MAKALAH
Di Susun Oleh :
1. Maria Sita Putri K (200111600438)
2. Prisca Aulia Agustin (200111600471)
3. Siti Aisyah (200111600462)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Asesmen Teknik Tes : Tes Bakat ” dengan baik dan
tepat waktu.
Makalah ini dibuat dalam rangka meningkatkan pemahaman dalam
pembelajaran mata kuliah Asesmen Psikologi : Teknik Tes. Pemahaman tentang
“Asesmen Teknik Tes : Tes Bakat ” sangat diperlukan dengan tujuan agar kita
dapat mengetahui mengenai Tes Bakat sekaligus memperdalam wawasan.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Irene Maya Simon, S.Pd,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Asesmen Psikologi : Teknik Tes. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan bimbingan dari ibu dan kami berharap pembaca juga dapat
memberi kritik dan saran yang dapat membangun agar untuk menjadikan makalah
ini lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
3.1 Kesimpulan............................................................................................26
3.2 Saran.......................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
serta dalam seleksi dan klasifikasi personil industri dan militer.
Sehingga beberapa tes kemudian dimodifikasi menjadi tes bakat, misalnya
pada tahun 1920-an sejumlah tes inteligensi berubah menjadi tes bakat
sekolah. Aplikasi praktis tes selanjutnya menunjukkan perlunya
dikembangkan tes multi bakat (multiple aptitude tes) karena sarana untuk
menyusun tes semacam ini telah tersedia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
ini ada suatu struktur tertentu pada diri A yang berbeda dengan B. Struktur
yang sesuai dengan situasi seperti yang dihadapi oleh A akan sangat
menguntungkan baginya, dibandingkan B. Maka para ahli berpendapat bahwa
perlunya suatu alat pengukur lain selain tes inteligensi, yang dapat
menggambarkan perbedaanperbedaan khusus tersebut.
Dengan kata lain, tes inteligensi umum lama-kelamaan dianggap terbatas
dalam mengungkap kemampuan seseorang, dan cenderung hanya
mengungkap keberhasilan orang di dalam pendidikan formal, sehingga
terkadang tes inteligensi umum disebut Scholastic Aptitude Test. Selain
keterbatasannya dalam mengungkap kemampuan seseorang, tes inteligensi
juga kurang dapat menggambarkan kemampuan-kemampuan khusus yang ada
pada masingmasing individu. Skor inteligensi inilah yang pada awalnya
menjadi satusatunya indikator untuk menentukan keberhasilan seseorang
dalam suatu bidang namun tidak berhasil menjelaskan mengapa seseorang
lebih berhasil pada satu bidang dan gagal pada bidang yang lain. Dengan
adanya kelemahan-kelemahan tersebut dirasakan oleh para ahli perlunya
suatu alat tes lain yang dapat mengukur atau mengungkap aspek-aspek
kemampuan khusus yang ada pada seseorang disamping kemampuan umum.
Pada awalnya, pembuatan tes bakat diprakarsai oleh salah satu ahli yang
bernama A. Munsterberg (Simposium Sehari mengenai Inteligensi, Bakat dan
“Test IQ”; 1979). Mula-mula dipakainya pada masa Perang Dunia I untuk
seleksi pilot, pengemudi, kemudian meluas ke bidang pendidikan, pekerjaan,
maupun industri. Munculnya tes bakat pada dasarnya dimulai dengan
diketemukan metode analisis faktor yang dimungkinkan untuk mendapatkan
sekelompok sifat-sifat tertentu yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu
bakat tertentu, yang pada akhirnya menjadi dasar teoritis pembentukan
bermacammacam tes bakat. Teknik ini mula-mula dirintis oleh Pearson dan
Spearman pada tahun 1945.
7
2.2 Pengertian Tes Bakat
Tes bakat adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan
potensial seseorang dalam suatu jenis aktivitas dispesialisasikan dan dalam
rentangan tertentu. Dalam pengertian tes bakat ini, Freeman mengatakan
bahwa: “An aptitude test, therefore, is one designed to measure a person’s
potential ability in an activity of a specialized kind and within a restricted
range” . Dasar dari tes bakat adalah membandingkan profil nilai seseorang
dengan profil nilai orang lain yang dianggap berkemampuan tinggi mengenai
bidang tertentu. Dengan cara menyimpulkan kekuatan atau kelemahannya,
maka dapat terukur kadar bakat yang dimiliki oleh seseorang.
Bakat diukur dengan tes bakat. Menurut (Candiasa, 2017), tes bakat
dikembangkan untuk menutupi kelemahan dari tes kecerdasan atau
inteligensi. Tes inteligensi memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan yang
bisa dicakup. Hal ini sudah disadari oleh para ahli jauh hari sebelum tes bakat
ganda dikembangkan. Tes inteligensi berkonsentrasi pada fungsi abstrak,
meliputi penggunaan simbol-simbol verbal atau numerik, sehingga
kepentingan yang lebih khusus, yang menyangkut kemampuan yang lebih
konkrit atau praktis terlupakan. Kesenjangan tersebut diatasi dengan tes bakat
khusus. Kepentingan seleksi sekolah kejuruan dan penanganan konseling
memacu pengembangan tes untuk mengukur bakat mekanik, bakat
administrasi, bakat musik, bakat seni, serta bakat-bakat di bidang lainnya.
Bahkan untuk seleksi karyawan di bidang tertentu masih memerlukan tes
bakat yang lebih khusus lagi, seperti tes bakat pengamatan, pendengaran, dan
ketangkasan. Seleksi karyawan untuk bidang industri atau seleksi anggota
militer memerlukan kecerdasan pengamatan, pendengaran, dan ketangkasan.
8
Permasalahan tersebut bisa dalam bidang pendidikan, klinis, maupun
industri. Dengan mengetahui bakat yang dimiliki seseorang maka keputusan-
keputusan yang diambil pun bisa lebih cermat.
Secara lebih spesifik sebenarnya tes bakat memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut :
1. Menjadi suatu prediktor yang tepat untuk keberhasilan dalam bidang
pendidikan di masa yang akan datang.
2. Memberikan suatu cara untuk membandingkan antara prestasi seorang
anak dengan anak lain dalam situasi yang sama.
3. Melihat perbedaan antar individu.
4. Mengungkap kemampuan-kemampuan yang tersembunyi berkaitan
dengan bakat yang dimiliki guna meningkatkan kesempatan mereka
dalam bidang pendidikan.
5. Merupakan suatu alat yang sangat bermanfaat dalam bidang pekerjaan
dan untuk menangani anak-anak yang mengalami hambatan atau
keterbatasan.
9
3) Tes Klerikal, yaitu tes yang mengungkap kemampuan klerikal.
Misalnya Minnesota Clerical Test, yaitu tes seleksi pekerjaan yang
mengharuskan adanya kecepatan melihat dan mengendalikan simbol.
Tes ini terdiri dari dua bagian, yaitu :
10
Pada sub tes ini, subyek harus menemukan sebanyak mungkin
obyek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes
ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan
gagasan, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan
yangmemenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas.
e) Macam-macam penggunaan
Pada sub tes ini subyek harus memikirkan sebanyak mungkin
penggunaan yang tidak lazim dari benda sehari-hari. Tes ini
merupakan ukuran dari kelenturan dalam berpikir, karena dalam
tes ini subyek harus melepaskan diri dari kebiasaan melihat
benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja. Ke cuali
mengukur kelenturan dalam berpikir, tes ini juga mengukur ori
sinalitas dalam berpikir, orisinalitas ditentukan secara statis tik,
dengan melihat kelangkaan jawaban yang di berikan.
f) Apa akibatnya.
Pada sub tes ini subyek harus memikirkan segala sesuatu yang
mungkin terjadi dari suatu kejadian hipotetis yang telah
ditentukan sebagai rangsangan. Kejadian atau peristiwa itu
sebenarnya tidak mungkin terjadi di Indonesia, tetapi dalam hal
ini subyek harus mengumpamakan, andaikata hal itu terjadi di
sini apa akibatnya ?. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran
dalam memberi gagasan digabung dengan elaborasi, diartikan
sebagai kemampuan untuk dapat mengembangkan suatu ga
gasan, merincinya, dengan mempertimbangkan macam-
macamimplikasi.
5) Tes Kraepelin dan Pauli, yaitu tes yang mengungkap kemampuan
seseorang dalam bekerja. Bentuk tes berupa satu lembar kertas dobel
kuarto memanjang bolak-balik terdiri atas 4 halaman. Halaman 1
untuk menuliskan identitas subyek dan contoh tes. Halaman 2 dan 3
berisi soal. Halaman 4 untuk scoring, grafi k dan interpretasi.
