

Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina kedua orang

tua terhadap anak antara lain:

1) Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan dorongan

alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan makan, minum, dan

perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.

2) Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik ssecara jasmaniah maupun

rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungannya yang

dapat membahayakan dirinya.

3) Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang

berguna bagi kehidupannya kelak sehingga ia telah dewasa mampu berdiri

sendiri dan membantu orang lain.

4) Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya

pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT, sebagai tujuan akhir

hidup muslim.7

6
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), h.87-88
7
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, , (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), h.89.
Perlu dan pentinganya peranan orang tua dalam pendidikan anaknya untuk

mencapai hasil yang diinginkan. Didalam sebuah keluarga peran orangtua sangat

penting bagi anak, terlebih lagi ketika anak memasuki usia sekolah dan usia

menempuh pendidikan. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam

mengembangkan pribadi anak. Keluarga juga dipandang sebagai institusi

(lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insan (manusiawi), terutama

kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia.

Menurut Jhonson dalam (Slameto 2003:7) peran adalah seperangkat perilaku antar

pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi

tertentu. Setiap anggota keluarga memiliki peranan pribadinya masing-masing,

peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari

keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat dalam

keluarga adalah sebagai berikut :

1) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,

sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya.

2) Ibu sebagai istri dari suami dan ibu bagi anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik

anakanaknya, sebagai pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu

juag ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual.


Menurut UU No. 2 Tahun 1989 Bab IV Pasal 10 Ayat 4 : “Pendidikan

keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang

diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya,

nilai moral dan keterampilan”. Berdasarkan UndangUndang tersebut, maka fungsi

keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut penanaman, pembimbingan atau

pembiasaan nilai-nilai agama, budaya dan keterampilan-keterampilan tertentu

yang bermanfaat bagi anak. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan sorang anak

mulai dari bayi, belajar jalan, hingga mampu berjalan. Keluarga mendidik dan

menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditunjukan bahwa tanggungjawab

orang tua dalam mendidik anak, tidakhanya sebatas anak mampu

mempertahankan hidupnya, namun lebih dari itu adalah mampu memaknai

hidupnya sehingga mampu menjadi manusia yang lebih baik di dalam

masyarakat.8

c. Peran Orangtua Dalam Memotivasi Peserta Didik


Peran orangtua dalam memotivasi Peserta didik Keberhasilan siswa dalam

proses belajarnya tidak dapat terlepas dari adanya motivasi yang menjadi

penggerak dan Pendorong siswa agar dapat menjalankan kegiatan dan proses

belajarnya. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa (intrinsik) dan

motivasi dari luar (ekstrinsik). Dari kedua motivasi tersebut memiliki pengaruh

yang besar terhadap keberhasilan siswa, meskipun yang lebih utamanya adalah

motivasi dalam diri siswa tetapi motivasi dari luar atau ekstrinsik tetap menjadi

faktor yang ikut mempengaruhi kegiatan belajar siswa.

8
Selfia S. Peran Orang Tua Dalam Miningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik di SD Negeri Saribi, Jurnal
EduMatSains, 2 (2) Januari 2018, 201-212
Salah satu contoh motivasi yang berasal dari luar diri siswa adalah orang

tua, dimana oerang tua merupakan orang yang pertama kali dikenal dan dekat

dengan anak, keberadaan siswa antara di sekolah dengan di rumah tentunya lebih

banyak di rumah, maka dari itu peran orang tua sebagai orang yang dekat dengan

siswa dinilai sangat penting terutama dalam memotivasi belajar siswa. Diantara

peran orang tua dalam memotivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

1) Pertama, dengan mengontrol waktu belajar dan cara belajar anak.

2) Kedua, memantau perkembangan kemampuan akademik anak. Orangtua

diminta untuk memeriksa nilai-nilai ulangan dan tugas anak mereka.

3) Ketiga, memantau perkembangan kepribadian yang mencakup sikap, moral

dan tingkah laku anak-anak. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan

berkomunikasi dengan wali kelas untuk mengetahui perkembangan anak di

sekolah.

4) Keempat, memantau efektifitas jam belajar di sekolah. Orangtua dapat

menanyakan aktifitas yang dilakukan anak mereka selama berada di sekolah.

Terkait dengan peran orang tua dalam memotivasi belajar siswa, maka ada

beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa, diantaranya sebagai berikut:

1. Menciptakan iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar Orang tua

dapat menyediakan berbagai perlengkapan maupun permainan yang dapat

mendukung anak untuk belajar, misalnya: komputer, buku-buku, puzzle, dan

sebagainya.
2. Menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar anak.

Selain menciptakan iklim rumah yang dapat mendukung anak untuk belajar,

interaksi orang tua dengan anak ternyata juga dapat meningkatkan motivasi

belajar anak. Hal ini dapat dilakukan dengan menemani anak belajar,

menunjukkan perhatian terhadap kegiatan belajar anak, memberikan bantuan

ketika anak menghadapi kesulitan, dan sebagainya. Sebagai partner anak

dalam belajar, orangtua sebaiknya menunjukkan sikap yang hangat dan positif

terhadap anak, misalnya dengan tidak memarahi anak ketika anak tidak dapat

mengerjakan PR- nya dengan baik.

3. Memberikan penghargaan atau respon positif terhadap setiap prestasi anak. Hal

ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: dengan memberikan

hadiah atau pujian.

Dengan demikian, anak merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk

melakukan sesuatu.

d. Indikator Peran Orangtua


Indikator peran orangtua dalam Murdiyanto 9 adalah sebagai berikut:

1) Memberi Pujian Pemberian pujian pada anak tidak hanya pada saat anak

mendapatkan nilai rapor yang baik, akan tetapi ketika anak melakukan hal-hal

yang positif misalnya, membantu orang lain dan membantu orang tua di

rumah.

2) Memberi Perintah Perintah yang dimaksud yakni memerintahkan anak untuk

selalu rajin belajar di rumah dan melakukan hal-hal yang positif.

9
Murdiyanto, Y. (2017). Pengaruh PeranOrang Tua dalam Membimbing Anak di Rumah Terhadap Hasil
Belajar SiswaKelas IV SD Negeri Terakreditasi Gugus Gajah Mada Randublatung Blora. Universitas Kristen
Satya Wacana. Salatiga. Dipublikasikan.
3) Menyediakan Buku Bacaan, Perlengkapan dan Fasilitas Belajar Orang tua

berperan sebagai guru di lingkungan keluarga. Segala kebutuhan dan

perlengkapan belajar anak wajib disediakan oleh orang tua, mulai dari buku

bacaan sampai fasilitas belajar anak.

4) Mendampingi Belajar, Membantu Mengerjakan Tugas Dalam pembelajaran di

rumah, anak perlu di dampingi oleh orang tuanya sehingga proses

pembelajaran berjalan dengan baik. Dampingan dari orang tua sangatlah

penting bagi anak ketika belajar di rumah, karena mereka akan sungguh-

sungguh dalam belajarnya saat orang tua berada di sampingnya.

5) Mengatasi Kesulitan Belajar Dalam proses belajar anak, pasti ditemukan suatu

kesulitan. Peran orang tua dalam hal ini yaitu untuk memberikan arahan dan

jalan keluar dalam kesulitan tersebut. Misalnya anak mengalami kesulitan

ketika membaca atau menulis, maka orang tua harus bisa mengajarkan anak

tentang membaca maupun menulis atau ketika anak mempunyai kesulitan

lainnya.

6) Membantu Menyusun Jadwal Sekolah di Rumah Orang tua harus membantu

anak menyusun jadwal sekolah. Misalnya anak yang masih duduk di bangku

kelas rendah, mereka kadang masih kesulitan dalam mengatur jadwal

pelajarannya.

7) Menjaga Kesehatan 10 .

8) Memeriksa Hasil Belajar di Sekolah Ketika anak pulang sekolah, orang tua

harus menanyakan bagaimana pelajarannya yang didapatkan di sekolah

10
Umar, M. (2015). Peranan Orang Tua dalam Peningkatan Hasil Belajar Anak. Jurnal Ilmiah Edukasi, 1(23),
22–23.
serta menanyakan kepada guru atau wali kelas tentang perkembangan belajar

anak di sekolah.

9) Membantu Belajar Membantu belajar dalam hal ini yakni orang tua harus

selalu memberikan bimbingan atau arahan sesuai dengan minat dan bakat

anak.

10) Menginggatkan Rumahnya Tugas-tugas/Pekerjaan Orang tua harus selalu

mengingatkan anaknya untuk mengerjakan tugas/PR.

2. Self Regulated Learning


a. Pengertian Self Regulated Learning
Self regulation Learning atau pengelola diri merupakan aspek yang penting

dalammenentukan perilaku seseorang. Pengelola diri adalah upaya individu untuk

mengatur diri dalam suatu aktivitas dengan mengikutsertakan kemampuan

metakognisi, motivasi, dan perilaku aktif. Pengelola diri bukan merupakan

kemampuan mental atau kemampuan akademik, melainkan bagaimana individu

mengolah dan mengubah pada suatu bentuk aktivitas.11

Pembelajaran regulasi diri atau Self- Regulated Learning adalah proses

pembelajaran yang dapat memunculkan dan memonitor dirinya sendiri, pikiran,

perasaan dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan dengan diri sendiri.12 tujuan ini

bisa berarti tujuan akademik atau tujuan sosioemosional (mengontrol kemarahan,

belajar akrab dengan teman sebaya).

