Anda di halaman 1dari 30

ABK TUNA

LARAS
Sri Rochmayanti
19.0305.0160
Pengertian Tuna Laras
Anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan
bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat
pada umumnya,sehingga merugikan dirinya maupun orang lain,
dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi
kesejahteraan dirinya maupun lingkungan
Pengertian Tuna Laras menurut para ahli:
● Menurut Kauffman (Sunardi, 1995: 9) anak tunalaras adalah anak yang secara kronis dan mencolok berinteraksi
dengan lingkungannya dengan cara yang secara sosial tidak dapat diterima atau secara pribadi tidak menyenangkan
tetapi masih dapat diajar untuk bersikap yang secara sosial dapat diterima dan secara pribadi menyenangkan.
● Cullinan, Epstein, dan Lloyd (Sunardi, 1995: 10) mengemukakan bahwa anak tunalaras adalah anak yang
perilakunya menyimpang dari kenormalan menurut standar pendidik dan mengganggu kemampuan berfungsi anak
sendiri dan/atau anak lain.
● Menurut Maryadi (2011:64), yang dimaksud anak berkebutuhan khusus tunalaras adalah seseorang yang
mengalami gangguan atau hambatan emosi dan berkelainan tingkah laku serta kurang dapat menyesuaikan diri
dengan baik terhadap lingkungannya.
● Menurut Nafsiah Ibrahim dan Rohana Aldy (1996:3), anak tunalaras adalah anak yang bertingkahlaku kurang
sesuai dengan lingkungan.
● Menurut Dewi Pandji (2013 : 19), tunalaras adalah seseorang yang memiliki tingkah laku atau perilaku ekstrim
yang bermasalah, kronis, dan tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.
● Menurut Laili S. Cahya (2013:17) , tunalaras merupakan anak yang memiliki perilaku yang menyimpang baik
pada taraf sedang, berat, maupun sangat berat. gangguan perilaku ini terjadi pada usia-usia anak dan remaja.
Dampak dari gangguan perilakunya dapat merugikan anak itu sendiri maupun lingkungan masyarakatnya, sehingga
memerlukan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya.
Bagaimana cara mengenali anak tuna laras?

1. Melakukan psikotest

2.Melakukan sosiometri

3. Konsultasi ke Biro Konsultasi psikolog

4. Konsultasi ke Psikiari Anak

5. Membandingkan dengan tingkah laku anak umunya.


1. Psikotest
● Psikotes dilakukan untuk mengetahui kematangan sosial dan gangguan emosi. Sedangkan alat tes yang lain yaitu
tes proyektif yang memiliki beberapa jenis tes yaitu : Tes Rorchach. Tes ini memberikan gambaran mengenai
keseluruhan kepribadian, kelainan dan perlunya psikoterapi. Gambaran ini ditafsirkan dari reaksi anak terhadap
gambar-gambar yang terbuat dari tetesan tinta. 
● Thematic Apperception Test (TAT). Tes ini memperlihatkan berbagai situasi-emosi dalam bentuk gambar-gambar.
Gambaran kepribadian nampak dari tafsiran anak mengenai situasi emosi tersebut untuk itu disediakan skala
khusus. 
● Tes Gambar Orang. Dalam tes ini persoalan-persoalan emosi nampak dari gambar yang harus dibuat oleh anak.
Gambarnya ialah seorang laki-laki dan seorang perempuan. 
● Dispert Fable Tes. Tes ini memberikan gambaran mengenai: iri hati, rasa dosa, rasa cemas, tanggapan terhadap diri
sendiri, ketergantungan kepada orang tua, dan sebagainya. 
● Yang berhak melakukan psikotes dan mengumumkannya adalah psikolog, psikiater, dan counselor, atau orang lain
di bawah bimbingannya. Tenaga-tenaga ini ada yang membuka praktek sendiri, ada pula yang tidak membuka
praktek sendiri tetapi bekerja di Fakultas Psikologi, Fakultas Kedokteran, Lembaga Kesehatan Jiwa, Balai
Bimbingan dan Penyuluhan, Biro Konsultasi Psikologi, dan sebagainya
2. Sosiometri
● Sosiometri adalah alat tes yang digunakan untuk melihat/ mengetahui suka atau
tidaknya seseorang. Caranya ialah tanyakan kepada para anggota kelompok siapa
diantara anggotanya yang mereka sukai. Setiap anggota hendaknya memilih menurut
pilihannya sendiri. Dari jawaban itu akan diketahui siapa yang lain disukai oleh para
anggota.
● Perlu diperingatkan bahwa hasil-hasil sosiometri adalah hasil sementara yang perlu
ditelaah lebih lanjut. Anak yang terpencil dalam suatu saat belum tentu anak yang 
tunalaras, bahkan mungkin tidak terpencil lagi dalam sosiometri berikutnya.
Walaupun demikian, sosiometri dapat dipakai bersama-sama dengan cara yang lain.
Faktor penyebab Tunalaras:
1. Kondisi keluarga yg tidak harmonis (broken home).
2. Kurangnya kasih sayang orang tua karena kehadirannya tidak
diharapkan.
3. Kemapuan sosial dan ekonomi rendah
4. Adanya konflik budaya yaitu adanya perbedaan pandangan hidup antara
keadaan sekolah dan kebiasaan keluarga.
5. Berkercerdasan rendah atau kurang dapat mengikuti tuntutan sekolah.
6. Adanya pengaruh negatif dari geng-geng atau kelompok.
7. Adanya ganguan atau kerusakan pada otak (brain damage)
8. Memiliki ganguan kejiwaan bawaan.
Perilaku Anak Tuna Laras:
1. Adanya ganguan emosi dan gangguan sosial, yang ditandai dengan cirri-
ciri sebagai berikut :

