Anda di halaman 1dari 14

PEMBAHASAN

2.1. Validitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Validitas diartikan sebagai
siIat benar, menurut bukti yang ada, logika berIikir, atau kekuatan hukum. Menurut
Diknas bahwa validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran
ukurnya. Sedangkan menurut Wiki pedia Indonesia diterjemahkan , kesahihan,
kebenaran yang diperkuat oleh bukti atau data.
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan Iungsi ukurnya.Sisi lain
dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang
valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus
memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.
Dengan demikian kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, sahih, absah,
sehingga kata valid dapat diartikan ketepatan, kebenaran, kesahihan, atau keabsahan.
Menurut Anas Sujiono apabila kata valid dikaitkan dengan Iungsi tes sebagai alat
pengukur maka tes dikatakan valid adalah apabila tes tersebut dengan secara tepat,
secara benar, secara sahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur, dengan kata lain tes dapat dikatakan telah memiliki Validitas apabila tes
tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat mengungkap atau
mengukur apa yang seharus diungkap atau diukur lewat tes tersebut.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan Iungsi ukurnya, atau memberikan
hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan
tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.
Dalam kaitannya dengan tes dan penilaian , Retno mengemukakan tiga pokok
pengertian yang bisa digunakan sebagai berikut :
Validitas berkenaan dengan hasil dari sutu alat tes atau alat evaluasi, dan tidak
menyangkut alat itu sendiri. Tes intelegensi sebagai alat untuk melakukan tes
kecerdasan hasilnya valid , tapi kalau digunakan untuk melakukan tes hasil
belajar tidak valid.
Validitas adalah persoalan yang menyangkut tingkat (derajat), sehingga istilah
yang digunakan adalah derajat validitas suatu tes maka suatu tes ada yang
disebut validitasnya tinggi, sedang dan rendah.
Validitas selalu dibatasi pada pengkususannya dalam penggunaan dan tidak
pernah dalam arti kualitas yang umum. Suatu tes berhitung mungkin tinggi
validitasnya untuk mengukur keterampilan menjumlah angka, tetapi rendah
validitasnya untuk mengukur berIikir matematis dan sedang validitasnya untuk
meramal keberhasilan siswa dalam pelajaran mate-matika yang akan datang.
Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam berbagai hal. Dalam
analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut.
1. Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu studi
menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel.
2. Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa yang
akan datang.
3. Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai dengan
alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut.
Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat
untuk mengukur); mengukur apa yang harus diukur atau ditimbang. Timbangan inilah
merupakan alat ukur yang valid dalam suatu kasus yang membutuhkan jawaban.
Suatu penelitian yang melibatkan variabel yang tidak bisa diukur secara langsung,
maka masalah validitas menjadi tidak sederhana. Karena di dalamnya juga
menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai tingkat empiris.
Bagaimanapun tidak sederhananya suatu instrumen penelitian, harus valid, agar
hasilnya dapat dipercaya.
SiIat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu
memberikan nilai yang sesungguhnya dari apa yang kita inginkan. Jika pada suatu
kesempatan kita ingin memperoleh tinggi suatu meja, penggaris merupakan alat ukur
yang valid, karena dengan alat ini kita akan dapatkan berapa centi meter tinggi meja
tersebut. Meteran gulung juga alat yang valid. Selain itu, pengukuran dengan jengkal
tangan juga merupakan cara yang bisa dilakukan. Namun tidak demikian halnya jika
kita gunakan termometer badan. Bagaimana kita bisa memperoleh tinggi meja hanya
dengan sebuah termometer.
2.1.1 Macam-macam Validitas
Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas
empiris . Sementara Retno validitas itu terbagi menjadi lima tipe yaitu validitas
tampang (Iace validity), validitas logis (logical validity), validitas vaktor (Iactorikal
validity), Validitas isi (conten validity), dan validitas empiris (empirical validity).
