PROPOSAL
OLEH
SAPRIN HASYIM
121419020
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Orang tua mempunyai peran penting dan tanggung jawab besar bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Anak tumbuh dan berkembang
dibawah pengasuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dan mengenal
dunia sekitarnya.
Orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak,
orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model, orang tua
harus memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam lingkungan keluarga.
Sikap dan perilakau orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia.
Pola asuh orang dari orang tua sangatlah erat hubungannya dengan
kemampuan bersosialisasi pada anak. Sosialisasi itu sendiri merupakan suatu
proses dalam kehidupan seseorang untuk menyesuaikan dirinya menerimaa
kebiasaan, tingkah laku, serta norma yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat. Dengan membiasakan anak melakukan interaksi di dalam keluarga
maka anak akan terbiasa berinteraksi dengan orang di luar keluarga sehingga anak
mampu menjalin persahabatan dengan teman sebayanya. Maka selain hubungan
sosial pada keluarga, anak juga akan menjalin suatu hubungan atau ikatan baru
dengan teman sebayanya baik itu di lingkungan di tempat tinggal maupun di
lingkungana sekolah sehingga ruang gerak sosialnya semakin luas. Anak yang
dikatakan memiliki kemampuan sosial yang baik dapat dilihat melalui cara anak
berperilaku dengan orang lain seperti, cara anak dalam bermain dengan teman
sebayanya, menghormati orang tua, menghormati guru dan menyayangi teman
sebayanya. Peran orang tua sangatlah penting dalam memberikan pemahaman
terhadap anak akan pentingnya bersosialisasi, karena anak belum memiliki
pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri kearah kematangan.
Banyak anak yang belum memahami pentingnya berinteraksi sosial dengan teman
sebayanya terutama di lingkungan sekolah, sehingga anak yang tidak dapat
berinteraksi dengan baik di lingkungannya dapat menyebabkan anak dijauhi oleh
lingkungan dan sulit mendapatkan teman sebayanya dalam bermain maupun
kelompok (Susanti,2015:247).
Jika seperti itu, si kecil berarti tidak mampu mengelola dirinya secara
emosi. Ia juga sulit menjadi anak yang mandiri baik dalam pikiran, perkataan,serta
tindakannya. Hal ini, disebabkan anak bergantung banyak pada panduan dari hal-
hal di luar dirinya. Anak juga jadi sangat dipengaruhi oleh pandangan lingkungan
sekitarnya.
Menurut Ahmad Susanto, 2011: 137 perilaku sosial adalah kegiatan yang
berhubungan dengan orang lain, kegiatan ini berkaitan dengan pihak lain yang
memerlukan sosialisasi dalam bertingkah laku yang dapat diterima oleh orang
lain, belajar memainkan peran sosial yang layak diterima oleh orang lain.
Perilaku sosial pada anak usia dini ini diarahkan untuk perkembangan sosial yang
baik, seperti kerja sama, tolong-menolong, berbagi, simpati, empati, dan saling
membutuhkan satu sama lain.
1) Pembangkangan (negativisme)
Terjadi pada anak mulai usia 18 bulan sampai tiga tahun, yaitu semua bentuk
tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan
disiplin dan tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan
kehendak anak. Dalam hal ini, sebaiknya orang tua mau memahami tentang proses
perkembangan anak, yaitu bahwa secara naluriah anak itu mempunyai dorongan
untuk berkembang dari posisi dependent (ketergantungan) ke posisi independent
(bersikap mandiri).
2) Agresi (aggression)
Agresi merupakan perilaku menyerang baik secara fisik (noverbal) maupun kata-
kata (verbal). Agresi ini merupakan salah satu bentuk dari reaksi terhadap frustasi
(rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Orang tua
yang menghukum anak yang agresi, menyebabkan meningkatnya agrisivitas anak.
Untuk itu, sebaiknya orang tua berusaha untuk mereduksi, mengurangi agrisivitas
anak ini dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak, memberikan
mainan atau sesuatu yang diinginkannya (sepanjang tidak membahayakan
keselamatannya).
3) Berselisih atau bertengkar (quarrelling)
Berselisih atau bertengkar ini terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung
atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain, seperti diganggu pada saat
mengerjakan sesuatu atau direbut barang atau mainannya.
4) Menggoda (teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari tingkah laku agresi. Menggoda merupakan
serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau
cemoohan). Sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang diserangnya.
5) Persaingan (rivalry)
Persaingan yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong atau
distimulasi oleh orang lain.
6) Kerja sama (coopration)
Kerja sama merupakan sikap mau bekerja sama dengan kelompok.
7) Tingkah laku berkuasa (selfishness), yaitu sikap egosentris dalam memenuhi
keinginannya.
8) Simpati (sympathy), yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk
menaruh perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama
dengannya.
1) Faktor internal
Faktor internal ialah faktor-faktor yang terdapat dalam diri anak itu sendiri, baik
yang berupa bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman anak. Menurut
Depkes faktor internal ini meliputi :
a) Hal-hal yang diturunkan dari orang tua.
b) Unsure berfikir dan kemampuan intelektual.
c) Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh (hormonal).
d) Emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertenu.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal atau faktor luar ialah faktor-faktor yang diperoleh anak dari luar
dirinya, seperti faktor keluarga, faktor gizi, faktor budaya, dan teman bermain atau
teman di sekolah.
a) Keluarga
Sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan
orang tua dengan anak, dan hubungan antara anggota keluarga. Keluarga yang
beresiko tinggi merupakan lingkungan keluarga yang tidak menunjang proses
pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.
b) Kekurangan gizi
Kekurangan gizi dalam pola makanan menyebabkan petumbuhan anak terganggu,
tingkat kecerdasan dan daya tahan tubuhnya menurun, pada akhirnya anak
mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya.
c) Budaya
Begitu juga dengan budaya, tradisi, dan kebiasaan yang berlaku dalam suatu
masyarakat, di mana tempat tinggal dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
d) Teman bermain
Anak yang memiliki teman bermain yang mempunyai perangai kasar, akan
membawa dampak kepada temannya dengan berperilaku yang sama. Begitu juga
anak yang berteman dengan anak yang berperilaku lembut, maka ia pun akan
terbawa lembut, karena anak mudah untuk mengikuti dan meniru orang lain.
1) Faktor Imitasi
Imitasi merupakan dorongan unntuk menirukan orang lain. Untuk mengadakan
imitasi atau meniru ada faktor psikologis lain yang berperan. Dengan kata lain
imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor lain yang ikut
berperan, sehingga seseorang mengadakan imitasi. Dalam mengimitasi seseorang
harus ada sikap menerima, ada sikap mengagumi terhadap apa yang diimitasi itu,
karena itu imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya.
2) Faktor Sugesti
Yang dimaksud dengan sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang dating dari diri
sendiri, maupun yang dating dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa
adanya kritik dari individu yang bersangkutan.
3) Faktor identifikasi
Faktor lain yang memegang peran dalam interaksi sosial ialah faktor identifikasi.
Identifikasi merupakan dorongan untuk identik (sama) dengan orang lain.
Sehubungan identifikasi ini Freud menjelaskan bagaimana anak mempelajari
norma-norma sosial dari orang tuanya. Dalam garis besar dapat ditempuh dengan
dua cara, yaitu:
a) Anak mempelajari dan menerima norma-norma sosial itu karena orang tua
mendidiknya.
b) Kesadaran akan norma-norma sosial juga dapat diperoleh anak dengan jalan
identifikasi, yaitu anak mengidentifikasikan diri pada orang tua, baik ibu maupun
pada ayah. Karena itu kedudukan orang tua sangat penting sebagai tempat
identifikasi anak-anaknya.
4) Faktor Simpati
Simpati merupakan rasa tertarik kepada orang lain. Dengan timbulnya simpati,
akan terjalin pengertian yang mendalam antara individu satu dengan individu
yang lain.
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang terdiri
dari beberapa judul diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Dalam Penelitian Lisna Lulu Annikmah (2018) “Pola Asuh Orang Tua dalam
Membimbing Perilaku Sosial Anak Di TK Islam Assalam Desa Tlogo Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang . Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dalam pengumpulan data, peneliti
menggunakan dengan cara wawancara terhadap sumber data, observasi, dan
dokumentasi. Penelitian deskriptif pada dasarnya dipersiapkan untuk memperoleh
informasi mengenai suatu phenomena. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan perilaku sosial anak
berdampak secara signifikan dan positif, hal ini di tunjukkan dengan nilai
pengaruh dalam uji determinasi sebesar 37,69%.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Lisna Lulu dengan penulis maka
perbedaannya terletak di penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua berpengaruh besar
terhadap perkembangan sosial perilaku anak 83,3% dan hanya sebesar 0,17%
dipengaruhi faktor lain.
Persamaan dari penelitian ini yaitu sama-sama meneliti pola asuh orang tua.
2. Hasil penelitian Mila Karmila (2018) “ Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Perilaku Sosial Anak di KBI Al Madina Sampangan”. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kuantitatif. Desain penelitian ini menggunakan metode
penelitian asosiatif kausal. Dengan hasil perkembangan perilaku sosial anak baik
sebesar 83,3%. Hasil uji statistika dengan Spearman
Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak,
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak dalam mencapai proses
kedewasaan sehingga pada upaya pembentukan norma-norma yang dipelihara
masyarakat pada umumnya.
Menurut pendapat Casmini pola asuh orang tua adalah bagaimana orang
tua memperlakukan anak, membimbing, dan mendisiplinkan anak dalam
mencapai proses kedewasaan sehingga pada upaya pembentukan norma-norma
yang dipelihara masyarakat pada umumnya.
Dari pendapat para pakar dapat penulis simpulkan bahwa pola asuh orang
tua adalah bagaimana orang tua dalam memperlakukan anak, mendidik,
membimbing, dan mendisiplinkan anal dalam mencapai proses kedewasaan yang
melibatkan sikap, nilai, dan kepercayaan orang tua dalam memelihara anaknya.
2.6 Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan pola asuh orang tua terhadap
kemampuan sosialisasi anak usia dini di Kelurahan Wongkaditi Timur,
Kecamatan Kota Utara.
HI : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pola asuh orang tua terhadap
kemampuan sosialisasi anak usia dini di Kelurahan Wongkaditi Timur,
Kecematan Kota Utara.
BAB III
METODE PENELITIAN
H0 :
Ha :