Anda di halaman 1dari 4

Malang, Beritamadani.co.

id – Sahabat Madani, pada kesempatan kali ini penulis


akan membahas tentang Tunalaras. Apakah itu?. Tunalaras adalah individu yang
mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu
tunalaras biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan
norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya.
Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu
pengaruh dari  lingkungan sekitar. Menurut T.Sutjihati Somantri, (2007 : 139) “
Anak tunalaras sering juga disebut anak tunasosial karena tingkah laku anak ini
menunjukkan penentangan terhadap norma-norma sosial masyarakat yang
berwujud seperti mencuri, mengganggu, dan menyakiti orang lain.”

Perkembangan yang terjadi pada diri anak tunalaras, tidak jauh berbeda dengan
anak-anak yang tidak memiliki ketunalarasan. Hanya saja akibat dari gangguan
emosi yang ia miliki, berpengaruh terhadap segi kognitif, kepribadian, dan sosial
anak. Dimana pada segi kognitif anak kehilangan minat dan konsentrasi belajar,
dan beberapa anak mempunyai ketidakmampuan bersaing dengan teman-
temannya.

Ciri-ciri Anak Tuna Laras


Mengalami gangguan perilaku :
1. Berkelahi, memukul menyerang
2. Pemarah
3. Pembangkang
4. Suka merusak
5. Kurang ajar, tidak sopan
6. Penentang, tidak mau bekerjasama
7. Suka menggangu
8. Suka ribut, pembolos
9. Mudah marah, Suka pamer
10. Hiperaktif, pembohong
11. Iri hati, pembantah
12. Ceroboh, pengacau
13. Suka menyalahkan orang lain
14. Mementingkan diri sendiri
Mengalami kecemasan dan menyendiri:
1. Cemas
2. Tegang
3. Tidak punya teman
4. Tertekan
5. Sensitif
6. Rendah diri
7. Mudah frustasi
8. Pendiam
9. Mudah bimbang
Anak yang kurang dewasa
1. Pelamun
2. Kaku
3. Pasif
4. Mudah dipengaruhi
5. Pengantuk
6. Pemborosan
Anak yang agresif bersosialisasi
1. Mempunyai komplotan jahat
2. Berbuat onar bersama komplotannya
3. Membuat genk
4. PSuka diluar rumah sampai larut
5. Bolos sekolah
6. Pergi dari rumah
Selain karakteristik diatas, berikut ini karakteristik yang berkaitan dengan segi
akademik, sosial/ emosional dan fisik/ kesehatan anak tunalaras.

Karakteristik Akademik:
Kelainan perilaku mengakibatkan penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk.
Akibatnya, dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:

 Hasil belajar dibawah rata-rata


 Sering berurusan dengan guru BK
 Tidak naik kelas
 Sering membolos
 Sering melakukan pelanggaran, baik di sekolah maupun di masyarakat, dll.
Karakteristik Sosial/ Emosional:
Karakteristik sosial/emosional tunalaras dapat dijelaskan sebagai berikut:

A.Karakteristik Sosial
1) Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain:

 Perilaku itu tidak diterima masyarakat, biasanya melanggar norma budaya


 Perilaku itu bersifat menggangu, dan dapat dikenai sanksi oleh kelompok
sosial
2) Perilaku itu ditandai dengan tindakan agresif yaitu:

 Tidak mengikuti aturan


 Bersifat mengganggu
 Bersifat membangkang dan menentang
 Tidak dapat bekerjasama
3) Melakukan tindakan yang melanggar hukum dan kejahatan remaja

 Karakteristik Emosional
 Hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, misalnya tekanan batin
dan rasa cemas
 Ditandai dengan rasa gelisah, rasa malu, rendah diri, ketakutan dan sifat
perasa/sensitif
Karakteristik fisik/ kesehatan
Pada anak tuna laras umumnya masalah fisik/ kesehatan yang dialami berupa
gangguan makan, gangguan tidur atau gangguan gerakan. Umumnya mereka
merasa ada yang tidak beres dengan jasmaninya, ia mudah mengalami kecelakaan,
merasa cemas pada kesehatannya, seolah-olah merasa sakit, dll. Kelainan lain
yang berupa fisik yaitu gagap, buang air tidak terkontrol, sering mengompol, dll.

 Faktor–faktor penyebab Ketunalarasan:


1. Kondisi / Keadaan Fisik : Disfungsi kelenjar endokrin merupakan salah
satu penyebab timbulnya kejahatan. Kelenjar endokrin ini mengeluarkan
hormone yang mempengaruhi tenaga seseorang. Bila secara terus menerus
fungsinya mengalami gangguan, maka dapat berakibat terganggunya fisik
dan mental seseorang sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan
wataknya.
2. Masalah Perkembangan : Di dalam menjalani setiap fase perkembangan
individu, sulit untuk terhindar dari berbagai konflik. Konflik emosi ini
terutama terjadi pada masa kanak–kanak dan masa pubertas. Jiwa anak
yang masih labil pada masa ini banyak mengandung resiko berbahaya, jika
kurang mendapat bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa maka akan
mudah terjerumus pada tingkah laku menyimpang.
3. Lingkungan Kerja : Keluargalah peletak dasar perasaan aman
( emotional security ) pada anak, dalam keluarga pula anak memperoleh
pengalaman pertama mengenai perasaan dan sikap sosial. Beberapa aspek
yang terdapat dalam lingkungan keluarga yang berkaitan dengan masalah
gangguan emosi dan tingkah laku : kasih sayang dan perhatian,
keharmonisan keluarga, kondisi ekonomi.
4. Lingkungan Sekolah : Sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua
bagi anak setelah keluarga. Tanggung-jawab sekolah tidak hanya sekadar
membekali anak didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan, akan tetapi
sekolah juga bertanggungjawab membina kepribadian anak didik sehingga
menjadi seorang dewasa yang bertanggungjawab baik terhadap dirinya
maupun terhadap lingkungan masyarakat yang luas. Timbulnya gangguan
tingkah laku antara lain berasal dari guru dan fasilitas pendidikan.
5. Lingkungan Masyarakat : salah satu hal yang nampak mempengaruhi
pola perilaku anak dalam lingkungan sosial adalah keteladanan, yaitu
meniru perilaku orang lain. Di samping pengaruh–pengaruh yang bersifat
positif, di dalam lingkungan masyarakat juga terdapat banyak sumber yang
merupakan pengaruh negatif yang dapat memicu munculnya perilaku
menyimpang.
Kelainan tingkah laku yang dialami anak tunalaras mempunyai dampak negatif
baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sosialnya. Salah satu dampak serius
yang mereka alami adalah tekanan batin berkepanjangan sehingga menimbulkan
perasaan merusak diri mereka sendiri. Menghadapi keadaan diatas, kita
hendaknya dapat mempengaruhi lingkungan mereka, mengajar dan menguatkan
keterampilan sosial antar pribadi yang lebih efektif, serta menghindarkan mereka
dari ketergantungan dan penguatan ketakberdayaan. Bahwa perilaku menyimpang
pada anak tunalaras merugikan lingkungannya kiranya sudah jelas dan seringkali
orang tua maupun guru merasa kehabisan akal menghadapi anak dengan
gangguan perilaku seperti ini. Salah satu contoh, kita sering mendengar anak
delinkwensi. Sebenarnya anak delinkwensi merupakan salah satu bagian anak
tunalaras dengan gangguan karena social perbuatannya menimbulkan
kegoncangan ketidak-bahagiaan/ketidak-tentraman bagi masyarakat.
Perbuatannya termasuk pelanggaran hukum seperti perbuatan mencuri, menipu,
menganiaya, membunuh, mengeroyok, menodong, mengisap ganja, anak
kecanduan narkotika, dan sebagainya.

Demikianlah pembahasan tentang Tunalaras pada kesempatan kali ini, butuh


kesabaran dan strategi pengajaran yang tepat untuk mereka. Semoga bermanfaat
dan sampai jumpa pada pembahasan dengan materi yang tak kalah menarik
dipekan depan, untuk menambah ilmu dan wawasan kita. Salam ABK.

Penulis: Firdiani Yuliana, S.Psi

Daftar Pustaka:
1.Dra. Hj.T.Sutjihati Somantri,M.Si.,psi – Psikologi Anak Luar Biasa – Rafika
Aditama

2.Gunarsa D Singgih, Prof. Dr, Psikologi Anak Bermasalah. Libri

3.Munawir Yusuf,dkk (2003). Pendidikan bagi anak dengan problema belajar.


Tiga Serangkai

Anda mungkin juga menyukai