PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem layanan pendidikan bagi semua anak didik mengacu pada system
pendidikan anak normal, yang artinya semua anak mendapat perlakuan yang sama
sehingga
tujuan
pembelajaran
seringkali
tidak
tercapai
karena
tidak
memperhatikan heterogenitas potensi anak didik. Begitu juga halnya dengan anakanak yang memiliki tingkat inteligensi di atas normal ataupun anak yang memiliki
bakat khusus, mereka mendapatkan perlakuan seperti anak-anak normal.
Akibatnya mereka akan merasa jenuh, sehingga sering berprestasi di bawah
potensinya (under achiever).
Undang-undang No. 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN), pasal 8 ayat 2 menyatakan, Warga negara yang memiliki kemampuan
dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus. Pasal ini
mempunyai arti sangat penting dan merupakan salah satu dari sekian banyak hal
yang inovatif dalam UUSPN, sebab melalui pasal ini pendidikan bagi anak
berbakat mendapat dasar hukum. Bentuk dan pengaturannya itulah yang masih
menjadi persoalan. Pengaturan soal ini menjadi makin dirasakan manakala
beberapa kali terjadi bahwa sistem pendidikan kita tidak cukup luwes untuk
mengakomodasi masalah-masalah yang muncul dalam dunia pendidikan
sehubungan dengan keragaman tingkat kemampuan peserta didik.
Dengan adanya pasal 8 ayat 2 di atas, maka anak berbakat memerlukan
layanan pendidikan khusus agar potensinya dapat berkembang seoptimal
mungkin. Jika anak berbakat tidak/kurang mendapat perhatian, ini dapat dikatakan
sebagai suatu kerugian yang besar, karena kehilangan orang-orang yang potensial
yang memiliki kemampuan tinggi untuk bekerja atau menjadi pemimpin di masa
yang akan datang.
Layanan pendidikan bagi anak berbakat sementara ini sifatnya baru sebatas
wacana, atau baru dilaksanakan di beberapa sekolah saja. Akhirnya mungkin saja
ada
anak
berbakat
yang
potensinya
tidak
dapat
dikembangkan,
atau
Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
C.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Berbakat
Bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang
masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud. (Munandar, 2004 ).
Bakat adalah kemapuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau
ketermapilan yang relative bisa bersifat umum ataupun khusus. (Sobur, 2003).
Syamsu Yusuf (Munandar, 2004) mengatakan bahwa anak berbakat adalah mereka
yang tingkat integelensinya jauh diatas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ
diatas 120. Ahli lain yang menggunakan IQ sebagai kriteria dalam menentukan
anak berbakat adalah, Terman yang konsepnya mengenai keberbakatan hampir
sekitar setengah abad mendominasi psikologi dan pendidikan.
Pengertian keberbakatan dalam pengembangannya telah mengalami
berbagai perubahan, dan kini pengertian keberbakatan selain mencakup
kemampuan intelektual tinggi, juga menunjuk kepada kemampuan kreatif.
Torrance melaporkan hasil studinya mengenai kemampuan berfikir kreatif dalam
kaitannya dengan keberbakatan. Ia mengemukakan bahwa apabila keberbakatan
semata-mata diidentifikasi berdasarkan taraf intelegensi, maka sekitar 70% anak-
anak yang tinggi kreatifitasnya tidak akan termasuk ke dalam kelompok mereka
yang disebut anak berbakat.
Istilah yang melukiskan anak-anak berbakat, cerdas atau cemerlang yaitu
genius, talented, gipted dan bright atau superior. Persamaan dari istilah-istilah
tersebut adalah penyimpangan ke atas dari rata-rata.
Sedangkan perbedaannya adalah:
1.
Genius digunakan pada mereka yang memiliki kemampuan unggul berhasil
mencapai prestasi yang luar biasa, memberikan sumbangan yang orisinal
2.
3.
4.
matematika dan diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang
itu. Jadi prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemapuan. Prestasi yang
sangat menonjol dalam salah satu bidang, mencerminkan bakat yang unggul
dalam bidang tertentu.
Menurut Marland dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, anak berbakat
adalah anak yang memiliki kemampuan tinggi dalam aspek:
1.
Kemampuan umum yang tinggi, yaitu kecerdasan individu yang berada
2.
3.
4.
5.
B.
Ciri-ciri
Mudah
menangkap
pelajaran,
ingatan
baik,
sering
mengajukan
terhadap
suatu
maslah,
bebas
dalam
Motivasi
ingin
didalam
mendalami
kelas,
pengetahuan
selalu
berusaha
yang
untuk
soal.
Senang dipilih menjadi pemimpin atau ketua, disenangi
oleh teman sekelas, dapat bekerja sama, dapat
mempengaruhi teman-temannya, mempunyai inisiatif,
rasa tanggung jawab besar, percaya pada diri sendiri,
mudah menyesuaikan diri terhadap situasi di sekolah,
aktif berpartisipasi dalam kegiatan social di sekolah dan
senag membantu orang lain.
C.
Jenis-jenis Bakat
Berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga yang terlibat dalam berbagai
isi kesadaran pada satu saat dan membawanya kembali ke permukaan pada saat
yang lain. Dalam ingatan, jiwa kita bersifat menerima dan reproduktif. Daya
khayal merupakan isi kesadaran yang berasala dari dunia dalam kita sendiri,
berupa gambar khayalan dan ide-ide kreatif, sehingga jiwa kita bersifat spontan
dan produktif. Adapun intelegensi adalah kemampuan menyesuaikan diri pada
keadaan dengan menggunakan alat pemikiran yang berbeda dengan penyesuaian
diri karena kebiasaan atau sebagai akibat latihan (drill) dan coba-coba (trial and
error). Penyesuaian diri karena kebiasaan, drill, dan trial and error, bersifat
mekanis,
kadang-kadang
secara
kebetulan
memerlukan
banyak
waktu.
sebagai
kemampuan
menangkap,
memahami,
menjelaskan,
c.
d.
e.
b.
c.
didik.
Mencegah rasa bosan terhadap iklim yang jelas kurang mendukung
d.
1.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat
mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menentukan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan
tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang
b.
c.
memilih,
interaksi
kelompok
dan
simulasi, serta kecepatan dan variasi proses. Modifikasi isi adalah modifikasi
dalam
materi
pembelajaran
baik berupa
ide,
konsep
maupun
fakta.
Pembelajaran dimulai dari hal yang konkret, menuju ke hal yang kompleks,
abstrak dan bervariasi. Modifikasi produk atau hasil adalah produk kurikulum
yang tidak dapat dipisahkan dari isi materi dan proses pembelajaran yang
dikembangkan dan merupakan hasil dari proses yang dievaluasi untuk
menentukan efektivitas satu program.
2.
Model Pembelajaran
Pendidikan bagi anak berbakat dapat dilaksanakan dengan berbagai model,
seperti akselarasi, pengayaan dan pengelompokan berdasarkan kemampuan.
a. Model Akselarasi atau percepatan
anak-anak
seumurnya.
Meskipun
banyak
aspek
10
b.
Model Pengayaan
Melayani siswa yang memiliki kemampuan unggul, dapat dilakukan
harapan
atau
kebutuhan
11
12
berhubungan
dengan
kemampuan
khusus
ditambah.
b)
c)
teman-temannya bertambah.
Dikelas biasa anak tidak terlatih bersaing dan bekerja keras
anak
sehingga
ia
masih
mempunyai
waktu
untuk
Akselarasi (acceleration)
Loncat kelas (advanced Placement)
Pengelompokan khusus
Curriculum Chompacting
Kurikulum berdiferensi
Pengayaan
Post-Secondary Enrollment
Pull-out Program
Resource room/ Area
Selft-Contained Classroom
14
3.
Evaluasi Pembelajaran
Proses evaluasi pada anak berbakat tidak berbeda dengan anak pada
kekhususan layanan pendidikan anak berbakat, hasil umpan balik untuk keperluan
tertentu, pemantulan tingkat kemantapan penguasaan suatu materi sesuai dengan
sifat, keterampilan, dan kemampuan maupun kecepatan belajar seseorang. Model
pengukuran seperti tersebut di atas adalah pengukuran acuan kriteria (criterionreference). Sebaliknya ada pengukuran acuan norma yang membandingkan
keberbakatan seseorang dengan temannya. Kedua cara tersebut tidak selalu
menunjuk hasil akhir yang diinginkan, melainkan merupakan petunjuk bidang
mana yang sudah dikuasai individu sehingga memberikan keterangan mengenai
taraf kemampuan yang dicapai tanpa tergantung pada kinerja temannya.
BAB 1II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
15
Untuk layanan anak berbakat, ada tiga model yang dapat dikembangkan,
yaitu pengayaan, percepatan, dan pengelompokkan. Yang paling banyak dipilih
dalam pendidikan anak berbakat adalah pengayaan dan percepatan. Dalam
pengayaan programnya disamakan dengan anak-anak yang sebaya dengannya,
hanya bagi anak berbakat disediakan pengalaman belajar yang disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan khususnya. Sedangkan dalam percepatan siswa didorong
untuk maju melalui program sekolah. Dalam program percepatan, mungkin saja
siswa meloncat pada jenjang kelas yang lebih tinggi.
B.
Saran
Anak berbakat merupakan potensi lebih yang dimiliki oleh anak yang perlu
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, U.(2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT
Penerbit Rineka Cipta
Semiawan, C.(1994). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Jakarta, Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Proyek Pembinaan Dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan.
Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia.
Undang-undang Republik Indonesia, No. 2/1989, tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
16