BK ABK
LEARNERS WITH
EMOTIONAL OR
BEHAVIORAL DISORDERS
Table of Contents
01 Definisi EBD
02 privelensi
03 Faktor penyebab
04 Klasifikasi
05 Karakteristik EBD
06 Identifikasi EBD
07 Intervensi Pendidikan
Beberapa ahli yakin bahwa disfungsi kelenjar endokrin dapat mempengaruhi timbulnya
gangguan perilaku atau dengan kata lain kelenjar endokrin berpengaruh terhadap respon
seseorang. Bahkan dari hasil penelitiannya, Gunzburg (Simanjuntak, 1947) menyimp ulkan
bahwa kelenjar kelenjar endokrin merupakan salah satu penyebab timbulnya kejahatan.
endokrin ini mengeluarkan hormon yang memengaruhi tenaga seseorang. Bila terus menerus
mengalami gangguan, maka dapat mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik dan
mental seseorang sehingga berpengaruh terhadap perkembangan wataknya.
Kondisi fisik ini dapat pula berupa gangguan atau gangguan baik tubuh maupun sensoris yang
dapat memengaruhi perilaku seseorang. Kecacatan yang dialami seseorang mengakibatkan
timbulnya keterbatasan dalam memenuhi kebutuhannya baik berupa kebutuhan fisik-biologis
maupun kebutuhan psikisnya.
Erikson (Singgih D. Gunarsa, 1985: 107) menyatakan bahwa setiap memasuki fase
perkembangan baru, individu dihadapkan pada berbagai tantangan atau krisis emosi.
Anak biasanya dapat mengatasi krisis emosi ini jika pada dirinya tumbuh kemampuan
baru yang berasal dari adanya proses perkembangan yang menyertai perkembangan.
ego anak dapat mengatasi krisis ini, keegoan yang matang akan terjadi, sehingga individu
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan masyarakatnya.
Adapun ciri yang menonjol dari masa krisis individu adalah sikap dan keras kepala.
Ketertarikan ini disebabkan karena anak sedang dalam proses menemukan jati dirinya.
Anak merasa tidak puas dengan otoritas lingkungan, sehingga timbul gejolak emosi yang
meledak-ledak seperti marah, menegang, memberontak, dan keras kepala.
Lingkungan keluarga yang tidak mampu memberikan dasar perasaan dan dasar untuk
perkembangan sosial dapat menjadikan anak GETL. Dalam hal ini, ada banyak aspek
keluarga yang menyebabkan faktor terjadinya anak GETL, seperti kasih sayang,
keharmonisan keluarga, dan ekonomi keluarga.
Kurangnya kasih sayang yang diterima dapat mengakibatkan anak mencari kasih sayang
dan perhatian di luar rumah. Dalam kasus lain, anak mugkin saja tidak mencari kasih
sayang di luar rumah, tetapi anak dengan sengaja melakukan tindakan yang tidak sesuai
norma untuk menarik perhatian lingkungan keluarganya.
Faktor penyebab
d. Faktor Lingkungan Sekolah
Bandura (Kirk dan Gallagher, 1986) menyatakan bahwa salah satu hal
yang muncul merupakan pola perilaku anak dalam lingkungan sosial
adalah keteladanan, yaitu meniru perilaku orang lain. Di samping hal-hal
positif, di lingkungan masyarakat juga terdapat banyak sumber yang
merupakan pengaruh negatif yang dapat memicu munculnya perilaku
menyimpang. Hal ini dapat terjadi lebih tinggi lagi di kota-kota besar yang
mana di dalamnya tersedia berbagai fasilitas tontonan dan hiburan yang
kurang tersaring oleh budaya lokal.
Anak dalam klasifikasi ini masih bisa bergaul dengan orang lain, tetapi mereka
memiliki permasalahan pribadi yang tidak mampu diselesaikan. Anak klasifikasi ini
sering dan mudah dihinggapi perasaan hati, perasaan marah, cemas, agresif dan
agresif, serta rasa bersalah. Selain itu, kerap kali mereka juga melakukan tindakan
lain seperti mencuri dan bermusuhan. Anak pada klasifikasi ini dapat dibantu oleh
terapis seorang konselor.
