Anda di halaman 1dari 4

RESUME

VALIDITAS TES

NAMA : CANTIKA ELIZABETH SIGALINGGING

NIM : 7213143015

MATA KULIAH : EVALUASI PEMBELAJARAN

KELAS : B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
NOVEMBER 2022

1
Pengertian Validitas

Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Suatu teknik evaluasi
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika evaluasi atau tes itu dapat mengukur apa
yang sebenarnya akan di ukur. Validitas bukanlah ciri yang mutlak dari suatu teknik evaluasi,
ia merupakan suatu ciri yang relatif terhadap tujuan yang hendak dicapai oleh pembuat test.
Oleh karena itu, validitas harus ditentukan dalam hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai dengan alat evaluasi itu.

Jenis-jenis Validitas

Di dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang di tulis oleh Scarvia B.


Anderson dan kawan-kawan disebutkan:

A test is valid if it measure what it purpose to measure. Atau jika diartikan lebih kurang
demikian: sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.

Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri tetapi pada hasil
pengetesan atau skornya.

Contoh:

Skor yang diperoleh dari hasil mengukur kemampuan mekanik akan menunjukkan
kemampuan seseorang dalam memegang dan memperbaiki mobil, bukan pengetahuan orang
tersebut dalam hal yamg berkaitan dengan mobil. Tes yang mengukur pengetahuan tentang
mobil bukanlah tes yang sahih untuk mekanik.

Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang
pertama akan diperoleh validitas logis dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris.

Secara garis besar ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas empriris.

1. Validitas logis

Validitas logis mengandung kata “logis” berasal dari kata “logika” yang berarti penalaran.
Dengan demikian validitas logis adalah suatu instrumen evaluasi yang menunjuk pada
kondisi bagi dsebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil
penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan
sudah dirancang dengan baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung
diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun. Sedangkan, untuk macam-macam
validitas logis itu ada dua yang dapat dicapai oleh instrumen yaitu:

a. Validiatas isi

Yang dimaksud validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan
subtansi yang ingin diukur.valididitas isi ini mencakuphal- hal yang berkaitan dengan apakah
item – item evaluasi menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur.

2
b. Validitas konstruk

Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah
konstruk sementara. Secara devinitif, konstruk merupakan suatu sifat yang tidak dapat
diobservsi tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya mellui salah satu atau dua indra kita.

2. Validitas empiris

Istilah validitas empiris memuat kata “Empiris” yang artinya “Pengalaman”. Sebuah
instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.
sebagai contoh sehari-hari seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam
pengalaman dapat dibuktikan bahwa orang tersebut jujur. Dari contoh diatas dapat diketahui
bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen
berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, akan tetapi harus dibuktikan melalui
pengalaman. Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat dilakukan
untuk menguji bahwa sebuah instrumen memang valid yaitu :

a. Validitas isi
b. Validitas konstrak
c. Validitas “ada sekarang”
d. Validitas ramalan atau prediksi.

Adapun penjelasan masing-masing validitas tersebut adalah sebagai berikut:

a. Validitas isi (content validity)àSebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan. Oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi
ini sering juga disebut validitas kurikuler.

b. Validitas konstruksi (construct validity)à Sebuah tes dikatakan memiliki validitas


konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek
berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus. Dengan kata lain jika
butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang
menjadi tujuan instruksional. Sebagai contoh jika rumusan Tujuan Instruksional Khusus:
“siswa dapat membandingkan antara efek biologis dan efek psikologis” maka butir soal pada
tes merupakan printah agar siswa membedakan antara dua efek tersebut.

c. Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)à Validitas ini lebih umum dikenal
dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai
dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal
ini hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang
telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang).
Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakan tes sumatif yang disusun sudah valid atau
belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki.
Misalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.

3
d. Validitas prediksi (predictive validity)à Memprediksi artinya meramal, dengan
meramal selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan
untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Misalnya tes masuk
perguruan tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan
peserta tes dalam mengikuti kuliah dimasa yang akan datang. Calon yang tersaring
berdasarkan hasil tes diharapkan mencerminkan tinggi-rendahnya kemampuan mengikuti
kuliah. Jika nilai tesnya tinggi tentu menjamin keberhasilan kelak. Sebaliknya seorang calon
dikatakan tidak lulus tes karena memiliki nilai tes yang rendah jadi diperkirakan akan tidak
mampu mengikuti perkuliahan yang akan datang.

C. Cara menentukan validitas

Cara menentukan validitas dengan cara menggunakan rumus perhitungan validitas dari
sebuah instrument dapat menggunakan rumus korelasi product moment atau dikenal juga
degan korelasi pearson.

Berikut ini adalah rumusnya : : rxy = ∑ (∑ )(∑) {∑ (∑) } {∑ (∑) }

rxy = koefisien korelasi N = jumlah responden uji coba X = skor tiap item Y = skor
seluruh item responden uji coba

untuk mengitrepentasikan validitas, maka koefien korelasinya bisa di kategorikan pada


criteria sebagai berikut: kreteria validitas instrument tes nilai “r” interpetrasinya adalah :
0,81-100 (sangat tinggi). 0,61-0,80 (tinggi) . 0,41-0,60 (cukup). 0,00-0,20 ( sangat rendah ).

Setelah diperoleh harga koefisien tiap-tiap soal kemudian hasilnya dibandingkan dengan
nilai “r” dari tabel signifikansi 5% dan taraf signifikan 1% dan df : N-2, hitungan tabel maka
koefisien validitas butir soal pada taraf signifikan.

D. Kegunaan Validitas

1.Untuk menghindari pertanyaan yang kurang jelas.

2.Untuk meniadakan kata-kata yang terlalu asing atau kata-kata yang menimbulkan
kecurigaan.

3.Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas.

4.Untuk menambah item yang diperlukan atau meniadakan item yang dianggap tidak relevan.

5.Untuk mengetahui validitas kuesioner tersebut.

Test-retest Dilakukan dengan cara mencobakan instrument beberapa kali pada responden.
Jadi dalam hal ini instrumenya sama, respondenya sama, dan waktunya yang berbeda.
Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya.
Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrument tersebut sudah dinyatakan
reliable. Pengujian cara ini sering juga disebut stability.

Anda mungkin juga menyukai