Anda di halaman 1dari 27

ASESMENT TEKNIK TES : TES BAKAT

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asessmen Psikologi : Teknik Tes


yang dibina oleh Ibu Irene Maya Simon, S.Pd, M.Pd

Di Susun Oleh :
1. Maria Sita Putri K (200111600438)
2. Prisca Aulia Agustin (200111600471)
3. Siti Aisyah (200111600462)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
OKTOBER 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Asesmen Teknik Tes : Tes Bakat ” dengan baik dan
tepat waktu.
Makalah ini dibuat dalam rangka meningkatkan pemahaman dalam
pembelajaran mata kuliah Asesmen Psikologi : Teknik Tes. Pemahaman tentang
“Asesmen Teknik Tes : Tes Bakat ” sangat diperlukan dengan tujuan agar kita
dapat mengetahui mengenai Tes Bakat sekaligus memperdalam wawasan.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Irene Maya Simon, S.Pd,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Asesmen Psikologi : Teknik Tes. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan bimbingan dari ibu dan kami berharap pembaca juga dapat
memberi kritik dan saran yang dapat membangun agar untuk menjadikan makalah
ini lebih baik lagi. 

Malang, 3 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6

2.1 Sejarah Perkembangan Tes Bakat........................................................6

2.2 Pengertian Tes Bakat..............................................................................8

2.3 Tujuan Tes Bakat....................................................................................8

2.4 Jenis-jenis Tes Bakat...............................................................................9

2.5 Langkah-langkah Penggunaan Tes Bakat..........................................21

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Tes Bakat...............................................22

2.7 Studi Kasus............................................................................................24

BAB III PENUTUP..............................................................................................26

3.1 Kesimpulan............................................................................................26

3.2 Saran.......................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asesmen adalah hal yang sangat penting bagi bimbingan dan
konseling. Semua layanan bimbingan konseling mesti berpangkal dari hasil
asesmen yang memadai. Data hasil asesmen yang memadai dapat menjadi
dasar melakukan bantuan yang tepat dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Tanpa asesmen yang berkualitas tidak akan ada program
bimbingan dan konseling komprehensif, berkualitas, dan mampu mencapai
tujuan layanan dengan tuntas, baik dalam fungsi kuratif, maupun perseveratif,
apalagi fungsi pengembangan (developmental) dan pencegahan (preventif).
Salah satu instrumen dalam kegiatan asesmen adalah tes. Teknik tes
diberikan dengan menyelenggarakan program testing untuk mengetahui
potensi atau kemampuan klien. Dalam kode etik profesi BK disebutkan bahwa
dalam BK terdapat layanan informasi, testing dan riset. Dengan demikian,
testing merupakan aspek yang dipandang urgen dan perlu untuk dilakukan
dengan dasar pemikiran bahwa hasil testing dapat melengkapi hasil non
testing. Adapun macam tes yang ada pada assesmen teknik tes adalah tes
intelegensi , tes bakat , tes minat dan tes kepribadian. Dimana tes-tes tersebut
diimplementasikan pada proses bimbingan dan konseling yang pada dasarnya
sangat membutuhkan data melalui assesmen-assesmen yang ada. Dalam
makalah ini akan dibahas lebih jauh tentang tes bakat melalui pembentukan
pemahaman mengenai arti, manfaat, cara penggunaan dan kelebihan serta
kekurangan dari tes bakat itu sendiri.
Tes bakat muncul karena pemikiran para psikolog bahwa tes
inteligensi hanya mengukur aspek tertentu dari inteligensi, dimana hal ini saja
tidaklah cukup karena tidak semua aspek penting terwakili karena cakupannya
yang agak terbatas. Bahkan sebelum PD I, para psikolog mulai mengakui
perlunya tes-tes bakat khusus untuk digunakan dalam konseling pekerjaan

4
serta dalam seleksi dan klasifikasi personil industri dan militer.
Sehingga beberapa tes kemudian dimodifikasi menjadi tes bakat, misalnya
pada tahun 1920-an sejumlah tes inteligensi berubah menjadi tes bakat
sekolah. Aplikasi praktis tes selanjutnya menunjukkan perlunya
dikembangkan tes multi bakat (multiple aptitude tes) karena sarana untuk
menyusun tes semacam ini telah tersedia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah peerkembangan tes bakat?
2. Apa pengertian tes bakat?
3. Apa saja tujuan tes bakat?
4. Apa saja jenis-kenis tes bakat?
5. Bagaimana langkah – langkah penggunaan tes bakat?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan tes bakat?
7. Bagaimana contoh studi kasus dari tes bakat?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan tes bakat
2. Untuk mengetahui pengertian tes bakat
3. Menjelaskan tujuan tes bakat
4. Menjelaskan jenis-jenis tes bakat
5. Mengetahu langkah – langkah penggunaan tes bakat
6. Menelaah kelebihan dan kekurangan tes bakat
7. Memahami contoh studi kasus tes bakat

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Tes Bakat


Menurut (Goeritno, 2008) sejarah perkembangan tes bakat dimulai dari
Kemunculan konsep inteligensi pada tahun 1916 ketika para ahli psikologi
dari Stanford University yaitu Lewis Terman menterjemahkan tes inteligensi
yang diciptakan oleh Alfred Binet dan Theodore Simon. Tes tersebut diberi
nama sesuai dengan nama penyusunnya yaitu Stanford – Binet Intelligence
Scale. Dalam instrument ini, Terman menggunakan perbandingan antara
mental age dan chronological age. Konsep inilah yang untuk selanjutnya
menjadi konsep IQ atau Intelligence Quotient.
Konsep mental – choronological age nampaknya lebih sesuai untuk anak-
anak, namun kurang sesuai untuk orang dewasa. Problem ini masih menjadi
perdebatan diantara para ahli sampai saat ini. Saat ini, inteligensi diukur
menurut deviasi atau penyimpangan dengan standar skore atau norma yang
ada.
Tes inteligensi berusaha untuk mengukur inteligensi seseorang, yaitu
kecakapan dasar seseorang untuk memahami dunia sekitar, berusaha
melakukan asimilasi atas fungsinya, dan mengaplikasikan pengetahuan yang
diperoleh untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Inteligensi yang diukur
sebenarnya adalah ‘potensi’, dan bukan mengukur apa yang telah diperlajari
seseorang(sebagaimana dalam tes prestasi).
Tes inteligensi sebagai tes yang dianggap satu-satunya tes yang mampu
membedakan kemampuan umum dari masing-masing orang, ternyata dalam
perkembangannya dianggap sangat terbatas dalam memahami akan
kemampuan seseorang. Misalnya, secara empiris diketemukan bahwa dua
orang atau lebih yang mempunyai inteligensi sama, dapat memperlihatkan
penampilan yang berbeda. A dan B keduanya mempunyai IQ = 100, tetapi A
mahir sekali berhitung; sedangkan B kurang mampu. A dengan mudah dapat
menyelesaikan tugas-tugas di bidang teknik, sedangkan B gagal. Tentunya hal

6
ini ada suatu struktur tertentu pada diri A yang berbeda dengan B. Struktur
yang sesuai dengan situasi seperti yang dihadapi oleh A akan sangat
menguntungkan baginya, dibandingkan B. Maka para ahli berpendapat bahwa
perlunya suatu alat pengukur lain selain tes inteligensi, yang dapat
menggambarkan perbedaanperbedaan khusus tersebut.
Dengan kata lain, tes inteligensi umum lama-kelamaan dianggap terbatas
dalam mengungkap kemampuan seseorang, dan cenderung hanya
mengungkap keberhasilan orang di dalam pendidikan formal, sehingga
terkadang tes inteligensi umum disebut Scholastic Aptitude Test. Selain
keterbatasannya dalam mengungkap kemampuan seseorang, tes inteligensi
juga kurang dapat menggambarkan kemampuan-kemampuan khusus yang ada
pada masingmasing individu. Skor inteligensi inilah yang pada awalnya
menjadi satusatunya indikator untuk menentukan keberhasilan seseorang
dalam suatu bidang namun tidak berhasil menjelaskan mengapa seseorang
lebih berhasil pada satu bidang dan gagal pada bidang yang lain. Dengan
adanya kelemahan-kelemahan tersebut dirasakan oleh para ahli perlunya
suatu alat tes lain yang dapat mengukur atau mengungkap aspek-aspek
kemampuan khusus yang ada pada seseorang disamping kemampuan umum.
Pada awalnya, pembuatan tes bakat diprakarsai oleh salah satu ahli yang
bernama A. Munsterberg (Simposium Sehari mengenai Inteligensi, Bakat dan
“Test IQ”; 1979). Mula-mula dipakainya pada masa Perang Dunia I untuk
seleksi pilot, pengemudi, kemudian meluas ke bidang pendidikan, pekerjaan,
maupun industri. Munculnya tes bakat pada dasarnya dimulai dengan
diketemukan metode analisis faktor yang dimungkinkan untuk mendapatkan
sekelompok sifat-sifat tertentu yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu
bakat tertentu, yang pada akhirnya menjadi dasar teoritis pembentukan
bermacammacam tes bakat. Teknik ini mula-mula dirintis oleh Pearson dan
Spearman pada tahun 1945.

7
2.2 Pengertian Tes Bakat
Tes bakat adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan
potensial seseorang dalam suatu jenis aktivitas dispesialisasikan dan dalam
rentangan tertentu. Dalam pengertian tes bakat ini, Freeman mengatakan
bahwa: “An aptitude test, therefore, is one designed to measure a person’s
potential ability in an activity of a specialized kind and within a restricted
range” . Dasar dari tes bakat adalah membandingkan profil nilai seseorang
dengan profil nilai orang lain yang dianggap berkemampuan tinggi mengenai
bidang tertentu. Dengan cara menyimpulkan kekuatan atau kelemahannya,
maka dapat terukur kadar bakat yang dimiliki oleh seseorang.
Bakat diukur dengan tes bakat. Menurut (Candiasa, 2017), tes bakat
dikembangkan untuk menutupi kelemahan dari tes kecerdasan atau
inteligensi. Tes inteligensi memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan yang
bisa dicakup. Hal ini sudah disadari oleh para ahli jauh hari sebelum tes bakat
ganda dikembangkan. Tes inteligensi berkonsentrasi pada fungsi abstrak,
meliputi penggunaan simbol-simbol verbal atau numerik, sehingga
kepentingan yang lebih khusus, yang menyangkut kemampuan yang lebih
konkrit atau praktis terlupakan. Kesenjangan tersebut diatasi dengan tes bakat
khusus. Kepentingan seleksi sekolah kejuruan dan penanganan konseling
memacu pengembangan tes untuk mengukur bakat mekanik, bakat
administrasi, bakat musik, bakat seni, serta bakat-bakat di bidang lainnya.
Bahkan untuk seleksi karyawan di bidang tertentu masih memerlukan tes
bakat yang lebih khusus lagi, seperti tes bakat pengamatan, pendengaran, dan
ketangkasan. Seleksi karyawan untuk bidang industri atau seleksi anggota
militer memerlukan kecerdasan pengamatan, pendengaran, dan ketangkasan.

2.3 Tujuan Tes Bakat


Menurut Goeritno (2018). Tujuan dilakukannya tes bakat adalah untuk
dapat melakukan diagnosis dan prediksi tentang potensi yang dimiliki
sehingga dapat membantu untuk melakukan analisa terhadap permasalahan
yang dihadapi di masa kini dan membuat prediksi yang lebih cermat.