Lembar tes dalam ben tuk terpakai habis. Tes berujud angka-angka
11
sederhana yaitu 1 – 9. Subyek diminta untuk menjumlahkan angka-
angka secara berurutan dari bawah ke atas untuk dua angka yang
berdekatan tanpa ada angka yang dilewati.
Tes ini dapat disajikan secara individual maupun klasikal. Waktu
keseluruhan yang diperlukan kurang lebih 20 menit. Perinciannya
adalah pengisian identitas subyek 4 menit, instruksi 2 menit, latihan 1
menit, dan mengerjakan soal 12,5 menit. Setiap deret diberi waktu 15
detik, dan setiap 15 detik ada aba-aba untuk segera pindah
mengerjakan deret yang berikutnya, sampai 50 kali pindah deret (tes
kraeplin versi UGM). Sedangkan tes kraeplin versi UI, setiap deret
diberi waktu 30 detik, dan setiap 30 detik ada aba-aba untuk segera
pindah mengerjakan deret yang berikutnya sampai 45 kali pindah
deret. Tes ini digunakan untuk semua kepentingan yang memerlukan
pengukuran terhadap aspek kecepatan kerja, ketelitian kerja, ke ajegan
kerja, dan ketahanan kerja. Biasanya sangat sering digunakan untuk
kepentingan seleksi, promosi dan mutasi dalam bidang kerja dan
jabatan (psikologi Industri). Kadang-kadang bidang psikologi lainnya
juga menggunakan tes ini, seperti psikologi pendidikan, klinis, dan
bidang yang lain yang disesuaikan dengan kepentingannya.
b. Multiple Aptitude Batteries Multiple Aptitude Batteries yaitu tes bakat
yang mengukur bermacam-macam kemampuan, seperti pengertian
bahasa, kemampuan angka-angka, penglihatan keruangan, penalaran
dalam berhitung, kecepatan dan ketepatan dalam persepsi. Jenis-jenis dari
kelompok ini, yaitu Differential Aptitude Test (DAT) atau Tes Bakat
Diferensial, General Aptitude Test Batteries (GATB) dan Flanagan
Aptitude Classification Test (FACT).
1) Differential Aptitude Test (DAT) atau Tes Bakat Diferensial
Tokoh G. Bennet, H.G Seashore, A. G. Wesman
Tahun 1947
Teori Multiple Factors dari Thurstone
Tujuan Untuk kebutuhan konseling pendidikan dan vokasional
12
(kejuruan).
Testee Siswa 8 – 12 tahun ; mahasiswa ; karyawan
Differential Aptitude Tests (DAT) atau Tes Bakat Diferensial adalah
Tes Bakat Diferensial merupakan salah satu seri Tes Multipel Bakat
yang paling banyak dipakai dalam bidang pendidikan dan kerja. Tes
Bakat Diferensial ini berbeda dengan tes intelegensi umum, juga
berbeda dengan tes hasil belajar. Walaupun tes hasil belajar juga
dirancang untuk mengukur kualitas dan kuantitas belajar dalam mata
pelajaran tertentu sesudah anak mengalami proses pengajaran dalam
periode tertentu. Tes Bakat Diferensial dirancang untuk
dipergunakan dalam konseling pendidikan bagi anak usia SMP dan
SMA. Penyusunnya adalah Bennet, Seashore dan Wesman pada
tahun 1947, yang dikembangkan di Indonesia dengan nama Tes
Bakat Diferensial.
DAT ini merupakan seri tes yang terdiri dari 7 subtes yaitu :
a) Verbal Reasoning
b) Numerical Ability
c) Abstract Reasoning
d) Space Relation
e) Mechanical Reasoning
f) Clerical Speed and Acuracy
g) Language Usage Part I - Spelling
Tes ini sebaiknya diberikan secara keseluruhan (satu seri) tapi dapat
juga diberikan satu subtes saja secara terpisah, sesuai dengan tujuan
dan aspek apa yang akan diukur. Di Indonesia pada umumnya dan
di Fakultas Psikologi UGM pada khususnya telah menggunakan tes
ini, namun karena beberapa kesulitan baru 5 subtes dari 7 subtes
tersebut yang digunakan, dengan menterjemahkan petunjuk/
instruksinya ke dalam bahasa Indonesia, dan beberapa bagian yang
dianggap perlu untuk diadaptasikan.
Kelima subtes tersebut adalah :
13
a) Numerical Abillity – Tes Berhitung (A5)
b) Abstract Reasoning – Tes Penalaran (A3)
c) Space Relation – Tes Pola (B3/C5)
d) Mechanical Reasioning – Tes Pengertian Mekanik (C4)
e) Clerical Speed and Accuracy – Tes Cepat Teliti (D4)
Sedangkan 7 subtes adalah sebagai berikut :
a) Verbal Reasoning
Tujuan: mengukur kemampuan seseorang dalam
mengabstraksikan sa atau membuat sa generalisasi dan berpikir
secara konstruktif dan tidak hanya mengukur dalam kelancaran
menggunakan kata-kata.
b) Numerical Ability (Tes Berhitung)
Tujuan: untuk melakukan prediksi dalam bidang pendidikan,
meliputi: matematika, fisika, kimia, teknik, ilmu sosial, bahasa
inggris (+ subtes Verbal Reasoning dan Language Usage Part I
dan II); bidang pekerjaan adalah meliputi: asisten laboratorium,
tata buku, statistik.
Bentuk yang tersedia: berupa buku cetakan, berukuran, setengah
folio, halaman pertama tertulis petunjuk pengerjaan, soal 40,
lembar jawaban terpisah.
Aspek yang diukur: mengukur kemampuan berpikir dan angka,
penguasaan hubungan numerik, misalnya penjumlahan yang
sederhana, sehingga tes ini disebut "arithmetic computation".
Walaupun tes ini mengukur aspek yang sederhana, bersama
dengan Verbal Reasoning dapat mengukur kemampuan belajar
secara umum (General Learning Ability). Bersama dengan
Abstract Reasoning dan Verbal Reasoning dapat mengukur
intelegensi umum.
Waktu penyajian: untuk mengerjakan 30 menit, untuk instruksi
5-10 menit.
c) Abstract Reasoning (Tes Penalaran)
14
Tujuan: dapat digunakan dilingkungan sekolah, perusahaan, dan
kegiatan sosial lainnya. Tes ini relevan untuk pelajaran atau
pekerjaan/profesi yang memerlukan persepsi hubungan antara
benda-benda.
Bentuk yang tersedia: buku cetakan, halaman depan tertulis
petunjuk pengerjaan, soal 50, lembar jawaban terpisah.
Aspek yang diukur: pengukur kemampuan penalaran individu
yg bersifat non verbal, yaitu kemampuan individu untuk dapat
memahami adanya hubungan yang logis dari figur-figur abstrak.
Waktu penyajian: untuk mengerjakan 25 menit, instruksi 5-10".
d) Space Relation (Tes Pola)
Tujuan: untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan seseorang
mengenal ruang tiga dimensi baik untuk bidang studi maupun
pekerjaan. Kemampuan ini diperlukan sekali dalam bidang
perencanaan, desain pakaran, arsitektur, seni, dekorasi, atau
bidang-bidang lain yang membutuhkan pengamatan tiga
dimensi.
Bentuk yang tersedia: (a) tes pola yang diperbanyak oleh
fakultas psikologi ialah edisi tahun 1952. Tes ini berupa buku
cetakan, halaman pertama tertulis petunjuk pengerjaan, soal 40,
lembar jawaban terpisah. (b) ada edisi 1961, soal 60, dengan
nama Tes Ruang Bidang (C5).
Aspek yang diukur : untuk mengukur kemampuan mengenal
barang-barang konkret melalui proses penglihatan, khususnya
mengenal barang secara tiga dimensi. Butir-butir soal dibuat
agar testee dapat mengkonstruksi barang dan pola yang tersedia
secara tepat. Jadi testee harus dapat memanipulasi secara
mental, mempunyai kreasi terhadap struktur barang tertentu dan
perencanaan yang baik.
Waktu pengerjaan : untuk mengerjakan 30 menit, instruksi 5-10
menit.
15
e) Mechanical Reasoning (Tes Pengertian Mekanik)
Tujuan : mengetahui kemampuan khusus dalam bidang
kemampuan mekanik, agar dapat ditentukan jurusan studi atau
untuk memilih pekerjaan, a.l : ahli mesin, pemelihara mesin,
perakit (assembler), tukang kayu.
Bentuk yang tersedia : buku cetakan, halaman pertama tertulis
petunjuk pengerjaan, soal 68, lembar jawaban terpisah. Aspek
yang diukur : daya penalaran di bidang kerja mekanik dan
prinsip fisika. Tes pengertian mekanik ini merupakan bentuk
baru dari “Mechanical Comprehensive”, yang dibuat oleh
Bennett. Waktu pengerjaan : untuk mengerjakan 30 menit,
instruksi 5-10 menit.
f) Clerical Speed and Accuracy (Tes Cepat – Teliti)
Tujuan : untuk konseling sekolah atau untuk seleksi para
pelamar pekerjaan tertentu. Karena tes ini dapat meramalkan
produktivitas seseorang dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
rutin yang melibatkan masalah persepsi dan pemberian tanda-
tanda, maka yang terutama tes ini dibutuhkan untuk pekerjaan-
pekerjaan “clerical”. Misalnya : filing, coding.
Bentuk yang tersedia : berupa buku cetakan dalam ukuran
kuarto, satu halaman petunjuk pada halaman pertama. 2 halaman
soal bag I dan 2 halaman soal bag II. Masing-masing bagian
terdiri dari 100 soal, lembar jawaban terpisah.
Aspek yang diukur : mengukur respon subyek terhadap tugas
pekerjaan yang menyangkut kecepatan persepsi, kecepatan
respon, terhadap kombinasi huruf dan angka, ingatan yang
sifatnya tidak lama (momentary retention)
Waktu pengerjaan : untuk mengerjakan 3 menit untuk bagian I
dan 3 menit untuk bagian II. Untuk instruksi 5-10 menit.
16
Karena tes ini merupakan tes kecepatan maka sebelum testee
mengerjakan tes, tester harus yakin bahwa testee telah tahu apa
yanhg harus dikerjakan
g) Language Usage
Spelling. Tujuan : untuk mengetahui perbendaharaan kata-kata
dalam bentuk tulisan, apakah ejaan itu betul atau salah.
Sentences. Tujuan : untuk mengukur kemampuan seseorang
dalam membedakan grammer (tata kalimat) yang baik dan
kurang baik, letak koma, tanda kutip, dan penggunaan kalimat.
2) General Aptitude Test Batteries (GATB)
Tokoh Charles E. Odell dari United States Employes
Services.
Sejarah GATB digunakan sejak 1947 oleh State Employment
service, yang bergabung dengan United States
Employment Service. Sejak masa itu, GATB
dimasukan dalam program penelitian berkelanjutan,
untuk menjadikan tes tersebut akurat pada berbagai
pekerjaan yang berbeda. Karena dasar risetnya yang
luas, GATB dikenal sebagai sejumlah tes bakat
ganda akurat untuk bimbingan jurusan.
Penyajian Individual atau klasikal
Jumlah 12 subtes untuk mengukur 9 kemampuan dasar atau
bakat (aptitude)
Ada 9 macam aptitude (Nur’aeni, 2012), yaitu:
a) Apt. G - Intelligency
General learning ability; Kecakapan untuk mengerti akan
instruksi-instruksi, kecakapan berfikir dan membuat
pertimbangan-pertimbangan. Ada 3 macam tes untuk aptitude G
ini ialah Three Dimentional Space, Vocabulary and Arithmatic
Reason.
b) Apt. V - Verbal apt.
17
Kecakapan untuk mengerti arti kata-kata dan penggunaan kata-
kata tersebut secara efektif. Tes untuk mengukur aptitude ini
disebut vocabulary.
c) Apt. N - Numerical apt.
Kecakapan dalam beroperasi secara tepat dan cepat dengan
menggunakan hitung-hitungan. Tes untuk aptitude ini adalah
Computation dan Arithmatic Reason.
d) Apt. S - Spatial apt.
Kecakapan berfikir melalui visualisasi terhadap benda-benda
yang berukuran dua dan tiga dimensi. Tes yang digunakan
disebut Three Dimentional Space.
e) Apt. P - Form Perception
Kecakapan untuk melihat perbedaan dan persamaan dari
macam-macam objek yang dihadapinya dengan menggunakan
tes Tool Matching dan Form Matching.
f) Apt. C - Clarical Perception
Kecakapan untuk mengobservasi persamaan dan perbedaan dari
pasangan kata-kata atau bilangan. Tes yang digunakan disebut
Name Comparison.
g) Apt. K - Motor Coordination
Kecakapan untuk mengkoordinasikan mata dan lengan secara
tepat dan cepat dengan menggunakan tes Mark Making.
h) Apt. F - Finger Dexterity
Kecakapan untuk menggerakkan jari-jari tangan dan manipulasi
benda-benda kecil secara cepat dan menggunakan jari-jari
tangan. Tes yang digunakan disebut Assamble dan Dissable.
i) Apt. M - Manual Dexterity
Kecakapan dalam menggerakkan tangan secara mudah dan
cekatan. Kecakapan untuk bekerja dengan tangan dipergunakan
tes Place and Turn.
3) Flanagan Aptitude Classification Test (FACT).
18
Tokoh John C. Flanagan
Sejarah John C. Flanagan adalah profesor psikologi di
Universitas Pittsburg. Ia adalah direktur American
Institude for Reseach (AIR). Pada Perang Dunia II
Flanagan diminta membentuk ”The Army Air Force
Aviation Psychology Program” untuk seleksi awak
kapal. Setelah Perang Dunia II, ia membuat tes
standar untuk tes bakat bagi pekerjaan di bidang sipil
yaitu FACT dengan 14 tes. Tes dikembangkan untuk
mendapatkan sistem klasifikasi baku dalam
penentuan bakat seseorang pada tugas tertentu.
Tujuan Alat bantu untuk memprediksi keberhasilan kerja dan
perencanaan program latihan dalam rangka konseling
pekerjaan
Alat seleksi dan penempatan karyawan.
Penyajia Individual atau Klasikal
n
Jumlah 14 tes
FACT terdiri dari 19 subtes (Herdajani, 2021), yaitu:
a) Tes Inspeksi (Inspection)
Mengukur kemampuan melihat kekurangan suatu objek secara
cepat dan tepat.
b) Tes Mekanika (Mechanics)
Mengukur kemampuan memahami prinsip mekanik dan
menganalisa gerakan mekanik.
c) Tes Tabel (Tables)
Mengukur kemampuan untuk membaca tabel dan bagan secara
tepat dan akurat.
d) Tes Penalaran (Reasoning)
19
Mengukur kemampuan untuk memahami konsep dasar
matematika, menerjemahkan ide dan pelaksanaan ke dalam
notasi matematika singkat.
e) Tes Kosa Kata (Vocabulary)
Mengukur kemampuan memilih kata yang tepat untuk
menyampaikan ide pengetahuan kata seperti dalam sastra, seni
dan musik.
f) Tes Merakit (Assembly)
Mengukur kemampuan mengidentifikasi bentuk untuk suatu
bangunan atau konstruksi dari sejumlah bagian terpisah.
g) Tes Pemahaman (Judgment and Comprehension)
Mengukur kemampuan seseorang memahami suatu bacaan
berdasarkan logika dan mengambil keputusan dalam situasi
praktis.
h) Komponen (Component)
Mengukur kemampuan untuk menempatkan dan
mengidentifikasi bagian-bagian suatu komponen penting.
i) Tes Perencanaan (Planning)
Mengukur kemampuan merencanakan, mengorganisir dan
menentukan jadwal, serta kemampuan menebak masalah yang
mungkin muncul dan mengantisipasinya dalam melakukan
langkah-langkah variatif.
j) Tes Berhitung (Arithmetic)
Mengukur keterampilan seseorang dalam bekerja dengan angka
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
k) Tes Kecerdikan (Ingenuity)
Mengukur kemampuan untuk bereaksi dan menemukan
prosedur, kelengkapan dan presentasi yang baik.
l) Tes Skala (Scale)
Mengukur kecepatan dan ketepatan dalam membaca skala,
grafik dan diagram.
20
m) Tes Ekspresi (Expression)
Mengukur kemampuan seseorang untuk menyampaikan ide
lewat tulisan dan percakapan, juga untuk mengetahui bahasa
seseorang.
n) Tes Ketepatan (Precision)
Mengukur kemampuan dan ketepatan dalam menggambarkan
lingkaran kecil baik dengan menggunakan satu tangan maupun
dengan dua tangan.
o) Tes Kesiagaan (Alertness)
Mengukur kemampuan mengatasi situasi berbahaya dengan
mengidentifikasi cara penanggulangan yang diperlukan.
p) Tes Koordinasi (Coordination)
Mengukur kemampuan koordinasi gerakan tangan dan lengan
dengan cara yang tepat.
q) Tes Pola (Patterns)
Mengukur kemampuan untuk membuat garis-garis dalam bentuk
pola-pola sederhana secara cepat dan tepat.
r) Tes Kode (Code)
Mengukur kecepatan dan ketepatan dalam menentukan kode-
kode informasi dalam perkantoran.
s) Tes Ingatan (Memory)
Mengukur kemampuan mengingat kode-kode yang telah
diberikan pada tes sebelumnya.
21
4. Membaca petunjuk untuk setiap subtes dalam buku tes itu sendiri.
Sedangkan siswa membaca petunjuk-petunjuk setiap subtes di dalam
hati.
5. Pengaturan waktu pelaksaan tes untuk setiap subtes sesuai dengan batas
waktu yang telah ditetapkan(sebaiknya memakai stopwatch).
6. Pengumpulan bahan-bahan termasuk buku tes dan lembar jawaban yang
telah diisi.
22
bisa digunakan untuk pedoman bimbingan dan konseling dalam memilih
studi di Sekolah atau Perguruan Tinggi. Di samping itu dapat pula
digunakan untuk menolong individu untuk memilih bidang profesi yang
akan diikuti. Seorang psikolog dan konselor di dalam melakukan
bimbingan dan konseling diharuskan memadukan hasil tes bakat dengan
tes inteligensi, tes prestasi belajar di sekolah wawancara, dan tes minat.
d. Admissions (pengakuan/rekomendasi)
Tes bakat dapat digunakan untuk memberikan rekomendasi bagi individu
yang akan mendapat latihan menjadi tenaga-tenaga yang profesional
seperti guru, ahli medis, insinyur, dan sebagainya. Di sini tes bakat hanya
merupakan salah satu sumber informasi, disamping data-data lain, untuk
memberi gambaran tentang kemampuan individu yang bersangkutan.
e. Selection for Job (Seleksi pekerjaan)
Calon karyawan perlu dikenai tes bakat dengan tujuan untuk
mendapatkan orang yang tepat pada masing-masing pekerjaan. Setiap
pekerjaan pastinya memiliki tuntutan tertentu atau persyaratan tertentu
bagi keberhasilan seseorang yang bekerja di dalamnya. Oleh karena itu
diperlukan seseorang yang memiliki kemampuan-kemampuan yang sama
dengan tuntutan pekerjaan tersebut sehingga bisa mencapai prestasi kerja
yang maksimal.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki tes bakat juga tidak menutupi kekurangan
yang dimiliki. Sebagai seseorang yang nantinya akan menggunakan tes bakat,
perlu juga mengethui keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya. Adapun
keterbatasannya adalah sebagai berikut :
a. Tes bakat hanya mengukur sampel perilaku yang ditunjukkan oleh
sampel butir tes.
b. Standardisasi tes tergantung pada keadaan sampel standardisasi. Dengan
demikian perkembangan budaya dan kemajuan teknologi akan
mempengaruhi validitas tes.
c. Reliabilitas tes jarang mempunyai koefisien sama dengan satu. Hal ini
dapat diartikan bahwa tes sama yang dilakukan pada individu yang sama
23
beberapa kali belum tentu menujukkan hasil yang sama persis. Bisa jadi
skor yang diperoleh dari pegukuran tidak menunjukkan keadaan yang
sesungguhnya.
d. Dengan melakukan pengukuran pada bakat seseorang bukan berarti telah
memahami kondisi psikologis seseorang secara komprehensif. Untuk
tujuan diagnosis dan prediksi akan lebih akurat jika dilakukan
pengukuran aspek psikologis secara komprehensif.
24
anehnya, Abdi tampak sangat antusias jika ia mengutak-atik komputer. Pun
ketika ia menjelajah di dunia Internet, ia sangat menikmatinya. Bahkan,
sekarang ini Abdi menjadi operator di sebuah warnet terbesar di kotanya,
suatu pekerjaan yang sangat bertolak belakang dengan kuliahnya.
Dilihat dari kasus kedua dapat disimpulkan bahwa sebenarnya
Abdi adalah seorang yang berbakat dalam hal intelektual, karena dia
merupakan seorang yang brilian dengan prestasi akademik yang bagus. Ia
sering mengharumkan nama sekolah dengan berbagai medali olimpiade
yang dimenangkannya. Mulai dari olimpiade Fisika, Kimia hingga
Matematika. Namun dalam kasus tersebut kemampuan intelektualnya justru
berbanding terbalik setelah ia duduk dibangku kuliah dengan jurusan
teknik. Ia menjadi mahasiswa yang pemalas dan tak ada semangat bahkan
sampai terancam drop out.
Untuk kasus ini, tes bakat yang dapat dapat digunakan adalah Single
Aptitude Test dan Multiple Aptitude Test. Single Aptitude Test untuk
melihat bakat khusus dan agar bisa diketahui apa bakat yang paling
dominan. Sedangkan Multiple Aptitude Test untuk melihat apa saja
kemampuan yang dimiliki Abdi di luar dari kemampuan inteligensinya
(fisika, kimia, matematika). Seharusnya tes diberikan oleh konelor sebelum
Abdi masuk ke Jurusan Teknik Sipil. Kedua tes mampu memberitaukan
berbagai bakat yang dimiliki Abdi sehingga dia tidak akan mengalami salah
jurusan sepertipada kasus itu. Dijelaskan pula bahwa alasan Abdi masuk
karena saran guru Fisikanya. Hal ini seharusnya dihindari, karena yang
menjalankan perkuliahan adalah mahasiswa itu sendiri bukan orang lain.
Seharusnya setiap sekolah menyediakan kesempatan untuk diadakannya tes
psikologis (inteligensi, bakat, minat, dan lainnya) kepada peserta didik
yang hendak masuk ke bangku perkuliahan untuk meminimalisir ‘salah
jurusan’.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari isi makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa tes bakat adalah adalah
tes yang mengungkap bakat seseorang, yang juga merupakan kemampuan
intelligensi khusus. Tes bakat pembedaan adalah yang dibuat dengan maksud
agar dapat mengukur kemampuan mental dari beberapa faktor bukan hanya
satu faktor saja sehingga skor yang dihasilkan tidak pula hanya satu akan
tetapi ada beberapa sesuai dengan kemampuan yang diukur.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi dasar
melakukan bantuan yang tepat dalam rangka mencapai tujuan tes bakat sesuai
yang diharapkan. Karena tanpa asesmen yang berkualitas khususnya tes
bakat, tidak akan mampu mencapai tujuan layanan dengan tuntas, baik dalam
fungsi kuratif, maupun perseveratif, apalagi fungsi pengembangan
(developmental) dan pencegahan (preventif). Jadi tes bakat mutlak perlu
dalam program bimbingan dan konseling.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, Anne & Susana Urbina. 2001. Psychological Testing (7th edition). New
Jersey : Prentice Hall International.
Candiasa, I. M. 2017. ‘Pengembangan Tes Bakat Terpadu Online’, JST (Jurnal
Sains dan Teknologi), 5(2), pp. 673–682. doi: 10.23887/jst-
undiksha.v5i2.8270.
Goeritno, D. S. H. 2008. ‘Buku Tes Bakat’.
Herdajani, F. 2021. ‘Diktat Ajar Psikodiagnostik V (Tes Bakat)’, p. 436.
Nur’aeni. 2012. ‘TES PSIKOLOGI : Tes Inteligensi dan Tes Bakat’, Pustaka
pelajar: Universitas Muhammadiyah (UM) Purwokerto Press, p. 173.
Available at: https://digilib.ump.ac.id/files/disk1/21/jhptump-ump-gdl-
nuraenisps-1031-1-fulltek-u.pdf.
Nurhasnia, Dina. 2018. Bakat dan Contoh Kasus. (Online),
(https://dinanurhasnia22.blogspot.com/2018/01/bakat-dan-contoh-
kasus.html?m=1), diakses tanggal 29 Oktober 2021.
Widiawati, D. 2009. ‘Tes Bakat Tes Bakat’, pp. 1–11.
Yuardila, Radena. 2014. Makalah Assesment Tes Bakat. (Online),
(http://radenayuardila.blogspot.com/2014/11/makalah-assesment-test-
bakat.html), diakses 25 Oktober 2021.
27