Anda di halaman 1dari 11

PERSEPSI AYAH TERHADAP KETERLIBATANNYA DALAM

MENJALANKAN PERAN PENGASUHAN ANAK DI KECAMATAN

CENGKARENG

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengasuhan atau parenting adalah proses interaksi orang

tua (orang dewasa) dan anak dalam mendidik dan memberi

stimulus , sejak lahir hingga anak memasuki usia dewasa.

Beberapa aktivitas dalam pengasuhan anak yaitu melindungi anak,

memberikan tempat perlindungan, pakaian, makanan, merawat

anak, memberikan kasih sayang dan perhatian, memberikan

stimulasi, pada beberapa aspek perkembangan termasuk fisik-

motorik, emosi, sosial, bahasa, intelektual dan pembiasaan nilai

nilai agama dan moral. Dengan demikian, pengasuhan mengacu

pada aktivitas membesarkan anak, bukan sekedar hubungan

biologis orangtua dengan anak semata.

Perkembangan kehidupan anak sangat dipengaruhi oleh

pola asuh orangtuanya, terutama ibu, karena ibu yang memiliki

banyak waktu luang untuk anaknya. Namun, peran seorang ayah

juga sangat berpengaruh, karena ayah memiliki cara khusus dan

karakteristik tersendiri dalam memberikan pengasuhan terhadap

anak. Secara lebih detail dijelaskan oleh Lam (1981) yakni bahwa
ayah menampilkan tipe interaksi yang berbeda sejak anaknya

dilahirkan. Pada masa bayi, ayah berinteraksi dalam stimulasi fisik

dan interaksi bermain, sementara ibu lebih pada permainan umum

dan utamanya bertanggung jawab untuk merawat. Dalam banyak

aspek, perilaku ayah nampak sebagai orang kedua dalam

perawatan anak. Identifikasi ayah melalui bermain pada saat anak

berusia 2 tahun, ayah terlibat saat bermain akan memberikan

model peran bagi anak laki-laki.

Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini dapat

dilakukan dalam bentuk formal, nonformal dan informal. Dalam

penyelenggaraan PAUD dapat dilakukan di Taman Kanak-kanak

(TK) atau RA sedangkan pada jalur nonformal pendidikan dapat

diselenggarakan oleh masyarakat atas kebutuhan dari masyarakat

itu sendiri, khususnya bagi anak-anak yang dengan

keterbatasannya tidak terlayani di pendidikan formal (TK dan RA).

Kemudian dijalur informal dilakukan oleh keluarga atau lingkungan

sekitar. Pendidikan formal bertujuan untuk menciptakan sumber

daya manusia yang baik dan unggul, sehat secara jasmani maupun

rohani, serta bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, orang lain

dan juga negara. Pendidikan informal bertujuan memberikan

keyakinan agama, menanamkan nilai budaya, nilai moral, etika dan

kepribadian, estetika serta meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan nasional.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang

berbunyi bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. 1

Memberikan pendidikan bukan hanya dapat dilakukan saat

menempuh bangku sekolah, namun dapat dimulai saat anak di usia

balita yang mana masa balita merupakan masa emas yang tidak

akan berulang, karena merupakan masa paling penting dalam

pembentukan dasar-dasar kepribadian, kemampuan berpikir,

kecerdasan, keterampilan dan kemampuan bersosialisasi. Peran

orang tua sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan

anak usia dini yang optimal. Orang tua berperan dalam membentuk

sikap dan karakter anak.2. Masa balita dimulai dengan keluarga

dan keluarga merupakan pendidik pertama bagi anak terutama

pada masa golden age (masa keemasan) karena masa golden age

adalah periode waktu pada anak yang dapat diberikan stimulasi

dengan baik. Apabila orang tua memberikan stimulus yang tepat

maka perkembangan anak akan berkembang optimal maka dari itu

1
UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
2
Nurul Husna dan Della Celvia, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Petani Miskin (Studi di
Gampeng Blang Nie Kecamatan Simpang Ulim Kabupaten Aceh Timur), Al-Idarah:Jurnal
Manajemen dan Administrasi Islam Vol.3 No. 2 Juli-Desember 2019, pp. 66-74
lingkungan keluarga sangat penting untuk proses tumbuh kembang

anak.