8
Permasalahan tersebut bisa dalam bidang pendidikan, klinis, maupun
industri. Dengan mengetahui bakat yang dimiliki seseorang maka keputusan-
keputusan yang diambil pun bisa lebih cermat.
Secara lebih spesifik sebenarnya tes bakat memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut :
1. Menjadi suatu prediktor yang tepat untuk keberhasilan dalam bidang
pendidikan di masa yang akan datang.
2. Memberikan suatu cara untuk membandingkan antara prestasi seorang
anak dengan anak lain dalam situasi yang sama.
3. Melihat perbedaan antar individu.
4. Mengungkap kemampuan-kemampuan yang tersembunyi berkaitan
dengan bakat yang dimiliki guna meningkatkan kesempatan mereka
dalam bidang pendidikan.
5. Merupakan suatu alat yang sangat bermanfaat dalam bidang pekerjaan
dan untuk menangani anak-anak yang mengalami hambatan atau
keterbatasan.

2.4 Jenis-jenis Tes Bakat


Tes Bakat DIkelompokkan Secara garis besar tes bakat dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar(Widiawati, 2009), yaitu :
a. Special Aptitude Test Special Aptitude Test atau Single Aptitude Test
atau tes bakat khusus, yakni tes yang hanya mengukur satu bakat khusus
tertentu. Beberapa jenis tes dalam kelompok ini adalah :
1) Tes Sensori, yaitu tes yang mengungkap kemampuan indera.
Misalnya Tes Ketajaman Penglihatan atau Color Vision Test.
2) Tes Artistik, yaitu tes yang mengungkap bakat seni, misalnya Horn
Art Aptitude Inventory. Tes ini ditujukan untuk orang dewasa,
dimana tugasnya adalah membuat sketsa benda umum, gambar
geometris, sketsa serangkaian garis dasar pada kerangka persegi
panjang.

9
3) Tes Klerikal, yaitu tes yang mengungkap kemampuan klerikal.
Misalnya Minnesota Clerical Test, yaitu tes seleksi pekerjaan yang
mengharuskan adanya kecepatan melihat dan mengendalikan simbol.
Tes ini terdiri dari dua bagian, yaitu :

4) Tes Kreativitas, yaitu tes yang mengungkap kreativitas. Misalnya


Torrance Test.
Tes kreativitas pertama yang dikonstruksi di Indonesia pada tahun
1977 ialah tes kreativitas verbal (mengukur kemampuan berpikir
divergen) dan skala sikap kreatif. Tes ini terdiri dari enam sub tes,
yaitu :
a) Permulaan kata
Pada sub tes ini subyek harus memikirkan sebanyak mungkin
kata yang mulai dengan susunan huruf tertentu sebagai
rangsangan. Tes ini mengukur kelancaran dengan kata, yaitu ke
mampuan untuk menemukan kata yang memenuhi persyaratan
struk tural tertentu.
b) Menyusun kata
Pada sub tes ini subyek harus menyusun sebanyak mungkin kata
dengan menggunakan huruf-huruf dari satu kata yang diberikan
sebagai rangsangan. Tes ini mengukur kelancaran kata, tes ini
juga menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi.
c) Membentuk kalimat tiga kata
Pada sub tes ini, subyek harus menyusun kalimat yang terdiri
dari tiga kata, huruf pertama untuk setiap kata diberikan sebagai
rangsangan, akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf
tersebut boleh berbeda-beda, menurut kehendak subyek.
d) Sifat-sifat yang sama

10
Pada sub tes ini, subyek harus menemukan sebanyak mungkin
obyek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes
ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan
gagasan, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan
yangmemenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas.
e) Macam-macam penggunaan
Pada sub tes ini subyek harus memikirkan sebanyak mungkin
penggunaan yang tidak lazim dari benda sehari-hari. Tes ini
merupakan ukuran dari kelenturan dalam berpikir, karena dalam
tes ini subyek harus melepaskan diri dari kebiasaan melihat
benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja. Ke cuali
mengukur kelenturan dalam berpikir, tes ini juga mengukur ori
sinalitas dalam berpikir, orisinalitas ditentukan secara statis tik,
dengan melihat kelangkaan jawaban yang di berikan.
f) Apa akibatnya.
Pada sub tes ini subyek harus memikirkan segala sesuatu yang
mungkin terjadi dari suatu kejadian hipotetis yang telah
ditentukan sebagai rangsangan. Kejadian atau peristiwa itu
sebenarnya tidak mungkin terjadi di Indonesia, tetapi dalam hal
ini subyek harus mengumpamakan, andaikata hal itu terjadi di
sini apa akibatnya ?. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran
dalam memberi gagasan digabung dengan elaborasi, diartikan
sebagai kemampuan untuk dapat mengembangkan suatu ga
gasan, merincinya, dengan mempertimbangkan macam-
macamimplikasi.
5) Tes Kraepelin dan Pauli, yaitu tes yang mengungkap kemampuan
seseorang dalam bekerja. Bentuk tes berupa satu lembar kertas dobel
kuarto memanjang bolak-balik terdiri atas 4 halaman. Halaman 1
untuk menuliskan identitas subyek dan contoh tes. Halaman 2 dan 3
berisi soal. Halaman 4 untuk scoring, grafi k dan interpretasi.
Lembar tes dalam ben tuk terpakai habis. Tes berujud angka-angka

11
sederhana yaitu 1 – 9. Subyek diminta untuk menjumlahkan angka-
angka secara berurutan dari bawah ke atas untuk dua angka yang
berdekatan tanpa ada angka yang dilewati.
Tes ini dapat disajikan secara individual maupun klasikal. Waktu
keseluruhan yang diperlukan kurang lebih 20 menit. Perinciannya
adalah pengisian identitas subyek 4 menit, instruksi 2 menit, latihan 1
menit, dan mengerjakan soal 12,5 menit. Setiap deret diberi waktu 15
detik, dan setiap 15 detik ada aba-aba untuk segera pindah
mengerjakan deret yang berikutnya, sampai 50 kali pindah deret (tes
kraeplin versi UGM). Sedangkan tes kraeplin versi UI, setiap deret
diberi waktu 30 detik, dan setiap 30 detik ada aba-aba untuk segera
pindah mengerjakan deret yang berikutnya sampai 45 kali pindah
deret. Tes ini digunakan untuk semua kepentingan yang memerlukan
pengukuran terhadap aspek kecepatan kerja, ketelitian kerja, ke ajegan
kerja, dan ketahanan kerja. Biasanya sangat sering digunakan untuk
kepentingan seleksi, promosi dan mutasi dalam bidang kerja dan
jabatan (psikologi Industri). Kadang-kadang bidang psikologi lainnya
juga menggunakan tes ini, seperti psikologi pendidikan, klinis, dan
bidang yang lain yang disesuaikan dengan kepentingannya.
b. Multiple Aptitude Batteries Multiple Aptitude Batteries yaitu tes bakat
yang mengukur bermacam-macam kemampuan, seperti pengertian
bahasa, kemampuan angka-angka, penglihatan keruangan, penalaran
dalam berhitung, kecepatan dan ketepatan dalam persepsi. Jenis-jenis dari
kelompok ini, yaitu Differential Aptitude Test (DAT) atau Tes Bakat
Diferensial, General Aptitude Test Batteries (GATB) dan Flanagan
Aptitude Classification Test (FACT).
1) Differential Aptitude Test (DAT) atau Tes Bakat Diferensial
Tokoh G. Bennet, H.G Seashore, A. G. Wesman
Tahun 1947
Teori Multiple Factors dari Thurstone
Tujuan Untuk kebutuhan konseling pendidikan dan vokasional

12
(kejuruan).
Testee Siswa 8 – 12 tahun ; mahasiswa ; karyawan
Differential Aptitude Tests (DAT) atau Tes Bakat Diferensial adalah
Tes Bakat Diferensial merupakan salah satu seri Tes Multipel Bakat
yang paling banyak dipakai dalam bidang pendidikan dan kerja. Tes
Bakat Diferensial ini berbeda dengan tes intelegensi umum, juga
berbeda dengan tes hasil belajar. Walaupun tes hasil belajar juga
dirancang untuk mengukur kualitas dan kuantitas belajar dalam mata
pelajaran tertentu sesudah anak mengalami proses pengajaran dalam
periode tertentu. Tes Bakat Diferensial dirancang untuk
dipergunakan dalam konseling pendidikan bagi anak usia SMP dan
SMA. Penyusunnya adalah Bennet, Seashore dan Wesman pada
tahun 1947, yang dikembangkan di Indonesia dengan nama Tes
Bakat Diferensial.
DAT ini merupakan seri tes yang terdiri dari 7 subtes yaitu :
a) Verbal Reasoning
b) Numerical Ability
c) Abstract Reasoning
d) Space Relation
e) Mechanical Reasoning
f) Clerical Speed and Acuracy
g) Language Usage Part I - Spelling
Tes ini sebaiknya diberikan secara keseluruhan (satu seri) tapi dapat
juga diberikan satu subtes saja secara terpisah, sesuai dengan tujuan
dan aspek apa yang akan diukur. Di Indonesia pada umumnya dan
di Fakultas Psikologi UGM pada khususnya telah menggunakan tes
ini, namun karena beberapa kesulitan baru 5 subtes dari 7 subtes
tersebut yang digunakan, dengan menterjemahkan petunjuk/
instruksinya ke dalam bahasa Indonesia, dan beberapa bagian yang
dianggap perlu untuk diadaptasikan.
Kelima subtes tersebut adalah :

13
a) Numerical Abillity – Tes Berhitung (A5)
b) Abstract Reasoning – Tes Penalaran (A3)
c) Space Relation – Tes Pola (B3/C5)
d) Mechanical Reasioning – Tes Pengertian Mekanik (C4)
e) Clerical Speed and Accuracy – Tes Cepat Teliti (D4)
Sedangkan 7 subtes adalah sebagai berikut :
a) Verbal Reasoning
Tujuan: mengukur kemampuan seseorang dalam
mengabstraksikan sa atau membuat sa generalisasi dan berpikir
secara konstruktif dan tidak hanya mengukur dalam kelancaran
menggunakan kata-kata.
b) Numerical Ability (Tes Berhitung)
Tujuan: untuk melakukan prediksi dalam bidang pendidikan,
meliputi: matematika, fisika, kimia, teknik, ilmu sosial, bahasa
inggris (+ subtes Verbal Reasoning dan Language Usage Part I
dan II); bidang pekerjaan adalah meliputi: asisten laboratorium,
tata buku, statistik.
Bentuk yang tersedia: berupa buku cetakan, berukuran, setengah
folio, halaman pertama tertulis petunjuk pengerjaan, soal 40,
lembar jawaban terpisah.
Aspek yang diukur: mengukur kemampuan berpikir dan angka,
penguasaan hubungan numerik, misalnya penjumlahan yang
sederhana, sehingga tes ini disebut "arithmetic computation".
Walaupun tes ini mengukur aspek yang sederhana, bersama
dengan Verbal Reasoning dapat mengukur kemampuan belajar
secara umum (General Learning Ability). Bersama dengan
Abstract Reasoning dan Verbal Reasoning dapat mengukur
intelegensi umum.
Waktu penyajian: untuk mengerjakan 30 menit, untuk instruksi
5-10 menit.
c) Abstract Reasoning (Tes Penalaran)

14
Tujuan: dapat digunakan dilingkungan sekolah, perusahaan, dan
kegiatan sosial lainnya. Tes ini relevan untuk pelajaran atau
pekerjaan/profesi yang memerlukan persepsi hubungan antara
benda-benda.
Bentuk yang tersedia: buku cetakan, halaman depan tertulis
petunjuk pengerjaan, soal 50, lembar jawaban terpisah.
Aspek yang diukur: pengukur kemampuan penalaran individu
yg bersifat non verbal, yaitu kemampuan individu untuk dapat
memahami adanya hubungan yang logis dari figur-figur abstrak.
Waktu penyajian: untuk mengerjakan 25 menit, instruksi 5-10".
d) Space Relation (Tes Pola)
Tujuan: untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan seseorang
mengenal ruang tiga dimensi baik untuk bidang studi maupun
pekerjaan. Kemampuan ini diperlukan sekali dalam bidang
perencanaan, desain pakaran, arsitektur, seni, dekorasi, atau
bidang-bidang lain yang membutuhkan pengamatan tiga
dimensi.
Bentuk yang tersedia: (a) tes pola yang diperbanyak oleh
fakultas psikologi ialah edisi tahun 1952. Tes ini berupa buku
cetakan, halaman pertama tertulis petunjuk pengerjaan, soal 40,
lembar jawaban terpisah. (b) ada edisi 1961, soal 60, dengan
nama Tes Ruang Bidang (C5).
Aspek yang diukur : untuk mengukur kemampuan mengenal
barang-barang konkret melalui proses penglihatan, khususnya
mengenal barang secara tiga dimensi. Butir-butir soal dibuat
agar testee dapat mengkonstruksi barang dan pola yang tersedia
secara tepat. Jadi testee harus dapat memanipulasi secara
mental, mempunyai kreasi terhadap struktur barang tertentu dan
perencanaan yang baik.
Waktu pengerjaan : untuk mengerjakan 30 menit, instruksi 5-10
menit.

15
e) Mechanical Reasoning (Tes Pengertian Mekanik)
Tujuan : mengetahui kemampuan khusus dalam bidang
kemampuan mekanik, agar dapat ditentukan jurusan studi atau
untuk memilih pekerjaan, a.l : ahli mesin, pemelihara mesin,
perakit (assembler), tukang kayu.
Bentuk yang tersedia : buku cetakan, halaman pertama tertulis
petunjuk pengerjaan, soal 68, lembar jawaban terpisah. Aspek
yang diukur : daya penalaran di bidang kerja mekanik dan
prinsip fisika. Tes pengertian mekanik ini merupakan bentuk
baru dari “Mechanical Comprehensive”, yang dibuat oleh
Bennett. Waktu pengerjaan : untuk mengerjakan 30 menit,
instruksi 5-10 menit.
f) Clerical Speed and Accuracy (Tes Cepat – Teliti)
Tujuan : untuk konseling sekolah atau untuk seleksi para
pelamar pekerjaan tertentu. Karena tes ini dapat meramalkan
produktivitas seseorang dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
rutin yang melibatkan masalah persepsi dan pemberian tanda-
tanda, maka yang terutama tes ini dibutuhkan untuk pekerjaan-
pekerjaan “clerical”. Misalnya : filing, coding.
Bentuk yang tersedia : berupa buku cetakan dalam ukuran
kuarto, satu halaman petunjuk pada halaman pertama. 2 halaman
soal bag I dan 2 halaman soal bag II. Masing-masing bagian
terdiri dari 100 soal, lembar jawaban terpisah.
Aspek yang diukur : mengukur respon subyek terhadap tugas
pekerjaan yang menyangkut kecepatan persepsi, kecepatan
respon, terhadap kombinasi huruf dan angka, ingatan yang
sifatnya tidak lama (momentary retention)
Waktu pengerjaan : untuk mengerjakan 3 menit untuk bagian I
dan 3 menit untuk bagian II. Untuk instruksi 5-10 menit.

16
Karena tes ini merupakan tes kecepatan maka sebelum testee
mengerjakan tes, tester harus yakin bahwa testee telah tahu apa
yanhg harus dikerjakan
g) Language Usage
Spelling. Tujuan : untuk mengetahui perbendaharaan kata-kata
dalam bentuk tulisan, apakah ejaan itu betul atau salah.
Sentences. Tujuan : untuk mengukur kemampuan seseorang
dalam membedakan grammer (tata kalimat) yang baik dan
kurang baik, letak koma, tanda kutip, dan penggunaan kalimat.
2) General Aptitude Test Batteries (GATB)
Tokoh Charles E. Odell dari United States Employes
Services.
Sejarah GATB digunakan sejak 1947 oleh State Employment
service, yang bergabung dengan United States
Employment Service. Sejak masa itu, GATB
dimasukan dalam program penelitian berkelanjutan,
untuk menjadikan tes tersebut akurat pada berbagai
pekerjaan yang berbeda. Karena dasar risetnya yang
luas, GATB dikenal sebagai sejumlah tes bakat
ganda akurat untuk bimbingan jurusan.
Penyajian Individual atau klasikal
Jumlah 12 subtes untuk mengukur 9 kemampuan dasar atau
bakat (aptitude)
Ada 9 macam aptitude (Nur’aeni, 2012), yaitu:
a) Apt. G - Intelligency
General learning ability; Kecakapan untuk mengerti akan
instruksi-instruksi, kecakapan berfikir dan membuat
pertimbangan-pertimbangan. Ada 3 macam tes untuk aptitude G
ini ialah Three Dimentional Space, Vocabulary and Arithmatic
Reason.
b) Apt. V - Verbal apt.

17
Kecakapan untuk mengerti arti kata-kata dan penggunaan kata-
kata tersebut secara efektif. Tes untuk mengukur aptitude ini
disebut vocabulary.
c) Apt. N - Numerical apt.
Kecakapan dalam beroperasi secara tepat dan cepat dengan
menggunakan hitung-hitungan. Tes untuk aptitude ini adalah
Computation dan Arithmatic Reason.
d) Apt. S - Spatial apt.
Kecakapan berfikir melalui visualisasi terhadap benda-benda
yang berukuran dua dan tiga dimensi. Tes yang digunakan
disebut Three Dimentional Space.
e) Apt. P - Form Perception
Kecakapan untuk melihat perbedaan dan persamaan dari
macam-macam objek yang dihadapinya dengan menggunakan
tes Tool Matching dan Form Matching.
f) Apt. C - Clarical Perception
Kecakapan untuk mengobservasi persamaan dan perbedaan dari
pasangan kata-kata atau bilangan. Tes yang digunakan disebut
Name Comparison.
g) Apt. K - Motor Coordination
Kecakapan untuk mengkoordinasikan mata dan lengan secara
tepat dan cepat dengan menggunakan tes Mark Making.
h) Apt. F - Finger Dexterity
Kecakapan untuk menggerakkan jari-jari tangan dan manipulasi
benda-benda kecil secara cepat dan menggunakan jari-jari
tangan. Tes yang digunakan disebut Assamble dan Dissable.
i) Apt. M - Manual Dexterity
Kecakapan dalam menggerakkan tangan secara mudah dan
cekatan. Kecakapan untuk bekerja dengan tangan dipergunakan
tes Place and Turn.
3) Flanagan Aptitude Classification Test (FACT).

18
Tokoh John C. Flanagan
Sejarah John C. Flanagan adalah profesor psikologi di
Universitas Pittsburg. Ia adalah direktur American
Institude for Reseach (AIR). Pada Perang Dunia II
Flanagan diminta membentuk ”The Army Air Force
Aviation Psychology Program” untuk seleksi awak
kapal. Setelah Perang Dunia II, ia membuat tes
standar untuk tes bakat bagi pekerjaan di bidang sipil
yaitu FACT dengan 14 tes. Tes dikembangkan untuk
mendapatkan sistem klasifikasi baku dalam
penentuan bakat seseorang pada tugas tertentu.
Tujuan Alat bantu untuk memprediksi keberhasilan kerja dan
perencanaan program latihan dalam rangka konseling
pekerjaan
Alat seleksi dan penempatan karyawan.
Penyajia Individual atau Klasikal
n
Jumlah 14 tes
FACT terdiri dari 19 subtes (Herdajani, 2021), yaitu:
a) Tes Inspeksi (Inspection)
Mengukur kemampuan melihat kekurangan suatu objek secara
cepat dan tepat.
b) Tes Mekanika (Mechanics)
Mengukur kemampuan memahami prinsip mekanik dan
menganalisa gerakan mekanik.
c) Tes Tabel (Tables)
Mengukur kemampuan untuk membaca tabel dan bagan secara
tepat dan akurat.
d) Tes Penalaran (Reasoning)

19
Mengukur kemampuan untuk memahami konsep dasar
matematika, menerjemahkan ide dan pelaksanaan ke dalam
notasi matematika singkat.
e) Tes Kosa Kata (Vocabulary)
Mengukur kemampuan memilih kata yang tepat untuk
menyampaikan ide pengetahuan kata seperti dalam sastra, seni
dan musik.
f) Tes Merakit (Assembly)
Mengukur kemampuan mengidentifikasi bentuk untuk suatu
bangunan atau konstruksi dari sejumlah bagian terpisah.
g) Tes Pemahaman (Judgment and Comprehension)
Mengukur kemampuan seseorang memahami suatu bacaan
berdasarkan logika dan mengambil keputusan dalam situasi
praktis.
h) Komponen (Component)
Mengukur kemampuan untuk menempatkan dan
mengidentifikasi bagian-bagian suatu komponen penting.
i) Tes Perencanaan (Planning)
Mengukur kemampuan merencanakan, mengorganisir dan
menentukan jadwal, serta kemampuan menebak masalah yang
mungkin muncul dan mengantisipasinya dalam melakukan
langkah-langkah variatif.
j) Tes Berhitung (Arithmetic)
Mengukur keterampilan seseorang dalam bekerja dengan angka
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
k) Tes Kecerdikan (Ingenuity)
Mengukur kemampuan untuk bereaksi dan menemukan
prosedur, kelengkapan dan presentasi yang baik.
l) Tes Skala (Scale)
Mengukur kecepatan dan ketepatan dalam membaca skala,
grafik dan diagram.

20
m) Tes Ekspresi (Expression)
Mengukur kemampuan seseorang untuk menyampaikan ide
lewat tulisan dan percakapan, juga untuk mengetahui bahasa
seseorang.
n) Tes Ketepatan (Precision)
Mengukur kemampuan dan ketepatan dalam menggambarkan
lingkaran kecil baik dengan menggunakan satu tangan maupun
dengan dua tangan.
o) Tes Kesiagaan (Alertness)
Mengukur kemampuan mengatasi situasi berbahaya dengan
mengidentifikasi cara penanggulangan yang diperlukan.
p) Tes Koordinasi (Coordination)
Mengukur kemampuan koordinasi gerakan tangan dan lengan
dengan cara yang tepat.
q) Tes Pola (Patterns)
Mengukur kemampuan untuk membuat garis-garis dalam bentuk
pola-pola sederhana secara cepat dan tepat.
r) Tes Kode (Code)
Mengukur kecepatan dan ketepatan dalam menentukan kode-
kode informasi dalam perkantoran.
s) Tes Ingatan (Memory)
Mengukur kemampuan mengingat kode-kode yang telah
diberikan pada tes sebelumnya.

2.5 Langkah-langkah Penggunaan Tes Bakat


1. Memberikan petunjuk umum kepada siswa tentang manfaat tes dengan
uraian dengan kata-kata yang sederhana yang berkaitan dengan tes yang
diberikan (setiap subtes).
2. Penyediaan alat-alat tulis. Jika tes dinilai dengan tangan maka usahakan
setiap siswa memiliki dua pensil atau pena.
3. Pembagian lembar jawaban yang tepat dan buku tes.

21
4. Membaca petunjuk untuk setiap subtes dalam buku tes itu sendiri.
Sedangkan siswa membaca petunjuk-petunjuk setiap subtes di  dalam
hati.
5. Pengaturan waktu pelaksaan tes untuk setiap subtes sesuai dengan batas
waktu yang telah ditetapkan(sebaiknya memakai stopwatch).
6. Pengumpulan bahan-bahan termasuk buku tes dan lembar jawaban yang
telah diisi.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Tes Bakat


Untuk kelebihan dan kekurangannya, Candiasa (2017) memaparkannya
sebagai berikut. Kelebihan dari tes bakat dapat dikelompokkan menjadi tiga
hal penting, yaitu :
a. Instruksional
Para guru atau tenaga pendidik dapat menggunakan hasil tes untuk
menyusun dan mengadaptasi kurikulum mereka sesuai dengan taraf
potensi yang dimiliki siswa atau anak-anak. Penyesuaian tidak hanya
pada kurikulum saja tetapi termasuk di dalamnya target pembelajaran,
sasaran, metode pengajaran, sistem penilaian. Dengan demikian, akan
diperoleh suatu metode belajar yang tepat guna dan tepat sasaran.
b. Administratif
Skor tes bakat juga bisa dipergunakan untuk mengidentifikasi dan
menetapkan standar nilai dari sekolah yang bersangkutan sehingga bisa
menentukan jenis program pembelajaran yang hendak diterapkan.
Misalnya sekolah tersebut hendak menetapkan diri sebagai sekolah yang
khusus bagi anak-anak yang potensinya sangat tinggi dengan
menyediakan program akselerasi.
c. Bimbingan atau Konseling
Para konselor dapat mempergunakan tes bakat untuk membantu para
orang tua guna mengembangkan harapan yang realistik terhadap prestasi
belajar anak-anak mereka di sekolah. Disamping itu juga bisa
mengetahui sisi kelebihan dan kekurangan anak-anaknya. Tes bakat juga

22
bisa digunakan untuk pedoman bimbingan dan konseling dalam memilih
studi di Sekolah atau Perguruan Tinggi. Di samping itu dapat pula
digunakan untuk menolong individu untuk memilih bidang profesi yang
akan diikuti. Seorang psikolog dan konselor di dalam melakukan
bimbingan dan konseling diharuskan memadukan hasil tes bakat dengan
tes inteligensi, tes prestasi belajar di sekolah wawancara, dan tes minat.
d. Admissions (pengakuan/rekomendasi)
Tes bakat dapat digunakan untuk memberikan rekomendasi bagi individu
yang akan mendapat latihan menjadi tenaga-tenaga yang profesional
seperti guru, ahli medis, insinyur, dan sebagainya. Di sini tes bakat hanya
merupakan salah satu sumber informasi, disamping data-data lain, untuk
memberi gambaran tentang kemampuan individu yang bersangkutan.
e. Selection for Job (Seleksi pekerjaan)
Calon karyawan perlu dikenai tes bakat dengan tujuan untuk
mendapatkan orang yang tepat pada masing-masing pekerjaan. Setiap
pekerjaan pastinya memiliki tuntutan tertentu atau persyaratan tertentu
bagi keberhasilan seseorang yang bekerja di dalamnya. Oleh karena itu
diperlukan seseorang yang memiliki kemampuan-kemampuan yang sama
dengan tuntutan pekerjaan tersebut sehingga bisa mencapai prestasi kerja
yang maksimal.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki tes bakat juga tidak menutupi kekurangan
yang dimiliki. Sebagai seseorang yang nantinya akan menggunakan tes bakat,
perlu juga mengethui keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya. Adapun
keterbatasannya adalah sebagai berikut :
a. Tes bakat hanya mengukur sampel perilaku yang ditunjukkan oleh
sampel butir tes.
b. Standardisasi tes tergantung pada keadaan sampel standardisasi. Dengan
demikian perkembangan budaya dan kemajuan teknologi akan
mempengaruhi validitas tes.
c. Reliabilitas tes jarang mempunyai koefisien sama dengan satu. Hal ini
dapat diartikan bahwa tes sama yang dilakukan pada individu yang sama

23
beberapa kali belum tentu menujukkan hasil yang sama persis. Bisa jadi
skor yang diperoleh dari pegukuran tidak menunjukkan keadaan yang
sesungguhnya.
d. Dengan melakukan pengukuran pada bakat seseorang bukan berarti telah
memahami kondisi psikologis seseorang secara komprehensif. Untuk
tujuan diagnosis dan prediksi akan lebih akurat jika dilakukan
pengukuran aspek psikologis secara komprehensif.

2.7 Studi Kasus


Abdi Putra (22) adalah seorang mahasiswa Teknik  Sipil di sebuah
Universitas Negeri di kota T***. Ia sekarang duduk di tingkat 3, semester
6. IPK nya cenderung menengah ke bawah, pas-pas makan istilah teman-
temannya. Semangat belajarnya pun senin kamis, aras-arasan, atau dengan
kata lain tergantung moodnya. Padahal jurusan teknik sipil adalah
pilihannya, dengan seleksi yang ketat, ia berhasil masuk ke sebuah
Universitas bergengsi di kotanya. Tak main-main, ia berhasil menduduki
peringkat 3 dari ratusan saingannya. Ketika itu, banyak yang menyangka,
Abdi akan menjadi mahasiswa brilian dengan prestasi akademik yang
bagus. Betapa tidak, sejak masih di bangku sekolah, Abdi pun terkenal
karena prestasi akademiknya yang memukau. Ia sering mengharumkan
nama sekolahnya dengan berbagai medali olimpiade yang
dimenangkannya. Mulai olimpiade fisika, matematika maupun kimia. Maka
tak heran, banyak yang memprediksi dan menaruh harapan besar bahwa
Abdi nantinya akan menjadi ahli Teknik yang handal, ketika ia memilih
Teknik menjadi jurusannya. Bahkan, jurusan teknik sipil ini sebenarnya
adalah rekomendasi dari salah seorang guru fisika yang dekat dengannya “
Ia akan menjadi insyinyur yang sangat berbakat”, begitu kata gurunya.
Maka Abdi pun memilih jurusan ini.
Namun, kenyataanya berbalik sempurna ketika ia masuk jurusan tersebut.
Ia bukanlah Abdi siswa yang cemerlang, melainkan menjadi Abdi
mahasiswa pemalas, tak ada semangat, dan terancam droup out. Yang

24
anehnya, Abdi tampak sangat antusias jika ia mengutak-atik komputer. Pun
ketika ia menjelajah di dunia Internet, ia sangat menikmatinya. Bahkan,
sekarang ini Abdi menjadi operator di sebuah warnet terbesar di kotanya,
suatu pekerjaan yang sangat bertolak belakang dengan kuliahnya.
Dilihat dari kasus kedua dapat disimpulkan bahwa sebenarnya
Abdi adalah seorang yang berbakat dalam hal intelektual, karena dia
merupakan seorang yang brilian dengan prestasi akademik yang bagus. Ia
sering mengharumkan nama sekolah dengan berbagai medali olimpiade
yang dimenangkannya. Mulai dari olimpiade Fisika, Kimia hingga
Matematika. Namun dalam kasus tersebut kemampuan intelektualnya justru
berbanding terbalik setelah ia duduk dibangku kuliah dengan jurusan
teknik. Ia menjadi mahasiswa yang pemalas dan tak ada semangat bahkan
sampai terancam drop out. 
Untuk kasus ini, tes bakat yang dapat dapat digunakan adalah Single
Aptitude Test dan Multiple Aptitude Test. Single Aptitude Test untuk
melihat bakat khusus dan agar bisa diketahui apa bakat yang paling
dominan. Sedangkan Multiple Aptitude Test untuk melihat apa saja
kemampuan yang dimiliki Abdi di luar dari kemampuan inteligensinya
(fisika, kimia, matematika). Seharusnya tes diberikan oleh konelor sebelum
Abdi masuk ke Jurusan Teknik Sipil. Kedua tes mampu memberitaukan
berbagai bakat yang dimiliki Abdi sehingga dia tidak akan mengalami salah
jurusan sepertipada kasus itu. Dijelaskan pula bahwa alasan Abdi masuk
karena saran guru Fisikanya. Hal ini seharusnya dihindari, karena yang
menjalankan perkuliahan adalah mahasiswa itu sendiri bukan orang lain.
Seharusnya setiap sekolah menyediakan kesempatan untuk diadakannya tes
psikologis (inteligensi, bakat, minat, dan lainnya) kepada peserta didik
yang hendak masuk ke bangku perkuliahan untuk meminimalisir ‘salah
jurusan’.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari isi makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa tes bakat adalah adalah
tes yang mengungkap bakat seseorang, yang juga merupakan kemampuan
intelligensi khusus. Tes bakat pembedaan adalah yang dibuat dengan maksud
agar dapat mengukur kemampuan mental dari beberapa faktor bukan hanya
satu faktor saja sehingga skor yang dihasilkan tidak pula hanya satu akan
tetapi ada beberapa sesuai dengan kemampuan yang diukur.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi dasar
melakukan bantuan yang tepat dalam rangka mencapai tujuan tes bakat sesuai
yang diharapkan. Karena tanpa asesmen yang berkualitas khususnya tes
bakat, tidak akan mampu mencapai tujuan layanan dengan tuntas, baik dalam
fungsi kuratif, maupun perseveratif, apalagi fungsi pengembangan
(developmental) dan pencegahan (preventif). Jadi tes bakat mutlak perlu
dalam program bimbingan dan konseling.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, Anne & Susana Urbina. 2001. Psychological Testing (7th edition). New
Jersey : Prentice Hall International.
Candiasa, I. M. 2017. ‘Pengembangan Tes Bakat Terpadu Online’, JST (Jurnal
Sains dan Teknologi), 5(2), pp. 673–682. doi: 10.23887/jst-
undiksha.v5i2.8270.
Goeritno, D. S. H. 2008. ‘Buku Tes Bakat’.
Herdajani, F. 2021. ‘Diktat Ajar Psikodiagnostik V (Tes Bakat)’, p. 436.
Nur’aeni. 2012. ‘TES PSIKOLOGI : Tes Inteligensi dan Tes Bakat’, Pustaka
pelajar: Universitas Muhammadiyah (UM) Purwokerto Press, p. 173.
Available at: https://digilib.ump.ac.id/files/disk1/21/jhptump-ump-gdl-
nuraenisps-1031-1-fulltek-u.pdf.
Nurhasnia, Dina. 2018. Bakat dan Contoh Kasus. (Online),
(https://dinanurhasnia22.blogspot.com/2018/01/bakat-dan-contoh-
kasus.html?m=1), diakses tanggal 29 Oktober 2021.
Widiawati, D. 2009. ‘Tes Bakat Tes Bakat’, pp. 1–11.
Yuardila, Radena. 2014. Makalah Assesment Tes Bakat. (Online),
(http://radenayuardila.blogspot.com/2014/11/makalah-assesment-test-
bakat.html), diakses 25 Oktober 2021.

27

Anda mungkin juga menyukai