Beberapa tokoh memiliki pendapat yang beragam mengenai selfregulated

learning. Phye mengatakan Self- Regulated Learning adalah bentuk tindakan

11
Ghufron,M. N & Risnawita, R. S. (2012). Teori –Teori Psikologi. Jogjakarta: ArRuzz Media
Gunawan. (2016). Statistika Inferensial. Jakarta: Rajawali Pers
12
Fadilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Tangerang: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2010), Cet
I,hal 108
Prakarsa diri (self- initiated) atau inisiatif siswa dalam mengelola belajar, waktu dan

lingkungan untuk mencapai prestasi atau tujuan yang ingin dicapai.13 Sedangkan

Latifah mengatakan self regulated bagian dari usaha seseorang untuk meregulasi diri

sendiri (Self- Regulated).

Dapat disimpulkan self-regulated learning adalah bagian usaha dan inisiatif

siswa dalam mengelola proses belajar demi mencapai tujuan yang diinginkan. Bila

dikaitkan dengan pembelajaran, hal tersebut dimaknai sebagai usaha siswa berupa

kinerja atau perilaku dalam belajar. Perilaku dalam belajar ini berdampak pada

perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa.14 Peserta didik yang

memiliki kemampuan Self- Regulated Learning disebut Self- Regulated Learner

mempunyai strategi pengorganisasian informasi yang baik dalam menerima materi

pembelajaran. Mereka biasanya memiliki catatan yang rapi dan lengkap sehingga

materi menjadi mudah untuk dipelajari. Self- Regulated Learner cenderung

mengontrol perilaku belajarnya sendiri, seperti mengatur waktu dan lingkungan

belajarnya sendiri, serta memiliki pengelolaan emosi yang baik seperti

membangkitkan usaha Ketika menghadapi kegagalan untuk bangkit Kembali.15

Berdasarkan beberapa pengertian self regulated learning yang dikemukakan

oleh beberapa tokoh di atas, simpulan self regulated learning adalah proses

metakognitif mengontrol proses perencanaan, pemantauan dan evaluasi dalam

kegiatan pembelajaran. Proses tersebut didasarkan pada keyakinan (self efficacy

belief) dan komitmen untuk mencapai tujuan akademik, sehingga tujuan belajar yaitu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan dapat dicapai.


13
Gary D Phye, Handbook of Academic Learning: Construction of Knowledge (San Diego:
Elsevier,1997)
14
Eva Latifah, Strategi Self Regulated Learning Dan Prestasi Belajar Kajian, Meta Analisis urnal Psikologi,
37.1 (2010),2010.
15
Bekti D Ruliyanti dan Hermien L, Hubungan antara self- Efficacy dan self- regulated
learning dengan prestasi Akademik Matematika peserta didik SMAN 2 Bangkalan, Character,
Vol.3,No.2,2014,hal.5
b. Aspek-aspek pada Self-Regulated Learning
Hasil kajian yang dilakukan Cobb, keberhasilan self-regulated learning juga

ditentukan oleh aspek lain yang tidak kalah penting, yakni meliputi self efficacy,

motivasi dan tujuan. Cobb menegaskan self efficacy berbicara mengenai citra diri dan

keyakinan positif yang dimiliki siswa. Motivasi terkait dengan daya dorong yang

menggerakkan siswa untuk belajar. Sementara tujuan belajar, menyangkut criteria

yang dilekatkan kepada siswa agar mau belajar.16

Dengan demikian, self-regulated learning tidak hanya membutuhkan kognisi

(knowledge to build upon), dan metakognisi (knowledge and monitoring learning

strategy), namun juga motivasi yang membangun kebesaran jiwa dan semangat

akademik.14 Ciri utama yang menegaskan bahwa siswa memiliki kemampuan

menerapkan self- regulatory leaners antara lain:

1) siswa mampu melakukan pengaturan waktu, belajar dan lingkungan yang tinggi

(high regulatory).

2) Siswa melakukan pengaturan diri yang tinggi dapat memantau, memeriksa dan

menilai ketepatan belajar mereka dengan efektif.

