Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF


(VALIDITAS)

Tugas ini dibuat untuk memenuhi ntugas mata kuliah


Metodologi Penelitian Kuantitatif

DOSEN PENGAMPU : MAISAROH RITONGA, M.A.

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 5

1. HARVI AIN DWI CAHYA (2011011235)


2. NABILA SITI HANNA NURAINUN (2011011261)
3. RAHMA DANIA MUNTE (2011011283)
4. MARNI DALIMUNTHE (2011011247)
5. PURNAMA SIREGAR (2011011279)
6. RIZQI PUTRI AULIA SIAHAAN (2011011281)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEMESTER V A

UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH
LABUHANBATU

T.A 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Validitas ”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodelogi Penelitian
Kuantitatif . Makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Maisaroh. M.A. selaku dosen Mata
kuliah metodelogi penelitian kuantitatif . Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Rantauprapat , Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI 

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN
1) Latar Belakang……………………………………………………………….. 1
2) Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1
3) Tujuan…………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN
1) Pengertian Validitas………………………………………………………….. 2
2) Jenis-jenis Validitas………………………………………………………….. 2
3) Prinsip Validitas……………………………………………………………… 4
4) Cara Menghitung Validitas…………………………………………………... 5

BAB III PENUTUP


1) Kesimpulan……………………………………………………………………6
2) Saran…………………………………………………………………………..6

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………7
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang

Ketentuan penting dalam evaluasi adalah bahwa hasilnya harus sesuai dengan
keadaan yang dievaluasi. Mengevaluasi dapat diumpamakan sebagai pekerjaan
memotret. Gambar potret/ fhoto dikatakan baik apabila sesuai dengan hasilnya (bukan
lebih baik dari aslinya). Sedangkan gambar pemotretan hasil evaluasi tersebut dalam
kegiatan evaluasi dikenal dengan data evaluasi.
Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut data valid. Agar
dapat diperoleh data yang valid ,maka alat dan instrumennya juga harus valid. Dan
jika pernyataan tersebut dibalik, instrument evaluasi dituntut untuk valid karena
diinginkan dapat diperoleh data yang valid, dengan kata lain actoret evaluasi
dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi valid. Untuk
mengukur kesesuaian, efisiensi dan kemantapan (consistency) suatu alat penilaian
atau evaluasi dipergunakan bermacam-macam kualitas seperti validitas, keandalan,
objektivitas dan kepraktisan.
Validitas adalah kualitas yang menunjukkan hubungan antara suatu
pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku.
Keandalan adalah kualitas yang menunjukkan kemantapan (consistency) ekuivalensi
atau stabilitas suatu pengukuran yang dilakukan. Objektivitas adalah kualitas yang
menunjukkan identitas atau kesamaan dari skor-skor atau diagnosis-diagnosis yang
diperoleh dari data yang sama dari penskor-penskor kompeten yang sama.
Kepraktisan adalah suatu kualitas yang menunjukkan kemungkinan dapat
dijalankannya suatu kegunaan umum dari suatu teknik penilaian. Dalam pembicaraan
ini akan dibahas lebih lanjut dan lebih rinci mengenai validitas itu sendiri.

2.  Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud Validitas?


2) Apa saja jenis-jenis dari Validitas?
3) Apa saja prinsip-prinsip dari Validitas?
4) Bagaimana cara menghitung Validitas?

3.  Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Validitas.


2. Untuk memahami jenis-jenis dari Validitas.
3. Untuk mengetahui tentang prinsip Validitas
1
BAB II
PEMBAHASAN

1.  Pengertian Validitas

Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Suatu
teknik evaluasi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika evaluasi atau tes itu
dapat mengukur apa yang sebenarnya akan di ukur. Validitas bukanlah ciri yang
mutlak dari suatu teknik evaluasi, ia merupakan suatu ciri yang actore terhadap tujuan
yang hendak dicapai oleh pembuat test. Oleh karena itu, validitas harus ditentukan
dalam hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dengan alat evaluasi itu.

2.  Jenis-jenis Validitas

Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan:

A test is valid if it measure what it purpose to measure. Atau jika diartikan lebih
kurang demikian: sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur.
Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri tetapi
pada hasil pengetesan atau sekornya.
Contoh:
Skor yang diperoleh dari hasil mengukur kemampuan mekanik akan menunjukkan
kemampuan seseorang dalam memegang dan memperbaiki mobil, bukan pengetahuan
orang tersebut dalam hal yamg berkaitan dengan mobil. Tes yang
mengukur  pengetahuan tentang mobil bukanlah tes yang sahih untuk mekanik.

Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman.
Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis dan hal yang kedua diperoleh
validitas empiris.
Secara garis besar ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas empriris.

1) Validitas logis

Validitas logis mengandung kata “logis” berasal dari kata “logika” yang berarti
penalaran. Dengan demikian validitas logis adalah suatu actoret evaluasi yang
menunjuk pada kondisi bagi dsebuah actoret yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena
actoret yang bersangkutan sudah dirancang dengan baik, mengikuti teori dan
ketentuan yang ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak
perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah actoret tersebut selesai
disusun. Sedangkan, untuk macam-macam validitas logis itu ada dua yang dapat
dicapai oleh actoret yaitu:

2
a. Validiatas isi
Yang dimaksud validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur
cakupan subtansi yang ingin diukur.valididitas isi ini mencakuphal- hal yang
berkaitan dengan apakah item – item evaluasi menggambarkan pengukuran dalam
cakupan yang ingin diukur.
b. Validitas konstruk
Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur
sebuah konstruk sementara. Secara devinitif, konstruk merupakan suatu sifat yang
tidak dapat diobservsi tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya mellui salah satu
atau dua indra kita.

2) Validitas empiris

Istilah validitas empiris memuat kata “Empiris” yang artinya “Pengalaman”.


Sebuah actoret dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari
pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat
apabila dalam pengalaman dapat dibuktikan bahwa orang tersebut jujur. Dari contoh
diatas dapat diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan
menyusun actoret berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, akan tetapi
harus dibuktikan melalui pengalaman. Ada dua macam validitas empiris, yakni ada
actore yang dapat dilakukan untuk menguji bahwa sebuah actoret memang valid yaitu
a.    Validitas isi
b.    Validitas konstrak
c.    Validitas “ada sekarang” dan
d.   Validitas ramalan atau prediksi.

Adapun penjelasan masing-masing validitas tersebut adalah sebagai berikut:

b.   Validitas isi (content validity)àSebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila


mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran
yang diberikan. Oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum
maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kurikuler.

c.   Validitas konstruksi (construct validity)à Sebuah tes dikatakan memiliki validitas


konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur
setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus.
Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah
sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan instruksional. Sebagai contoh
jika rumusan Tujuan Instruksional Khusus: “siswa dapat membandingkan antara
efek biologis dan efek psikologis” maka butir soal pada tes merupakan printah
agar siswa membedakan antara dua efek tersebut.

3
d.   Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)à Validitas ini lebih umum dikenal
dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika
hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal
yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman.
Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman
tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang). Misalnya seorang guru ingin
mengetahui apakan tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk ini
diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Misalnya
nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.

e. Validitas prediksi (predictive validity)à Memprediksi artinya meramal,


dengan meramal selalu mengenai hal yang akan actor jadi sekarang belum terjadi.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila
mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang
akan actor. Misalnya tes masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan
mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah dimasa yang
akan actor. Calon yang tersaring berdasarkan hasil tes diharapkan mencerminkan
tinggi-rendahnya kemampuan mengikuti kuliah. Jika nilai tesnya tinggi tentu
menjamin keberhasilan kelak. Sebaliknya seorang calon dikatakan tidak lulus tes
karena memiliki nilai tes yang rendah jadi diperkirakan akan tidak mampu mengikuti
perkuliahan yang akan actor.

3. Prinsip Validitas

Terdapat empat prinsip dalam melakukan uji validitas, yaitu sebagai berikut:

1. Interpretasi (interpretation) yang kita berikan terhadap asesmen hanya valid


terhadap derajat yang kita arahkan ke suatu bukti yang mendukung kecocokan
dan kebenarannya.
2. Kegunaan (use) yang act kita buat dari hasil actoret hanya valid terhadap
derajat yang kita arahkan ke suatu bukti yang mendukung kecocokan dan
kebenarannya. 
3. Interpretasi dan kegunaan dari hasil actoret hanya valid ketika nilai (values)
yang dihasilkan sesuai. 
4. Interpretasi dan kegunaan dari hasil actoret hanya valid ketika konsekuensi
(consequences) dari interpretasi dan kegunaan ini konsisten dengan nilai
kecocokan

4
5. Cara Menghitung Validitas
Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang
dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X
dan skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap
butir soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari
indeks validitasnya (Arikunto, 1999:78).

Tentukan koefisien korelasi antara skor hasil tes yang akan diuji validitasnya dengan
hasil tes yang terstandar yang dimiliki oleh orang yang sama dengan menggunakan
rumus korelasi produk momen di bawah ini:

Hitung koefisien validitas actoret yang diuji (r-hitung), yang nilainya sama dengan
korelasi korelasi hasil langkah sebelumnya dikali koefisien validitas actoret
terstandar.
Bandingkan nilai koefisien validitas dengan nilai koefisien korelasi Pearson / acto
Pearson (r-tabel) pada taraf signifikansi a (biasanya dipilih 0,05) dan n = banyaknya
data yang sesuai.

Kriterianya adalah :

 Instrumen valid, jika r-hitung = r-tabel 


 Instrumen tidak valid, jika r-hitung < r-tabel

Tentukan kategori dari validitas instrument yang mengacu pada pengklasifikasian


validitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956:145) sebagai berikut:

0,80 < rxy 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik)


0,60 < rxy 0,80 validitas tinggi (baik)
0,40 < rxy 0,60 validitas sedang (cukup)
0,20 < rxy 0,40 validitas rendah (kurang)
0,00 < rxy 0,20 validitas sangat rendah (jelek)
rxy 0,00 tidak valid
5
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Suatu teknik
evaluasi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika evaluasi atau tes itu dapat
mengukur apa yang sebenarnya akan di ukur. Validitas bukanlah ciri yang mutlak dari
suatu teknik evaluasi, ia merupakan suatu ciri yang actore terhadap tujuan yang
hendak dicapai oleh pembuat test.
Jenis-jenis Validitas yaitu validitas logis, validitas empiris, validitas butir soal dan
validitas factor.

2. Saran
Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Maka tak terkecuali pemaparan yang ada
dalam makalah ini dan selalu saya tunggu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sekalian.

6
DAFTAR PUSTAKA
Kusaeri dan Supranato, Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan, Yogyakarta: Graha
Ilmu.2012

Suryabrata, S, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada.2000.

Azwar. Metodologi Penelitian, Jakarta: Binarupa Aksara.1987.

Sudjana,Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.1999.

Ibrahim, Syaodin Nana, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.1996.

Anda mungkin juga menyukai