Keadaan neuritik ini biasanya disebabkan oleh kondisi atau sikap keluarga yang
menolak atau terlalu memanjakan anak. Di samping itu, keadaan ini juga mungkin
dipengaruhi pola pendidikan yang salah atau adanya kesulitan belajar yang berat.
Anak GETL pada klasifikasi ini mengalami gangguan yang paling berat sehingga
memerlukan penanganan yang lebih khusus. Mereka sudah menyimpang dari
kehidupan pada umumnya. Anak pada klasifikasi ini umumnya tidak memiliki
kesadaran diri serta tidak memiliki identitas. Ketidaksadaran diri pada anak GETL
disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf sebagai akibat dari keracunan,
misalnya karena minuman keras dan obat-obatan. Oleh karena itu upaya
penanggulangan lebih sulit karena anak tidak dapat berkomunikasi, sehingga
pendidikan harus disesuaikan dengan kemajuan terapi dan dilakukan pada
setiap kesempatan yang memungkinkan.
Karakteristik EBD
•Heward & Orlansky (1988) dalam Sunardi (1996)
mengatakan seseorang dikatakan mengalami
gangguan perilaku apabila memiliki satu atau lebih
dari lima karakteristik berikut dalam kurun waktu
yang lama, yaitu:
1. Bersikap membangkang.
2. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah
marah.
3. Sering melakukan tindakan agresif, merusak,
mengganggu.
4. Sering bertindak melanggar norma sosial/norma
susila/hukum.
Identifikasi EBD
Identifikasi anak dengan gangguan emosi dan perilaku idealnya
seawal mungkin, yakni pada tahun pertama anak di sekolah. Hal itu
dilakukan agar segera ditemukan karakteristik khusus anak dan
metode pendidikan yang tepat, sehingga akan dapat mengatasi
hambatan belajar dan memaksimalkan potensinya (Nancy H Fallen &
Warren Umansky, 1989).
1 Pendidikan segrasi
Layanan ini merupakan layanan yang terpisah dengan pendidikan anak yang normal.
Dalam melakukan layanan ini, guru Bk memisah anak penyandang disabilitas dengan
anak umum. Hal ini karena dapat merugikan anak yang tidak memiliki gangguan emosi
dan perilaku. Selain itu anakberkebutuhan khusus dengan gangguan emosi dan perilaku
adalah kenalan yang cukup berat sehingga haris dipisah dengan anak normal. Dalam
layanan ini terdapat empat bentuk yaitu yang pertama sekolah luar biasa, sekolah luar
biasa tuna laras, yang ketiga sekolah dasar luar biasa, sekolah ini diselenggarakan oleh
peremrintah dengan tenaga pendidik kepala sekolah, guru olahraga, guru agama, dan
guru anak berkebutuhan khusus. Selain adanya tenaga pendidik dalam SDLE ini juga
terdapat dokter yang membantu anak sesuai dengan kekhususannya.
bagi Anak dengan gangguan emosi dan perilaku yang perlu dipisah belajarnya
dengan anak yang lain karena kenakalannya cukup berat atau merugikan anak
sebayanya. Sistem pengajarannya lebih mengarah ke sistem individualisasi. Sekolah
Luar Biasa Berasrama (SLB-E) merupakan bentuk sekolah luar biasa yang dilengkapi
dengan fasilitas asrama sehingga anak dengan gangguan emosi dan perilaku akan
tinggal diasrama. Pada SLB berasrama, terdapat kesinambungan program pembelajaran
antara yang ada di sekolah dengan di asrama, sehingga asrama merupakan tempat
pembinaan setelah anak di sekolah. Selain itu, SLB berasrama merupakan pilihan
sekolah yang sesuai bagi anak dengan gangguan emosi dan perilaku yang berasal dari
luar daerah karena mereka terbatas fasilitas antar jemput.
pn
Intervensi pendidikan
Pada kelas biasa anak berkebutuhan khusus dengan gangguan emosi dan
perilaku belajar di kelas biasa secara penuh dengan menggunakan kurikulum biasa.