3) Efektifitas dan efisiensi dalam durasi pembelajaran yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan pelajaran. Pemanfaatan efikasi diri yang optimal,motivasi belajar

yang terus berkembang dan strategi pengelolaan perilaku belajar yang efektif

menjadikan semakin tinggi tingkat regulasi diri (self regulation) siswa tersebut.

c. Peran Self-Regulated Learning

16
Robert Cobb Jr, “The Relationship between Self-Regulated Learning Behaviors and Academic Perfomance
in Web-Based Courses” (Virginia Tech,2003).
Self regulated learning merupakan dasar dalam proses sosialisasi serta

melibatkan perkembangan fisik, kognitif, dan emosi. Peserta didik dengan Self-

regulated learning yang tinggi akan memiliki kontrol yang baik dalam proses

mencapai tujuan pembelajarannya.17 Self- regulated learning berperan penting dalam

pembelajaran karena membantu mengarahkan peserta didik pada kemandirian

belajar, seperti mengatur jadwal belajar, menetapkan tujuan belajar, dan mencari

informasi yang dibutuhkan secara mandiri. Peserta didik dengan self-regulated

learning mampu mengatur waktu belajar mereka sendiri, mencari informasi tentang

pengetahuan dan materi pembelajaran dari berbagai sumber, seperti memanfaatkan

teknologi, kemudian ketika mereka menemukan kesulitan dalam belajar, mereka

akan mencari bantuan baik itu kepada gurunya, temannya, bahkan mengikuti les.18

d. Fase-fase Self-Regulated Learning

Dalam self-regulated learning (kemandirian) ada beberapa fase yang

menyatakan dengan adanya tindakan mengontrol dan merefleksi seluruh proses

kognitif yang terjadi, maka siswa akan menemukan sendiri konsep-konsep dalam

pembelajaran dan memahaminya secara lebih mendalam. Menurut Schunk dan

Zimmerman (Sugandi, 2013, hal. 5) terdapat tiga fase utama dalam siklus

kemandirian belajar yaitu: merancang belajar, memantau kemajuan belajar selama

menerapkan rancangan, dan mengevaluasi hasil belajar secara lengkap. Kegiatan

masingmasing tahapan dari ketiga fase self-regulated learning yakni dijelaskan

secara rinci:

17
Sutikno, Kontribusi Self-Regulated Learning dalam Pembelajaran, Jurnal Dewantara, Vol.2, No.2,
September 2016,h.192
18
Zimmerman, Investigating Self-Regulation and Motivation: Historical Background, Methodological
Developments, and Future Prospects, American Educational Research Journal, Vol.45 166-183,2008,h.168
1) Merancang belajar meliputi kegiatan: menganalisis tugas belajar, menetapkan

tujuan belajar, dan merancang strategi belajar.

2) Memantau kemajuan belajar merupakan kegiatan dengan mengajukan pertanyaan

kepada diri sendiri: apakah strategi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana,

apakah saya kembali pada kebiasaan lama, apakah saya tetap memusatkan diri,

dan apakah strategi yang telah direncanakan berjalan dengan baik;

3) Mengevaluasi hasil dilakukan melalui pertanyaan: apakah strategi telah

dilaksanakan dengan baik (evaluasi proses), hasil belajar apa yang telah dicapai

(evaluasi produk), dan sesuaikah strategi dengan jenis tugas belajar yang

dihadapi.19

e. Faktor-faktor Self- Regulated Learning

Perkembangan Self-regulated learning dipengaruhi oleh beberapa faktor,di

antaranya adalah modeling dan Self-efficacy. Model adalah sumber penting untuk

menyampaikan keterampilan regulasi diri. Keterampilan regulasi diri yang dapat

dicontohkan oleh model di antaranya perencanaan dan pengelolaan waktu secara

efektif, penggunaan strategi yang tepat, memerhatikan dan berkonsentrasi,

mengorganisasi waktu dan informasi, menciptakan lingkungan belajar yang

produktif, dan menggunakan sumber belajar yang bervariasi. Jika beberapa hal

tersebut dilakukan oleh guru, maka bisa jadi peserta didik akan mengamati dan

terbiasa mengikutinya. Proses pengamatan itu menimbulkan Self-efficacy terhadap

kondisi akademik dan memotivasi dirinya untuk melakukan aktivitas tersebut.

Kemudian Self-efficacy dapat mempengaruhi peserta didik untuk memilih tugas,

usaha,, motivasi, dan prestasi dirinya.

19
Sugandi, U. (2015, april). Effectiveness Of Working Relationship With The Supervision Of Employess. Jurnal
Governansi, ISSN 2442-3971 Volume 1 Nomor 1, 35-43.
Menurut pandangan teoritikus Purdie, Hattie dan Douglas; Pintrich dan de

Groot; Zimmerman.20Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi self regulated

learning sebagai berikut:

1) Proses metakognisi Adanya proses metakognisi yang mengatur proses kognisi,

dalam hal ini mengatur perencanaan, mengontrol atau memonitor dan

mengevaluasi proses belajar.

2) Motivasi Adanya motivasi yang tercermin dari adanya keyakinan akan kemampuan

sendiri (self efficacy beliefs) untuk menyelesaikan tugas-tugas akademis.

3) Komitmen Adanya komitmen pencapaian tujuan belajar atau tugas-tugas akademis

3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah gejala psikologi dalam bentuk dorongan yang

timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu kegiatan

dengan tujuan tertentu. Motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif

yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan

bermanfaat serta mencoa untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut.21

Pada sisi lain juga menjelaskan motivasi merupakan kondisi psikologis

yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar,

motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya gerak didalam diri siswa yang

timbul menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegairah belajar, sehingga

diharapkan tujuannya dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat

20
Mulyadi, S. Basuki, A. M. H, & Rahardjo, W. (2018). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Teori –
Teori Baru Dalam Psikologi. Jakarta: PT Raja GRAFINDO PERSADA
21
Djamarah, S. B. (2011) Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
diperlukan sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi belajar, tidak akan

mungkin melakukan aktivitas belajar.22

Motivasi belajar adalah proses yang menghidupkan, mengarahkan dan

mempertahankan perilaku. Motivasi membuat siswa bergerak dan menempatkan

mereka dalam suatu arah tertentu, dan membuat mereka mengikuti pembelajaran,

motivasi siswa tercermin dalam invertasi pribadi dan keterlibatan kognitif,

emosional dan perilaku di berbagai aktivitas sekolah.23

Motivasi belajar adalah proses kegiatan yang diarahkan, didorong dan

dipertahankan untuk mencapai sebuah tujuan dalam belajar, motivasi lebih

merujuk kepada proses dari pada produk, sehingga suatu proses kita tidak

mengamati motivasi secara langsung, tetapi kita dapat melihat motivasi dari

performa perilaku seperti tugas, usaha keberadaan dan verbalisasi. Motivasi

belajar melibatkan tujuan belajar yang memberikan dorongan dan arahan untuk

bertindak, pandangan kognitif belajar disatukan dalam penekanan pada pentingnya

tujuan belajar.24

Dari pengertian yang dikemukakan para ahli tentang pengertian motivasi

diatas, bahwa motivasi adalah kekuatan atau dorongan yang menjadi penggerak

bagi individu atau kelompok untuk melakukan sesuatu tindakan yang mengarah

pada tujuan tertentu. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa motivasi

merupakan faktor yang penting bagi individu atau kelompok untuk dapat

melakukan suatu tindakan yang mengarah pada ketercapaian suatu tujuan yang

ditentukan. Dengan demikian motivasi menjadi faktor penting bagi siswa dalam

22
Wahab, R. (2016). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press
23
Ormod. (2010). Psikologi Penidikan Membantu Siswa Tumbuh Dan Berkembang Edisi Keenam Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
24
Schunk, D. H. & printich, P. R. (2014) Motivation in Education, Theory, Reaearch and Applicatons, Fourth
Edition. USA: Pearson Education Limited.
usaha mencapai tujuan belajar dan tujuan pendidikannya, dimana motivasi

tersebut akan menjadi pendorong bagi siswa untuk terus berusaha dan

bersemangat meraih prestasi dan cita-cita yang mereka tentukan, maka untuk

dapat meraih tujuan tersebut diperlukan motivasi yang tinggi baik dari dalam diri

maupun dari luar diri seseorang.25

b. Macam-Macam Motivasi Belajar


Menurut psikologi motivasi di bagi menjadi 2 yakni :
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif berfungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seorang memiliki motivasi intrinsik

dalam dirinya maka secara sadar ia akan melakukan suatu kegiatan yang tidak

memerlukan motivasi dari luar.26

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada

yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari bukubuku untuk

dibacanya.27

Perlu diketauhi bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik

akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang

berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan

untuk menuju ketujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa

25
Selfia S. Peran Orang Tua Dalam Miningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik di Sd Negeri Saribi, Jurnal
EduMatSains, 2 (2) Januari 2018, 201-212
26
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya), cet-1, h. 115-116.
27
Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014) h. 90
belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin

menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada

suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi

orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu

muncul dari kesadaran-kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara

esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah:

a) Adanya kebutuhan misalnya seorang anak ingin mengetahui isi cerita dari

komik, keinginan untuk mengetahui isi cerita itu dapat mendorong anak

untuk belajar membaca.

b) Adanya aspirasi atau cita-cita sebaginya. Cita-cita yang menjadi pendorong

bagi kegiatan anak terutama dalam hal belajar.

c) Adanya pengetahuan tentang kemajuan sendiri Kemajuan atau kemunduran

bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat.

Menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono, dalam meningkatkan motivasi

intrinsik ada beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya:

a) Menambah selera siswa untuk ilmu pengetahuan adalah penting dilakukan

untuk meyakinkan minat belajar siswa tentang materi yang disampaikan

guru.

b) Mempertahankan keingintahuan, seorang guru yang terampil akan

mengunakan berbagai cara untuk menimbulkan atau keingin tahuan siswa

dalam pengajarannya.
c) Cara penyampaian pelajaran yang meari dan bervariasi, hal ini dapat

dilakukan dengan menggunakan media yang sesuai materi ataupun sumber

yang menarik.28

d) Permainan dan simulasi, hal ini digunakan untuk sebagai daya tarik siswa

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran agar tidak monoton.29

Dari uraian di atas mengenai macam-macam motivasi, dapat

disimpulkan bahwa motivasi merupakan ruh bagi setiap orang yang ingin

mencapai tujuanya masing-masing. Tujuan yang ingin dicapai timbul dari

dalam diri maupun dorongan dari luar Jika motivasi tersebut sudah ada

didalam diri anak didik maka dengan sendirinya pujian, nilai yang tinggi dan

hadiah akan didapat secara otomatis. Cita-cita yang menjadi tujuan hidup

seseorang akan menjadi pendorong bagi seluruh kegiatanya. Misalnya ingin

menjadi guru, dokter, polisi dan Motivasi Ekstrinsik, kebalikan dari motivasi

intrinsik.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila

anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar.

Beberapa hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik yaitu:

a) Ganjaran

28
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), cet-3, h.96.
29
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), cet-3, h.96.
Menurut M. Ngalim Purwanto, ganjaran adalah “ alat untuk mendidik

anak-anak supaya anak dapat merasa senang, karena perbuatanya atau

pekerjaanya mendapat pengagaan”.30

Ada beberapa bentuk ganjaran, diantaranya adalah:

i. Pujian, semua orang senang dipuji, demikian juga dengan siswa akan

lebih bersemangat bila hasil pekerjaanya dipuji dan diperhatikan.

Kondisi ini harus di manfaatkan guru untuk membangkitkan semangat

siswa dalam belajar. Namun pujian yang diberikan harus tepat dan

jangan berlebihan.

ii. Hadiah, dalam dunia pendidikan, hadiah juga bisa dijadikan sebagai alat

motivasi. Misalnya hadiah diberikan kepada siswa yang berprestasi.

Hadiah ini diberikan agar senantiasa siswa termotivasi dalam

memperhatikan prestasi belajar mereka.

iii. Teguran, Teguran digunakan untuk memperbaiki siswa yang membuat

kesalahan atau berkelakuan tidak baik.

b) Hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses

belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut

mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini

hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun

membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu

30
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), cet-8,
h. 182.
kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini

jelas akan menganggu psikis siswa.

c) Persaingan

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk

meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi

yang telah dicapai sebelumnya. Persaingan dapat mendorong siswa untuk giat

belajar.

Sedangkan menurut Pupuh dan Sobry menambahkan mengenai

beberapa hal harus dilakukan guru untuk memotivasi siswanya, antara lain 31:

Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal

yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi,diploma,gelar,

kehormatan dan sebagainya. 32 Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang

tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik

diperlukan agar anak didik mau belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah

guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan

memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya yang akan

diuraikan pada pembahasan mendatang. Kesalahan penggunaan motivasi

ekstrinsik akan merugikan anak didik. Akibatnya, motivasi ekstrinsik bukan

berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan anak didik malas belajar.

Karena itu guru harus bisa dan pandai mempergunakan motivasi ekstrisnsik ini

dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses interaksi edukatif di

kelas.

31
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi belajar-mengajar; Melalui Penanaman Konsep
Umum & konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h.18.
32
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya), cet-1, h. 117
Motivasi instrinsik lebih kuat dari motivasi ekstrinsik. Perlu

ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak

penting. Dalam belajar mengajar tetap penting, sebab kemungkinan besar

keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin kompenen-

kompenen lain dalam proses belajarmengajar ada yang kurang menarik bagi

siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.33

Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

motivasi dibagi menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik (berasal dalam

diri siswa) dan ekstrinsik (motivasi karena adanya rangsangan dari luar).

c. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sadirman fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut34:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, yaitu menjadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi. Dalam hal ini motivasi merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang ingin dicapai. Dengan

demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan

sesuai rumusan tujuan.

3) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan yang harus

dikerjakan guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak

bermanfaat bagi tujuan tersebut.

d. Indikator Motivasi Belajar

33
Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014) h. 91
34
Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014) h. 25
Menurut Handoko, untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa,

dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:

1) Kuatnya kemauan untuk berbuat.

2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar.

3) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain.

