Anda di halaman 1dari 9

OLAHRAGA BERKEBUTUHAN KHUSUS

TUNA LARAS

Disusun oleh :

ROPINDO SURBAKTI
ORLANDO COI VIKTOR SILALAHI
RENALDY HIDAYAT PASARIBU
AZMARDIN
UMMI HAYATI BATUBARA
VIDIA SARI
A. PENGERTIAN TUNA LARAS

Istilah tunalaras berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang dan
“laras” berarti sesuai. Jadi, anak tunalaras berarti anak yang bertingkah
laku yang kurang sesuai dengan lingkungan.

Dalam peraturan pemerintah No. 72 tahun 1991 disebutkan


bahwa tunalaras adalah gangguan atau hambatan atau kelainan
tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan
baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Sementara itu masyarakat lebih mengenalnya
dengan istilah anak nakal.
B. FAKTOR PENYEBAB TUNA
LARAS

Faktor Biologi
Faktor biologi dapat terjadi ketika anak mengalami keadaan kurang
gizi, mengidap penyakit, psikotik, dan trauma atau disfungsi pada otak.

Faktor Keluarga
Faktor dari keluarga yang dimaksud adalah adanya patologis
hubungan dalam keluarga.

FAKTOR SEKOLAH

Ada beberapa anak mengalami gangguan emosi dan perilaku ketika mereka mulai
bersekolah. Pengalaman di sekolah mempunyai kesan dan arti penting bagi anak-anak.

Faktor Budaya
Yang dimaksudkan adalah standar nilai-nilai perilaku anak didapat melalui
tuntutan-tuntutan maupun larangan-larangan, dan model yang disajikan oleh
kondisi budaya.
C. Klasifikasi / Penggolongan Tuna Laras

Menurut Jenis Gangguan atau


Hambatan

Gangguan Emosi
Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau
gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan,
yaitu: senang-sedih, lambat cepat marah, dan releks-
tertekan. Secara umum emosinya menunjukkan sedih,
cepat tersinggung atau marah, rasa tertekan dan merasa
cemas.
Macam-Macam Gejala dan
Hambatan Emosi

 Gentar
 Takut
 Gugup/Nervous
 Sikap iri hati yang selalu merasa kurang senang
apabila orang lain memperoleh keuntungan dan
kebahagiaan.

Gangguan Sosial

Anak ini mengalami gangguan atau merasa kurang senang


menghadapi pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan
diri dengan tuntutan hidup bergaul. Gejala-gejala perbuatan
itu adalah seperti sikap bermusuhan, agresip, bercakap
kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala, menentang
menghina orang lain, berkelahi, merusak milik orang lain
dan sebagainya.
D. Karaktersitik Tuna Laras

Karakteristik yang dikemukakan oleh Hallahan & Kauffmann (1986),


berdasarkan dimensi tingkah laku anak tunalaras adalah sebagai berikut:
1. Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku
2. Anak yang sering merasa cemas dan menarik diri
3. Anak yang kurang dewasa
4. Anak yang agresif bersosialisasi
Menggambarkan karakteristik anak-anak dan remaja dengan
gangguan emosi atau perilaku merupakan tantangan yang luar biasa
karena gangguan emosi dan perilaku sangat bervariasi.
Intelligensi dan Prestasi
dengan intelegensi distribusi normal, kebanyakan anak dengan gangguan emosi dan
perilaku termasuk kedalam peringkat belajar lambat dan intelektual yang kurang baik.

Karakteristik sosial dan


emosional

1. Karakteristik sosial
 Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain
 Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan agresif,

2. Karakteristik emosional
 Adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak
 Adanya rasa gelisah

3. Karakteristik fisik/kesehatan
,
Karakteristik fisik/kesehatan anak tunalaras ditandai dengan
adanya gangguan makan, gangguan tidur, dan gangguan gerakan.
E. Kebutuhan Pendidikan Anak
Tuna Laras

Dengan adanya sekolah bagi anak tunalaras berarti membantu para orangtua anak yang
sudah kewalahan mendidik puteranya. Sesuai dengan karakteristik anak tunalaras yang
telah dikemukakan maka kebutuhan pendidikan anak tunalaras diharapkan dapat
mengatasi problem perilaku anak tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka
perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Berusaha mengatasi semua masalah perilaku akibat kelainannya dengan


menyesuaikan lingkungan belajar maupun proses pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi anak tunalaras.
2. Berusaha mengembangkan kemampuan fisik sebaik-baiknya, mengembangkan bakat
dan kemampuan intelektualnya
3. Memberi keterampilan khusus untuk bekal hidupnya.
4. Memberi kesempatan sebaik-baiknya agar anak dapat menyesuaikan diri dengan baik
terhadap lingkungan atau terhadap norma-norma hidup di masyarakat.
5. Memberi rasa aman, agar mereka memiliki rasa percaya diri dan mereka merasa tidak
tersia-siakan oleh lingkungan sekitarnya.
6. Menciptakan suasana yang tidak menambah rasa rendah diri, rasa bersalah bagi anak
tunalaras.
KESIMPULAN

Anak dengan gangguan emosi dan perilaku adalah anak yang mengalami kesulitan
dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya,
sehingga merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai