Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.

2, Juli-Desember 2018

ANALISIS KUANTITATIF KORELASI PENDIDIKAN AGAMA


DALAM KELUARGA DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP
HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Benny Prasetiya, Samsul Hadi danKhoiriyah


Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Al Wasliyah Labuhan batu

Email: hanafitanjung280@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pendidikan


agama dalam keluarga dan motivasi berprestasi terhadap Hasil belajar PAI
siswa MTs Raudlatul jannah Labuhan batu. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
kuantitatif. Sedangkan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis korelasi dengan regresi ganda. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa kelas VII MTs Raudlatul Mutaallimien. Sampel penelitian
berjumlah 100 siswa yang diambil secara purporsive sampling. Berdasarkan
hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa ada yang signifikan antara
Pendidikan Agama dalam keluarga dan motivasi berprestasi dengan hail
belajar dengan nilai korelasi r hitung sebesar ry3 = 0,448. Hasil analisis
tersebut menunjukkan bahwa pada rumusan hipotesis yang diajukan ada
hubungan Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Motivasi Berprestasi
terhadap Hasil Belajar PAI diterima.

Kata Kuci: Pendidikan Islam; Motivasi; Hasil belajar.

Abstract

This study aims to determine whether there is a relationship between Islamic


education in the family and achievement motivation on learning outcomes of
PAI students in MTs Raudlatul Muta'allimien Probolinggo. The research
method used in this study is a quantitative descriptive research method.
Whereas, the data analysis method used in this study is correlation analysis
with multiple regression. The population in this study were seventh-grade
students of MTs Raudlatul Mutaallimien. The research sample amounted to
100 students taken by purposive sampling. Based on the results of this study,
it was concluded that there was a relationship between Islamic Education in
the family and achievement motivation with the correlation value r
91
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

calculated at ry3 = 0.448. The results of the analysis show that in the
formulation of the proposed hypothesis there is a relationship between
Islamic Education in the Family and Achievement Motivation on Learning
Outcomes PAI received.

Keywords: Islamic Education; Motivation;Learning outcomes.

A. PENDAHULUAN
Keluarga sebagai pusat pendidikan pertama dalam sistem pengasuhan
anak. Dalam keluarga akan terbangun interaksi pendidikan pertama dan
utama bagi anak yang akan menjadi pondasi dalam pendidikan selanjutnya
Tugas ini memiliki peran yang sangat fundamental dalam mempersiapkan
perkembangan anak baik dari psikologis, kepribadian maupun nilai-nilai
agama.
Pendidikan agama sarat dengan penanaman nilai-nilai keagamaan yang
perlu ditanamkan pada anak sedini mungkin, bahkan saat anak masih dalam
kandungan. (Taubah, 2005). Internalisasi pendidikan agama dalam keluarga
memiliki tujuan untuk mempersiapkan karakter religiusitas baik dalam
pengetahuan maupun pelaksanaanya (Noraini Hashim & Langgulung, 2008).
Pendidikan agama akan selalu menjadi fondasi bagi konstruk sistem
pendidikan nasional dijadikan spirit agama sebagai ruh dalam proses
pendidikan praktis. Out put yang diinginkan yaitu terwujudkan generasi yang
bermoral, beretika dan bermartabat dalam perilaku sosial. Pendidikan agama
tidak cukup pada tataran mengajarkan doa dan tata cara ibadah kepada Sang
Khaliq, namun diharapkan akan mampu berperan aktif untuk mendorong
anak didik lebih maju, serta untuk kehidupan yang lebih santun dengan
landasan etika sosial yang benar. Diharapkan pula bahwa pendidikan agama
mampu menjadi pilar utama sebagai bagian dari pendidikan secara umum
untuk membangun etika sosial dan moral (Nur Hamzah, 2015; Satya Yoga et
al., 2015). Oleh karena itu Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin
memberikan perhatian dan rambu-rambu dalam pelaksanaan kependidikan di
dalam lingkungan keluarga. Peran orang tua dan keluarga memiliki dampak
yang luar biasa terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak (Baharun,
2016).
Keluarga bagian dari sebuah institusi lembaga pendidikan merupakan
tempat pendidikan anak paling awal untuk memberikan warna yang sangat
dominan dalam membangun karakter religius. Pendidikan agama yang
diberikan keluarga akan mengkokohkan kepribadian anak menjadi muslim
yang memiliki ketaatan terhadap syariat agama yang diyakininya. Pendidikan
agama dalam keluarga lebih ditekankan pada internalisasi nilai-nilai ajaran

92
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pendidikan agama


dalam keluarga lebih menumbuhkan kesadaran sebagai manusia ciptaan Allah
SWT untuk memiliki akhlak yang mulia dalam melaksanakan inadah kepada-
Nya. Wujud keberhasilan pendidikan agama dalam keluarga yaitu adalah
terbentuknya anak sebagai seorang muslim sejati, beriman, teguh, beramal
shaleh dan berakhlak mulia.
Pendidikan agama memiliki prioritas utama dalam keluarga sebagai
makna transformastif yang terintegrasi dalam perilaku kehidupan. Pendidikan
agama akan mampu membentuk masa depan pada sisi kemanusiaan
seseorang (Djohar, 2003; Hamzah, 2015). Urgensi Pendidikan Agama dalam
Keluarga selalu menjadi perhatian dalam pembentukan kepribadian bagi
anak-anak. Keluarga sebagai madrasah awal dalam pengembangan
kepribadian anak dalam pendidikan karakter (Fachrudin, 2011; Robbayani,
2012). Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan
mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan
(habituation) tentang hal mana yang baik sehingga anak-anak menjadi paham
(kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif)
nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain,
pendidikan karakter merupakan sebuah kebutuhan dalam mengorientasikan
segala aspek baik itu sebagai moral knowing, moral feeling maupun moral
action (Permono, 2013; Hamilton, 1925)
Keluarga saat ini terasa lebih memiliki peran yang lebih kompleks
dalam menyiapkan perkembangan karakter anak, sosiologi keluarga,
psikologi anak. Kehadiran orang tua sebagai pengendali perilaku anak
terlebih dalam pelaksanaan nilai keagamaan (Simonič, Mandelj, & Novsak,
2013). Proses pembinaan nilai-nilai agama dalam membentuk kepribadian
anak dapat dimulai sejak anak lahir sampai dewasa. Sebagai madrasah awal
dalam keluarga, orang tua pertama kali selalu menanamkan nilai-nilai agama
yang berkaitan dengan keimanan untuk menyakini keberadaan Tuhanyya
sebagai bagian dari ma’rifatullah. Selanjutnya akan diberikan bimbingan
mengenai nikai moralitas, seperti cara bertutur kata, berpakaian yang baik,
bersikap dengan baik dan berperilaku. Penanaman sifat dan sikap yang baik
menjadi perioritas yang sangat penting dalam membangun nilai kejujuran,
makna adil, kesederhanaan, kesabaran dan lain sebagainya. Orang tua
memiliki kewajiban dalam menjaga harmonisasi hubungan dengan anak
sebagai teladan (Satya Yoga, Suarmini, & Prabowo, 2015; Fachrudin, 2011).
Kehadiran orang tua memiliki peran yang sangat signifikan dalam
mempersiapkan fasilitas pendidikan baik berupa sarana maupun prasarana
yang dibutuhkan anak sebagai upaya menciptakan suasana yang kondusif
dalam belajar. Kondisi ini akan mempengaruhi perkembangan pembelajaran

93
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

pada anak sebagai bagian dari motivasi eksternal. Kondisi keluarga yang
aman dan nyaman akan memberi motivasi akan berpengaruh positif dalam
peningkaan motivasi dan minat belajar. Seringkali rendahnya minat belajar
dalam disebabkan kurangnya perhatian dan motivasi dari orang tua dalam
memberikan stimulus dalam berprestasi.
Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan
kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil
belajar sebaik mungkin. Motivasi merupakan pengarah untuk kegiatan belajar
kepada tujuan yang jelas yang diharapkan dapat tercapai. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar
(Hamdu & Agustina, 2011; Kiswoyowati, 2011) Motivasi belajar sebagai
pendorong mental dalam menggerakkan dan mengarahkan perilaku belajar.
Adanya motivasi pada diri anak akan memberikan daya rangsang keinginan
untuk aktiv, bergerak, menyalurkan bakaat dan minat. Motivasi belajar siswa
akan memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap sebuah keberhasilan
proses maupun hasil belajar siswa.
Motivasi belajar siswa memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam
meningkatkan sebuah keberhasilan proses maupun hasil belajar siswa. Salah
satu indikator kualitas pembelajaran adalah tumbuhnya semangat maupun
motivasi belajar dari siswa. Motivasi memiliki juga akan memiliki dampak
terhadap perilaku belajar siswa, dimana lebih meningkatkan ketekunan dalam
belajar. Motivasi belajar pula akan menumbuhkan gairah, semangat, dan rasa
senang dalam belajar. Dengan demikian siswa yang memiliki motivasi tinggi
akan lebih memiliki kemampuan dalam melaksanakan kegiatan belajar yang
pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang lebih baik.
Motivasi memiliki fungsi dari harapan keberhasilan dan nilai yang
dirasakan (Cook & Artino, 2016). Hilangnya motivasi instrinsik merupakan
masalah yang memerlukan bantuan yang tak bisa ditunda-tunda. Guru
maupun orang tua memiliki kewajiban memberikan dorongan motivasi
ekstrinsik. Motivasi ini akan memberikan sebuah penguatan pada peserta
didik dapat keluar dari kesulitan belajar (Djamarah, 2002). Dalam mencapai
sebuah prestasi, motivasi internal maupun eksternal sangat diperlukan. Hal ini
disebabkan karena motivasi merupakan syarat mutlak untuk meningkatkan
hasil belajar. Dengan motivasi yang dimiliki akan membantu dalam
mencapai tingkat prestasi yang lebih tinggi pada anak.
Membangun motivasi juga akan memberikan pengaruh terhadap kondisi
psikologi anak dalam melaksanakan kehidupan beragama. Pendidikan agama
Islam di sekolah akan memberikan dorongan pada siswa untuk taat
menjalankan setiap kewajiban beragama dalam aktivitas seharihari.

94
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

Pendidikan agama di sekolah juga akan menumbuhkan sikap kritis, inovatif,


dan dinamis sehingga menjadi pendorong siswa untuk menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan demi pelaksanaan pendidikan agama.
Seorang akan berhasil dalam belajar jika pada dirinya ada keinginan
untuk belajar. Belajar sangat diperlukan bagi setiap individu, terutama bagi
seorang anak akan memperleh pengetahuan mengenai apa yang mereka
pelajari (Nurhidayah, 2015). Motivasi berprestasi merupakan hal yang sangat
penting dimiliki dalam upaya meraih prestasi dalam hal ini adalah motivasi
dalam belajar. Pada sisi lain motivasi berprestasi adalah kebutuhan yang
memberikan motivasi bagi seseorang untuk melakukan usaha yang maksimal
dan terus menerus dalam upaya mencapai kepuasan dan perasaan terhadap
hasil yang telah diraih. Motivasi berprestasi adalah daya upaya yang
mendorong seseorang untuk berkompetensi baik dengan dirinya atau dengan
orang lain yang dilakukan dengan usaha yang keras untuk mencapai prestasi
tertinggi.
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
pengukuran tingkat pemahaman setiap siswa terhadap mata pelajaran PAI di
Sekolah, sebagai dasar bahwa hingga sejauh mana seorang siswa menguasai
ilmu pengetahuan dan memperhatikan nilai-nilai Pendidikan agama. Prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses
belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan
dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses
belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan
evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau
rendahnya prestasi belajar siswa (Hamdu & Agustina, 2011).
Prestasi belajar ditunjukan dengan nilai maupun angka yang diperoleh
oleh siswa setelah siswa melalui proses pembelajaran. Bagi peneliti nilai
tersebut diukur untuk mengetahui seberapa besar siswa kelas mampu
menguasai materi dan ilmu pengetahuan yang selama proses belajar mengajar
berlangsung. Prestasi merupakan hasil yang akan dicapai seseorang ketika
mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Sementara prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, umumnya ditunjukan dengan nilai yang diberikan oleh guru
(Datadiwa & Widodo, 2015).
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan secara kuantitatif ada tidaknya hubungan Pendidikan
Agama dalam Keluarga dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar
Pendidikan Agama Islam.

95
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuantitatif dengan
menggunakan validitas eksternal dengan rumus korelasi yang dikemukakan
oleh Pearson yaitu Korelasi Ganda (multyple correlation). Populasi dalam
penelitian ini adalah peserta didik Kelas VII MTs Raudlatul Muta’allimien
Kecamatan Wonoasih Kelurahan Wonoasih Kota Probolinggo Tahun
Pelajaran 2013/2014. Sedangkan sampel yang digunakan sampelnya
sebanyak 100 peserta didik. Adapun mengenai pengambilan sampel
digunakan metode Simple Random Sampling.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam metode penelitian ini
yaitu metode dokumentasi, test, dan angket. Uji instrumen dilakukan sebelum
test dan angket diberikan kepada responden. Tujuan daripada uji instrumen
adalah untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas,
menghilangkan kata-kata yang sulit dipahami, mempertimbangkan
penambahan atau pengurangan item soal. Korelasi ganda (multyple
correlation) merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya
hubungan antara dua variabel secara bersama-sama atau lebih dengan
variabel yang lain. Pemahaman tentang korelasi ganda dapat dilihat melalui
gambar berikut. Simbol korelasi ganda adalah R.

X1 r1

r2 Y

X2

Gambar 1. Bagan Konstelasi Korelasional antara X1, X2 dengan Y

Keterangan :
X1= Pendidikan agama di keluarga
X2= Motivasi belajar

96
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

Y=Hasil belajar pendidikan agama Islam

Hipotesis Statistik yang diuji dapat diuraikan sebagai berikut:


1. Ho :  y1 = 0
H1 :  y1 > 0
Keterangan:  y1 = Koefisien korelasi antara pendidikan agama dalam
keluarga (X1) dengan hasil belajar pendidikan agama Islam (Y)
2. Ho :  y2 = 0 H1 :  y2 > 0
Keterangan:  y2 = Koefisien korelasi antara motivasi berprestasi (X 2)
dengan hasil belajar pendidikan agama Islam (Y)

3. Ho :  y.1 2 = 0
H1 :  y.1 2 > 0
Keterangan:  y.1 2 3 = Koefisien korelasi antara pendidikan agama dalam
keluarga (X1) Motivasi berprestasi (X2) dengan hasil belajar pendidikan
agama Islam (Y).

D. HASIL PENELITIAN
Untuk mengetahui hubungan pendidikan agama dalam keluarga, dan
motivasi belajar terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam dapat dilihat
dari analisis regresi berganda. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analsisis regresi linier berganda dengan tiga prediktor yaitu
Pendidikan agama dalam keluarga (X1), motivasi belajar (X2), dan hasil
belajar pendidikan agama islam (Y).

1. Hubungan antara Pendidikan Agama dalam Keluarga dengan Hasil


Belajar
Koefisien korelasi untuk variabel pendidikan agama islam dalam
keluarga sebesar 0,971 bertanda positif yang artinya semakin tinggi
pendidikan agama dalam keluarga maka akan semakin tinggi pula prestasi
belajar pendidikan agama islam. Untuk koefisien korelasi parsial antara
Pendidikan Agama dalam keluarga dengan prestasi belajar diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0,971 > 0,05 yang berarti bahwa model regresi tersebut
signifikan maka hipotesis yang diajukan diterima (Ha 1 diterima). Dengan
demikian secara parsial Pendidikan agama dalam keluarga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam.
Hasil perhitungan pengujian keberartian koefisien korelasi dengan
menggunakan SPSS 21 for Windows tersebut tertera pada tabel 1.

97
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

Tabel 1.
Keberartian Korelasi antara X1 dengan Y
Variabel Uji Hipotesis X1 Y
X1 Pearson Correlation 1 0.971**
Sig. (2-tailed) 0.000

N 100 100
Y Pearson Correlation 0.971** 1
Sig. (2-tailed) 0.000

N 100 100
2. Hubungan antara Motivasi berprestasi dengan Hasil Belajar
Hipotesis kedua penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara
motivasi berprestasi dengan hasil belajar. Pengujian hipotesis kedua
dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi antara motivasi
berprestasi (X2) dengan hasil belajar (Y), ry2 = 0, 28. Angka ini
mengisyaratkan bahwa hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil
belajar adalah positif. Hasil perhitungan pengujian keberartian koefisien
korelasi dengan menggunakan SPSS 21 for Windows sebagai berikut:

Tabel 2.
Hasil Pengujian Keberartian Korelasi antara X2 dengan Y
Variabel Uji Hipotesis X2 Y
Pearson Correlation 1 0.2

X2 Sig. (2-tailed) 0.780

N 100 100
Pearson Correlation 0.28 1

Y Sig. (2-tailed) 0.780

N 100 100
Dari tabel korelasi di atas dapat diketahui bahwa nilai r hitung adalah
0,028. Angka ini menunjukkan korelasi yang sangat rendah. Antara Variabel
X dan Variabel Y. Sig (2 tailed ) menunjukkan hubungan yang tidak
signifikan karena 0,28 > 0,05 dimana 0,05 adalah taraf signifikan. R square
merupakan koefisien determinasi. Artinya besarnya pengaruh Variabel X2

98
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

terhadap Y adalah sebesar 1 % dan besarnya Variabel lain yang


mempengaruhi Variabel Y adalah 99 %. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari
pada atau sama dengan nilai probabilitas sig (0,05≤0,780), H1 Diterima
artinya signifikan. Dengan demikian Variabel X2 berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel Y.

3. Hubungan antara Pendidikan Agama dalam Keluarga dan Motivasi


Berprestasi Secara Bersama-sama Dengan Hasil Belajar Pendidikan
Agama Islam
Hipotesis ketiga penelitian ini adalah terdapat hubungan positif secara
bersama-sama antara pendidikan Agama dalam keluarga dan motivasi
berprestasi dengan hasil belajar. Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan
hasil analisis multivariat dengan regresi ganda Pendidikan agama dalam
keluarga dan motivasi berprestasi dengan hasil belajar Pendidikan Agama
Islam. Hasil statistik diketahui nilai korelasi r hitung sebesar r y3 = 0,448.
Angka ini mengisyaratkan bahwa hubungan secara bersama-sama antara
pendidikan agama dalam keluarga dan motivasi berprestasi dengan hasil
belajar adalah positif. Uji signifikansi koefisien korelasi diperoleh dari tabel
Model Summary. Terlihat pada baris pertama koefisien korelasi = 0,974 dan F
hitung (F change) = 901,967 dengan nilai Sig. = 0,000 < 0,05. Jika nilai Sig. lebih

kecil dari  (Sig.≤0,05), hal ini berarti H0 ditolak. Dengan demikian variabel
X1 dan X2 berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Y. R Square
merupakan koefisien determinasi. Besarnya R Square adalah (R2) adalah
0,949 = 94,9 %. Artinya besarnya pengaruh pendidikan agama dalam
keluarga dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar pendidikan agama
Islam adalah sebesar 94,9 % dan besarnya variabel lain yang mempengaruhi
variabel hasil belajar pendidikan agama Islam adalah 5,1 %.

E. PEMBAHASAN
Berdasarkan pengujian hipotesis, dan kajian teori dan sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hamdu & Agustina (2011), Nurhidayah,
(2016), Palupi & Wrastari, (2013) memberikan hasil bahwa prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam dipengaruhi oleh pendidikan agama di keluarga dan
motivasi belajar. Hal ini sejalan teori yang dikemukakan Gagne bahwa hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh 3 tiga domain, yaitu: (1) domain kognitif;
meliputi: pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan berpikir, (2) domain
afektif; meliputi: sikap, minat, apresiasi, dan penyesuaian diri, dan (3) domain
psikomotorik; meliputi keterampilan dalam penampilan, keterampilan
berkomunikasi, keterampilan berhitung, keterampilan belajar sambil bekerja,
dan keterampilan dalam hubungan sosial.

99
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, baik


faktor internal maupun faktor eksteral. Faktor eksternal merupakan faktor
yang berasal dari luar diri pribadi seorang siswa, seperti orang tua,
lingkungan dan lain-lain, sedangkan faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri seorang siswa, seperti motivasi belajar yang dimiliki
siswa. Orang tua merupakan orang yang pertama dan utama yang
memberikan pendidikan agama di dalam rumah. Faktor berikutnya adalah
motivasi belajar yang dimiliki seorang siswa. Motivasi belajar merupakan
daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar
untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman.
Hipotesis pertama penelitian ini adalah terdapat hubungan sangat
positif antara pendidikan agama dalam keluarga dengan hasil belajar dengan
hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi antara pendidikan agama dalam
keluarga (X1) dengan hasil belajar pendidikan agama Islam (Y), ry1 = 0,971.
Artinya semakin besar penerapan pendidikan agama dalam keluarga maka
semakin tinggi pula hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Berdasarkan
hasil penelitian dapat dilihat bahwa nilai pendidikan agama dalam keluarga
akan mempengaruhi hasil belajar khususnya mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Fahruddin
(2011) bahwa keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam
mengintegrasikan pelaksanaan nilai-nilai pendidikan agama di rumah
khusunya dalam pembentukan kepribadian. Di antara fungsi keluarga adalah
optimalnya budaya religius. Keluarga dalam hal ini orang tua memiliki
kewajiban untuk lebih mengenalkan pada anggota keluarga
kewajibankewajiban yang harus dilakukan sebagai pemeluk agama yang taat.
Dengan kewajinan orang tua dalam memberikan keteladanan diharapkan
mampu menciptkan iklim religius yang dihayati oleh semua anggota
keluarga.
Kewajiban seperti ini tentunya punya arti signifikan, karena keluarga
adalah lingkup terkecil dalam satu komunitas masyarakat. Sehingga baik dan
buruknya masyarakat tentu sangat ditentukan oleh setiap individu
didalamnya, dan individu adalah bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari
satu keluarga. Tetapi seringkali kondisi orang tua memiliki banyak
keterbatasan sehingga dibutuhkan kerjasama dengan lingkungan sosial dan
lembaga pendidikan untuk lebih memberikan penguatan.
Internalisasi pendidikan agama dalam keluarga adalah pendidikan yang
memiliki tujuan untuk membentuk anak agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia yang mencakup
etika, moral, budi pekerti, spiritual atau pemahaman dan pengalaman
nilainilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan ini merupakan

100
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

salah satu perwujudan amar makruf nahi munkar dalam kehidupan keluarga
dengan memberikan pendidikan kepada putra putrinya berdasarkan ajaran
Islam. Metode pendidikan agama dalam keluarga lebih didasarkan pada
contoh perilaku Nabi Muhammad SAW (Taubah, 2005).
Pendidikan Agama dalam keluarga tidak hanya terbatas penanaman
nilai-nilai religiuitas dalam keseharian, akan tetapi motivasi ekstrinsik
maupun intrinsik sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan kesadaran diri.
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia
terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau
tujuan tertentu. Motivasi merupakan salah satu hal yang memiliki pengaruh
pada kesuksesan aktifitas pembelajaran siswa. Tanpa motivasi, proses
pembelajaran akan sulit mencapai kesuksesan yang optimum (Hamdu &
Agustina, 2011). Motivasi belajar merupakan bagian dari bentuk penguatan
inernal pada diri anak dalam menghadapi persoalan belajar. Motivasi
mempunyai peran yang cukup signifikan dalam menentukan tujuan belajar.
Peserta didikk dirasa akan lebih memiliki daya tarik dalam mempelajari
sesuatu disaat ia mengetahui manfaat yang akan diperolehnya. Seorang anak
yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya
dengan baik dan tekun, dengan harapan akan memproleh hasil yang baik.
Dengan demikian motivasi mampu mendorong seseorang memiliki ketekunan
dalam belajar. Begitu halnya sebaliknya sesorang yang tidak memiliki
motivasi belajar yang tinggi secara otomatis akan mempengaruhi
ketekunannya dalam belajar (Prasetiya, 2017; Ames, 1992)
Teladan yang baik dari orang tua kepada anak (sekitar umur 6 tahun)
akan berpengaruh besar kepada perkembangan anak di masa mendatang.
Sebab kebaikan di waktu kanak-kanak awal menjadi dasar untuk
pengembangan di masa dewasa kelak. Untuk itu lingkungan keluarga harus
sebanyak mungkin memberikan keteladanan bagi anak. Dengan keteladanan
akan memudahkan anak untuk menirunya. Sebab keteladanan lebih cepat
memengaruhi tingkah laku anak (Taubah, 2005).
Pengenalan pendidikan agama perlu dilakukan pada usia dini. Pada usia
ini anak lebih siap menerima pengajaran pendidikan agama dan kebiasaan
religius untuk menguatkan keimananNya. Penanaman pendidikan agama
dalam keluarga tidak terbatas pada aktivitas ritualitas seperti ibadah sholat,
zakat, puasa, dan membaca Al-Qur’an. Namun penanaman tauhid menjadi
pilar utama dalam praksis pendidikan Islam dalam keluarga. Dengan
keimanan yang dimiliki akan memberikan sebuah kesadaran pada anak untuk
melaksanakan nilai-nilai kewajiban sebagai pemeluk agama yang taat.

101
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

Pendidikan agama dan spiritual termasuk bidang-bidang pendidikan


yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga terhadap anak-anaknya.
Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan
kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak-anak melalui
bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agama dan
upacara-upacaranya. Begitu juga membekali anak-anak dengan
pengetahuanpengetahuan agama dan kebudayaan Islam yang sesuai dengan
umurnya dalam bidang aqidah, ibadah, mu’amalah dan sejarah. Begitu juga
dengan mengajarkan kepadanya cara-cara yang betul untuk menunaikan
syi’ar-syi’ar dan kewajiban-kewajiban agama, dan menolongnya
mengembangkan sikap agama yang betul, dan yang pertama-tama harus
ditanamkan ialah iman yang kuat kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat, dan selalu mendapat
pengawasan dari orang tua dalam segala perbuatan dan perkataannya
(Fachrudin, 2011).
Fahruddin (2011) menyebutkan cara-cara praktis yang patut digunakan
oleh keluarga untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak
adalah sebagai berikut:
a. Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman
kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam bentuknya
yang sempurna dalam waktu tertentu.
b. Membiasakan mereka menunaikan syi’ar-syi’ar agama semenjak kecil
sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging, mereka
melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tentram sebab mereka
melakukannya.
c. Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di mana
mereka berada.
d. Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan
memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluknya untuk
menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dan atas wujud dan
keagungannya.
e. Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama, dan
lain-lain lagi cara-cara lain.

Aspek prioritas dalam pendidikan agama yang diberikan dalam


keluarga dan masyarakat dalam rangka pembentukan insan kamil,
sebagaimana diilustrasikan se- cara berturut-turut dalam Qs. Luqman, ayat
12-19 adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan terhadap aspek Keimanan kepada Allah SWT (Aqidah).

102
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

2. Pendidikan terhadap aspek Ibadah, baik yang Mahdhoh maupun


qhgoiruMahdhoh.
3. Pendidikan dalam aspek Akhlakul Kari mah.
4. Pendidikan pada aspek keterampilan (Nur Hamzah, 2015).

Hipotesis kedua Penelitian ini juga membuktikan bahwa motivasi


berprestasi berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi antara motivasi
berprestasi (X2) dengan hasil belajar (Y), ry2 = 0,28. Angka ini
mengisyaratkan bahwa hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar
adalah positif. Artinya adalah semakin tinggi motivasi belajar seseorang maka
semakin tinggi pula hasil belajar yang akan diperolehnya. Begitu pula
sebaliknya jika motivasi belajar rendah akan semakin kecil pula hasil yang
akan diperolehnya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa motivasi
berprestasi memiliki berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Motivasi
sebuah pendorong yang dapat menimbulkan keinginan dan kegiatan untuk
mencapai tujuan. Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut juga
memberikan konstribusi tinggi rendahnya prestasi yang akan dicapai oleh
siswa. Motivasi yang kuat, akan memiliki dampak pada usaha keras untuk
mencapai tujuannya.
Dalam penelitian ini, motivasi belajar siswa didorong oleh faktor dari
dalam diri siswa dan dari luar diri siswa itu sendiri. Faktor dari dalam diri
siswa meliputi minat, kebutuhan, kenikmatan dan rasa ingin tahu yang
dimiliki siswa. yang berasal dari luar diri siswa seperti adanya dorongan dari
orang tua, pujian, tekanan sosial dan hukuman yang diterima siswa
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hamdu dan
Agustina (2011), (Tri, 2009) dan Nur Hidayah (2016) yang menyebutkan
bahwa prestasi belajar dapat dilihat dari terjadinya perubahan hasil masukan
pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil. Peningkatan hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah motivasi untuk
belajar. Hal ini berarti bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam belajar,
maka prestasi belajarnya pun akan baik (tinggi). Sebaliknya jika siswa
memiliki kebiasaan yang buruk dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun
akan buruk (rendah). Indikasi rendahnya prestasi belajar siswa-siswa adalah
rendahnya motivasi belajar siswa, siswa malas belajar, perhatian siswa
terhadap materi yang disampaikan guru rendah, dan ada beberapa siswa yang
enggan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Kualitas pembelajaran siswa di sekolah sangat ditentukan oleh seberapa
besar kemauan untuk melanjutkan pembelajaran (Covington, 2000) Ciri-ciri

103
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

siswa yang memiliki motivasi pada dirinya antara lain siswa tersebut tekun
menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, lebih mandiri, dapat
mempertahankan pendapatnya, senang dan dapat memecahkan permasalahan
yang dihadapinya (Kiswoyowati, 2011). Untuk peningkatan motivasi belajar
adalah melakukan identifikasi beberapa indikatorya dalam tahap-tahap
tertentu. Indikator motivasi antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2) Frekuensi
kegiatan, 3) Presistensinya pada tujuan kegiatan, 4) Ketabahan, keuletan dan
kemampuannya dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk mencapai
tujuan, 5) Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, 6) Tingkatan
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, 7) Tingkat
kualifikasi prestasi, 8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (Hamdu &
Agustina, 2011)
Jenis-jenis motivasi belajar menurut Sardiman (2001), motivasi dibagi
menjadi dua tipe atau kelompok yaitu: 1) Motivasi instrinsik merupakan
motif-motif yang menjadi aktif atau dapat berfungsi tidak perlu dirangsang
dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Contohnya jika seseorang yang senang membaca tidak usah disuruh,
ia sudah rajin membaca buku- buku; 2) Motivasi ekstrinsik merupakan
motifmotif yang aktif dan berfungsi karena pengaruh dari luar. Contohnya
seseorang belajar karena tahu besok ada ujian dengan harapan akan
mendapatkan nilai yang bagus atau mendapatkan hadiah.
Proses pembelajaran yang efektif akan membantu meningkatkan
motivasi belajar siswa sekaligus membuat proses belajar menjadi optimal.
Pengelolaaan kelas yang baik juga akan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar secara optimal; merancang tujuan pembelajaran yang
spesifik sebagai hasil belajar yang akan diperoleh siswa dalam proses
pembelajaran hari itu; menggunakan metode pembelajaran dan sumber
belajar yang bervariasi; menggunakan pertanyaan atau permasalahan tingkat
tinggi yaitu yang dapat memancing siswa untuk berpikir dan termotivasi
untuk memecahkannya; dan selalu memberikan feedback positif dan pujian
yang tepat atas apa yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar.
Peserta didik akan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan jika
mereka memiliki motivasi dalam belajarnya, sehingga motivasi berperan
untuk mempengaruhi, mengarahkan dan memelihara perilaku untuk
menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Untuk menumbuhkan motivasi belajar
yang tinggi perlu diciptakan suatu lingkungan belajar yang kondusif,
sehingga dapat menunjang belajarnya dengan baik (Nurhidayah, 2015)
Motivasi akan menjadi salah satu faktor psikologis yang mempunyai
peran yang cukup besar dalam menentukan hasil belajar siswa. Tingkat
motivasi belajar siswa akan selalu berbanding lurus dengan prestasi yang

104
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

dicapainya. Selain berpengaruh secara individu, motivasi belajar siswa juga


akan berpengaruh pada kesuksesan proses pembelajaran secara klasikal di
dalam kelas. Siswa dengan tingkat motivasi tinggi akan membuat suasana
belajar menjadi aktif. Mereka akan dengan penuh semangat memperhatikan
setiap proses pembelajaran, berinisiatif untuk segera memulai mengerjakan
tugas atau aktivitas, aktif bertanya dan menjawab secara sukarela, serta
merasa senang dan bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran. Terlebih,
tingkat motivasi belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
matematika siswa. Dalam upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
ini, ada beberapa komponen yang harus diperhatikan yaitu siswa, guru,
konten pelajaran, metode pembelajaran, dan suasana atau lingkungan belajar.
Kelima komponen tersebut saling berkaitan. Selain itu ada beberapa faktor
yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu adanya kebutuhan
atau keinginan untuk berprestasi, pengakuan terhadap prestasinya, eksistensi
atau keterlibatan dalam proses belajar, memecahkan tantangan dalam
pembelajaran, serta kesempatan untuk berkompetisi dan berkembang.
Berkaitan dengan hal ini, guru memiliki peran penting untuk dapat membantu
siswa mencapai tingkat motivasi optimalnya dengan memperhatikan
komponen dan faktor yang mempengaruhinya. Oleh sebab itu, guru harus
mampu menentukan strategi yang tepat untuk dapat membuat suasana belajar
yang baik sehingga siswa dapat merasa nyaman, senang, dan bergairah dalam
mengikuti proses belajar.
Hipotesis ketiga penelitian ini adalah terdapat hubungan positif secara
bersama-sama antara Pendidikan agama dalam Keluarga dan motivasi
berprestasi dengan hasil belajar. Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan
hasil analisis multivariate dengan regresi ganda PAI dalam Keluarga dan
motivasi berprestasi dengan hasil belajar PAI. Hasil statistik diketahui nilai
korelasi r hitung sebesar ry3 = 0,448. Angka ini mengisyaratkan bahwa
pendidikan agama dalam keluarga dan motivasi berprestasi akan memiliki
pengaruh yang sangat kuat terhadap hasil belajar.
Dengan demikian, temuan dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa
untuk mencapai hasil belajar yang baik maka diperlukan internasilsasi
penddikan agama dalam keluarga dan motivasi berprestasi. Kehadiran orang
tua memiliki fungsi utama dalam mewujudkan prestasi belajar di sekolah.
Pendidikan Agama yang kuat diimbangi dengan motivasi berprestasi akan
menghasilkan prestasi belajar yang baik.
Keberhasilan suatu belajar dipengaruhi oleh adanya motivasi atau
dorongan. Motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi
suatu usaha serta keinginan seseorang untuk mencapai tujuan. Motivasi
berfungsi untuk meningkatkan, mempertahankan maupun memperbaikai hasil

105
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

belajar anak. Suatu tujuan itu akan tampak berhasil atau tidaknya dapat dilihat
pada prestasi yang ia dapatkan. Prestasi yang baik tidak lepas dari adanya
motivasi dalam belajar.
Kondisi keluarga yang harmonis dan dibangun dengan nuansa religius
akan mempengaruhi motivasi berprestasi pada siswa. Keadaan ini dipastikan
akan berpengaruh pula pada perkembangan belajarnya. Dengan lingkungan
keluarga yang harmonis, religius maka anak dapat belajar di rumah dengan
penuh konsentrasi untuk memperoleh prestasi belajar yang Baik. Begitu pula
sebaliknya manakala berada di lingkungan keluarga yang tidak harmonis
akan memiliki kecenderungan malas belajar, sehingga akan berdampak pada
nilai belajar anak akan menurun. Dalam penelitian ini, lingkungan keluarga
dari sebagian besar siswa menunjukkan lingkungan yang baik dan penuh
nuansa religius. Hal ini tercermin dari cara orang tua dalam mendidik anak,
relasi antar anggota keluarga, suasana di rumah dan keadaan ekonomi
keluarga.
F. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya
maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara PAI dalam keluarga dengan
hasil belajar PAI. Hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi ry1 =
0,971. Angka ini menunjukkan korelasi yang sangat tinggi. Antara
variabel X1 dan variabel Y. Sig (2 tailed ) menunjukkan hubungan yang
signifikan karena 0,971>0,05 dimana 0,05 adalah taraf signifikan. R
square merupakan koefisien determinasi artinya signifikan. Dengan
demikian variabel X1 berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan
hasil belajar PAI. Hasil perhitungan hasil perhitungan diperoleh koefisien
korelasi antara motivasi berprestasi (X2) dengan hasil belajar (Y), ry2 = 0,
28. Angka ini mengisyaratkan bahwa hubungan antara motivasi
berprestasi dengan hasil belajar adalah positif. Hasil perhitungan
pengujian keberartian koefisien korelasi diketahui bahwa nilai r hitung
adalah 0,28. Angka ini menunjukkan korelasi yang rendah. Antara
variabel X dan Variabel Y artinya signifikan. Dengan demikian variabel
X2 berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y.
3. PAI dalam keluarga dan motivasi berprestasi berhubungan dengan hasil
belajar PAI. Hasil statistik diketahui nilai korelasi r hitung sebesar r y3 =
0,448. Angka ini mengisyaratkan bahwa hubungan secara bersama-sama
antara PAI dalam keluarga dan motivasi berprestasi dengan hasil belajar
PAI adalah positif. Hasil perhitungan pengujian keberartian koefisien
korelasi dengan menggunakan diperoleh dari tabel Model Summary.

106
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

Diperoleh koefisien korelasi = 0,974 dan F hitung (F change) = 901,967 dengan


nilai Sig. = 0,000 < 0,05. Jika nilai Sig. Lebih kecil dari (Sig.≤0,05), hal
ini berarti H0 ditolak. Dengan demikian variabel X1 dan X2 berpengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap Y. R Square merupakan koefisien
Determinasi. Besarnya R Square adalah (R2) adalah 0,949 = 94,9 %.
Artinya besarnya pengaruh PAI dalam Keluarga dan motivasi berprestasi
terhadap hasil belajar PAI adalah sebesar 94,9 %.

DAFTAR PUSTAKA

Ames, C. (1992). Classrooms: Goals, Structures, and Student Motivation.


Journal of Educational Psychology. Ahmadi, Abu dan Supriyono,
Widodo. (2013). Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Baharun, H. (2016). Pendidikan Anak Dalam Keluarga; Telaah
Epistemologis. Pedagogik, 3(2), 96–107.
Cook, D. A., & Artino, A. R. (2016). Motivation to learn: an overview of
contemporary theories. Medical Education.
Covington, M. V. (2000). Goal Theory, Motivation, and School
Achievement: An Integrative Review. Annual Review of Psychology.
Datadiwa, D., & Widodo, J. (2015). Economic Education Analysis
Journal. Economics Development Analysis Journal, 4(2), 496–508.
Fachrudin. (2011). Peranan Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap
Pembentukan Kepribadian Anak-Anak. Jurnal Ta’lim, 09(01), 1–16.
Hamdu, G., & Agustina, L. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa
Terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Penelitian Pendidikan,
12(1), 90–96.
Hamilton, W. J. (1925). Character education. Religious Education.
Hamzah, N. (2015b). Pendidikan Agama Dalam Keluarga. AT-TURATS,
9(2), 49–55.
Kiswoyowati, a. (2011). Pengaruh motivasi belajar dan kegiatan belajar siswa
terhadap kecakapan hidup siswa (studi tentang pembelajaran berorientasi
kecakapan hidup di SMK Negeri 1 Losarang Kompetensi Keahlian
Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura-Budidaya Cabe Hibrida).
Jurnal Penelitian Pendidikan, Edisi Khus(1), 120–126.

107
Jurnal Al-Ta’dib Vol. 11 No.2, Juli-Desember 2018

Noraini Hashim, C., & Langgulung, H. (2008). Islamic Religious Curriculum


in Muslim Countries: The Experiences of Indonesia and Malaysia.
Bulletin of Education & Research.
Nurhidayah, D. A. (2015). Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan Gaya Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika SMP.
Jurnal Dimensi Pendidikan Dan Pembelajaran, 3(02).
Palupi, D. R., & Wrastari, A. T. (2013). Hubungan Antara Motivasi
Berprestasi dan Persepsi Terhadap Pola Asuh Orangtua Dengan Prestasi
Belajar Mahasiswa Psikologi Angkatan 2010 Universitas Airlangga
Surabaya. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan, 2(01), 1–6.
Permono, H., & Psi, M. (2013). Peran Orangtua Dalam Optimalisasi Tumbuh
Kembang Anak Untuk Membangun Karakter Anak Usia Dini. In
Prosiding Seminar Nasional Parenting.
Prasetiya, B. (2017). Studi Korelasi Persepsi Kompetensi Profesionalisme
Guru dan Lingkungan Sekolah dengan Motivasi Belajar PAI Kelas XI di
SMA/SMK/MA se Kota Probolinggo. Edukasi, 05(02), 149–170.
Robbayani. (2012). Urgensi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga.
AtTajdid, 1(01), 89–122.
Satya Yoga, D., Suarmini, N. W., & Prabowo, S. (2015). Peran Keluarga
Sangat Penting dalam Pendidikan Mental, Karakter Anak serta Budi
Pekerti Anak. Jurnal Sosial Humaniora.
Simonič, B., Mandelj, T. R., & Novsak, R. (2013). Religious-Related Abuse
in the Family. Journal of Family Violence.
Taubah, M. (2005). Pendidikan Anak Dalam Keluarga Perspektif Islam.
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(1), 111–136.
Tri, S. (2009). Hubungan antara motivasi belajar, kemandirian belajar dan
bimbingan akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa di stikes a.
Yani yogyakarta. Mycological Research.

108

Anda mungkin juga menyukai