4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Sedangkan menurut Sardiman, motivasi belajar memiliki indikator sebagai

berikut:

1) Tekun menghadapi tugas.

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa.

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Cepat bosan pada tugas rutin.

6) Dapat mempertahankan pendapatnya.35

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Sukadi mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar, yaitu sebagai berikut:36

1) Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan. Adanya perbedaan

pengalaman masa lalu pada setiap orang menyebabkan terjadinya variasi

35
Siti Suprihatin, Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, Jurnal Pendidikan Ekonomi UM
Metro, Vol.3, No.1, 2015, h. 75
36
Siti Suprihatin, Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, Jurnal Pendidikan Ekonomi UM
Metro, Vol.3, No.1, 2015,
terhadap tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi pada diri

seseorang.

2) Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan. Bila dibesarkan dalam

budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif

dan kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu untuk

memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal,

maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat berprestasi yang tinggi.

3) Peniruan tingkah laku (Modelling). Melalui modelling, anak mengambil atau

meniru banyak karakteristik dari model, termasuk dalam kebutuhan untuk

berprestasi jika model tersebut memiliki motivasi tersebut dalam derajat

tertentu.

4) Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Iklim belajar yang

menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme

bagi siswa dalam belajar, cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik

belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan

kegagalan.

5) Harapan orang tua terhadap anaknya.Orangtua yang mengharapkan anaknya

bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anak

tersebut untuk bertingkah laku yang mengarah kepada pencapaian

prestasi.

6) Proses pembelajaran dengan motivasi Proses pembelajaran akan berhasil

manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru

perlu

menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang


optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Karena

dengan guru kratif menjadikan siswa tergugah dalam pembelajaran yang akan

dialami siswa atau siswa yang sedang mengikuti proses pembelajaran.

4. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah upaya

sadar yang terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunannya

untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan

antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.37

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam

rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini, memahami dan

mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan

yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 38

Zuhairimi mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai asuhan-asuhan

secara sistematis dalam membentuk anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan

ajaran Islam.39 Menurut Zakiah Daradjat pendidikan agama Islam adalah suatu usaha

dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat

memahami apa yang terkandung didalam Islam secara keseluruhan, menghayati

makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta

37
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 130
38
Muhaimin, Peradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), h.183
39
Zuhairimi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Offset Printing, 1981), h. 25
menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan

hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak.40

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama

Islam adalah merupakan usaha sadar dan terencana dalam rangka untuk

mempersiapkan peserta didik untuk menyakini, memahami dan mengamalkan ajaran

Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan

untuk mencapai tujuan yag telah ditetapkan serta menjadikan ajaranajaran agama

Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat

mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak.

b. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ramayulis dalam bukunya

Metodologi Pendidikan Agama Islam mengungkapkan bahwa orientasi pendidikan

agama Islam diarahkan kepada tiga ranah (domain) yang meliputi: ranah kognitif,

afektif dan psikomotoris.41 Ketiga ranah tersebut mempunyai garapan masing-

masing penilaian dalam pendidikan agama Islam, yakni nilai-nilai yang akan

diinternalisasikan itu meliputi nilai Alqur’an, akidah, syariah, akhlak, dan tarikh.

Ruang lingkup PAI di sekolah umum meliputi aspek-aspek yaitu: Al-Qur’an dan

Hadis, Aqidah Akhlak, Fikih dan Tarikh Kebudayaan Islam. Berikutnya PAI

dilaksanakan sesuai dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologis peserta didik

serta menekankan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan

manusia dengan Allah dengan alam sekitarnya. Mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti

mencakup aspek yang sangat luas, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek apektif

40
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 38
41
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 22
dan aspek psikomotorik. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam adalah untuk

mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:

1) hubungan manusia dengan Allah SWT;

2) hubungan manusia dengan dirinya sendiri;

3) hubungan manusia dengan sesama manusia;

4) dan hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya.

B. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan peran orangtua dengan motivasi belajar siswa

Peran orangtua adalah seperangkat tindakan yang diharapkan dari seorang ayah

dan ibu dalam membantu dan membimbing anak sehingga mempunyai semangat

dalam belajar. Bentuk dan fungsi peran orang tua di dalam keluarga adalah sebagai

berikut 42:

a) Motivator, orang tua harus senantiasa memberikan dorongan terhadap anak untuk

berbuat kebajikan dan meninggalkan larangan Tuhan, termasuk menuntut ilmu

pengetahuan.

b) Fasilitator, orang tua harus memberikan fasilitas, termasuk kebutuhan pendidikan

kepada anak-anak.

c) Mediator, orang tua hendaknyabertindak sebagai mediasi (perantara, penengah)

dalam

hubungan keluarga, masyarakat terutama dengan sekolah.

2. Hubungan self regulated learning dengan Motivasi Belajar

Siswa yang termotivasi untuk meraih tujuan akan melibatkan kegiatan strategi

self regulated learning yang mereka percaya dapat membantu mereka (misalnya

42
Abdul Syani. 2012. Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara
menghafal materi yang dipelajari, memperjelas informasi yang tidak jelas). Sebagai

gantinya strategi self regulated learning meningkatkan belajar dan persepsi kompetensi

yang lebih besar untuk melanjutkan motivasi dan strategi self regulated learning untuk

meraih tujuan baru43.

Secara teoritis, pelajar yang memiliki kemampuan strategi self regulated

learning secara aktif mengelola aspek motivasi yang melibatkan kemauan belajarnya.

Menurut Corno 44 kemauan menjelaskan tentang proses yang terlibat untuk memelihara

agar maksud dan tujuan dipenuhi dan dibedakan dari motivasi hanya menyinggung

proses awal yang diciptakan dari maksud dan tujuan. Peningkatan motivasi

diasumsikan dapat meningkatkan kemauan untuk belajar yang akan mengarahkan

kemampuan strategi self regulated learning dan kemudian membantu orang tersebut

untuk berprestasi dan mengembangkan keterampilan.

Motivasi belajar adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan belajar

dalam mencapai tujuan tertentu, termasuk di dalamnya kegiatan belajar dalam

mencapai prestasi45. Maka diperlukan strategi self regulated learning yang bertujuan

untuk dapat meningkatkan dorongan bagi siswa agar mencapai tujuan yang diharapkan.

Banyak studi telah membuktikan bahwa strategi self regulated learning memiliki peran

krusial dalam motivasi belajar dimana semakin bagus pula kemampuan strategi self

regulated learning yang dimiliki maka akan semakin bagus motivasi pada siswa46 .

Pada penelitian Aimah dan Ifadah47hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa strategi self regulated learning memiliki pengaruh terhadap motivasi


43
Schunk, D. H. & printich, P. R. (2014) Motivation in Education, Theory, Reaearch and Applicatons, Fourth
Edition. USA: Pearson Education Limited.
44
Darmayanti, T. (2008). Efektivitas Intervensi Keterampilan Strategiself regulatedlearning Dan Keteladanan
Dalam Meningkatkan Kemampuan BelajarMandiri Dan Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Jarak.
Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh. Universitas Terbuka. Vol. 9. No. 02.P. 68-82
45
Prawira, P.A. (2013). Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru. Jogjakarta. AR-RUZZ MEDIA.
46
Mulyadi, S. Basuki, A. M. H, & Rahardjo, W. (2018). Psikologi PendidikanDengan Pendekatan Teori – Teori
Baru Dalam Psikologi. Jakarta: PT Raja GRAFINDO PERSADA
47
Aimah, S. & Ifadah, M. (2014). Pengaruh strategiself regulated learning terhadapmotivasi belajar siswa.
Jurnal Psikologi. 12 (1), hlm. 21-24
48
belajar mahasiswa. Pada penelitian yang dilakukan oleh Syauqi Ahmad

hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan sangat

signifikan antara strategi self regulated learning dengan motivasi belajar.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi dapat dipandang sebagai

pendorong dalam belajar. Bagi siswa memiliki pengaturan diri belajar yang lebih

baik dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan dan motivasi dalam

menggunakan strategi belajar yang disebut dengan strategi self regulated learning.

Siswa membutuhkan strategi self regulated learning agar dapat menjalankan

perannya dengan baik, terutama peran akademis.

C. Kerangka berfikir

Dalam kerangka berfikir, peneliti akan berusaha membahas permasalahan yang

diangkat oleh peneliti. Pembahasan tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan konsep

dan teori yang ada hubungannya untuk membantu menjawab masalah penelitian. Adapaun

permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Pengaruh Peran Orangtua Dan Self Regulated

Learning Terhadap Motivasi Belajar PAI Di SMP Islam Muallimin Damarwulan Kepung

Kediri”.

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dimana variabel X 1 yaitu Peran Orangtua, X2

adalah Self Regulated Learning sedangkan variabel Y yaitu Motivasi Belajar PAI. Seperti

terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka berfikir

48
Mulyadi, S. Basuki, A. M. H, & Rahardjo, W. (2018). Psikologi PendidikanDengan Pendekatan Teori –
Teori Baru Dalam Psikologi. Jakarta: PT Raja GRAFINDO PERSADA
Peran Orangtua

Motivasi Belajar PAI

Self Regulated Learning

Keterangan:

: Garis Regresi (Pengaruh) X1, X2 terhadap Y

Anda mungkin juga menyukai