a. Tidak mau bergaul dan menyendiri


b. Melarikan diri dan bertanggung jawab
c. Berdusta,menipu,mencuru menyakitan orang lain atau sebaliknya,ingin di
puji, tak perna menyulitkan orang lain penakut dan kurang pencaya diri.
d. Tidak mempunyai insiatif dan tertanggung jawab, kurangnya keberani-an
dan sangat tergantung pada orng lain.
e. Agresif terhadap diri sendiri,curiga,acuh tak acuh, banyak mengkhayal.
f. Memperlihatkan perbuatan gugup,misalnyal: mengigit kuku,komat
kamit,dan sebagainya.
Perilaku Anak Tuna Laras:
2. Rasa rendah diri yang berlebihan ditandai dgn cirri-ciri
  Sbb:

a. Terlalu mempersoalkan diri sendiri,sering minta maaf,takut tampil di


muka umum,dan takut bicara.
b. Mengeluh dgn nada nasib malang dan segan melakukan hal-hal baru atau
yg dapat mengungkap kekurangan.
c. Selalu ingin sempuna,tdk puas dgn apa yg diperbuat
d. Bersikap introvent (lebih banyak mengarahkan perhatian pada diri
sendiri/bersikap sangat tertutup)

 
Perilaku Anak Tuna Laras :
3. Merendahkan harga diri harga diri,ditandai dgn ciri- ciri sebagai
berikut :

