Anda di halaman 1dari 16

JENIS DAN KARAKTERISTIK

HAMBATAN EMOSI DAN PERILAKU


HAMBATAN EMOSI DAN PERILAKU

HAMBATAN EMOSI
DAN PERILAKU

TUNALARA
S AUTIS ADHD
TUNALARAS

• PENGERTIAN TUNALARAS
• Nafsiah Ibrahim & Rohana Aldy (1996) mengemukakan anak tunalaras adalah anak yang
bertingkah laku kurang sesuai dengan lingkungan.

• Departemen Pendidikan Kebudayaan (T. Sutjihati Somantri, 2006) mendefinisikan “anak


tunalaras adalah anak yang berumur antara 6-17 tahun dengan karakteristik yang mengalami
gangguan atau hambatan emosi dan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.”
Karakteristik Anak Tunalaras
• Menurut Sutjihati Somantri (2007),
• Anak tunalaras memiliki tingkat intelegensi yang tidak berbeda dengan anak normal.
• Prestasi yang rendah disebabkan karena kehilangan minat dan konsentrasi belajar sebab adanya gangguan
emosi dan tingkah laku.
• Pada dasarnya, tingkat intelegensi pada anak tunalaras itu beragam.

• Tin Suharmini (2009) menyatakan bahwa dari hasil penelitian yang pernah dilakukan
• Terdapat 11,11 % anak tunalaras memiliki intelegensi normal, 38, 89 % memiliki intelegensi di bawah
normal, dan 50% tergolong mental defective. Namun, memang ada beberapa anak tunalaras yang mengalami
keterbelakangan mental.
• Ketidakmampuan anak untuk bersaing dengan teman-temannya menjadikan anak frustasi dan kehilangan
kepercayaan diri,
• Kompensasi yang sifatnya negatif, berupa; membolos, mengacau kelas, dan lain sebagainya.
Hambatan Anak Tunalaras
• Terjadi pada anak dengan intelegensi rendah dan anak dengan intelegensi tinggi.
• Ketidaksejajaran antara perkembangan intelegensi dengan kemampuan sosial mengakibatkan anak
mengalami kesulitan penyesuaian diri,
• Anak dengan intelegensi tinggi menganggap sekolah terlalu mudah dan guru terlalu lambat dalam
mengajar, serta memiliki sikap tidak mau kalah.
• Apabila anak mengalami kegagalan, maka anak akan lebih mudah merasa kecewa.

• Perkembangan kognitif pada anak tunalaras mengalami hambatan. Hal ini disebabkan oleh
adanya gangguan perilaku (hiperaktif, suka membolos (truency), kenakalan) dan gangguan emosi
(agresif dan withdrawl).
• Gangguan tersebut memiliki dampak yang kurang baik pada kemampuan berkonsentrasi dan
untuk mengontrol perilaku, sehingga anak tidak dapat memperoleh persepsi yang baik dan
menyebabkan perkembangan kognitif anak menjadi terhambat (Quay&Werry dalam Tin
Suharmini, 2009)
Dampak Dalam Pembelajaran

• Berkaitan dengan kebutuhan dan layanan belajarnnya, Sutjihati Somantri (2007)


Berdampak pada kesulitan menyesuaikan diri akan mengganggu situasi
belajarnya.
• Menurut Algozzine, Schmid, dan Mercer (Sunardi, 1995) anak tunalaras
mempunyai penyimpangan tingkah laku tingkat berat yang mempengaruhi
proses belajar, meskipun telah menerima layanan belajar dan bimbingan seperti
halnya anak lain.
• Juga berpengaruh pada performa akademiknya.
Strategi Pembelajaran
• Menurut Knoblock dan Kauffman (Sunardi, 1995) teknik penyembuhan dan program PLB
bagi anak tunalaras berdasarkan pada bermacam-macam model antara lain :
• Model biogenetik
• Model ini berdasarkan asumsi bahwa penyimpangan perilaku/gangguan emosi disebabkan oleh kecatatan genetic
atau biokimiawi. Penyembuhan pada anak-anak semacam ini berdasarkan masalah biologis yang mendasarnya,
sehingga ditekankan pada pengobatan, diet, olahraga, atau mengubah lingkungan yang menyebabkan kelainan
tersebut.

• Model behavioral (tingkah laku)


• Model ini mempunyai asumsi bahwa gangguan emosi merupakan indikasi ketidakmampuan menyesuaikan diri
yang terbentuk, bertahan, dan mungkin berkembang karena interaksi dengan lingkungan. Penanganan perilaku
menyimpang tidak hanya ditunjukkan langsung kepada anak yang bersangkutan, tetapi juga kepada lingkungan
tempat anak tinggal.
LANJUTAN…

• Model psikodinamika
• Model psikodinamika, perilaku menyimpang atau gangguan emosi
disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang terjadi dalam proses
perkembangan kepribadian karena berbagai factor, sehingga kemampuan
yang diharapkan sesuai dengan usianya terganggu.
• Model ekologis
• Model ini menganggap bahwa kehidupan ini merupakan satu ekosistem yaitu
suatu sistem interaksi terdiri atas benda-benda hidup dan mati. Dalam
kehidupan anak, ekosistem terdiri dari anak sendiri dan lingkungannya yang
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari anak.
Beberapa Bentuk Terapi

• Bentuk-bentuk terapi (Nafsiah Ibrahim & Rohana Aldy, 11996) meliputi :


• Psikoterapi adalah jenis penyembuhan atau terapi terhadap gangguan mental dan tingkah laku, yang
dilakukan oleh seseorang yang terlatih secara profesinal dan seorang penderita/klien melalui komunikasi
verbal dan non verbal serta berusaha menghilangkan gangguan emosional, mengubah gangguan tingkah
laku dan menumpuk perkembangan kepribadian yang baik.
• Terdapat beberapa jenis psikoterapi, dianataranya Psikoterapi Supportif dimana klien diberikan support untuk
memperkuat pertahanan dan integritas diri;
• Psikoterapi Wawasan di mana klien diberikan wawasan akan diri sendiri, perasaan, reaksi, serta hubungannya
dengan orang lain;
• Psikoanalitik adalah terapi yang berusaha menggali informasi mengenai konflik di alam tak sadar dengan usaha
mendapatkan perubahan yang luas dari struktur kepribadian dan pengembangan potensi penyesuaian diri yang
baru.
• Terapi tingkah laku adalah terapi yang berusaha menghilangkan masalah tingkah laku secepatnya dan
memunculkan tingkah laku lainnya yang diharapkan.  
AUTIS
• PENGERTIAN AUTIS
• Menurut Sunartini (Yosfan Azwandi, 2005) menjelaskan autistik diartikan
sebagai gangguan perkembangan perpasif yang ditandai oleh adanya
abnormalitas dan kelainan yang muncul sebelum anak usia tiga tahun.

• Hallahan dan Kauffman (2009) mendefinisikan autis sebagai kondisi gangguan


komunikasi dan perilaku menarik diri secara ekstrim, gerakan yang berulang,
sulit terhadap perubahan, respon yang aneh terhadap pengalaman sensoris, yang
mana sudah dapat dikenali sebelum berusia tiga tahun.
Karakteristik Anak Autis
• Perkembangan kognitif anak autis mengalami hambatan.
• Mayoritas anak autis mengalami kesulitan belajar.
• (Fommbone, 1999) menyimpulkan bahwa seperempat dari individu autis memiliki IQ di atas 70,
seperempat lainnya memiliki IQ 50-69, dan lebih dari separuh lainnya memiliki IQ di bawah 50
• Menurut Frieda Mangunsong (2014) masalah kognitif yang secara khusus dialami oleh autis, antara lain
:
1) kesulitan dalam mengkode dan kategorisasi informasi,
2) mengandalkan terjemahan secara literal,
3) mengingat-ingat sesuatu berdasarkan lokasinya di ruangan daripada pemahaman konsepnya,
4) beberapa anak memiliki “echo box-like memory store”, yaitu bahwa anak-anak autis ahli dalam menyusun
puzzle atau membangun sesuatu dari balok, matching tasks, atau menggambar replica,
5) lemah dalam tugas-tugas yang membutuhkan pemahaman verbal dan bahasa yang ekspresif.

• Karakteristik lain yaitu kemampuan untuk informasi faktual yang luas, pengembangan minat khusus
pada topik tertentu, memori yang luar biasa untuk detail, pembelajar yang sangat mandiri.
Hambatan Anak Autis
• Byan (Yuliana,2011) memaparkan bahwa anak-anak dengan gangguan autism memiliki banyak
permasalahan yang kerap kali terjadi, seperti:
• gangguan perhatian,
• gangguan penyesuaian,
• miskinnya komunikasi,
• gangguan pemahaman.

• Sebagian besar permasalahan yang dialami anak autis adalah permasalahan perilaku, seperti
• perilaku agresif,
• tantrum,
• perilaku-perilaku disruptive lainnya, seperti memukul, menendang-nendang, melukai diri sendiri ataupun
orang lain,
• berputar-putar
• berlari bolak-balik
• melempar benda-benda, dan menjejak-jejakkan kaki di lantai.
Dampak Dalam Pembelajaran
• Anak Autis mengalami hambatan dalam dalam 3 aspek yaitu sosial, komunikasi, dan perilaku.
• Dampak lain yang sering muncul dalam proses pembelajaran sebagai berikut :

• Kelemahan dalam pemahaman dan pemikiran abstrak, pemecahan masalah, keterampilan organisasi,
pengembangan konsep, dan dalam membuat kesimpulan dan penilaian
• Kesulitan dengan fleksibilitas kognitif, cenderung berpikir dengan cara yang lebih linier; pemikirannya
cenderung kaku, kesulitan beradaptasi dengan perubahan atau kegagalan dan tidak langsung belajar dari
kesalahan mereka
• Kecenderungan untuk memahami bahasa secara harfiah
• Kesulitan menghadapi perubahan; keasyikan dengan subjek minat tertentu yang mungkin telah dipelajari
dengan menghafal, atau obsesi atau rutinitas yang mengganggu pembelajaran
• Kecemasan - bahkan stres ringan dapat menyebabkan peningkatan mekanisme koping, seperti perilaku berulang
(bergumam, kebiasaan verbal lainnya), panik, terus-menerus bertanya
LANJUTAN…
• Masalah dengan hubungan sosial, dan kesulitan dalam menjalin dan mempertahankan teman. Dalam
situasi kelompok mungkin berperilaku dengan cara yang tampak 'aneh' bagi orang lain dan mungkin
terlihat sombong, kasar atau menarik diri.
• Ketidakmampuan untuk menangkap isyarat non-verbal dan menunjukkan kontak mata yang buruk;
kurangnya pemahaman tentang sarkasme atau ironi, atau suasana hati dan perasaan orang
• Kesulitan dalam memahami atau mengkomunikasikan perasaan - mungkin tidak dapat memprediksi
atau memahami perilaku orang lain (dalam kerja kelompok mungkin tidak secara alami
mempertimbangkan keinginan atau kebutuhan orang lain)
• Kesulitan menafsirkan dan memahami situasi sosial dan isyarat komunikasi
• Keterampilan organisasi yang buruk, koordinasi yang buruk, kecanggungan, postur tubuh yang aneh
dan keterampilan motorik kasar yang buruk
• Berbicara yang bertele-tele dan monoton
• Terlalu peka terhadap suara, rasa, bau dan pemandangan, bahkan rangsangan sensorik yang mungkin
tidak dirasakan orang lain.
Strategi Dalam Pembelajaran

• Program dasar yang bisa diberikan kepada anak autis adalah sebagai berikut:
• Pengembangan kecakapan berbahasa reseptif : yaitu kemampuan atau kecakapan
anak dalam memahami simbol-simbol verbal baik bentuk tulisan maupun lisan
yang sederhana.
• Pengembangan kecakapan berbahasa ekspresif : yaitu kemampuan anak dalam
mengekspresikan diri melalui simbol-simbol verbal dalam bentuk sederhana.
(Departemen pendidikan nasional & MCPM-AIBEP, 2009).
• Lanjutan
• Australian Disability Clearinghouse On Education And Training (ADCET) mempertimbangkan beberapa strategi
dalam mengajar siswa autis antara lain :
• Kenali kebutuhan khusus siswa sebelumnya - penuhi kebutuhan tersebut sebelum pembelajaran mulai membahas kebutuhan.
• Berikan informasi yang jelas dan terperinci (lisan dan tertulis) tentang pelajaran, pengaturan praktis, persyaratan penilaian,
dan tenggat waktu.
• Konsisten dalam pendekatan dan pertahankan variasi seminimal mungkin. Jika ada perubahan (mis. Jadwal, ruangan, dosen)
tidak dapat dihindari, berikan informasi yang jelas dan spesifik sedini mungkin, misal; waktu ujian.
• Gunakan bahasa yang jelas dan tidak ambigu (baik lisan maupun tulisan) dan hindari atau jelaskan metafora, ironi, dan
tafsirkan apa yang dikatakan orang lain. Berikan instruksi eksplisit dan periksa apakah siswa tersebut jelas tentang apa yang
harus dia lakukan.
• Jika memberikan umpan balik, jelaskan tentang apa yang tidak pantas atau dihargai, dan mengapa.
• Bersabarlah, mendorong dan mendukung tetapi membimbing siswa kembali pada tugas jika perlu.
• Sajikan materi dan instruksi materi dengan cara terstruktur menggunakan bahasa literal.
• Tunjukkan bagaimana komponen cocok satu sama lain. Berikan daftar subjek kata, glosarium istilah, dan akronim.
• Dalam kerja kelompok jelaskan apa yang dibutuhkan siswa dengan sindrom asperger dan mediasi untuk menyelesaikan
perselisihan dengan cara yang tenang dan logis, berikan kesempatan segera setelah sesi kelompok untuk memeriksa apakah
mereka telah mengerti. Jika kerja kelompok terbukti terlalu membuat stres, berikan cara alternatif untuk menyelesaikan kerja
tim.

Anda mungkin juga menyukai