Disusun Oleh :
NIM : P1337420323128
Kelas : TK 1 Reguler B
TAHUN 2023
Kasus anak dengan kebutuhan khusus Tunalaras
Kasus
Seorang anak usia 6 tahun sering mengalami gangguan emosi, sulit untuk menyesuaikan diri
mereka terhadap lingkungan, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sehingga sering
mengalami konflik. Anak tersebut suka berkelahi, memukul dan menyerang temannya, sikapnya
pemarah, dan suka merusak barang milik orang lain maupun milik sendiri. Bahasa yang
digunakan kasar, anak tersebut menyatakan keinginannya dengan emosi.
Anak tunalaras rata-rata memiliki kecerdasan (IQ) yang setelah diuji menghasilkan sebaran
normal 90, dan sedikit yang memiliki nilai di atas sebaran nilai anak-anak normal dan
kemungkinan besar memiliki nilai IQ keterbelakangan mental serta ada juga yang memiliki
kecerdasan sangat tinggi dalam nilai tes kecerdasan. Anak tunalaras biasanya tidak mencapai
taraf yang diharapkan pada usia mentalnya dan jarang ditemukan yang berprestasi akademisnya
meningkat, dan rendahnya prestasi mereka pada pelajaran membaca dan matematika sangat
menonjol.
Anak tunalaras sulit melakukan aktivitas kompleks, merasa enggan dalam aktivitas, malas dan
merasa tidak mampu dalam aktivitas jasmani. Keterampilan motorik sangat menunjang bagi
pertumbuhan dan perkembangan individu di samping keuntungan lain, seperti perkembangan
sosial, kemampuan berpikir dan kesadaran persepsi. Oleh karena itu, di sinilah penting letaknya
pembelajaran pendidikan jasmani seperti permainan sepak bola bagi anak tunalaras.
Menurut Hallahan dkk (2019, hlm. 270) terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan
ketunalarasan yang di antaranya adalah sebagai berikut;
1. Faktor Biologis
Perilaku dan emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam diri sendiri. Faktor
tersebut yaitu keturunan (genetik), neurologis, faktor biokimia atau kombinasi dari faktor-faktor
tersebut. Faktor biologi dapat terjadi ketika anak mengalami keadaan kurang gizi, mengidap
penyakit, psikotik, dan trauma atau disfungsi pada otak.
2. Faktor Keluarga
Faktor dari keluarga yang dimaksud adalah adanya patologis hubungan dalam keluarga.
Misalnya, tanpa disadari hubungan dalam keluarga yang sifatnya interaksional dan transaksional
sering menjadi penyebab utama permasalahan emosi dan perilaku pada anak. Pengaruh dari
peraturan, disiplin, dan kepribadian yang dicontohkan atau ditanamkan dari orang tua sangat
memengaruhi perkembangan emosi dan perilaku anak.
3. Faktor Sekolah
Ada beberapa anak mengalami gangguan emosi dan perilaku ketika mereka mulai bersekolah.
Pengalaman di sekolah mempunyai kesan dan arti penting bagi anak-anak. Kompetensi sosial
ketika anak-anak saling berinteraksi dengan perilaku dari guru dan teman sekelas sangat
memberi kontribusi terhadap permasalahan emosi dan perilaku. Saat seorang anak mendapatkan
respons negatif dari guru dan teman sekelasnya ketika mengalami kesulitan dan kurang
keterampilan di sekolah, tanpa disadari anak tersebut terjerat dalam interaksi negatif. Anak akan
berada dalam keadaan jengkel dan tertekan yang diakibatkan dari tanggapan yang diterimanya
baik dari guru maupun teman sekelasnya.
4. Faktor Budaya
1. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku ini dilakukan bertujuan untuk mengubah pola perilaku negatif anak
menjadi perilaku yang positif. Caranya dengan melakukan pendekatan baik oleh orang tua
atau pun guru sekolah dengan terus berusaha memberikan pengarahan yang tepat pada anak.
Pendekatan perilaku ini juga bisa terapkan pada cara mengatasi anak yang nakal.
2. Pendekatan pendidikan
Sekolah juga bisa menjadi lingkungan terapis pada anak agar bisa mendapat prestasi
akademik seperti anak lainnya. Untuk itu, penting sekali untuk menempatkan anak pada
sekolah yang tepat. Sekolah yang mampu memberikan suasana yang nyaman dan tenang
sehingga bisa membantu anak untuk berkonsentrasi.
3. Pendekatan biomedis
Pendekatan biomedis sebagai cara mengatasi anak tunalaras ini juga melibatkan penggunaan
obat untuk anak. Pemberian obat ini berkaitan dengan penyebab ganguan emosi pada anak,
yakni cidera neurologis dan ketidaknormalan neurologis.
4. Pendekatan psikodinamik
Pendekatan dengan cara ini dilakukan oleh psikolog, konselor, atau psikiater dengan
memahami dan memecahkan kesulitan yang menjadi penghambat dalam proses pendekatan
ini.
Pendekatan ini juga berfokus pada upaya merubah sikap anak agar tidak lagi menyimpang.
Dalam tindakan ini juga dibutuhkan peran ibu dalam psikolog anak usia dini yang mengalami
tunalaras ini.
5. Pendekatan ekologi
Pendekatan ini membutuhkan dukungan dari keluarga, teman dan orang terdekat untuk
membantu anak agar bisa merubah perilaku menjadi lebih baik. Disini, anak juga harus paham
tentang permasalahan atau gangguan yang dialami.
DAFTAR PUSTAKA
https://serupa.id/tunalaras-pengertian-ciri-karakteristik-klasifikasi-penyebab-dll/
https://klubwanita.com/cara-mengatasi-anak-tunalaras