a. Bernada murung,cepat merasa tersinggung, merasa tdk enak badan, sakit


buatan.
b. Berpura-pura lebih dari orang lain misalnya,
c. Menonjolkan diri, bicara lantang, dan merendahkan orang lain.
d. Membuat kompensasi.
e. Melakukan perbuatan jahat.
Karakteristik Anak Tuna Laras :
Bersikap membangkang,
Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
Sering melakukan tindakan aggresif, merusak, mengganggu.
Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.
1. Karakteristik Akademik
a. Pencapaian hasil belajar yang jauh dibawah rata-rata
b. Seringkali dikirim ke kepala sekolah atau ruangan bimbingan
c. Seringkali tidak naik kelas atau bahkan ke luar sekolahnya
d. Sering kali membolos sekolah
e. Lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu istirahat
f. Anggota keluarga terutama orang tua lebih sering mendapat panggilan
g. Orang yang bersangkutan lebih sering berurusan dengan polisi
h. Lebih sering menjalani masa percobaan dari yang berwenang
Karakteristik Anak Tuna Laras:
2. Karakteristik Sosial/Emosional
a. Karakteristik social
1)   Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain, dengan cirri-ciri: perilaku tidak
diterima oleh masyarakat dan biasanya melnggar norma budaya, dan perilaku
melanggar aturan keluarga, sekolah, dan rumah tangga.
2) Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan agresif, yaitu tidak mengikuti aturan, bersifat
mengganggu, mempunyai sikap membangkang atau menentang, dan tidak dapat
bekerja sama.
b. Karakteristik emosional
1)      Adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, seperti tekanan batin dan
rasa cemas.
2)      Adanya rasa gelisah, seperti rasa malu, rendah diri, ketakutan, dan sangat sensitive
atau perasa.
Karakteristik Anak Tuna Laras:
3. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Karakteristik fisik/kesehatan anak tunalaras ditandai dengan adanya gangguan makan,
gangguan tidur, dan gangguan gerakan (tik). Seringkali anak merasakan ada sesuatu yang
tidak beres pada jasmaninya, ia mudah mendapat kecelakaan, merasa cemas terhadap
kesehatannya, merasa seolah-olah sakit. Kelainan lain yang berwujud kelainan fisik, seperti
gagap, buang air tidak terkendali, sering mengompol dan jorok.
1. Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct
disorder) mengacu pada tipe anak yang melawan kekuasaan, seperti

Klasifikasi
bermusuhan dengan polisi dan guru, kejam, jahat, suka menyerang,
hiperaktif.
2. Anakyang cemas-menarik diri (anxious-withdraw) adalah anak yang
pemalu, takut-takut, suka menyendiri, peka, dan penurut. Mereka

Anak Tuna 3.
tertekan batinnya.
Dimensi ketidakmatangan (immaturity) mengacu kepada anak yang
tidak ada perhatian, lambat, tidak berminat sekolah, pemalas, suka

Laras
melamun dan pendiam. Mereka mirip seperti anak autistic.
4. Anak agresi sosialisasi (socialized-aggressive) mempunyai cirri atau
masalah perilaku yang sama dengan gangguan perilaku yang
bersosialisasi dengan “gang: tertentu. Anak tipe ini termasuk dalam
perilaku pencurian dan pembolosan.
Faktor –faktor penyebab
Tuna Laras

1. Kondisi/Keadaan Fisik 2. Masalah perkembangan


setiap memasuki fase perkembangan baru,
Kondisi ini kadang menimbulkan perasaan individu dihadapkan berbagai tantangan satu
inferioritas dan menyebabkan krisis emosi. apabila individu tidak dapat
ketidakstabilan emosi anak yang pada menyelesaikan masalh tersebut maka akan
akhirnya berujung pada gangguan perilaku. menimbulkan gangguan emosi dan tingkah
laku.
Faktor –faktor penyebab
Tuna Laras

3. Masalah keluarga
Aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah 4. Lingkungan sekolah
gangguan emosi dan tingkah laku, yaitu: Perilaku guru yang otoriter mengakibatkan
Kasih sayang dan perhatian anak menjadi tertekan dan takut menghadapi
Kehormonisan keluarga pelajaran, sehingga anak lebih memilih
Kondisi ekonomi membolos dan berkeluyuran
MODEL LAYANAN PENDIDIKAN ANAK
a. Model biogenetik
TUNALARAS
gangguan perilaku disebabkan oleh kecacatan geniti atau biokimiawi sehingga
penyembuhannya ditekankan pada pengobatan, diet, olahraga atau mengubah
lingkungan.
b.   Model behavioral (tingkah laku)
emosi merupakan indikasi ketidakmampuan menyesuaikan diri yang terbentuk,
bertahan, dan mungkin berkembang karena berinteraksi dengan lingkungan, baik di
sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu, penanganannya tidak hanya ditujukan
kepada anak, tetapi pada lingkungan tempat anak belajar dan tinggal.
  c. Model psikodinamika
gangguan emosi disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang terjadi dalam proses
perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, untuk mengatasi gangguan perilaku itu
dapat diadakan pengajaran psikoedukasional, yaitu menggabungkan usaha membantu
anak dalam mengekspresikan dan mengendalikan perasaannya.
d. Model ekologis
Model ini menganggap bahwa kehidupan ini terjadi karena adanya interaksi antar
individu dengan lingkungannya. Gangguan perilaku terjadi karena adanya disfungsi
antara anak dengan lingkungannya. Oleh karena itu, model ini menghendaki dalam
memperbaiki problem perilaku agar mengupayakan interaksi yang baik antara anak
tentang lingkungannya.
Teknik Pendekatan:
a) Perawatan dengan obat
b)   Modifikasi perilaku
Ada beberapa langkah dalam melaksanakan modifikasi perilaku, yaitu :
1)      Menjelaskan perilaku yang akan diubah;
2)      Menyediakan bahan yang mengharuskan anak duduk diam;
3)      Mengatakan perilaku yang diterima.
c)    Strategi psikodinamika
membantu anak menjadi sadar akan kebutuhannya, keinginan, dan kekuatannya
sendiri.
d)   Strategi ekologi
Pendukung teknik, mengasumsikan bahwa dengan diciptakannya lingkungan yang
baik maka perilaku anak akan baik
Fasilitas Pendidikan untuk anak tuna laras:
● Ruangan fisioterapi dan peralatannya, yaitu peralatan yang lebih diarahkan pada upaya
peregangan otot dan sendi, dan pembentukan otot, misalnya: barbel, box tinju, dan
sebagainya.
● Ruangan terapi bermain dan peralatannya, yaitu peralatan yang lebih diarahkan pada
model terapi sublimasi dan latihan pengendalian diri. Misalnya puzzle dan boneka .
● Ruangan terapi okupsi dan peralatannya, yaitu peralatan yang lebih diarahkan pada
pembentukan keterampilan kerja dan pengisian pengisian waktu luang sesuai dengan
kondisi anak.
Bentuk Layanan Pendidikan bagi anak tuna
laras:
● 1. Penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhkan di
sekolah regular kelas khusus bila anak tunalaras
perlu belajar terpisah dari teman sekelas.
2. SLB-E (bagaian tunalaras) tanpa asmara.
3. SLB-E dengan asmara,bagi anak yg tingkat
kenakalan berat.
4. Terapi perilaku sosial.
5. Terapi kelompok (peer teaching).
Bentuk Satuan dan Lama Pendidikan Bagi Anak Tunalaras

1. SDLB lama pendidikan sekurang-kurangnya 6 tahun.


 
2. SLTPLB lama pendidikan sekurang-kurangnya 3 tahun.
 
3. SMLB lama pendidikan sekurang-kurangnya 3 tahun.
Program Pembinaan Sekolah Anak Tunalaras:

 1. Sistem pengajaran


a. Sistem pengajaran yang bersifat penyuluhan (remedial teaching). Tujuan
pengajaran ini adalah membantu murid dalam kesulitan belajar.
b. Sistem pengajaran Klasikal

  2. program Bimbingan penyuluhan


  a. program bimbingan penyuluhan suasana hidup
  beragama di asrama
  b. program keterampilan
  c. program belajar di sekolah regular
  d. program bimbingan kesenian
  e. program kembali ke orang tua
  f. program kembalu ke masyarakat
  g. program bimbingan kepramukaan
 kurikulum dan Program Pengajaran Bagi Anak Tunalaras
Kurikulum SDLB terdiri dari :
1. program Umum
2. program Khusus (disesuaikan dengan jenis kelainan siswa)
3. program Muatan Lokal (disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan)

Kurikulum SLTLB terdiri dari :


1. program Umum
2. program Khusus
3. program Muatan Lokal
4. program pilihan
program yg berisi paket keterampilan dgn tujuan untuk membekali siswa hidup mandiri dalam masyarakat.
 
Kurikulum SMLB
  1.program Umum
  2.program Pilihan
Study Kasus :
1. Kasus I Kebohongan pada Anak Tunalaras

Biodata ABK
Nama                   : Kosmos
Tempat, tgl lahir   : Ambon, 9 April 1995
Agama                  : kristen
Status                   : Anak ke 3 dari 4 bersaudara
Alamat                  : Asrama atau di Gilingan bersama neneknya

Identitas orang tua ABK


Nama Ayah/Ibu      : Sarmudih/Antoniah
Umur                     : 52 tahun
Pendidikan  : SMP
Pekerjaan                : serabutan/ penjual sayur
Alamat                    : Ambon
Status perkewinan  : utuh
Status sosial-ekonomi : kurang
Kepedulian                  : terhadap anak dan pendidikannya cendrung tidak peduli
& mengabaikan,disebabkan oleh faktor ekonomi yang lemah
● Riwayat  pendidikan ABK
Lima tahun yang lalu kosmos dimasukan ke sebuah sekolah reguler SD
Nusukan Barat 113 Solo. Ternyata disana ia tidak bisa mengikuti kegiatan
belajar mengajar dengan baik, setelah diidentifikasi kosmos ini memiliki
gangguan emosi dan sosial. Sehingga ia dikategorikan sebagai anak yang
mengalami ketunalarasan. Sehingga ia di masukan ke SLB E Bhina Putera
Surakarta

● Riwayat perkembangan
Fisik dan kognitif baik, normal seperti umumnya pada anak-anak (tak
diketahui adanya gangguan). Berkembang sesuai dengan usia
Kepribadian diperoleh dari hasil meniru pribadi-pribadi yang ada di
lingkungan tempat ia berasal (Ambon yang pada saat itu merupakan
daerah  konflik,  banyak orang-orang yang bertemparamen tinggi, berwatak
keras, pendendam, mudah di sulut emosinya, dll)
Sosial, kurang bisa berinteraksi dengan baik karena adanya
ketidaknyamanan dan ketidakamanan yang dirasakan anak. Diakibaatkan
karena trauma akan konflik yang pernah di alami anak.
● Riwayat ketunalarasan
Ketunalarasan yang dialami anak diperoleh karena adanya konflik di
Ambon. Disana    prilaku dan sikap masyarakat terhadap masyarakat lain
banyak negatif, sehingga anak mencontoh prilaku dan sikap tersebut.
Yang pada akhirnya, semua prilaku itu menjadi miliknya.

● Karakteristik anak (kondisi saat ini)


Kehidupan emosi, cendrung stabil dan agak terkontrol. Tapi pada saat-
saat tertentu labil  kembali dan terkadang   meledak-ledak tergantung
situasi dan kondisi.
Kehidupan sosial, pada awalnya anak seringkali berteman hanya dengan
anak-anak yang berasal dari Ambon. Atau anak-anak yang menurutnya
mempunyai kesamaan, baik latar belakang atau kesukaan yang sama.
Kemampuan akademik, kalau lagi sennang belajar cepat memahami
pelajaran, dikelas nilainya paling tinggi. Motivasi belajarnya harus
senantiasa di pupuk, karena motivasi ini sering naik turun. Penyebabnya
jarang bisa di ketahui. Kebiasaan belajar semaunya sendiri sedangkan
hoby anak adalah menyanyi dan baca puisi. Jelas sekali minatnya pada 
bidang   musik dan seni.
● Penyimpangan prilaku yang dihadapi
Gejala prilaku yang tampak menonjol adalah mencuri dan berbohong,
apabila marah membawa batu untuk memecahkan kaca atau dilempar
pada orang. Faktor yang mempengaruhi prilaku tersebut berupa
faktor eksternal yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang
perhatian dan kurang memberikan kasih sayang. Lingkungan masyarakat
yang bersitegang karena konflik. Sedangkan factor internal berupa
ketidaksiapan/ belum matangnya perkembangan anak. Sehingga kurang
bisa memahami apa yang sedang terjadi, tidak tahu apa yang harus saya
lakukan, terbawa keadaan, dll. Dugaan sebab utama adalah ke dua faktor
diatas.

● Upaya treatmennt yang sudah dilakukan


Oleh neneknya di masukan ke SLB E Solo. Di Sekolah, guru berusaha
memaksimalkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), melakukan
pembinaan di asrama  dengan cara memasukannya ke sana, dan
melakukan pembinaan keagamaan. Treatment ini menghasilkan 75%
keberhasilan.
Menanggulangi Kebohongan Anak Tunalaras
● Tujuan yang diharapkan anak mampu tidak berboong
lagi. Strategi pencapaian yang digunakan adalah strategi
yang sebisa mungkin menutup kesempatan anak untuk bisa
berbohong.

● Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan secara


personal kepada anak, baik pendekatan emosinya dan
pendekatan jati dirinya.
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai