Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Sistem layanan pendidikan bagi semua anak didik mengacu pada system

pendidikan anak normal, yang artinya semua anak mendapat perlakuan yang sama
sehingga

tujuan

pembelajaran

seringkali

tidak

tercapai

karena

tidak

memperhatikan heterogenitas potensi anak didik. Begitu juga halnya dengan anakanak yang memiliki tingkat inteligensi di atas normal ataupun anak yang memiliki
bakat khusus, mereka mendapatkan perlakuan seperti anak-anak normal.
Akibatnya mereka akan merasa jenuh, sehingga sering berprestasi di bawah
potensinya (under achiever).
Undang-undang No. 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN), pasal 8 ayat 2 menyatakan, Warga negara yang memiliki kemampuan
dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus. Pasal ini
mempunyai arti sangat penting dan merupakan salah satu dari sekian banyak hal
yang inovatif dalam UUSPN, sebab melalui pasal ini pendidikan bagi anak
berbakat mendapat dasar hukum. Bentuk dan pengaturannya itulah yang masih
menjadi persoalan. Pengaturan soal ini menjadi makin dirasakan manakala
beberapa kali terjadi bahwa sistem pendidikan kita tidak cukup luwes untuk
mengakomodasi masalah-masalah yang muncul dalam dunia pendidikan
sehubungan dengan keragaman tingkat kemampuan peserta didik.
Dengan adanya pasal 8 ayat 2 di atas, maka anak berbakat memerlukan
layanan pendidikan khusus agar potensinya dapat berkembang seoptimal
mungkin. Jika anak berbakat tidak/kurang mendapat perhatian, ini dapat dikatakan
sebagai suatu kerugian yang besar, karena kehilangan orang-orang yang potensial

yang memiliki kemampuan tinggi untuk bekerja atau menjadi pemimpin di masa
yang akan datang.
Layanan pendidikan bagi anak berbakat sementara ini sifatnya baru sebatas
wacana, atau baru dilaksanakan di beberapa sekolah saja. Akhirnya mungkin saja
ada

anak

berbakat

yang

potensinya

tidak

dapat

dikembangkan,

atau

perkembangannya tidak secara maksimal. Pendidikan anak berbakat tentunya


harus berorientasi pada peserta didik itu sendiri, yaitu selalu memperhatikan
potensi dan karakteristrik yang dimiliki anak tersebut. Berlatar belakang
permasalahan di atas penulis ingin mencoba menguraikan tentang layanan
pendidikan mengenai strategi, model, dan evaluasi pembelajaran bagi anak-anak
berbakat khususnya yang mengikuti pendidikan pada sekolah dasar.
B.

Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai

berikut:
1.
2.
3.
4.
C.

Apakah pengertian anak berbakat?


Apa saja ciri-ciri anak berbakat?
Apa saja jenis-jenis anak berbakat?
Bagaimana strategi, model, dan evaluasi pendidikan anak berbakat?
Tujuan Penulisan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah : menguraikan tentang layanan

pendidikan bagi anak berbakat pada Sekolah Dasar.


Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Ingin memperoleh gambaran umum mengenai anak berbakat.
2. Ingin mengungkapkan gambaran umum mengenai strategi pembelajaran anak
berbakat.
3. Ingin mendapatkan model layanan pendidikan bagi anak berbakat.
4. Ingin mengungkapkan gambaran umum mengenai evaluasi pembelajaran anak
berbakat.
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Berbakat
Bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang
masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud. (Munandar, 2004 ).
Bakat adalah kemapuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau
ketermapilan yang relative bisa bersifat umum ataupun khusus. (Sobur, 2003).
Syamsu Yusuf (Munandar, 2004) mengatakan bahwa anak berbakat adalah mereka
yang tingkat integelensinya jauh diatas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ
diatas 120. Ahli lain yang menggunakan IQ sebagai kriteria dalam menentukan
anak berbakat adalah, Terman yang konsepnya mengenai keberbakatan hampir
sekitar setengah abad mendominasi psikologi dan pendidikan.
Pengertian keberbakatan dalam pengembangannya telah mengalami
berbagai perubahan, dan kini pengertian keberbakatan selain mencakup
kemampuan intelektual tinggi, juga menunjuk kepada kemampuan kreatif.
Torrance melaporkan hasil studinya mengenai kemampuan berfikir kreatif dalam
kaitannya dengan keberbakatan. Ia mengemukakan bahwa apabila keberbakatan
semata-mata diidentifikasi berdasarkan taraf intelegensi, maka sekitar 70% anak-