Kehidupan anak usia dini lebih banyak berada di

lingkungan keluarga. Keluarga merupakan tempat yang pertama

dan utama dimana anak memperoleh pendidikan. Meski secara

biologis perkembangan anak pada usia dini berjalan pesat namun

secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan dan

keluarganya.3 Anak pada dasarnya memiliki kebiasaan

sebagaimana kebiasaan dari orang tuanya. Sebagai seorang anak

tentunya dia akan selalu mengikuti perilaku induknya yaitu

kebiasaan orang tua. Kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan

kedua orang tua dan para pendidik di sekitar anak waktu kecil itulah

yang akan

mempengaruhinya. Maka ketika kedua orang tua dan orang-orang

di sekitarnya membiasakan dengan pendidikan atau hal-hal yang

baik, maka akan seperti itulah dia akan menjadi, dan demikian

sebaliknya.4

Pada umumnya ibu lebih banyak menghabiskan waktu

dengan anak-anaknya. Namun, sosok ayah seringkali diposisikan

sebagai pengasuh kedua dalam dunia pendidikan. Besarnya peran

ayah terhadap anak juga ditunjukkan oleh beberapa hasil penelitian

yang mengungkapkan bahwa memberikan dampak positif terhadap

3
Azizah Maulina Ezrad, Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Sejak Dini di Lingkungan
Keluarga, ( Thufula, Vol. 5 No. 2 Jul-Desember 2017, h. 417
4
Azizah Maulina Ezrad, Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Sejak Dini di Lingkungan
Keluarga, h. 416
perkembangan anak seperti motorik, emosi, kognitif, dan sosial. 5.

Keterlibatan ayah yang baik dan konsisten mampu menghasilkan

rasa kekeluargaan dan interaksi positif. Peran ayah yang minim

terhadap pengasuhan anak dapat berisiko menimbulkan dampak

negatif kepada perkembangan anak. Maka dari itu peran ayah juga

tidak kalah penting dalam proses perkembangan anak baik itu

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. 6 Jadi, peran

ayah sangat penting dalam pengasuhan anak, dan memiliki

dampak positif terhadap perkembangan anak atas keterlibatannya

dalam mendukung berbagai aspek perkembangan anak, baik fisik,

emosi, sosial.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Komisi

Perlindungan Anak Indonesia pada tahun 2015 hanya sekitar

26,2% partisipan (ayah) yang terlibat dalam pengasuhan anak.

Upaya dalam mencari informasi dalam merawat dan mengasuh

anak hanya dilakukan oleh 38,9% partisipan (ayah). Dalam

penelitian lain yang dilakukan oleh UNICEF, peran ayah dalam

pengasuhan anak di usia dini masih minim akan kesadaran ayah

bahwa ayah memiliki peran penting dalam kehidupan anak. 7

5
Enjang Wahyuningrum, “Peran Ayah (Fathering) pada Pengasuhan Anak Usia Dini”,
PsikowacanaVol11 No 1, 2011, H. 1
6
Ellesa Margareth Teti Soge, et.al, Persepsi Ibu terhadap Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan
Anak Usia Dini, Intuisi Jurnal Ilmiah Pskologi 8, 2016.
7
Hayuning Zaskya Nugrahani, et.all. Gambaran Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak Usia
Dini: Baseline dari Rancangan Program Intervensi untuk Ayah, Provitae: Jurnal Psikologi
Pendidikan, Vol 14, h. 42-58
Menurut Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia,

Rita Pranawati menyampaikan8: “...di Indonesia sering sekadar

menempatkan ayah sebagai pahlawan ekonomi keluarga tapi

dalam banyak hal peran ayah untuk tumbuh kembang anak justru

kurang. Dengan kata lain, figur ayah belum hadir secara optimal

pada proses pengasuhan buah hatinya. Anak yang mendapatkan

kasih sayang dari ayah akan tumbuh lebih percaya diri, berani

mengambil risiko dan memiliki daya juang yang baik. Anak yang

tumbuh tanpa kehadiran ayah cenderung akan tumbuh menjadi

pribadi yang rapuh, sulit mengambil keputusan hingga mengalami

keterlambatan perkembangan psikologis. Fatherless

(ketidakhadiran ayah) secara umum akan berdampak bagi

kepercayaan diri, kemampuan, beradaptasi, mengambil keputusan

dan mengambil risiko, kematangan emosi dan psikososial.”

Pendapat dari penelitian di atas bahwa ayah memiliki peran yang

sangat penting dalam pengasuhan anak. Kehadiran ayah bukan

hanya berpengaruh terhadap kepribadian anak, namun juga bentuk

support kepada sang ibu. Dengan figur dan kehadiran ayah dalam

pengasuhan, menciptakan suasana dan kondisi keluarga yang

harmonis yang berdampak pada kesehatan mental orang-orang

yang tinggal didalamnya.

Persepsi keterlibatan ayah dalam pengasuhan adalah cara

pandang anak dalam merasakan ketersediaan waktu ayah dalam

8
Dikutip dari https://www.kpai.go.id/publikasi/kpai-ingatkan-peran-strategis-ayah-dalam-tumbuh-
kembang-anak diakses pada 22 September 2022 pukul 08.16
berinteraksi, kemudahan menghubungi ayah ketika dibutuhkan dan

tanggungjawab peran ayah itu sendiri.9 Aspek-aspek keterlibatan

ayah adalah paternal engagement, paternal accessibility, dan

paternal responsibility. Paternal engagement dapat berupa interaksi

ataupun ikatan langsung antara ayah dan anak yang dilakukan

disela-sela waktu luang serta kehangatan yang diberikan ayah dan

anak. Paternal accessibility meliputi kebutuhan anak mengenai

kehadiran dan ketersediaan ayahnya tanpa adanya interaksi secara

langsung. Sedangkan paternal responbility yang meliputi bentuk

keterlibatan berupa tanggungjawab ayah dalam mengurus dan

memenuhi kebutuhan anak untuk melakukan perencanaan serta

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan anak. 10

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan

penelitian dengan judul “Persepsi Ayah terhadap Keterlibatannya

dalam Menjalankan Peran Pengasuhan Anak di Kecamatan

Cengkareng”

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, terdapat

beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, diantaranya:

1. Persepsi peran ayah terkait pengasuhan anak yang

masih minim

9
Basuki, Hubungan antara Persepsi terhadap Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan dan
Penyesuaian Sosial pada Mahasiswa FakultasTeknik Angkatan 2015 Universitas Diponegoro.
Jurnal Empati. hal. 23.
10
Hubungan antara Self-Efficacy..., Diyana Firdaus, Fakultas Psikologi, UMP, 2017
2. Persepsi ayah dalam perkembangan anaknya yang telah

melewati masa usia dini

3. Faktor kurang terlibatnya ayah dalam proses pengasuhan

anak

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus masalah yang telah ditentukan

diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi peran ayah terkait pengasuhan

anak?

2. Apa saja peran ayah dalam pengasuhan anak?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi peran ayah terhadap

pengasuhan anak?

D. Tujuan Utama Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui persepsi peran ayah dalam

pengasuhan anak.

2. Untuk mengetahui peran ayah dalam pengasuhan anak.

3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi peran ayah

terhadap pengasuhan anak.

E. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis
Memberikan wawasan kepada penulis dan pembaca tentang

pengasuhan anak khususnya mengenai pentingnya peran ayah

dalam pengasuhan anak yang berdampak pada kehidupan anak

di Kecamatan Cengkareng. Selain itu, agar hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi peneliti selanjutnya

dalam mengadakan penelitian lebih lanjut, lebih mendalam serta

lebih luas dari segi wilayah maupun substansi mengenai

pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak.

b. Kegunaan Praktis

Dalam hal kegunaan praktis, penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat untuk para orang tua dalam mengasuh anak bahwa

peran kedua orang tua sangat penting, khususnya menyadarkan

bahwa peran ayah juga penting dalam pengasuhan anak

sehingga diharapkan nantinya ayah akan memberikan kontribusi

yang lebih baik terhadap pengasuhan anak yang berdampak

pada kehidupan anak.


DAFTAR PUSTAKA

Basuki. (2015). Hubungan antara Persepsi terhadap Keterlibatan Ayah

dalam Pengasuhan dan Penyesuaian Sosial pada mahasiswa

Fakultas Teknik Angkatan 2015 Universitas Diponegoro.

Semarang: Jurnal Empati.

Dikutip dari https://www.antaranews.com/berita/2088758/kurangnya-

peran-ayah-dalam-pengasuhan-pengaruhi-masa-depan-

anak#mobile-nav diakses pada 19 September 2022 pukul 23.29

Dikutip dari https://www.kpai.go.id/publikasi/kpai-ingatkan-peran-strategis-

ayah-dalam-tumbuh-kembang-anak diakses pada 22 September

2022 pukul 08.16

Ezrad, A. M. (2017). Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Sejak Dini di

Lingkungan Keluarga, Thufula, Vol. 5 No. 2 Jul-Desember

Firdaus, D. (2017) Hubungan antara Self-Efficacy..., Banyumas: Fakultas

Psikologi, UMP,

Husna, N. dan Celvia, D. (2019) Pengasuhan Anak dalam Keluarga Petani

Miskin (Studi di Gampeng Blang Nie Kecamatan Simpang Ulim

Kabupaten Aceh Timur), Aceh: Jurnal Manajemen dan Administrasi

Islam Vol.3 No. 2 Juli-Desember 2019.

Kari Adamsons dan Sara K.Jonhson, “An Update and Expanded…”

Kemendikbud, (2003). UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Budaya

Satoto, B. H. (2014) Konsepsi Spiritual Leluhur Jawa, Yogyakarta: Ombak.


Soge, E. M. T., etc.all, (2016). Persepsi Ibu terhadap Keterlibatan Ayah

dalam Pengasuhan Anak Usia Dini, Semarang: Universiatas Negeri

Semarang Jurnal Intuisi Jurnal Ilmiah Pskologi 8.

Wahyuningrum, E. (2011). “Peran Ayah (Fathering) pada Pengasuhan

Anak Usia Dini”, Semarang: Universitas Diponegoro Jurnal

Psikowacana Vol 11 No 1.

Zaskya, N. H,. et.all. Gambaran Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan

Anak Usia Dini: Baseline dari Rancangan Program Intervensi untuk

Ayah, Surabaya: Universitas Airlangga Jurnal Psikologi Pendidikan,

Vol 14.

Anda mungkin juga menyukai