Oleh karena itu sangat diharapkan adanya pelayanan dan bantuan guru kelas atau
guru bidang studi semaksimal mungkin dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk
khusus dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas biasa.
kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus, anak berkebutuhan khusus dengan
gangguan emosi dan perilaku belajar di kelas biasa menggunakan kurikulum biasa
serta mengikuti pelayanan khusus untuk mata pelajaran tertentu yang tidak dapat
diikuti bersama dengan anak normal. Pelayanan khusus tersebut diberikan di ruang
bimbingan khusus oleh guru pembimbing khusus (GPK), dengan menggunakan
pendekatan individu dan metode peragaan yang sesuai. Untuk keperluan tersebut, di
ruang bimbingan khusus dilengkapi dengan peralatan khusus untuk memberikan
latihan dan bimbingan khusus. Keterpaduan pada tingkat ini sering disebut juga
keterpaduan sebagian.
3 Pendidikan inklusif
Layanan ini merupakan layanan yang tepat untuk digunakan oleh anak penyandang
disabilitas dengan gangguan emosi dan perilaku. Pendidikan inklusif ini merupakan pendidikan
yang tidak memandang siswa bermasalah maupun tidak dalam bidang akademik maupun non
akademik. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan inklusif ini merupakan pendidikan yang
dilakukan bersama dengan anak-anak normal. Pendidikan ini banyak disarankan banyak orang
karena pendidikan ini menghindari dari aspek negatif dan balance. Pendidikan inklusif ini
memiliki ciri sekolah yang ramah atau welcoming school, karena anak berkebutuhan khusus
mempunyai hak untuk merasa nyaman dan aman. Selain itu sekolah ramah ini juga bertujuan
untuk mengembangkan anak, menentukan pilihan, berkomunikasi dengan orang, menjadi bagian
dari komunitas, bertahan hidup dalam dunia yang terus berubah, menghadapi transisi dan
memberikan kontribusi yang mempunyai nilai
3 Layanan dasar
Layanan dasar diberikan apada anak yang mengalami gangguan emosi
dan perilaku tersebut haruslah dengan cara yang sesuai dengan
klasifikasinya sehingga anak EBD ini mampu membiasakan dan menerima
serta mengontrol perilaku dan emosinya agar tidak terlalu parah layanan ini
meliputi bimbingan kelas, layanan orientasi, layanan informasi, layanan
bimbingan kelompok dan aplikasi instrumen.
Intervensi BK
Layanan komprehensif
4 Perencanaan individual
Layanan Perencanaan individual adalah
layanan bantuan yang diberikan kepada
semua peserta didik agar mampu membuat
dan melaksanakan perencanaan masa
depannya, berdasarkan pemahaman akan
kekuatan dan kelemahan dirinya.hal ini
dapat dikomunikasikan juga pada orang tua
untuk mengetahui bakat minta anak
tersebut untukmenjutkan ke jenjang
selajutnya.
2 Sosial
Membantu peserta didik memahami lingkungannya dan dapat melakukan interaksi
sosial secara positif terampil berinteraksi sosial,mampu mengatasi masalah-masalah
sosial yang dialaminya, mampu menyesuaikan diri dan memiliki keserasian hubungan
dengan lingkungan sosialny• Mengenal karakteristik, latar belakang sosial budaya.
• Membantu mengatasi konflik dengan orang lain.
• Mendorong peserta didik untuk bekerja sama dengan orang lain secara bertanggung
jawab dan berinteraksi sosial yang efektif
Intervensi BK
03 Layanan belajar
yaitu pemberian layanan yang membimbing anak dalam hal-
hal yang berbau akademik. Meskipun ABK hidup dengan segala
keterbatasannya, namun kebutuhn akademik bagi ABK adalah
mutlak perlunya. Layanan ini dapat berupa memberikan
fasilitas sekolah, kursus singkat, les private untk membantu
proses pembelajaran dan pengembangan intelegensi, dan
aktivitas akademik lainnya. Untuk anak dengan gangguan
emosi dan perilaku maka materi dapat diberikan dengan
berorientasi pada penerapan kehidupan sehari hari.
https://fatinahmunir.blogspot.com/2012/08/faktor-penyebab-gangguan-
emosi-dan.html?m=1
https://fatinahmunir.blogspot.com/2012/08/klasifikasi-anak-dengan-
gangguan-emosi.html?m=1
KELOMPOK 4
Nyimas Aisyah. S
pn