anak yang tinggi kreatifitasnya tidak akan termasuk ke dalam kelompok mereka
yang disebut anak berbakat.
Istilah yang melukiskan anak-anak berbakat, cerdas atau cemerlang yaitu
genius, talented, gipted dan bright atau superior. Persamaan dari istilah-istilah
tersebut adalah penyimpangan ke atas dari rata-rata.
Sedangkan perbedaannya adalah:
1.
Genius digunakan pada mereka yang memiliki kemampuan unggul berhasil
mencapai prestasi yang luar biasa, memberikan sumbangan yang orisinal
2.

dan bermutu, serta mempunyai makna yang universal atau mantap.


Talented suatu bakat khusus yang tidak selalu menghasilkan prestasi yang

3.

luar biasa, tidak perlu orsini atau dampak yang universal.


Gipted atau berbakat mempunyai kesamaan dengan genius, karena
keduanya berkaitan dengan kualitas intelektual, namun berbakat belum tentu
terwujud dalam suatu karya unggul yang mendapat pengakuan universal.

4.

Jadi tidak semua anak berbakat merupakan anak genius.


Bright atau superior merujuk pada karakteristik seseorang yang memiliki
intelegensi yang tinggi.
Bakat menentukan prestasi sesorang. Misalnya orang yang memiliki bakat

matematika dan diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang
itu. Jadi prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemapuan. Prestasi yang
sangat menonjol dalam salah satu bidang, mencerminkan bakat yang unggul
dalam bidang tertentu.
Menurut Marland dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, anak berbakat
adalah anak yang memiliki kemampuan tinggi dalam aspek:
1.
Kemampuan umum yang tinggi, yaitu kecerdasan individu yang berada
2.

pada posisi di atas rata-rata.


Bakat akademik khusus, yaitu kemampuan individu dalam bidang-bidang
tertentu seoerti bahasa dan matematika.

3.

Kreatif dan berfikir produktif, yaitu kemempuan yang menghasilkan


gagasan baru dengan memadukan elmen-elmen yang biasanya dianggap
sebagai suatu yang terpisah-pisah atau tdak sejenis dan keampuan

4.

mengembangkan keterampialan baru yang mengandung nilai-nilai sosial.


Kepemimpianan, yaitu kemampuan untuk mengarahkan individu-individu
atau kelompok untuk mengambil keputusan, memetapkan tindakan bersama

5.

atau mencapai tujuan tertentu.


Kemampuan dalam bidang seni, yaitu memiliki bakat khusus dalam bidang
seni rupa, musik, tari, lukis, drama dan lainnya.

B.

Ciri Anak Berbakat


Menurut Munandar (2004) mengemukakan karaktersistik atau ciri-ciri anak

berbakat itu sebagai berikut:


Aspek
Belajar

Ciri-ciri
Mudah

menangkap

pelajaran,

ingatan

baik,

perbendaharaan kata luas, penalaran tajam, daya


konsentrasi baik, ungkapan diri lancar dan jelas, cermat
dalam pengamatan, memacahkan masalah dan cepat
Kreativitas

dalam menemukan kesalahan.


Dorongan ingin tahu besar

sering

mengajukan

pertanyaan yang baik, memberikan banyak usulan atau


gagasn

terhadap

suatu

maslah,

bebas

dalam

menyampaikan pendapat, menonjol dalam salah satu


bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat
mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh
orang lain, daya imajinasi kuat, orisinalitas tinggidan
senang mencoba hal-hal yang baru.
5

Motivasi

Tekun menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi


kesulitan, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk
berprestasi,
dipelajari

ingin
didalam

mendalami
kelas,

pengetahuan

selalu

berusaha

yang
untuk

berprestasi sebaik mungkin, dapat mempertahankan


pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang
diyakini dan senang mencari dan memecahkan soalPsikososial

soal.
Senang dipilih menjadi pemimpin atau ketua, disenangi
oleh teman sekelas, dapat bekerja sama, dapat
mempengaruhi teman-temannya, mempunyai inisiatif,
rasa tanggung jawab besar, percaya pada diri sendiri,
mudah menyesuaikan diri terhadap situasi di sekolah,
aktif berpartisipasi dalam kegiatan social di sekolah dan
senag membantu orang lain.

C.

Jenis-jenis Bakat
Berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga yang terlibat dalam berbagai

macam prestasi, bakat dapat dibedakan dalam empat jenis (Munandar,2004),


yaitu:
1.
Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik
Bakat jenis ini adalah kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai
dasar dan fundamen bakat, seperti kemampuan pengindraan, ketangkasan atau
ketajaman panca indra, kemampuan motoriik, kekuatan badan, kelincahan
jasmani, keterampilan jari-jemari, tangan dan anggota badan.
2.
Bakat kejiwaan yang bersifat umum
Yang dimaksud dengan bakat jenis ini ialah kemampuan ingatan daya
khayal atau imajinasi dan intelegensi. Daya ingat adalah kemampuan menyimpan
6

isi kesadaran pada satu saat dan membawanya kembali ke permukaan pada saat
yang lain. Dalam ingatan, jiwa kita bersifat menerima dan reproduktif. Daya
khayal merupakan isi kesadaran yang berasala dari dunia dalam kita sendiri,
berupa gambar khayalan dan ide-ide kreatif, sehingga jiwa kita bersifat spontan
dan produktif. Adapun intelegensi adalah kemampuan menyesuaikan diri pada
keadaan dengan menggunakan alat pemikiran yang berbeda dengan penyesuaian
diri karena kebiasaan atau sebagai akibat latihan (drill) dan coba-coba (trial and
error). Penyesuaian diri karena kebiasaan, drill, dan trial and error, bersifat
mekanis,

kadang-kadang

secara

kebetulan

memerlukan

banyak

waktu.

Peneyesuaian diri dengan pemikiran terjadi karena pengertian, pendapat


pemahaman, pencarian makna dan hubungannya yang tampak dalam pemecahan
dan penguasaan keadaan baru dari kesulitan yang dihadapinya. Intelegensi dapat
diuraikan

sebagai

kemampuan

menangkap,

memahami,

menjelaskan,

menguraikan, memadukan dan menyimpulkan arti hubungan dan sangkut paut


makna. Tiap orang memiliki isi, proses, dan cara berfikir yang berbeda satu
dengan yang lainnya.
3.
Bakat-bakat kejiwaan yang khas dan majemuk
Bakat-bakat yang khas atau bakat dalam pengertian yang sempit ialah bakat
yang sejak awal sudah ada dan terarah pada suatu lapangan yang terbatas, seperti
bakat bahasa, bakat melukis, bakat music, bakat seni, bakat ilmu dan lain-lain.
Adapun bakat majemuk yang berkembang lambatlaun dari bakat produktif kea
rah yang sangat bergantung dalam keadaan di dalam dan di luar individu, seperti
bakat filsafat, bakat hukum, bakat pendidik, bakat psikologi, bakat kedokteran,
bakat ekonomi, bakat politik dan lain-lain.
4.
Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemampuan
7

Bakat ini berhubungan dengan watak, seperti kemampuan untuk


mengadakan kontak sosial, kemampuan mengasihi, kemampuan merasakan atau
menghayati, perasaan orang lain.
D.

Strategi, Model, dan Evaluasi Pendidikan Anak Berbakat


Pendidikan anak berbakat bertujuan agar anak menguasai sistem konseptual

dalam berbagai mata pelajaran, anak mampu mengembangkan keterampilan dan


strategi yang memungkinkan mereka menjadi lebih mandiri, keatif dan memenuhi
kebutuhannya sendiri, anak harus mengembangkan suatu kesenangan dan gairah
belajar yang akan membawa mereka kepada kerja keras.
Menurut Depdiknas dalam Syamsu Yusuf tujuan umum pendidikan bagi
anak berbakat adalah sebagai berikut:
a.
Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakterisitik
b.

spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektif.


Memenuhi hak asasi peserta didik yang sesuai dengn kebutuhan

c.
d.
e.

pendidikan bagi dirinya sendiri.


Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik
Memenuhi kebutuhan aktualisai diri pesera didik
Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat dan

kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran


f.
Menyiapkan peserta didik sebagai pemimin masa depan.
Sedangkan tujuan khusus pendidikan bagi anak berbakat adalah sebagai
berikut:
a.

Memberikan pengarahan untuk dapat menyelesaikan program

b.

pendidikan secara cepat sesuai dengan potensinya.


Meningkatkan efisien dan efektivitas proses pembelajaran peserta

c.

didik.
Mencegah rasa bosan terhadap iklim yang jelas kurang mendukung

d.

berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal


Memacu siswa untuk meningkatkan kecerdasan intelektual, spiritulal
dan emosionalnya secara seimbang.
8

1.

Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat

mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menentukan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan
tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang
b.

lebih tinggi dari anak normal.


Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan
kecerdasan intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan

c.

emosional juga patut mendapat perhatian.


Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses,

isi/content, dan produk.


Modifikasi proses adalah metodologi atau cara guru mengajar termasuk
cara mempresentasikan isi materi kepada siswa yang berorientasi kepada
berpikir tingkat tinggi, banyak pilihan, mengupayakan penemuan, mendukung
penalaran atau argumentasi, kebebasan

memilih,

interaksi

kelompok

dan

simulasi, serta kecepatan dan variasi proses. Modifikasi isi adalah modifikasi
dalam

materi

pembelajaran

baik berupa

ide,

konsep

maupun

fakta.

Pembelajaran dimulai dari hal yang konkret, menuju ke hal yang kompleks,
abstrak dan bervariasi. Modifikasi produk atau hasil adalah produk kurikulum
yang tidak dapat dipisahkan dari isi materi dan proses pembelajaran yang
dikembangkan dan merupakan hasil dari proses yang dievaluasi untuk
menentukan efektivitas satu program.
2.
Model Pembelajaran
Pendidikan bagi anak berbakat dapat dilaksanakan dengan berbagai model,
seperti akselarasi, pengayaan dan pengelompokan berdasarkan kemampuan.
a. Model Akselarasi atau percepatan

Secara konvensional bagi anak yang memiliki kemampuan


superior dipromosikan untuk naik kelas lebih awal dari biasanya. Inilah
yang disebut sebagai akselerasi. Akselarasi tidah hanya diartikan
sebagai cara untuk mempercepat penyelesaian studi agar lulus lebih
awal, tetapi lebih menekankan kepada kebutuhan belajar siswa berbakat
agar meningkatkan produktivitas, efisiensi dan evektivitas belajar
mereka, percepatan yang terjadi dalam belajar tanpa intervensi
pendidikan dan mengurangi kebosanan atau kejenuhan dalam belajar.
Dalam percepatan ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan,
yaitu sebagai berikut :
1) Masuk sekolah lebih awal/sebelum waktunya (early admission).
Misalnya sebelum usia 6 tahun, dengan catatan bahwa anak
sudah matang untuk masuk Sekolah Dasar.
2) Loncat kelas (grade skipping) atau skipping class
Usia mental para anak berbakat lebih tinggi dari usia
sebenarnya, maka mudah timbul perasaan tidak puas belajar bersama
dengan

anak-anak

seumurnya.

Meskipun

banyak

aspek

perkembangan lain pada anak ternyata memang lebih maju daripada


anak-anak seumurnya misal aspek sosial. Akan tetapi cara
percepatan dengan meloncat anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi
dianggap kurang baik, antara lain karena mempermudah timbulnya
masalah-masalah penyesuaian, baik di sekolah, dirumah maupun
dilingkungan sosialnya. Kecuali norma yang dipakai adalah norma
yang diikuti bukan norma dari anak berbakat itu sendiri. Misalnya

10

karena kemampuannya luar biasa pada salah satu kelas, maka


langsung dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi satu tingkat (dari kelas
satu langsung ke kelas tiga).
3) Percepatan melalui pelayanan individual
Cara ini tergolong cara yang baik karena diberikan berdasarkan
keadaan, kebutuhan dan kemampuan anak itu sendiri. Kesulitannya
ialah pengaturan andsminitrasi sekolah yang meliputi pengaturanpengaturan tenaga pengajar karena hanya memberikan pelajaran
secara individual kepada anak. Pada anak sendiri dikhawatirkan akan
timbul kesulitan dalam penyesuai diri, baik sosial maupun emosional
karena terbatasnya hubungan-hubungan sosial dengan teman-teman
sebaya.
4) Mengikuti pembelajaran di kelas yang lebih tinggi
Siswa memiliki peluang untuk mengikuti mata pelajaran tertentu
yang diprogramkan di kelas yang lebih tinggi. Pelung yang diberikan
itu dapat mempercepat penyelesaian studi siswa.

b.

Model Pengayaan
Melayani siswa yang memiliki kemampuan unggul, dapat dilakukan

dengan program pengayaan yaitu memberikan tugas-tugas tambahan yang


relevan dengan bidang studi yang diterimanya. Model pengayaan ini dapat
memenuhi

harapan

atau

kebutuhan

11

siswa dalam mengembangkan

kemampuan intelektualnya, dengan tidak memisahkan mereka dari temanteman sekelasnya.


c.

Model Pengelompokan Berdasarkan Kemampuan


Siswa yang diidentifikasi berbakat dari semua tingkat kelas yang sama

disuatu sekolah dikelompokan ke dalam satu kelas. Kelompok tersebut


terdapat lima atau delapan anak. Jika lebih dari delapan anak sebaiknya
mereka dikelompokan menjadi dua kelompok. Setiap kelompok dibimbing
oleh guru yang memiliki kemampuan atau keterampilan khusus untuk
mengajar atau membimbing para siswa yang berkemampuan luar biasa.
Terdapat pula model atau sistem penyelenggaraan pendidikan bagi
anak berbakat atau cemerlang adalah:
1) Sekolah khusus
Dari sudut administrasi sekolah mudah diatur. Namun dari
sudut anak banyak kerugiannya karena dengan mengikuti
pendidikan khusus, anak terlempar jauh dari lingkungan sosialnya
dan menjadi anggota kelompok sosial khusus dan istimewa.
Perkembangan aspek kepribadian sangat mengkhawatirkan karena
kurangnya kemungkinan anak untuk mendefinisikan aspek-aspek
kepribadian seluas-luasnya. Dalam hal ini bisa dicapai melaui
pergaulan, nilai sebagai anggota masyarakat, ia akan mudah merasa
sebagai anggota masyarakat dengan kelas dan tingkatan.
2) Kelas khusus
Pada model ini kurikulum dibuat khusus demikian pula
dengan guru-gurunya. Keuntungannya ialah mudah mengatur
pelaksanaannya dan pada murid sendiri merasa ada persaingan

12

dengan teman-temannya yang seimbang kemampuannya dan


jumlah pelajaran serta kecepatan dalam menyelesaiakan suatu mata
pelajaran bisa disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak.
Kerugia akan terjadi pada anak-ana normal yang sebaya, sehingga
proses sosialisasi di sekolah menjadi berkurang. Perlakuan
istimewa oleh pihak sekolah dan guru-guru menimbulkan perasaan
harga diri yang berlebihan. Karena dalam kenyataannya dia berada
dalam kelas yang eksekutif, tersendiri dan sulit menyesuaikan diri.
3) Kelas terintegrasi
Cara ini bisa dilakukan di setiap sekolah karena anak
berbakat mengikuti secara penuh acara di sekolah dan setelah itu
memperoleh pelajaran tambahan dikelas khusus.
Waktu belajarnya bertambah dan mata pelajaran dasar atau
yang

berhubungan

dengan

kemampuan

khusus

ditambah.

Permasalahan yang muncul dalam penyelenggaraan pendidikan


model terintegrasi atau inklusi adalah bagaimana memberikan
perhatian kepada setiap individu anak dalam setting kelas yang
relatif beragam kemampuannya. Implikasi dari penerapan model ini
adalah perlunya kurikulu yang fleksibel atau berdiferensi, yang bisa
mengakomodasi anak-anak normal maupun berbakat, dan guruguru memiliki kesiapan atau kemampuan untuk melayani siswa
yang memiliki keragaman karakterisitik tersebut.
Kerugian yang mungkin dialami anak:
a)
Berkurangnya waktu untuk melakukan kegiatan lain yang
diperlukan untuk meperkembangkan aspek kpribadiannya,
misal pergaulan, olah raga dan kesenian.
13

b)

Pada waktu anak mengikuti kelas biasa, ia merasa bosan dan


pada anak-anak yang masih kecil, kemungkinan mengganggu

c)

teman-temannya bertambah.
Dikelas biasa anak tidak terlatih bersaing dan bekerja keras

untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.


Pada model ini anak mengikuti kelas biasa tetapi tidak seluruhnya dan
ditambah dengan mengikuti kelas khusus. Jumlah jam pelajaran tetap dan hal ini
menguntungkan

anak

sehingga

ia

masih

mempunyai

waktu

untuk

mengembangkan aspek-aspek kepribadiannya. Keuntungan lain jumlah jam


belajar yang cukup lama di kelas khusus masih memperoleh kesempatan bersaing
dengan teman-temannya yang mempunyai potensi berbeda.
Ohio Association for Gifed Children mengajukan beberapa alternatif tentang
program pendidikan anak berbakat, sebagai berikut:
a. Akselarasi
b. Loncat kelas
c. Pengelompokan khusus
d. Curriculum Compating
e. Kurikulum Berdiferensi
f.
Pengayaan
g. Post-Scondary Enrollment Option
h. Pull out program
i. Resource Room/ Area
j. Selft Containned Classroom
Alternatif tentang program pendidikan anak berbakat adalah sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Akselarasi (acceleration)
Loncat kelas (advanced Placement)
Pengelompokan khusus
Curriculum Chompacting
Kurikulum berdiferensi
Pengayaan
Post-Secondary Enrollment
Pull-out Program
Resource room/ Area
Selft-Contained Classroom

14

3.

Evaluasi Pembelajaran
Proses evaluasi pada anak berbakat tidak berbeda dengan anak pada

umumnya, namun karena kurikulum atau program pelajaran anak berbakat


berbeda dalam cakupan dan tujuannya maka dibutuhkan penerapan evaluasi yang
sesuai dengan keadaan tersebut.
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar anak berbakat.
Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa instrumen dan prosedur yang
digunakan

mengacu pada ketuntasan belajar adalah pengejawantahan dari

kekhususan layanan pendidikan anak berbakat, hasil umpan balik untuk keperluan
tertentu, pemantulan tingkat kemantapan penguasaan suatu materi sesuai dengan
sifat, keterampilan, dan kemampuan maupun kecepatan belajar seseorang. Model
pengukuran seperti tersebut di atas adalah pengukuran acuan kriteria (criterionreference). Sebaliknya ada pengukuran acuan norma yang membandingkan
keberbakatan seseorang dengan temannya. Kedua cara tersebut tidak selalu
menunjuk hasil akhir yang diinginkan, melainkan merupakan petunjuk bidang
mana yang sudah dikuasai individu sehingga memberikan keterangan mengenai
taraf kemampuan yang dicapai tanpa tergantung pada kinerja temannya.

BAB 1II
PENUTUP
A.

Kesimpulan

15

Untuk layanan anak berbakat, ada tiga model yang dapat dikembangkan,
yaitu pengayaan, percepatan, dan pengelompokkan. Yang paling banyak dipilih
dalam pendidikan anak berbakat adalah pengayaan dan percepatan. Dalam
pengayaan programnya disamakan dengan anak-anak yang sebaya dengannya,
hanya bagi anak berbakat disediakan pengalaman belajar yang disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan khususnya. Sedangkan dalam percepatan siswa didorong
untuk maju melalui program sekolah. Dalam program percepatan, mungkin saja
siswa meloncat pada jenjang kelas yang lebih tinggi.
B.

Saran
Anak berbakat merupakan potensi lebih yang dimiliki oleh anak yang perlu

dikembangkan. Pengembangan anak berbakat perlu dilakukan oleh dunia


pendidikan yang lebih bermutu agar potensi-potensi luar biasa dapat tergali secara
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Munandar, U.(2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT
Penerbit Rineka Cipta
Semiawan, C.(1994). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Jakarta, Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Proyek Pembinaan Dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan.
Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia.
Undang-undang Republik Indonesia, No. 2/1989, tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

16

Anda mungkin juga menyukai