Sedangkan menurut Anas ternik pengujian validitas hasil belajar secara garis
besar dapat dibagi dua, yaitu pengujian validitas tes secara rasional dan pengujian
validitas tes secara empirik.
Pada dasarnya para ahli pendidikan melihat pengujian validitas tes itu dapat dilihat
dari :
A.Pengujian validitas tes secara rasional.
Istilah lain dari istilah validitas rasional adalah validitas logika, validitas ideal
atau validitas dassollen. Istilah validitas logika (logical validity) mengandung kata
logis berasal dari kata logika yang berarti penalaran,
Dengan makna demikian bahwa validitas logis untuk sebuah instrumen yang
memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran, kondisi valid tersebut
dipandang terpenuhi karena instrumen bersangkutan sudah dirancang secara baik
mengikuti teori dan ketentuan yang ada.
Dengan demikian validitas logis ini dikatakan benar apabila tes yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan, peraturan dan teori yang ada, sehingga suatu tes
itu dapat dikatakan valid dapat dilihat setelah instrumen soal tes tersebut telah selesai
dibuat.
Dalam menentukan sesuatu tes hasil belajar itu valid setelah pengujian validitas
tes secara rasianal maka perlu penelusuran dari dua segi.
Validitas isi (conten validity)
Yaitu pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar
tersebut. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan
khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.
Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian
terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari
jawabannya dalam validasi ini adalah 'sejauh mana item-item dalam suatu alat
ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat
ukur yang bersangkutan? atau berhubungan dengan representasi dari
keseluruhan kawasan.
Pengertian 'mencakup keseluruhan kawasan isi tidak saja
menunjukkan bahwa alat ukur tersebut harus komprehensiI isinya akan tetapi
harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan
ukur.
Walaupun isi atau kandungannya komprehensiI tetapi bila suatu alat
ukur mengikutsertakan pula item-item yang tidak relevan dan berkaitan
dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka validitas alat ukur tersebut tidak
dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang sesungguhnya.Apakah validitas
isi sebagaimana dimaksudkan itu telah dicapai oleh alat ukur, sebanyak
tergantung pada penilaian subjektiI individu. Dikarenakan estimasi validitas
ini tidak melibatkan komputerisasi statistik, melainkan hanya dengan analisis
rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan sependapat dan
sepaham dengan sejauhmana validitas isi suatu alat ukur telah tercapai.
Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan
dengan cara merinci materi kurikulum atau meteri buku pelajaran. Yaitu
sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik,
isinya telah dapat mewakili secara representatiI terhadap keseluruhan materi
atau bahan pelajaran yang harus diuji.
-. Validitas Konstruksi (Contruct validity)
Secara etimologis, kata kontruksi mengandung arti susunan, kerangka
atau rekaan. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas kontruksi apabila butir-
butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berIikir seperti
yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus.
Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut
sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. Hasil
estimasi validitas konstrak tidak dinyatakan dalam bentuk suatu koeIisien
validitas.
Dengan kata lain jika butir- butir soal mengukur aspek berIikir tersebut
sudah sesuai dengan aspek berIikir yang menjadi tujuan instruksional.
Sebagai contoh jika rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK),
'Siswa dapat mengenal tata cara memandikan mayat, maka butir soal pada
tes merupakan perintah bagaimana cara memandikan mayat dengan baik.
B. Pengujian Validitas Tes secara Empiris
Istilah 'Validitas empiris memuat kata 'empiris yang artinya 'pengalaman
sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari
pengalaman. Yang dimaksud dengan validitas empiris adalah ketepatan mengukur
yang didasarkan pada hasil analisis yang bersiIat empirik. Sedangkan menurut Ebel
bahwa Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara
skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung
dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
Jadi empirical validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan
antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan
langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran. Bertitik tolak dari itu
maka tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas empirik apabila
berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data hasil pengamatan dilapangan,
terbukti bahwa tes hasil belajar itu dengan secara tepat telah dapat mengukur hasil
belajar yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes hasil belajar tersebut.
