Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dengan begitu banyaknya penduduk yang tersebar di seluruh wilayah tentu
memiliki individu-individu yang berbakat, dan itu merupakan aset yang sangat berharga
bagi bangsa dan negara ini. Anak berbakat (gifted child) perlu mendapatkan pendidikan
untuk mengembangkan potensi kecerdasan dan bakat secara optimal. (Farhah, 2012:1).
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 yakni : Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Lebih lanjut pada pasal 5 ayat 4 Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Tidak hanya sampai di situ
namun dalam UU No. 22 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Di dalam kelas yang beragam tentunya kita akan menemukan pula keberagaman
kemampuan belajar yang dimiliki oleh siswa. Kita akan menjumpai siswa yang memiliki
kemampuan belajar yang lebih baik dalam beberapa mata pelajaran dibanding teman-
temannya, ada pula yang prestasi belajarnya rendah, bahkan mungkin kita akan
menjumpai siswa yang memiliki minat hanya pada satu pelajaran saja serta ia sangat
berprestasi dalam pelajaran itu.
Keberagaman itu sering luput dari perhatian guru. Guru lebih memilih melakukan
pembelajaran dengan cara atau metode yang sama untuk semua anak. Padahal satu cara itu
tidak mungkin memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar siswa dalam satu kelas yang
begitu beragam.
Tidak terpenuhinya kebutuhan dan kemampuan belajar yang dimiliki oleh siswa akan
menimbulkan berbagai dampak, diantaranya potensi belajar tidak berkembang secara
optimal, menimbulkan perilaku yang mengganggu suasana kelas, rendah motivasi, dan
lain-lain. Munculnya dampak tersebut sering ditanggapi oleh guru sebagai hal yang negatif
sehingga upaya yang dilakukan untuk mengatasinya tidak menyentuh pada akar
permasalahan. Upaya yang tidak tepat dapat merugikan semua siswa. Misalnya, siswa
yang sesungguhnya memiliki potensi belajar yang sangat baik akan tidak berkembang
potensinya itu jika upaya yang dilakukan tidak tepat. Prestasi belajarnya akan berada jauh
di bawah potensi yang dimiliki

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang kami
ajukan adalaah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian anak berbakat ?
2. Bagaimana hakekat keterbakatan ?
3. Bagaimana perkembangan fisik anak berbakat ?
4. Bagaimana perkembangan kognitif anak berbakat ?
5. Bagaimana perkembangan emosi anak berbakat ?
1
6. Bagaimana perkembangan sosial anak berbakat ?
7. Bagaimana identifikasi anak berbakat ?
8. Apa saja masalah-masalah dan dampak keberbakatan ?
9. Apa saja Dimensi Program Pendidikan Anak Berbakat ?
10. Bagaimana Telaah Model Program Alternatif ?
11. Bagaimana Alternatif Pendidikan Anak Berbakat di Indonesia ?
12. Bagaimana Program Pendidikan Anak Berbakat di Indonesia ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang kami ajukan di atas, maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian anak berbakat
2. Untuk mengetahui hakekat keterbakatan
3. Untuk mengetahui perkembangan fisik anak berbakat
4. Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak berbakat
5. Untuk mengetahui perkembangan emosi anak berbakat
6. Untuk mengetahui perkembangan sosial anak berbakat
7. Untuk mengetahui identifikasi anak berbakat
8. Untuk mengetahui masalah-masalah dan dampak keberbakatan
9. Untuk mengetahui dimensi program pendidikan anak berbakat
10. Untuk mengetahui telaah model program alternatif
11. Untuk mengetahui alternatif pendidikan anak berbakat di indonesia
12. Untuk mengetahui program pendidikan anak berbakat di indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Anak Berbakat


Secara umum , keterbakatan didefinisikan sebagai kemampuan atau bakat
yang sangat tinggi di satu atau lebih bidang sedemikian rupa sehingga siswa
membutuhkan layanan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan potensi nya itu
sepenuhnya.
Menurut Shavinina dan Ferrari, 2003; Simonton, 2001; Winner 2000b
keterbakatan merupakan hasil dari predisposisi genetic dan pengasuhan lingkungan.
Menurut Widodo Judarwanto (2007), keberbakatan adalah kemampuan
intelektual atau kecerdasan diantaranya meliputi kemampuan intelektual musik,
matematika, fisika, kimia, elektronika, informasi tehnologi, bahasa, olahraga dan
berbagai tingkat kecerdasan di berbagai bidang lainnya yang kemampuannya jauh di
atas rata-rata anak seusianya.
Menurut Galton (2002), kebeberbakatan merupakan kemampuan alami yang
luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual,
kemauan yang kuat, dan unjuk kerja
Menurut Clark (1986), keberbakatan adalah ciri-ciri universal yang khusus dan
luar biasa, yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh
lingkungan. Keberbakatan ikut ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan
kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup.
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang
unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat memerlukan
pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai
dengan bakat-bakat mereka yang unggul. Bakat (aptitude) pada umumnya diartikan
sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan
dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, kemampuan merupakan daya
untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan
sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan
dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan

3
prestasi seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan
kemampuan
II. Hakekat Keterbakatan
Landasan yuridis formal pelayanan pendidikan bagi anak berbakat adalah :
Undang-Undang No. 2/1989 (telah diganti dengan ) Undang-Undang No. 20 / 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal 5 :
a. Ayat (2):Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan / atau mental berhak
memperoleh pendidikan khusus.
b. Ayat (4) : Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
berhak memperoleh pndidikan khusus. (Terakhir dikelola secara khusus
dengan PP No. 17 Tahun 2010 mulai dari pasal 134 s/d 137 serta dipertegas
melalui PP No. 66 Tahun 2010 pasal Pasal 53 ayat (2) yakni Satuan
pendidikan wajib menjamin akses pelayanan pendidikan bagi peserta didik
yang membutuhkan pendidikan khusus, dan layanan khusus.
Konsep normatifnya Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berfungsi mengembangkan potensi
keunggulan peserta didik menjadi prestasi nyata sesuai dengan karakteristik
keistimewaannya Sedangkan tujuannya untuk mengaktualisasikan seluruh potensi
keistimewaannya tanpa mengabaikan keseimbangan perkembangan kecerdasan
spiritual, intelektual, emosional, sosial, estetik, kinestetik, dan kecerdasan lain. (PP
No. 17 Tahun 2010 pasal 134 ayat 1 dan 2 )
- Anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah mereka
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan diatas rerata normal.
- Anak yang berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa disebut juga dengan
istilah Gifed atau anak berbakat. Sebutan lain bagi anak yang gifed misalnya
genius, bright, creative, talented, bakat istimewa.
- Ciri umum anak berbakat adalah : memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari
pada anak normal.
- Menurut pandangan lain keberbakatan tidak hanya ditinjau dari segi kecerdasan
saja, tetapi juga dilihat dari segi prestasi, kreatifitas dan karakteristik pribadi dan
sosial lainnya, serta dari kemampuan yang bersifat potensial maupun aktual
(prestasi).
- Menurut Lucito (Cartwight, 1984) definisi keberbakatan sebagai berikut :
a) Ex post fakto, yang didasarkan atas penampilan prestasi yang luar
biasa dalam bidang tertentu.
b) Intelligence test, yang didasarkan atas IQ sebagai tolok ukur tes
kecerdasan
c) Sosial, yang didasarkan atas kecakapan-kecakapan yang secara
sosial dapat disetujui (diterima)
d) Presentage, yang didasarkan atas persyaratan masyarakat akan
jumlah orang tersebut yang dikehendaki untuk memainkan peran-
peran khusus.
e) Creativity, yang didasarkan atas perilaku dan/atau unjuk kerja
sebagaimana diukur oleh pengukuran kreativitas.
- Menurut S.C.U. Munandar, 1982 b anak berbakat diistilahkan sebagai anak
cerdas dan cemerlang.

4
- Keberbakatan tidak semata-mata merujuk pada fungsi kofnitif melainkan pada
totalitas dan keterpaduan fungsi otak. Keberbakatan harus dipandang sebagai
produk perkembangan dari seluruh fungsi otak manusia.
- Dalam konsep yang lebih luas istilah keberbakatan mencakup anak yang
memiliki kecakapan intelektual superior yang dapat mencapai keunggulan
akademik di kelompok populasinya.
- Rinzully (1978) merumuskan bahwa keberbakatan itu terbentuk dari hasil
interaksi tiga aspek penting yaitu :
Kecakapan diatas rata-rata
Komitmen tugas yang tinggi dan
Kreatifitas, seperti dilukiskan sebagai berikut :
Perhatikan model keberbakatan dari Rinzully (1978)
Kemampuan diatas rata-rata
Komitmen terhadap tugas
Kreatifitas
Masalah Keberbakatan Dan Kretifitas
- Keberbakatan sebagai sesuatu yang berdimensi ganda karena memadukan
semua simu aspek baik intelektual, prestasi akademik, kreatifitas dan bakat,
serta aspek sosial.
- Masalah kretifitas dan keberbakatan merupakan dua hal yang dapat dibedakan
tetapi sangat erat kaitannya
- Menurut Guilford (1959), Renzulli (1978), Torrance (1962), Getzles dan
Jackson (1962), Clark (1983), dikemukakan bahwa didalam keberbakatan itu
ada komponen penting yang disebut kreatifitas.
- Kreatifitas jauh lebih luas dari kecakapan umum
- Dalam model struktur intelek dari Guilford (1959) digambarkan bahwa
struktur intelek manusia terdiri atas tiga dimensi, yakni dimensi operasi,
dimensi product, dan dimensi Konten dengan 120 faktor kemampuan
intelektual manusia yang dapat diukur dan tahun 1982 memisahkan konten
figural dari dimensi auditoris (Khatena J. 1992) sehingga mengembangkan
menjadi 150 kemampuan.
- Terkait proses berpikir kreatif, perlu dipahami konsep berfikir konvergen dan
konsep berfikir divergen.
- Konsep berfikir konvergen adalah proses berfikir linier, terarah kepada proses
mempersempit alternatif untuk mencari satu jawaban yang benar.
- Konsep berfikir divergen adalah proses berfikir alternatif, bahwa suatu
persoalan itu dapat dilihat dari berbagai sudut pemikiran.
- Faktor-faktor yang terlibat dalam berfikir divergen adalah kepekaan terhadap
masalah, kelancaran proses berfikir, kebaruan gagasan, fleksibilitas, kecakapan
mensintesis, kecakapan menganalisis, kecakapan mengorganisasikan, atau
merumuskan kompleksisitas, dan evaluasi.
- Jadi kecerdasan tinggi (Keberbakatan) tidak sama dengan berfikir kreatif.
- Keberbakatan banyak digunakan didalam merujuk suatu kecakapan khusus
atau prestasi tertentu.
- Sedangkan kreatifitas digunakan dalam makna yang lebih luas, karena
kreatifitas tidak hanya menyangkut aspek intelektual tetapi juga menyangkut
aspek non intelektual.
- Keberbakatan akan terwujud didalam perilaku-perilaku kreatif, atau dengan
kata lain kreatifitas merupakan ekspresi puncak keberbakatan. (Clark 1988:48)

5
Karakteritik Anak Berbakat
Karakteristik umum anak berbakat mencakup aspek-aspek intelektual, akademik,
kreatifitas, kepemimpinan dan sosial, seni, afektif, sensori fisik, intuisi, dan
ekologis

III. Perkembangan Fisik Anak Berbakat


- Pola perkembangan fisik anak pada umumnya terjadi pula pada anak berbakat
- Reaksi-reaksi fisik terjadi lebih cepat dan lebih awal dari anak-anak biasa
karena secara intelektual dia lebih mampu menyerap informasi dan stimulus
dari luar.
- Perkembangan psikomotorik dan kemampuan koordinasi anak berbakat
cenderung baik cepat dari rata-rata
- Karena sensitifitas intelektual yang cukup tinggi, anak berbakat cenderung
menunjukan karakteristik (sensasi) fisik seperti; menerima masukan (stimulus)
yang luar biasa dari lingkungan melalui kesadaran sensoris yang amat tinggi,
- kesenjangan antara perkembangan fisik dan intelektual, kurang toleran
terhadap kesenjangan antara standar dan keterampilan fisik.
- Melihat karakteristik dan kebutuhan (sensasi) fisik anak berbakat, maka
program pendidikan bagi mereka sepatutnya mempertimbangkan kebutuhan
untuk :
Melakukan aktifitas yang memungkinkan terjadinya integrasi dan
asimiliasi data sensoris
Apresiasi kapasitas fisik
Menjelajahi aktifitas fisik yang menimbulkan kesenangan dan kepuasan
Menjelajahi aktifitas yang mengarah kepada keterpaduan antara pikiran
dan badan

IV. Perkembangan Kognitif Anak Berbakat


- Menurut beberapa ahli, ciri/karakteristik perkembangan kognitif anak berbakat,
adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan struktur otak sehingga mampu menfungsikan kedua belahan
otak secara terintegrasi sehingga mewujudkan perilaku kreatif
2. Memiliki kemampuan berpikir analitis, integratif, dan evaluatif.
3. Memiliki Curiosity (rasa ingin tahu), imagination, persistence, commitment to
solving problems, dan concern with the future.
4. Memiliki kemampuan berpikir superior, berpikir abstrak, menggeneralisasi
fakta, memahami makna, dan memahami hubungan
5. Memiliki kesiapan belajar lebih awal.
6. Memiliki minat luas terhadap masalah manusia dan dunia.
7. Memiliki minat baca dalam berbagai bidang pengetahuan.
8. Menunjukkan kemampuan tinggi dalam matematika, terutama dalam
memecahkan masalah.
- Semua ciri perkembangan kognitif anak berbakat menunjukkan kemudahan yang
dimilikinya dalam belajar.
- Apabila karakteristik tersebut tidak tersalurkan sebagaimana mestinya tak mustahil
muncul masalah sbb :
1. Kebosanan terhadap pengajaran reguler
2. Kesulitan hubungan sosial dalam kelompok seusia
6
3. Dipandang sombong oleh kawan sebayanya
4. Sulit berkonformitas pada kelompok
5. Frustasi karena dia harus menjadi penunggu
- Perkembangan kognitif anak berbakat juga disertari dengan perkembangan
kemampuan intuitif.
- Kaitan intuisi dengan kreatifitas, bahwa fungsi intuitif berperan dalam pemunculan
kreatifitas seseorang .Kreatifitas merupakan integrasi fisik maupun psikis dan bukan
semata-mata perilaku intelektual.
- Keunikan intuisi anak berbakat ditandai dengan kecenderungan untuk :
1. Terlibat dan peduli terhadap pengetahuan intuitif dan fenomena-fenomena
metafisik
2. Terbuka terhadap pengalaman-pengalaman metafisis
3. Menunjukkan perilaku kreatif dalam banyak hal
- Kebutuhan program pendidikan bagi anak berbakat dalam mengembangkan aspek
kognitif yaitu :
1. Pengkajian informasi baru dan menantang
2. Akses terhadap kurikulum dan kehidupan intelektual yang menantang
3. Pengkajian berbagai mata ajaran dan kepedulian
4. Pemecahan masalah dalam berbagai cara
5. Penyediaan pengalaman dan dukungan bagi proses percepatan pencapaian
tingkat perkembangan kognitif yang lebih tinggi
6. Kesempatan melakukan dialog bermakna tentang fenomena, memahami energi
dan kecakupan intuitif, pengembangan kegiatan kreatif secara berkelanjutan.

V. Perkembangan Emosi Anak Berbakat


- Perkembangan emosi anak berbakat cenderung menunjukkan kekukuhan dalam
pendirian sebagai manifesasi adanya kepercayaan diri yang kuat dalam upaya
mencapai hasil, peka terhadap keadaan sekitar, dan senang terhadap hal-hal baru.
- Kecenderungan negatif emosi anak berbakat adalah sebagai berikut :
1. Mudah tersinggung
2. Sikap egois
3. Kesulitan dalam penyesuaian diri
- Kecenderungan negatif emosi ini terjadi karena karakteristik yang tinggi belum
tentu disertai dengan terjadinya perkembangan emosi yang tinggi pula.
- Perkembangan emosi dalam pendidikan anak berbakat seyogyanya
terakomodasikan kebutuhan yang berkenaan dengan :
1. Proses-proses kognitif yang memberikan pengalaman emosional yang
bermakna
2. Klarifikasi perasaan dan harapan diri maupun orang lain
3. Pemahaman perwujudan komitmen ke dalam tindakan nyata
4. Pengembangan tujuan dan arah perilaku untuk realistik atas dasar nilai-nilai
pribadi
5. Validasi timbangan moral yang berbeda di atas rata-rata

VI. Perkembangan Sosial Anak Berbakat


- Menurut Clark (1988), perkembangan sosial dan emosional anak berbakat adalah
sebagai berikut :
7
1. Anak berbakat, jika dibandingkan dengan teman sebayanya, merasa lebih
senang dan puas dengan keadaan dirinya sendiri dan hubungan antar
pribadinya
2. Anak berbakat cenderung menunjukkan penyesuaian emosional yang lebih baik
daripada anak rata-rata walaupun kecenderungan ini lebih erat kaitannya
dengan latar belakang sosial ekonomi daripada dengan kecerdasan
3. Anak berbakat cenderung lebih mandiri dan kurang berkonformitas terhadap
pendapat sebaya, lebih dominan, lebih mampu mengendalikan lingkungan, dan
lebih kompetitif
4. Anak berbakatmenunjukkan kecakapan kepemimpinan dan menjadi terlibat
dalam kegiatan dan kepedulian sosial
5. Anak berbakat lebih cenderung memilih kawan yang memiliki kesebayaan usia
intelektual daripada memilih kawan yang secara kronologis berada pada usia
yang sama.
- Program pendidikan bagi anak berbakat hendaknya mengakomodasikan kebutuhan
akan :
1. Pemahaman tuntutan aktualisasi diri
2. Penyaluran dorongan-dorongan yang divergent
3. Keterlibatan dalam masalah sosial-sosial
4. Pemahaman kepemimpinan
5. Eksplorasi tataran berpikir tingkat tinggi

VII. Identifikasi Anak Berbakat


Identifikasi anak berbakat hendaknya diawali dengan memahami karakteristik
keberbakatan.
Karakteristik umum anak berbakat mencakup aspek-aspek; intelektual,
akademik, kreatifitas, kepemimpinan dan sosial, seni, efektif, sensoris fisik, intuisi
dan ekologis. Karakteristik tersebut erat sekali dengan kemampuan intelektual. Oleh
karena itu merupakan cara yang logis jika identifikasi anak berbakat diawali dengan
pengujian kemampuan intelektual.
Teknik identifikasi anak berbakat yang dapat dilakukan di sekolah ialah :
a) Penggunaan Tes Kecerdasan : Penggunaan tes kecerdasan dilakukan
dalam dua tahap, yaitu tahap penjaringan dan tahap seleksi.
Tahap penjaringan
Tahap penjaringan dilakukan secara kelompok
dengan menggunakan tes kelompok, dengan cara
tersebut diharapkan dapat ditemukan anak berbakat.
Secara intelektual anak yang dapat digolongkan ke
dalam anak berbakat adalah mereka yang memiliki
IQ 130 keatas.
Tahap seleksi
Tahap seleksi digunakan tes individual agar
membuahkan hasil pengukuran yang lebih teliti,
cermat dan akurat. Tes kecerdasan individu yang
digunakan untuk mengidentifikasi keberbakatan
adalah WISC (Wechsler Intelligence Scale for
Children). Masalah utama yang dihadapi dalam
teknik ini ialah karena penggunaan tes berdasar

8
hanya bisa dilakukan oleh orang tertentu yang
berbalikan dalam hal itu. Akibatnya penggunaan
teknik ini memiliki keterbatasan.
b) Studi Kasus
Identifikasi anak berbakat dilakukan dengan jalan menghimpun
berbagai informasi tentang anak dari berbagai sumber baik orang
tua, guru, teman sebaya atau pihak lain yang dianggap mengetahui
tentang anak itu

VIII. Masalah-masalah dan Dampak Keterbakatan


Anak keberbakatan mengandung atau memunculkan masalah bagi :
a. Individu sendiri,
b. Keluarga,
c. Masyarakat,
d. Penyelenggara pendidikan
Secara singkat masalah tersebut adalah :
1. Masalah dan dampak bagi individu
Anak berbakat memiliki kemungkinan masalah-masalah individu yang
dirumuskan dalam kecenderungan-kecenderungan.
1) Kecepatan perkembangan kognitif yang tidak sesuai dengan kekuatan
fisik, sehingga terjadi kesenjangan diantara keduanya, dapat
menimbulkan perasaan tidak ade kuat pada diri anak. Perasaan
semacam ini dapat mendorong anak tidak peduli terhadap kegiatan fisik
kelompok, sehingga dapat menimbulkan frustasi, kecewa dan tidak
puas terhadap kehidupan kelompok sebaya.
2) Perkembangan kognitif anak berbakat lebih cepat dari teman sebaya
akan menimbulkan kebosanan terhadap pengajaran reguler, kesulitan
hubungan sosial dalam kelompok seusia, sulit berkonfirmasi dalam
kelompok, frustasi karena harus menunggu kelompok. Kondisi
semacam ini menimbulkan kesulitan penyesuaian diri anak berbakat.
3) Kemampuan anak berbakat untuk menyerap dan menghimpun
informasi yang tidak diimbangi dengan perkembangan emosi dan
kesadaran dapat menimbulkan ketidakstabilan perkembangan emosi.
Kondisi semacam ini akan membuat individu rawan terhadap kritik,
bersikap serius, dan menentang, menentukan nilai sendiri dan tujuan
yang mungkin tidak realistis.
4) Kematangan sosial dan kecakapan kepemimpinan yang tumbuh lebih
awal pada anak berbakat dapat menimbulkan masalah penyesuaian diri.
Kondisi semacam ini akan menumbuhkan perasaan tidak tertantang dan
dapat mendorong individu untuk mengambil pemecahan masalah
melalui jalan pintas.

2. Masalah dan dampak bagi keluarga


Keberbakatan akan membawa dampak iklim dan perlakuan keluarga.
Orang tua yang tidak memahami dan menyadari akan potensi yang
dimiliki anaknya bisa jadi tidak peduli dan merespon perilaku anak tadi. Orang
9
tua berupaya supaya anaknya patuh dan mengikuti pola interaksi sebagaimana
layaknya anak pada umumnya. Kecenderungan orang tua untuk menghardik
anaknya kalau anak itu melibatkan diri dalam urusan orang tuanya,
memaksakannya untuk bermain dengan teman seusianya.
Sikap orang tua tersebut akan menimbulkan letak beruntung dalam
keberbakatan (disadvantages child).
Dalam menghadapai anak berbakat orang tua harus menunjukkan sikap
memahami, peduli terhadap pikiran dan perasaan anak, bersikap terbuka dan
memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan dirinya.
Peran orang tua adalah guru bagi anak berbakat dalam lingkungan.
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua di dalam membantu dan
membimbing anak berbakat ialah :
1) Ciptakan komunikasi terbuka antara orang tua-anak dan antar anak
dengan disertai kasih sayang
2) Berikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk menghadapi
dan memecahkan masalah
3) Sertakan anak dalam kegiatan orang tua sehingga anak memperoleh
wawasan yang lebih luas dan mendalam
4) Perhatikan kebutuhan utama anak dan upayakan untuk memenuhinya
secara wajar
5) Berikan anak kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang dipikirkan dan
disenangi
6) Hargai upaya dan hasil kerja anak dan ikuti perkembangannya
7) Bantulah anak untuk mengembangkan, memahami dan menyesuaikan
kebutuhan-kebutuhannya
8) Bantulah anak menyusun skala prioritas kegiatan
9) Sediakan fasilitas dan sumber informasi yang dapat dimanfaatkan oleh
anak untuk memenuhi hasrat keinginan tahunya
10) Berilah anak untuk memahami perbedaan individu melalui pembentukan
pengertian
11) Perhatikan kebutuhan gizi dan kesehatan anak
12) Tanyakan rasa bahagia dalam hidup bersama dia

3. Masalah dan dampak bagi masyarakat


Masalah dan dampak keberbakatan bagi kehidupan masyarakat terlebih
pada isu sosial maupun politis bagaimana perlakuan terhadap anak berbakat
diberikan terutama layanan pendidikan yang mungkin diperolehnya. Contoh,
pendidikan khusus yang diperoleh anak berbakat mungkin akan menimbulkan
sikap elitisme dan ekslusif atau dintegrasikan ke dalam sistem persekolahan
biasa yang mungkin akan menimbulkan masalah-masalah bagi anak itu
sendiri.
Masalah keberbakatan membawa dampak terhadap pengambilan
kebijakan pendidikan.

4. Masalah dan dampak bagi penyelenggara pendidikan

10
Perbedaan program pendidikan bagi anak berbakat bukan sekedar
berbeda, tetapi secara kualitatif memang menghendaki perbedaan walaupun
tidak berarti harus terpisah dari anak-anak biasa. Perbedaan kualitatif perlu
karena anak berbakat memiliki karakteristik dan kebutuhan suatu
permasalahan yang berbeda dari anak-anak pada umumnya.
Program pendidikan anak berbakat akan menyangkut berbagai aspek :
- Fisiologis
- Tujuan pendidikan anak berbakat
- Isi kurikulum
- Proses belajar mengajar

IX. Dimensi Program Pendidikan Anak Berbakat


Dimensi program pendidikan anak berbakat adalah karakteristik dan kebutuhan anak.
Dan ada dimensi lain yang harus dipertimbangkan ialah dimensi :
1) Dimensi Filosofis : Landasan filosofis pendidikan anak berbakat yaitu
Pancasila. Artinya bahwa pengembangan program pendidikan bagi anak
berbakat harus bertolak dari pandangan tentang hakikat manusia menurut
Pancasila, yaitu sebagai makhluk indah, sosial dan makhluk Tuhan YME.
2) Tujuan Program : Tujuan pendidikan bagi anak ialah tujuan pendidikan
nasional, tetapi secara kualitatif intensitas perilaku yang dikembangkan
melintasi jumlah peserta didik pada umumnya. Tujuan utama program
pendidikan anak berbakat ialah memberikan kesempatan kepada dia untuk
memenuhi kebutuhannya yang tidak ditemukan dalam program kelas biasa.
3) Struktur (isi) program : Program pendidikan anak berbakat dengan anak biasa
adalah sama atau kurikulum atau struktur program anak biasa sama dengan
anak berbakat. Perbedaan program hanya ada karena adanya perbedaan
kebutuhan, maka struktur isi program pendidikan anak berbakat merefleksikan
pemenuhan kebutuhan tersebut. Program pendidikan anak berbakat secara
terpadu hendaknya mencakup unsur-unsur berikut ini :
a) Pengembangan ranah kognitif / intelektual
b) Pengembangan ranah afektif
c) Pengembangan ranah fisik
d) Pengembangan ranah intuity
e) Pengembangan ranah kemasyarakatan
4) Lingkungan belajar : Lingkungan belajar bagi anak berbakat adalah
lingkungan yang menantang dan kondusif untuk terjadinya kegiatan belajar
yang berpusat pada peserta didik. Belajar mandiri, terbuka, kompleksitas,
penuh penerimaan dan memungkinkan terjadinya mobilitas. Artinya
lingkungan belajar bagi anak berbakat memerlukan penataan tersendiri baik
secara fisik, psikolgis maupun sosial.
Secara fisik : maksudnya lingkungan belajar harus memungkinkan
tersedianya sumber informasi untuk pembentukan dan integrasi
konsep
Secara psikologis : lingkungan belajar harus mempertimbangkan
kesertaan individu untuk mengembangkan konsep diri secara
realistis, belajar menerima tanggung jawab, mampu buat kendali
diri secara internal, serta mempelajari nilai-nilai intrinsik yang ada
pada dirinya
Secara sosial : lingkungan belajar harus memungkinkan peserta
didik bekerja sama dalam memecahkan masalah, mengembangkan
11
keterampilan kepemimpinan, dan fleksibilitas komunikasi dalam
kelompok

5) Model Evaluasi : Evaluasi program anak berbakat adalah program yang


bertolak dari kecerdikan dan kebutuhan mereka. Oleh karena itu evaluasi
program dalam arti tingkat kepadanan isi dan kebutuhan tersebut perlu
secara berkesinambungan dilakukan. Evaluasi hasil anak berbakat selalu
mencapai tingkat penguasaan yang tuntas.

X. Telaah Model Program Alternatif


a. Menurut Getzelsde Dillon secara konvensional model-model program alternatif
dapat digolongkan ke dalam model akselerasi, pengayaan dan kelas khusus.
b. Sedangkan Mitchel, kesimpulan studi sekolah-sekolah di Amerika Serikat
cenderung meninggalkan model pengayaan, karena model ini hanya menambah
program khusus untuk memenuhi kebutuhan anak bakat tanpa harus memisahkan
mereka dari kelasnya.
c. Bentuk lainnya adalah model pengelompokan kecakapan, dengan sistem
pullout yaitu memisahkan anak berbakat dari kelas reguler pada kegiatan
tertentu. Sedangkan pada kegiatan lainnya mereka bergabung kembali dengan
kelas reguler.
d. Sedangkan telaah yang dilakukan oleh Findley dan Bryan menyatakan bahwa
model pengelompokan ini tidak secara konsisten menunjukan nilai positif dalam
membantu peserta didik mencapai hasil belajar yang lebih tinggi atau mengalami
kondisi belajar yang lebih efektif.
e. Studi lain yang dilakukan oleh Halinan dan Sorensen bahwa pengelompokan
kecakapan ini memiliki keunggulan dan kelemahan dalam perkembangan sosial
peserta didik. Keunggulannya bahwa model bisa memperkuat ikatan sosial sesama
anggota kelompok, tetapi dipihak lain jika tingkat kecakapan itu berkaitan dengan
status sosial, ekonomi, etnis atau kelompok model ini akan menumbuhkan kelas yang
tidak sehat.
f. Model selanjutnya adalah model akselerasi. Model ini bisa dilakukan dalam berbagai
bentuk mulai dari memasuki sekolah formal dalam usia dini, loncat kelas atau
mengikuti bidang studi tertentu di kelas yang lebih tinggi. Pada akhirnya peserta
didik dapat menyelesaikan pendidikan dalam waktu yang lebih singkat

XI. Alternatif Pendidikan Anak Berbakat di Indonesia


Hasil-hasil studi yang dikemukakan menunjukkan bahwa model akselerasi
cenderung merupakan model yang paling memadai. Sedangkan model pengayaan
adalah model yang tidak direkomendasikan. Sementara model pengelompokan
kecakapan yang mengarah kepada pembentukan kelas atau sekolah khusus
merupakan model kontroversial.
Melihat kemungkinan-kemungkinan diatas tampaknya model akselerasi
merupakan model alternatif yang dapat dipertimbangkan sebagai model yang cocok
untuk sistem pendidikan anak berbakat di Indonesia. Karena model ini bisa
diselenggarakan disetiap sekolah tanpa memerlukan guru khusus kecuali membekali

12
guru itu dengan kesiapan dan kemampuan tertentu. Dengan model ini
memungkinkan akan mengatur semua aspek perkembangan kepribadian peserta
didik sehingga terhindar dari disintegrasi kepribadian.

XII. Program Pendidikan Anak Berbakat di Indonesia


(sekarang)
UU No. 20 Tahun 2003 melalui pasal 5 ayat (4) menegaskan bahwa Warga
negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus.
Sebagai konsep pendidikan khusus dituangkan dalam pasal 32 ayat (1)
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,
mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Secara teknis program penanganan anak berbakat saat ini diatur dalam PP No.
17 tahun 2010 sebagai berikut :
Pasal 135
(1) Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakan pada satuan pendidikan
formal TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau bentuk
lain yang sederajat.
(2) Program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat berupa:
a. program percepatan; dan/atau
b. program pengayaan.
(3) Program percepatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dengan persyaratan:
a. peserta didik memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa yang diukur dengan tes psikologi;
b. peserta didik memiliki prestasi akademik tinggi dan/atau bakat
istimewa di bidang seni dan/atau olahraga; dan
c. satuan pendidikan penyelenggara telah atau hampir memenuhi
Standar Nasional Pendidikan.
(4) Program percepatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan
dengan menerapkan sistem kredit semester sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(5) Penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dalam bentuk:
a. kelas biasa;
b. kelas khusus; atau
c. satuan pendidikan khusus.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu anak berkebutuhan khusus atau ABK adalah anak berbakat dimana ini tidak
asing lagi bagi kita, khususnya bagi kita calon pengajar, karena walau bagimana
pun anak tersebut memerlukan pendidikan sebagai salah satu bentuk layanan bagi anak
berbakat tersebut. Diamana dalam kegiatan belajar mengajar anak berbakat itu menjadi
perhatian tersendiri karena anak tersebut mempunyai kemampuan yang sangat tinggi di,
sebanding dengan anak-anak yang lainnya sehingga dalam kegiatan belajar mengajar itu
memerlukan perhatian khusus. Idealnya anak terseut sekolah di Sekolah Luar Biasa
(SLB) seiring dengan program pemerintah yang mengadakannya program sekolah
inklusi secara otomatis guru sekolah dasar juga harus memahai dan mengetahui
sekaligus mampu memberikan layanan bagi anak berkebutuhan khsusus (ABK), salah
satunya anak berbakat.
Dengan demikian kesimpulan makalah yang kami bahas diantaranya:
1. Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai kemampuan-kemampuan
yang unggul dalam segi: intelektual, teknik, estetika, social, dan fisik.
2. Karakteristik anak berbakat diantaranya:
a) Mempunyai kemapuan intelektual atau mempunyai intelegensi
yang menyeluruh, mengacu pada kemampuan yang berikir
abastrak dan mampu memecahkan permasalahan secara
sistematis dan masuk akal. Kemampuan ini dapat diukur pada
orang dewasa mapun pada anak dengan tes psikometrik
berkaiatan dengan prestasi umumnya dinyatakan dengan skor
IQ.
b) Kemampuan intelektual khusus, mengacu pada kemampuan
yang berbeda dalam matematika, bahasa asing, music, atau
ilmu pengetahuan alam.
c) Berpikr kreatif atau berpikir murni menyeluruh. Umumnya
mampu berpikir untuk memecahkan permasalahan yang tidak
umum dan memerlukan pemikiran tinggi. Pemikiran
kreatif menghasilkan ide-ide yang produktif melalui imajinasi,
kepintarannya, keluwesannya, dan bersifat menakjubkan.
d) Mempunyai bkat kreatif khusus, bersifat orsinil. Dan berbeda
dengan orang lain.
3. Memberikanlayanan bagi anak berbakat itu harus tepat sasaran, dan sesuai
dengan karakteristik keberbakatan anak tersebut, dan mampu mempasilitasi
pengembangan kemampuannya. Dan dalam memberikan layanan bagi anak
berbakat itu perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya:
a) Standarisasi siswa berbakat.
b) Bentuk layanan yang akan dilaksanakan.
c) Sumber daya manusia pelaksana.
d) Sarana prasarana pendukung.

14
e) Kurikulum, materi untuk kelas berbakat.
Mulai dari pengertian, karakteristik, cara menangani anak berbakat kami harapkan
menjadi pemahaman tentang anak berbakat dan mampu dalam memberikan layanan bagi
anak berbakat.

B. Saran
Dalam memberikan layanan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) khususnya
bagi anak berbakat, pertama kita harus memahami dulu pengertian anak berbakat itu
sendiri, kemudian karakteristik dari anak berbakat, paktor penunjang yang
mempengaruhi dalam memberikan layanan terhadap anak berbakat, dan bagaimana
memberikan layanan yang tepat bagi anak berbakat, agar mecapai tujuan yang
diharapkan.
Adapun dalam makalah ini masih banyak kekurangannya, tetapi saya berharap
mudah-mudahan makalah ini bermanpaat khususnya bagi kami umumnya bagi
pemabaca semuanya. Kekurangan dalam malah ini mulai dari keterbatasan sumber.
Dan mudah-mudahan saya lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya. Ammin

15
Daftar Pustaka

http://charismaputri.student.fkip.uns.ac.id/2013/07/03/makalah-pembelajaran-anak-
berbakat/
http://kumpulanmakalah-kedokteran-psikologi.blogspot.com/2013/06/makalah-psikologi-
pendidikan-pendidikan.html
http://abcdirga.wordpress.com/2013/04/02/anak-berbakat/
http://media-klaten.blogspot.com/
http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/30/03420494/anak.cerdas.butuh.layanan.k\ .

16

Anda mungkin juga menyukai