HAMBATAN EMOSI
DAN PERILAKU
TUNALARA
S AUTIS ADHD
TUNALARAS
• PENGERTIAN TUNALARAS
• Nafsiah Ibrahim & Rohana Aldy (1996) mengemukakan anak tunalaras adalah anak yang
bertingkah laku kurang sesuai dengan lingkungan.
• Tin Suharmini (2009) menyatakan bahwa dari hasil penelitian yang pernah dilakukan
• Terdapat 11,11 % anak tunalaras memiliki intelegensi normal, 38, 89 % memiliki intelegensi di bawah
normal, dan 50% tergolong mental defective. Namun, memang ada beberapa anak tunalaras yang mengalami
keterbelakangan mental.
• Ketidakmampuan anak untuk bersaing dengan teman-temannya menjadikan anak frustasi dan kehilangan
kepercayaan diri,
• Kompensasi yang sifatnya negatif, berupa; membolos, mengacau kelas, dan lain sebagainya.
Hambatan Anak Tunalaras
• Terjadi pada anak dengan intelegensi rendah dan anak dengan intelegensi tinggi.
• Ketidaksejajaran antara perkembangan intelegensi dengan kemampuan sosial mengakibatkan anak
mengalami kesulitan penyesuaian diri,
• Anak dengan intelegensi tinggi menganggap sekolah terlalu mudah dan guru terlalu lambat dalam
mengajar, serta memiliki sikap tidak mau kalah.
• Apabila anak mengalami kegagalan, maka anak akan lebih mudah merasa kecewa.
• Perkembangan kognitif pada anak tunalaras mengalami hambatan. Hal ini disebabkan oleh
adanya gangguan perilaku (hiperaktif, suka membolos (truency), kenakalan) dan gangguan emosi
(agresif dan withdrawl).
• Gangguan tersebut memiliki dampak yang kurang baik pada kemampuan berkonsentrasi dan
untuk mengontrol perilaku, sehingga anak tidak dapat memperoleh persepsi yang baik dan
menyebabkan perkembangan kognitif anak menjadi terhambat (Quay&Werry dalam Tin
Suharmini, 2009)
Dampak Dalam Pembelajaran
• Model psikodinamika
• Model psikodinamika, perilaku menyimpang atau gangguan emosi
disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang terjadi dalam proses
perkembangan kepribadian karena berbagai factor, sehingga kemampuan
yang diharapkan sesuai dengan usianya terganggu.
• Model ekologis
• Model ini menganggap bahwa kehidupan ini merupakan satu ekosistem yaitu
suatu sistem interaksi terdiri atas benda-benda hidup dan mati. Dalam
kehidupan anak, ekosistem terdiri dari anak sendiri dan lingkungannya yang
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari anak.
Beberapa Bentuk Terapi
• Karakteristik lain yaitu kemampuan untuk informasi faktual yang luas, pengembangan minat khusus
pada topik tertentu, memori yang luar biasa untuk detail, pembelajar yang sangat mandiri.
Hambatan Anak Autis
• Byan (Yuliana,2011) memaparkan bahwa anak-anak dengan gangguan autism memiliki banyak
permasalahan yang kerap kali terjadi, seperti:
• gangguan perhatian,
• gangguan penyesuaian,
• miskinnya komunikasi,
• gangguan pemahaman.
• Sebagian besar permasalahan yang dialami anak autis adalah permasalahan perilaku, seperti
• perilaku agresif,
• tantrum,
• perilaku-perilaku disruptive lainnya, seperti memukul, menendang-nendang, melukai diri sendiri ataupun
orang lain,
• berputar-putar
• berlari bolak-balik
• melempar benda-benda, dan menjejak-jejakkan kaki di lantai.
Dampak Dalam Pembelajaran
• Anak Autis mengalami hambatan dalam dalam 3 aspek yaitu sosial, komunikasi, dan perilaku.
• Dampak lain yang sering muncul dalam proses pembelajaran sebagai berikut :
• Kelemahan dalam pemahaman dan pemikiran abstrak, pemecahan masalah, keterampilan organisasi,
pengembangan konsep, dan dalam membuat kesimpulan dan penilaian
• Kesulitan dengan fleksibilitas kognitif, cenderung berpikir dengan cara yang lebih linier; pemikirannya
cenderung kaku, kesulitan beradaptasi dengan perubahan atau kegagalan dan tidak langsung belajar dari
kesalahan mereka
• Kecenderungan untuk memahami bahasa secara harfiah
• Kesulitan menghadapi perubahan; keasyikan dengan subjek minat tertentu yang mungkin telah dipelajari
dengan menghafal, atau obsesi atau rutinitas yang mengganggu pembelajaran
• Kecemasan - bahkan stres ringan dapat menyebabkan peningkatan mekanisme koping, seperti perilaku berulang
(bergumam, kebiasaan verbal lainnya), panik, terus-menerus bertanya
LANJUTAN…
• Masalah dengan hubungan sosial, dan kesulitan dalam menjalin dan mempertahankan teman. Dalam
situasi kelompok mungkin berperilaku dengan cara yang tampak 'aneh' bagi orang lain dan mungkin
terlihat sombong, kasar atau menarik diri.
• Ketidakmampuan untuk menangkap isyarat non-verbal dan menunjukkan kontak mata yang buruk;
kurangnya pemahaman tentang sarkasme atau ironi, atau suasana hati dan perasaan orang
• Kesulitan dalam memahami atau mengkomunikasikan perasaan - mungkin tidak dapat memprediksi
atau memahami perilaku orang lain (dalam kerja kelompok mungkin tidak secara alami
mempertimbangkan keinginan atau kebutuhan orang lain)
• Kesulitan menafsirkan dan memahami situasi sosial dan isyarat komunikasi
• Keterampilan organisasi yang buruk, koordinasi yang buruk, kecanggungan, postur tubuh yang aneh
dan keterampilan motorik kasar yang buruk
• Berbicara yang bertele-tele dan monoton
• Terlalu peka terhadap suara, rasa, bau dan pemandangan, bahkan rangsangan sensorik yang mungkin
tidak dirasakan orang lain.
Strategi Dalam Pembelajaran
• Program dasar yang bisa diberikan kepada anak autis adalah sebagai berikut:
• Pengembangan kecakapan berbahasa reseptif : yaitu kemampuan atau kecakapan
anak dalam memahami simbol-simbol verbal baik bentuk tulisan maupun lisan
yang sederhana.
• Pengembangan kecakapan berbahasa ekspresif : yaitu kemampuan anak dalam
mengekspresikan diri melalui simbol-simbol verbal dalam bentuk sederhana.
(Departemen pendidikan nasional & MCPM-AIBEP, 2009).
• Lanjutan
• Australian Disability Clearinghouse On Education And Training (ADCET) mempertimbangkan beberapa strategi
dalam mengajar siswa autis antara lain :
• Kenali kebutuhan khusus siswa sebelumnya - penuhi kebutuhan tersebut sebelum pembelajaran mulai membahas kebutuhan.
• Berikan informasi yang jelas dan terperinci (lisan dan tertulis) tentang pelajaran, pengaturan praktis, persyaratan penilaian,
dan tenggat waktu.
• Konsisten dalam pendekatan dan pertahankan variasi seminimal mungkin. Jika ada perubahan (mis. Jadwal, ruangan, dosen)
tidak dapat dihindari, berikan informasi yang jelas dan spesifik sedini mungkin, misal; waktu ujian.
• Gunakan bahasa yang jelas dan tidak ambigu (baik lisan maupun tulisan) dan hindari atau jelaskan metafora, ironi, dan
tafsirkan apa yang dikatakan orang lain. Berikan instruksi eksplisit dan periksa apakah siswa tersebut jelas tentang apa yang
harus dia lakukan.
• Jika memberikan umpan balik, jelaskan tentang apa yang tidak pantas atau dihargai, dan mengapa.
• Bersabarlah, mendorong dan mendukung tetapi membimbing siswa kembali pada tugas jika perlu.
• Sajikan materi dan instruksi materi dengan cara terstruktur menggunakan bahasa literal.
• Tunjukkan bagaimana komponen cocok satu sama lain. Berikan daftar subjek kata, glosarium istilah, dan akronim.
• Dalam kerja kelompok jelaskan apa yang dibutuhkan siswa dengan sindrom asperger dan mediasi untuk menyelesaikan
perselisihan dengan cara yang tenang dan logis, berikan kesempatan segera setelah sesi kelompok untuk memeriksa apakah
mereka telah mengerti. Jika kerja kelompok terbukti terlalu membuat stres, berikan cara alternatif untuk menyelesaikan kerja
tim.