Untuk menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas empirik ataukah
belum dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu segi daya ketepatan meramal
(prediktiI validity), dan daya ketepatan bandingannya (concurren validity).
Validitas Ramalan (Predictive Validity)
Setiap kali kita menyebutkan istilah 'ramalan maka didalamnya akan
terkandung pengertian mengenai 'sesuatu yang bakal terjadi masa yang akan
datang ' atau sesuatu yang pada saat sekarang belum terjadi dan baru akan
terjadi pada waktu-waktu yang akan datang. Apabila istilah ramalan dikaitkan
dengan validitas tes maka yang dimaksut dengan validitas ramalan dari suatu
tes adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah
dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan
apa yang bakal terjadi pada masa yang akan datang.
Menurut Suharsimi memprediksi artinya meramal, dengan meramal
selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila
mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi masa yang
akan datang.
Jadi pada dasarnya tes yang dilakukan adalah dengan memberikan
bentuk soal, item dan syarat yang diberikan harus memiliki tujuan akhir yang
akan ditempuh sehingga proses atau hasil yang dicapai dapat diprediksi
sebelumnya.
Contoh seperti seseorang yang akan masuk ke SMU/ SMK harus
mengikuti tes tulis baca al-Qur`an sehingga hasil yang diperoleh akan dapat
memprediksi apa yang akan dihadapi siswa kelak dalam proses belajar
mengajar kalau siswa yang telah mengikuti tes yang baik dan mendapat nilai
dan kreteria yang telah ditetapkan maka diramalkan akan dapat mengikuti
pelajaran agama dengan baik, begitupula jika hasil tes yang dilakukan tidak
dapat dijawab siswa maka siswa nanti akan sulit mengikuti pelajaran agama
dengan baik.
Validitas Bandingan (concurrent validity)
Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas
bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara
tepat telah mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah antara tes
pertama dengan tes berikutnya. Menurut Suharsimi dalam hal ini tes
dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang
telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada.
Validitas bandingan juga sering dikenal dengan istilah : validitas sama
saat, validitas pengalaman atau validitas ada sekarang. Dikatakan sama saat
sebab validitas tes itu ditentukan atas dasar data hasil tes yang pelaksanaannya
dilakukan pada kurun waktu yang sama. Dikatakan validitas pengalaman
sebab validitas tes tersebut ditentukan atas dasar pengalaman yang telah
diperoleh. Adapun dikatakan sebagai validitas ada sekarang sebab setiap kali
kita menyebut istilah pengalaman maka istilah itu akan selalu kita kaitkan
dengan hal-hal yang telah ada atau hal-hal yang telah terjadi pada waktu yang
lalu, sehingga data mengenai pengalaman masa yang lalu itu pada saat ini
sudah ada di tanggan .
Jadi dalam rangka menguji validitas bandingan, data yang
mencerminkan pengalaman yang diperoleh masa yang lalu itu, kita
bandingkan dengan data hasil tes yang diperoleh sekarang ini. Jika hasil tes
yang ada sekarang ini mempunyai hubungan searah dengan hasil tes
berdasarkan pengalaman yang lalu, maka tes yang memiliki karakteristik
seperti itu dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan.
Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatiI yang
disusun sudah valid atau belum. Untuk itu diperlukan sebuah kriterium masa
lalu yang sekarang datanya dimiliki. Misalnya nilai ulangan harian atau nilai
ulkangan sumatiI yang lalu.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas
Menurut Retno ada beberapa hal yang mempengaruhi validitas alat pengukur sebagai
berikut :
1. Faktor di dalam tes itu sendiri, diantaranya :
1.1. Petunjuk pengerjaan tes yang tidak jelas.
1.2. Istilah / kata- kata dan susunan kalimat dalam item (soal) terlalu sukar.
1.3. Tingkat kesukaran dari item- item tes yang tidak memenuhi syarat.
1.4. Susunan item tes yang kurang baik.
1.5. Kekaburan dalam statemen (pernyataan/ungkapan) yang menyebabkan
salah taIsir.
1.6. Kualitas dari item- item tes yang tidak memadai untuk mengukur hasil
belajar.
1.7. Tes terlalu pendek.
1.8. Cara menyusun item- item tes tidak runtut.
1.9. Dalam tes objektiI pola susunannya, urutan jawaban mudah ditebak.
2. Faktor -erfungsinya isi dan prosedur mengajar.
3. Faktor dalam respon siswa, ini terjadi jika :
3.1. Siswa mengalami gangguan emosional dalam menjawab tes.
3.2. Siswa hanya cendrung menerka-nerka dalam menjawab tes.
4. Faktor dalam mengadministrasi tes dan pem-ijian.
4.1. Karena kurang waktu.
4.2. Karena siswa mendapat 'pertolongan yang tidak sah.
4.3. Cara pembijian hasil tes yang tidak reliabel.
4.4. Gangguan situasi sekitar pada saat tes.
. Status dari kelompok dan kriterium.
5.1. Tes yang cukup valid untuk kelompok tertentu belum tentu valid untuk
kelompok lain, karena Iaktor usia, jenis kelamin, tingkat kemampuan,
latar belakang pendidikan dan kebudayaan,
5.2. Penggunaan kriterium dalam menilai kooIisien validitas, kita harus
mempertimbangkan hakekat penggunaan kriterium.
2.2 Relia-ilitas
Reliabilitas merupakan penterjemahan dari kata reliability yang berasal dari
kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai
pengukuran yang reliabel. Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang
relatiI sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar,
2001).
Reliabilitas artinya adalah tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran.
Kadangkadang reliabilitas disebut juga sebagai keterpercayaan, keterandalan,
keajegan, konsistensi, kestabilan, dan sebagainya, namun ide pokok dalam konsep
reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauh
mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan pengukuran (measurement
error).
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka
yang disebut koeIisien reliabilitas Suatu alat pengukur dikatakan reliable bila alat itu
dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan
hasil yang sama. Jadi alat yang reliable secara konsisten memberi hasil ukuran yang
sama. Dalam suatu percobaan kita biasanya mengadakan pengukuran sebelum dan
sesudah percobaan itu.
Bila terdapat perbedaan, maka itu dianggap bahwa perubahan yang terjadi itu
adalah pengaruh variable eksperimen. Untuk itu tentu diperlukan alat pengukuran
yang reliable, sehingga dapat diketahui adanya perubahan dan besarnya perubahan
sebagai akibat variable eksperimen itu. Kalau alat itu tidak reliable jadi tidak
konsisten, sehingga tiap kali memberi hasil yang berlainan, maka tidak ada jaminan
bahwa perbedaan hasil pngukuran sebelum dan sesudah eksperimen itu terjadi atas
pengaruh variable eksperimen itu. Karena itu reliabilitas alat itu merupakan syarat
mutlak untuk menentukan pengaruh variable yang satu lagi.
Di samping itu, reliability ini juga merupakan syarat bagi validitas suatu tes.
Tes yang tidak reliable dengan sendirinya tidak valid. Jika tes itu tidak reliable, jadi
senantiasa menunjukkan hasil yang berbeda-beda, dapat disangsikan pula
validitasnya. Bila suatu tes inteligensi sewaktu mengukur inteligensi seseorang
menghasilkan IQ yang berbeda-beda sekali, maka reliabilitas maupun validitas tes itu
akan sangat diragukan. Reliabilitas instrument atau alat pengukur biasanya diujikan
pada sejumlah besar sampel.
Instrument yang reliable merupakan alat untuk mengetahui adanya perubahan
antara skor sebelum dan sesudah percobaan. Dianggap bahwa perubahan itu terjadi
atas pengaruh variable eksperimen itu, malah dapat dianggap bahwa perubahan itu
disebabkan oleh variable eksperimen itu. Walaupun tidak dapat dibuktikan bahwa
antara variable eksperimen dan perubahan terdapat hubungan sebab-akibat, namun
dapat mendukung anggapan itu
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam reliabilitas adalah:
a. Sebelum mengadakan tes harus diperhatikan terlebih dahulu keadaan Iisik dan
lingkungan di sekitar testi
b. Jika korelasi mendekati satu atau kurang dari satu maka ketetapannya reliable tapi
kalau korelasi lebih dari satu maka tidak reliable

2.3 Kesukaran
Tingkat kesukaran dalam suatu tes merupakan suatu hal yang perlu
dipertimbangkan, karena tes psikologis berbeda dengan tes hasil belajar. Jika soal
yang diberikan dalam tes psikologis terlalu mudah, maka semua akan dijawab dengan
baik. Tapi tidak akan bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya begitu juga dengan
soal yang begitu rumit.
Misalnya pada tes intelegensi (IQ) yang sudah ditentukan tingkat kesukarannya untuk
umur tertentu, soal tes IQ untuk murid SD akan berbeda dengan murid SMP.
Kesukaran item dideIinisikan sebagai persentase manusia yang menjawab item
dengan benar.Kesukaran item ditentukan beberapa hal antara lain umur siswa. Dalam
keadaan lain kesukaran item digunakan untuk menentukan tingkatan, tujuan testing
untuk membedakan antara siswa yang memiliki berbagai tingkat pengetahuan
mengenai suatu subyek.


2.4 Diskriminasi
Dalam analisis beda, arah kecendrungan alternatiI jawaban pada item dipilih
menjadi dua, jawaban satu dan dua. Pembagian arah jawaban tes tidak mengandung
arti bahwa jawaban satu lebih baik daripada jawaban dua. Pembagian tersebut hanya
sebagai kode. Bila kemungkinan jawaban suatu item terdiri dari dua alternatiI, maka
penentuan arah jawaban dapat dilakukan dengan mudah

2.. Balance
Suatu tes yang baik harus seimbang. Semua aspek yang akan di ukur tak hanya
menumpuk pada suatu item tertentu hingga hasil tes dapat mengukur apa yang akan
diukur dan dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya yang harus diungkapkan.

2.6 Efisiensi dan O-jektivitas
EIisiensi dapat berarti waktu yang diperlukan untuk menjawab item-item atau
pertanyaan dalam melaksanakan tes dipergunakan dengan secepat mungkin
Objetivitas berarti dalam pelaksanaan tes seharusnya diperoleh skor yang sesuai
dengan kemampuan testi atau bersiIat apa adanya (objektiI)
Penilaian dengan objektivitas disebut dengan penilaian objektiI. Suatu tes
yang objektiI akan memberikan hasil yang sama bila dinilai oleh tester yang berbeda.
Tipe tes yang objektiI yang paling lazim adalah beri pertanyaan multiple choice,
semua jawabannya bersiIat khas dan telah ditentukan sebelumnya. Tipe lainnya yaitu
tes yang berisi pertanyaan-pertanyaan 'true and Ialse dimana seseorang akan mengisi
blangko dengan suatu cara atau ungkapan-ungkapan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tipe lain misalnya:
a. Multiple choice item
Multiple choice item terdiri dari stem dan nomor respon yang
mungkin. Stem mungkin kalimat yang tidak lengkap atau pertanyaan.
Jika stem merupakan kalimat yang tidak lengkap, tugas siswa adalah
melengkapi dengan pernyataan yang paling tepat. Jika item merupakan
pertanyaan, kita harus memberikan alternatiI jawaban yang mungkin.
Siswa disuruh memilih alternatiI yang benar atau paling tepat.
AlternatiI jawaban terdiri dari jawaban yang benar dan beberapa
pengecoh.
-. True -False item
True False item adalah kalimat deklarative, siswa menilai pernyataan
yang disajikan benar atau salah. Erdapat beberapa argumen mengenai
True-False item ini; pertama True-False item ini hanya dapat
mengukur pengetahuan saja. Argumen kedua True-False item bersiIat
ambigo. Seringkali ke ambigo-an ini dirasakan oleh siswa yang tidak
mempunyai pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjawapab item.
Argumen ketiga pendidik yakin bahwa siswa dapat memperoleh skor
tinggi dengan menebak, karena hanya dua pilihan maka siswa
mempunyai kesempatan 50 untuk mendapatkan jawaban benar atau
salah dengan menebak.
c. Matching Item
Matching terdiri dari dua paralel daItar, yang satu berisi stimulus atau
stem yang lain berisi respon yang mngkin.Tugas siswa adalah
mencocokkkan bentuk dari dua daItar, hal ini adalah menyeleksi
respon ang paling cocok untuk setiap stimulus. Stimulus dapat
menggunakan pernyataan verbal. Bagaimanapun, matching item
cocock untuk beberapa tipe materi.
d. Short answer
Short answer memberikan beberapa tipe item yang akan direspon
siswa dengan kata, phrase, kalimat, simbol atau nomer. Short-answer
item yang sering digunakan adalah melengkapi item dengan kalimat
atau beberapa kata yang hilang.
e. Essay Question.
Essai question terdiri dari pernyataan, seringkali beberapa kalimat
panjang yang menggambarkan situasi dan atau problem. Tugas siswa
adalah menulis essay untuk menjawab problem yang dituju. Jawaban
ini mungkin satu paragraI atau beberapa halaman. Perbedaan antara
short answer dengan essay question adalah panjangnya respon yang
dibutuhkan. Pada essay question lebih ditekankan pada
mengorganisasikan dan menggabungkan materi. Problem dapat
dilakukan pendekatan dengan berbagai cara.
f. Problems
Dalam beberapa cara problem memberikan Iungsi yang sama dalam
kursus matematika dan science sebagai essay question yang dikerjakan
dalam studi sosial dan kursus humanity. Situasi dan atau beberapa
inIormasi disajikan dan tugas siswa adalah memberikan solusi.

2.7 Kespesifikan
Suatu tes psikologis dilakukan untuk dapat mengungkapkan kompetensi
seseorang, seperti tes intelegensi harus dapat mengungkapkan kemampuan dasar dan
intelegensi orang tersebut, demikian juga dengan tes bakat yang harus mampu
mengungkapkan bakat yang dimiliki seseorang.

2.8 Kecepatan
Mengacu kepada waktu dalam pelaksanaan tes. Waktu dalam pelaksanaan tes
itu tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat. Untuk menentukan tes yang baik dan
eIisien maka dapat dipertimbangkan melalui try out.









DAFTAR PUSTAKA
Dewa Ketut Sukardi. 1997. Analisis Tes Psikologis. Jakarta: Rinneka Cipta.
Azwar, SaiIuddin., #eliabilitas dan Jaliditas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2003.
Anas Sudijono., !engantar Evaluasi !endidikan, Jakarta, PT Raja GraIindo
Persada, 2007, hlm,93
Arikunto, Suharsimi., asar-asar Evaluasi !endidikan, Jakarta, PT.Bumi
Aksara, 2006, edisi Revisi
Darsono, Max., Belafar dan !embelafaran, Semarang, IKIP Semarang Press,
2000.
Deni.K., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya, Putra Hasan, 2002,
hlm.666
K, Deni., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya, Putra Hasan, 2002,
Khairon Rosyadi., !endidikan !rofetik, Jakarta, Pustaka Pelajar OIIset, 2004
Max Darsono., Belafar dan !embelafaran, Semarang, IKIP Semarang Press,
2000
Rosyadi, Khairon., !endidikan !rofetik, Jakarta, Pustaka Pelajar OIIset, 2004,
SaiIuddin, Azwar., #eliabilitas dan Jaliditas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai